Anda di halaman 1dari 19

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk
soal tes tertulis, yaitu: Soal dengan memilih jawaban pilihan ganda dua
pilihan (benar-salah, ya-tidak) menjodohkan Soal dengan mensuplai-jawaban.
isian atau melengkapi jawaban singkat atau pendek soal uraian Dari berbagai
alat penilaian instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
Penilaian Diri Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik
penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan, status, proses pembelajaran di kelas, berkaitan
dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang
telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik
dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk
melakukan penilaian ber Penilaian TertulisPenilaian secara tertulis dilakukan
dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian instrument hasil belajar?
2. Apa pengertian dari tes?
3. Apa saja macam-macam tes hasil belajar?
4. Apa saja bentuk-bentuk tes hasil belajar?
5. Apa saja kompenen tes hasil belajar?
6. Bagaimana prosedur membuat tes?
7. Apa pengertian non tes?
8. Bagaimana prosedur penulisan soal pada instrument non tes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian instrument hasil belajar
2. Untuk mengetahui pengertian dari tes
3. Untuk mengetahui macam-macam tes hasil belajar
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tes hasil belajar
5. Untuk mengetahui komponen tes hasil belajar
6. Untuk menegetahui prosedur membuat tes
7. Untuk mengetahui pengertian non tes
8. Untuk mengetahui prosedur penulisan soal pada instrument non tes

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Hasil Belajar


Secara umum yang dimaksud dengan instrument adalah suatu alat
yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai
alat dalam mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai
suatu variabel (Djaali dan Pudji : 2011). Ini berarti, dalam bidang pendidikan,
instrumen hasil belajar merupakan alat yang telah memiliki standar yang
digunakan untuk mengukur objek dalam dunia pendidikan diantaranya hasil
belajar.1
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur
yang digunakan untuk mengumpulkan data berat dengan cara melakukan
penimbangan. Dalam pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian
merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan
penampilan maksimal.sedangkan Instruman nonotes merupakan alat ukur
yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu
melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai
dengan pikiran dan perasaannya.2
B. Pengertian Tes
Tes berasal dari kata “ testum” dari bahasa Prancis yang berarti piring
untuk menyisikan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan

1
Fajri Ismali,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri,2016),
hlm 57.
2
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm36

3
untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang
merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok (Arikunto,1995). Cronbach (1984) mendefinisikan tes sebagai
“a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it
with the aid of a numerical scale or category system”. Dengan demikian, tes
merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan
aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus
jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-
butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel prilaku.
Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga
jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercangkup dalam
tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam
tes mewakili secara representatif kawasan (domain) prilaku yang diukur.
Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui
atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau
mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atau tes
merupakan prilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes3.
Tes Hasil Belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dan dipelajari
oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi
sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa
atas materi tersebut. Tes Hasil Belajar dilakukan untuk mengkur hasil belajar
yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan
pembelajaran yang telah dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur hasil

3
Fajri Ismali,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri,2016), hlm
57-58

4
belajar siswa di dorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Dari
penampilan yang ditunjukkan dalam jawaban atas Tes Hasil Belajar dapat
diketahui penguasaaan siswa terhadap materi yang diajarkan dan dipelajari.4
C. Macam-macam Tes Hasil Belajar
Ditinjau dari segi kegunaanya. Arikunto (2012), membagi Tes hasil
belajar menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik
dan tes penetapan.
1. Tes formatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang beraati
membentuk. Jadi yang dimaksud dengan tes formatif yaitu suatu tes
yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tes formatif dalam praktik
pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.
2. Tes sumatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “sum” yang
atinya jumlah atau total. Jadi tes sumatif adalah suatu tes yang
digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah
materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti catur
wulan atau semester. Dalam praktik pembelajaran tes sumatif dikenal
sebagai ujian semester.
3. THB yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi
diagnostik adalah tes diagnostik. Dalam tes diagnostik THB digunakan
untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah dan
menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Berdasarkan pemahaman
mengenai siswa bermasalah dan masalahnya maka guru dapat
mengusahakan pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan
masalahnya.
4. Tes penetapan adalah pengumpulan data THB yang diperlukan untuk
menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya. Misalnya siswa yang masuk ke sekolah SMA memperoleh
4
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm36

5
tes penetapan untuk menempatkan siswa ke dalam kelompok Ipa,Ips,
atau Bahasa. Sebagai pribadi, setiap siswa bersifat unik dan
mempunyai kebutuhan pembelajaran yang khas, sehingga memerlukan
layanan pembelajaran yang bersifat individual.5

Ditinjau dari segi penyusunanya tes hasil belajar dibedakan atas tiga
jenis yaitu (Wayan dan Sunartana : 1990) :6

1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan
menggunakan tes tersebut.
2. Tes buatan orang lain yang tidak distandardisasikan namun dianggap
cukup baik untuk dijadikan alat tes.
3. Tes yang telah terstandardisasi yaitu tes yang telah mengikuti uji tes
hasil belajar di anataranya telah lulus uji validitas dan reliabilitas, dan
berdasarkan percobaaan – percobaan terhadap sampel yang cukup luas
dan representatif.

Suharsini Arikunto (2012), menyebutkan perbedaan yang mendasar


antara tes satandar dan tes buatan guru sebagai berikut:

No. Tes Standar Tes Buatan


1 Didasarkan atas bahan dan tujuan Didasarkan atas bahan dan
umum dari sekolah-sekolah di seluruh tujuan khusus yang
negara dirumuskan oleh guru untuk
kelasnya sendiri
2 Mencakup aspek yang lulus dan Dapat terjadi hanya mencakup
pengetahuan atau keterampilan dengan pengetahuan dan keterampilan
hanya sedikit butir tes untuk setiap yang sempit
keterampilan atau topic.
3 Disusun dengan kelengkapan staf Biasanya disusun sendiri oleh
professor, pembahas, editor, butir tes. guru dengan sedikit atau tanpa
bantuan orang lain / tenaga

5
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm37
6
Fajri Ismali,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri,2016), hlm
59

6
ahli
4 Menggunakan butir-butir tes yang Sangat jarang menggunakan
sudah diujicobakan (try out) dianalisis
butir-butir tes yang sudah
dan direvisi sebelum menajdi sebuahdiujicobakan , dianalisis dan
tes direvisi
5 Mempunyai reliabilitas tinggi Mempunyai reliabilitas
sedang atau rendah
6 Dimungkinkan menggunakan penialain Norma kelompok terbatas
norma untuk seluruh negara kelas tertentu

D. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar dapat dibagi dalam beberapa kelompok dalam beberapa
kategori yaitu berbentuk objektif dan esai. 7
1. Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Dibandingkan tes objektif, soal esai mempunyai beberapa keunggulan
yaitu pertama, kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks
dan melibatkan level kognitif yang tinggi. Kedua, memberi kesempatan
pada siswa untuk menyusun jawaban sesuai pikirannya sendiri. Meski soal
esai sangat berguna, namun memilki beberapa kelemahan. Pertama,
terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda ata
situasi berbeda. Kedua, tes esai menghendaki jawaban yang panjang,
sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak.
Ketiga, penggunaan tes esai membutuhkan waktu koreksi yang lama
dalam menentukan nilai.
2. Tes Objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes yang telah tersedia. Tes objektif memiliki beberapa
keunggulan. Pertama, penilaiannya yang sangat objektif, dengan sebuah
jawaban yang hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah.
Kedua, dalam tes bentuk objektif kemungkinan dapat di tulis butir soal

7
Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta: CV Andi Offset, 2017), hlm37

7
dalam jumlah banyak. Disamping kelebihan itu tes objektif juga
mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, tes objektif kurang memberi
kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan yang sesungguhnya
karena anak tidak membuat kalimat. Kedua, peluang melakukan tebakan
sangat tinggi, karena siswa akan menggunakan informasi yang diingatnya
untuk menjawa soal.
E. Kompenen Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar menpunyai beberapa kompenen. Pada THB
berbentuk esai, kompenen dapat berupa perangkat soal, petunjuk pengrjaan
dan soal. Sedangkan tes objektif mempunyai sejumlah kompenen selain yang
ada dalam tes esai, yaitu pilihan, kunci jawaban dan pengecoh. Masing-
masing kompenen dibahas seperti berikut: 8
a. Perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau pertanyaan berikut
segala kengkapannya.
b. Petunjuk pengrjaan yaitu mendeskripsikan detail petunjuk yang harus
dilakukan dalam mengerjakan soal.
c. Butir soal merupakan pertanyaan yang menimbulkan situasi atau masalah
yang harus dipecahkan oleh siswa.
d. Pilihan (Soal Objektif) yaitu soal yang kemunkinan jawaban telah
disediakan dan tugas para peserta tes memilih salah satu jawaban atas
pertanyaan tersebut.
e. Kunci jawaban adalah pilihan yang merupakan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan dalam soal.
f. Pengecoh adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban.

F. Prosedur Membuat Tes

8
Ibid,.hlm. 38.

8
Untuk membuat tes yang berkualitas, diperlukan langkah-langkah
dalam membuat tes tersebut (Djaali dan Pudji:2012) :9
1. Menetapkan Tujuan Tes
Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan,
seperti: Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan Ujian Nasional
(UN) atau ujian lain yang sejenis dengan UN. Kedua, tes yag bertujuan
untuk mengadakan seleksi, misalnya untuk ujian saringan masuk perguruan
tinggi atau untuk menentukan penerima beasiswa bagi murid yang
berbakat. Ketiga, tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
murid, yang dikenal dengan sebutan tes diagnostic.
Untuk UN diperlukan tes yang terdiri atas butir-butir yang mudah
samapi dengan yang sukar. UN merupakan Mastery Test. Dari hasil UN
dapat dilihat mastery level murid, yakni sejauh mana ia menguasai suatu
bidang studi. Untuk tujuan seleksi dibutuhkan tes dengan butir-butir soal
yang tingkat kesukarannya disesuaikan dengan proporsi anatara yang lebih
tinggi jika calon yang akan diseleksi cukup banyak. Biasanya diambil
butir-butir soal yang tingkat kesukarannya diatas rata-rata (kalau butir-butir
soal itu diambil dari soal-soal UN).
Untuk tes diagnostic, soal-soalnya harus berbentuk uraian, karena soal
bentuk objektif tidak mempunyai fungsi diagnostic. Artinya seorang siswa
yang menjawab salah satu soal bentuk objektif tidak dapat diketahui
mengapa ia menjawab salah, sedangkan melalui tes bentuk uraian kita
dapat menelusuri jawaban siswa untuk mengetahui mengapa dapat
menelusuri jawaban siswa untuk mengetahui mengapa seseorang
menajwab salah, atau bagian mana kesulitan siswa, sehingga dia menjawab
salah soal tersebut.
2. Analisis kurikulum

9
Fajri Ismali,Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri,2016), hlm
60

9
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok
bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau
butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk
bentuk uraian , dalam membuat kisi-kisi tes. Menentukan bobot untuk
setiap pokok bahasan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah jam
pertemuan yang tercantum dalam kurikulum.
3. Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya.
Analisi buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya mempunyai
tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot
setiap pokok bahasan. Akan, tetapi dalam analisis buku pelajaran
menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman
materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar
lainnya. Tes yang disususn diharapkan diharapkan dapat mencangkup
seluruh construct atau content (populasi materi) yang diajarkan. Untuk
dapat memilih sampel yang tepat diperlukan a) analaisis kurikulum b)
analisis buku pelajaran dan sumber materi beelaja lainnya.
4. Membuat Kisi-kisi
Manfaat membuat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang
baik, dalam arti mencankup semua pokok bahasan secara proporsional.
Sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu kita harus membuat kisi-
kisi sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi membuat jumlah butir yang harus
dibuat untuk setiap bentuk soal dan setiap pokok bahasan serta untuk setiap
aspek kemampuan yang hendak diukur.10
5. Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus
dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan kata-kata
operasional.
10
Ibid.,hlm. 63

10
6. Penulisan Soal
Setelah kisi-kisi dalam bentuk table spesifikasi telah tersedia, maka kita
akan membuat butir-butir soal atau item-item soal. Ada beberapa petunjuk
yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal (khususnya tes
matematika sebagai contoh), yaitu
a. Soal dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur tercapai tidaknya
tujuan yang telah dirumuskan.
b. Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu
kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang
tidak relevan. Oleh karena itu, soal amtematika yang dibuat harus
enggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
c. Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan
dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang
sesungguhnya.
d. Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin kesalahan-
kesalahan kritik ketik sekecil apapun karena hal itu akan
mempengaruhi validitas soal.
e. Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk
setiap soal matematika yang dibuat.
f. Berikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk
setiap bentuk soal metematika dalam suatu tes.
7. Reproduksi tes terbaatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang sudah cukup
menurut jumlah sampel uji coba dalam suatu kegiatan uji coba tes.11

8. Uji-Coba Tes
Tes yang sudah dibuat dan sudah direproduksi atau diperbanyak itu
akan di uji-cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan.
11
Ibid .,hlm .64

11
9. Analisis hasil uji coba
Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis
butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi
pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut diadakan seleksi soal
dengan menggunakan criteria tertentu. Soal-soal yang tidak valid akan di
drop dan soal-soal yang valid akan ditetapkan untuk dipakai atau dirakit
menjadi suatu tes yang valid. Untuk memberikan gamabaran mengenai
kualitas tes tersebut secara empiric dihitung reliabilitasnya.
10. Revisi Soal
Soal-soal yang valid berdasarkan criteria validitas empiric
sikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah
memenuhi syarat dan telah mewakili semua meteri yang akan diujikan,
soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menajdi sebuah tes, tetapi apabila
soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi
dengan kisi-kisi dapat dilakukan perbaikan terhadap beberapa soal yang
diperlukan atau dapat disebut sebagai revisi soal.
11. Merakit Soal Menjadi Tes
Soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta
aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes
yang valid. Urutan soal dalam suatu tes pada umumnya dilakukan menurut
tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai soal yang sulit.12
G. Non Tes
Anas Sudiyono (2011) mengatakan bahwa teknik tes bukanlah satu-
satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih adaa
teknik lain yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu non tes.
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik tanpa
menguji peserta didik, melainkan dengan melakukan pengamatan dengan cara
sebagaimana yang dibahas di atas yaitu dengan menggunakan beberapa teknik
12
Ibid .,hlm. 65.

12
non tes. Dengan kata lain, teknik non tes ini digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup dan ranah keterampilan.
Alat penialain non tes yang digunakan untuk menilai ranah afektif di
anataranya adalah observasi (baiks secara langsung, tak langsung, maupun
partisipasi), wawancara, angket.sosiometri dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya.
H. Prosedur Penulisan Soal Pada Instrument Non Tes
Dalam penulisan soal pada instrument non tes, penulis butir soal harus
memeprhatikan ketentuan/ kaidah penulisannya. Kaidahnya adalah seperti
berikut ini (Sudaryono,dkk:2012)13
1. Materi
a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan
tuntutan dalam kisi-kisi.
2. Kontruksi
a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi dari 20 kata)
dan jelas.
b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang
dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.
c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negative ganda.
d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.

3. Bahasa Budaya
a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan
peserta didik atau responden.
b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
13
Ibid., hlm. 66

13
Kaidah –kaidah penulisan tersebut secara lengkap dijelaskan disertai
contoh-contoh dalam pelajaran matematika sebagai berikut:
1) Hindari menulis pernyataan yang membicarakan kejadian yang
lalu kecuali jika objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.
Contoh yang kurang kurang baik : Dulu ketika di sekolah dasar,
saya menghindari pelajaran Matematika. Jika dulu menghindari
pelajaran matematika tidak secara otomatis akan menggambarkan
sikap sekarang. Interaksi dalam pembelajaran dan interaksi sosial
anatara manusia secara umum sangat berpotensi untuk
mempengaruhi dan mengubah sikap seseorang. Sikap bukan
merupakan aspek psikologi yang stabil dalam waktu yang lama.
Karena itu, pengukuran sikap hampir selalu ditunjukkan untuk
mengungkapkan sikap terhadap objek psikologi masa sekarang.
Pernyataan tersebut akan lebih baik jika ditulis menjadi “saya
menghindari pelajaran Matematika”14
2) Hindari menulis pernyataan berupa fakta atau dapat ditafsirkan
sebagai fakta.Contoh kurang baik: 1) matematika merupakan
pelajaran tentang angka; 2) matemaktika merupakan salah satu
pelajaran di SMA; dan 3) matematika salah satu pelajaran yang
sulit bagi peserta didik pada umumnya. Ketiga pernyataan ini
merupaan fakta atau kenyataaan. Sika[ orang akan mendukung
pernyataan seperti ini. Apa yang terungkap bukanlah sikap
terhadap matematika melainkan pengetahuannya tentang objek
tersebut. Pernyataan tersebut akan lebih baik jika ditulis sebagai
berikut: 1) pelajaran tentang angka menarik untu dipelajari
2)kendatipun matematika merupakan pelajaran wajib 3)
matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami.
3) Hindari menulis pernyataan yang bermakna ganda.
14
Ibid., hlm,.67

14
Contoh kurang baik: saya membeli buku matematika hanya jika
diwajibkan oleh guru. Pernyataan ini akan menimbulkan
penafsiran yang berbeda bafgi responden. Guru mungkin
bermaksud menuliskan pernyataan negatif terkait sikap terhadap
matematika. Bagi peserta didik yang dari keluarga mampu,
pernyataan tersebut benar akan berfungsi sebagai pernyataan
negatif sebab jika mereka memiliki sikap positif dan berbakat
terhadap mata pelajaran matematika maka mereka akan membeli
buku matematika kapanpun jika mereka mau. Sebalikla yang
berasal dari keluarga yang ekonominya pas-pasan pernyataan
tersebut akan berfungsi sebagai pernyataan positif, sebab mereka
memiliki sikap positif dan berbakat, namun ettap akan kesulitan
membeli buku matematika, kecuali diwajibkan oleh guru.15
4) Hindari menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objeknya.
Contoh kurang baik: 1) Indonesia sangat ketinggalan dalam bidang
matematika dan 2) setiap sekolah saya membawa buku
matematika. Pernyataan pertama tidak mempunyai kaitan dengan
sikap terhadap matematika. Benar bahwa jika Indonesia sangat
ketinggan dalam bidang matematika dibanding negara-negara lain,
manum peserta didik setuju datau tidak terhadap pernyataan ini
tidak dapat menggambarkan sikapya terhadap matematika. Contoh
lebih baik: 1) saya merasa ketinggalan dalam pelajaran
matematika. Dan 2) setiap ada pelajara matematika saya membawa
buku-buku yang diperlukan.
5) Hindari menulis pernyataan yang memunginkan untuk disetujui
oleh hampir semua peserta atau bahkan hampir tidak seorang pun
peserta didik yang akan menyetujuinya. Contoh kurang baik: 1)
peserta didik yang nilai ulangan matematikanya rendah harus
15
Ibid., hlm. 68

15
diberi remedial 2) peserta didik yang nilai ulangan
matematikanyaa baik harrus beri pengayaan. Contoh lebih baik: 1)
pengajaran remedial tidak dapat membuat saya untuk memahami
pelajaran matematika 2) saya tertarik untul mengukuti pengayaan
mata pelajarana matematika.
6) Setiap pernyataan harus berisi hanya satu gagasan lengkap
Contoh kurang baik: matematika dalah pelajaran yang sulit dan
sekaligus membosankan. Pernyataan ini mengandung gagasan
yaitu “ matematika adalah pelajran yang sulit” dan matematika
adalah pekajaran yang membosankan”16
7) Hindari penggunaan kata atau istilah yang mungkin tidak akan
dapat dimengerti oleh responden.
Contoh kurang baik: kendatipun diberi umpan balik tetap tidak
akan meninggalkan motivasi saya dlam belajar matematika.
Tampaknya tidak sukar memahami kalimat dalam pernyataan
seperti ini, namun apakah responden dapat memahami kalimat
tersebut sebagaimana yang diinginkan penulis pernyataan. Hal ini
akan sangat bergantung pada keadaan responden yang akan
meresponnya. Contoh lebih baik: diberi hadiahpun tetap akan
meningkatkan kemampuan syaa dalam belajar matematika.17
8) Hindari menulis pernyataan yang berisi kata negatif ganda
Contoh kurang baik: tidak membuat jadwal belajar matematika
dirumah bukan merupakan cara belajar yang baik. Kata “tidak”
dan “ bukan” merupakan kata negatif yang dalam bentuk hal dapat
membingungkan pembaca jika yang dimaksud hendak menulis
pernyataan positif terhadap belajar matematika, maka kata tersebut
dapat dihilangkan sama sekali tanpa mengubah kalimatnya.

16
Ibid., hlm. 70
17
Ibid., hlm. 72

16
Contoh lebih baik: membuat jadwal velajar matematika dirumah
marupakan cara belajar baik.
9) Hindari menulis pernyataan yang akan disetujui karena isinya
menggambarkan sesuatu yang dianggap sudah semestinya.
Contoh kurang baik : setiap peserta didik SMA harus belajar
matematika. Lepas dari apakah peserta didik setuju atau tidak
setuju peserta akan cenderung menyetujuo pernyaan karena
matematika merupakan bagian dari kurikulum yanh harus
dipelajari siswa tersebut.
10) Hindari pernyataan-pernyataan yang diperkirakan mencakup
kkeseluruhan skala afektif yang diinginkan.
Untuk skala sikap segala keseluruhan, hendaknya terdiri atas
beberapa derajat afektif yang bertingkat sehingga ada pernyataan
yang dapat mengungkap intensitas sikap yang dalam dan
pernyataan dibuat hanya untuk mengungkap intensitas sikap yang
sederhana
11) Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas tidak lebih dari 20
kata dan hindari kata-kata yang tidak diperlukan serta tidak
memperjelas isi pernyataan.
Contoh kurang baik: kalimat yang mengandung lebih dari 20 kata
dan menggunakan sejumlah kata-kata yang seharusnya tidak
digunakan. Kalimat yang digunakan panjang dan berbelit-belit
sehingga sulit ditafsirkan. Butir ini akan lebih baik jika dipecah
menjadi pernyataan.
12) Pernyataan yang berisi unsur-unsur yang bersifat umum, misalnya:
tidak pernah, semuanya,selalu, tidak seorangpun, seringkali
sedapat mungkin dihindari.

17
Contoh lebih baik: 1) saya tidak ingin menjadi ahli matematika 2)
hal-hal yang berhubungan dengan matematika terasa menarik 3)
sayan meraa bosan ketika guru mengajar matematika.
13) Kata-kata hanya, sekedar, sama sekali, dan/atau semata-mata,
harus digunakan seperlunya dan dengan hati-hati agar tidak
menimbulkan kesalah penafsiran.
Contoh kurang baik 1) saya belajar matematika hanya untuk
menyenangkan orang tua 2) saya belajar matematika sekedar untuk
memenuhi tuntutan guru dari sekolah 3)belajar matematika sama
sekali tidak ada manfaatnya. Oleh sebab itu pernyataan-pernyataan
itu lebih baik jika : 1) saya belajar matematika untuk
menyenangkan orang tua. 2) saya belajar matematika untuk
memenuhi tuntutan guru dari sekolah.18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka pengumpulan data. Misalnya timbangan adalah instrumen alat ukur
yang digunakan untuk mengumpulkan data berat dengan cara melakukan
penimbangan. Dalam pendidikan Instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dapat berupa tes atau nontes. Tes atau penilaian
merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan
penampilan maksimal.sedangkan Instruman nonotes merupakan alat ukur
yang mendorong peserta untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu

18
Ibid., hlm. 74

18
melaporkan keadaan dirinya dengan memberikan respons secara jujur sesuai
dengan pikiran dan perasaannya.
Tes Hasil Belajar (THB) merupakan salah satu jenis tes yang
mengukur penguasaan. Menurut macamnya THB terdiri atas tes formatif, tes
sumatif, tes diagnostik, dan tes penetapan. Menurut bentuknya THB dapat
berbentuk esai dan objektif. Kompenen THB terdiri atas perangkat, petunjuk
pengerjaan, butir soal, pilihan, kunci jawaban, dan pengecoh. Dalam
pelaksanaanya, THB dapat di lakukan dengan pengamatan, lisan, tulis, atau
analisis dokumen karya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Fajri. 2016 Pengantar Evaluasi Pendidikan, Palembang: Karya Sukses


Mandiri.
Astiti,Kadek Ayu Astiti. 2017. Evaluasi Pembelajaran, Yogjakarta: CV Andi Offset.

19

Anda mungkin juga menyukai