KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Poliomyelitis)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi
Penyakit polio adlah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus . Agen pembawa
penyakit ini , sebuah virus yang dinamakan poliovirus ( PV ), Masuk ke tubuh melalui mulut ,
menginfeksi saluran usus . Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Infeksi virus polio terjadi dalam saluran
pencernaan yang menyebar ke kelenjar limfe regional sebaian kecil menyebar ke sistem saraf (
Chin,2006:482 ) . Yuwono dalam Arifah ( 1998 ) menambahkan bahwa syaraf yang diserang adlah
saraf motorik otak dibagian grey matter dan kadang-kadang menimbulkan kelumpuhan.
Penyakit polio ini dapat menyerang semua kelompok umur , namun kelompok umur yang
paling rentan adlah 1-5 tahun dari semua kasus polio ( Surya , 2007 ) . Resiko kelumpuhan
meningkat pada usia yang lebih tinggi , terutama bila menyerang individu lebih dari 15 tahun (
Sardjito, 1997 dalam Utami 2006 ) . WHO memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari
kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan
penderita anak yang menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang (
Biofarma, 2007 )
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban . Polio
menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses . Poliovirus adalah virus RNA
kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular . Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Etiologi
Selain virus polio yang dapat menimbulkan kelumpuhan yang menyerupai poliomielitis
adalah virus echo dan coxsackie . Penyebaran penyakit yang bersifat masal dan banyak menyerang
orang karena sifatnya yang akut biasanya penyebabnya adalah virus tipe leon. Sedangkan tipe-tipe
yang lain seperti tipe lanzig paling jarang menimbulkan kelumpuhan.
Klasifikasi
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam , muntah , sakit perut , lesu , dan sensitif . Terjadi
kram otot pada leher dan punggung , otot terasa lembek jika disentuh.
2. · Polio Paralisis
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau
menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya
akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
Sakit kepala
Sembelit/konstipasi
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus,
virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus
menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol gerak fisik. Pada periode
inilah muncul gejala seperti flu.
Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini
akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan
berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor .
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak
akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute
flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada
batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia
2. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang . 5-10 % penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan
mereka tidak dapat bekerja . Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial .
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita . Hingga
saat ini , mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan alat bantu pernapasan .
Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis .
Faktor yang menyebkan timbulnya poliomyelitis menurut Soerbakti (1989) antara lain :
1. Tingginya angka Tripple Negatif adalah belum adanya antibodi terhadap virus polio . Asumsi
mengenai tingginya angka tersebut adalah
2. Perbaikan Lingkungan ; diharapkan dapat membebaskan Indonesia dari infeksi polio . tapi
kenyataannya perbaikan lingkungan masih belum merata , daerah dengan sanitasi buruk menjadi
sumber penularan penyakit .
3. Keadaan Sosial – ekonomi ; keadaan ini tidak mempengaruhi terjadinya poliomyelitis secara
langsung namun dengan sosial ekonomi yang rendah , tingkat pendidikan yang rendah pula sehingga
pengetahuan mengenai sumber dan cara penularan penyakit polio sangat kurang . Selain itu dengan
status ekonomi yang rendah juga dapat mempengaruhi status gizi pada anak .
Polio disebabkan virus poliomyelitis . Satu dari 200 infeksi berkembang menjadi kelumpuhan
. Sebanyak 5-10 % pasien lumpuh meninggal ketika otot-otot pernapasannya menjadi lumpuh.
Kebanyakan menyerang anak-anak di bawah umur 3 tahun (lebih dari 50 persen kasus) , tapi dapat
juga menyerang orang dewasa . Pencegahan dengan vaksinasi secara berkala , idealnya pada masa
kanak-kanak.
Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan
saluran pencernaan atau usus . Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah
dan pembuluh getah bening.
Maksudnya , melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja
penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku
atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di
dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari
penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Cara
penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
Manifestasi Klinis
1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa
infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi
dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri
kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri
otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau
lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika
urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1) Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma,
thorak dan terbanyak ekstremitas.
2) Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital
yakni pernapasan dan sirkulasi.
3) Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
stadium akut
Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat.
Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor
neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat
asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau
bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%),
sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak
awal sakit.
stadium subakut
Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam.
Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh
dan biasanya salah satu sisi saja.
stadium konvalescent
Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang
sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut.
Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
stadium kronik
Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a. Poliomielitis aboratif ;
2. Diet adekuat
3. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari , sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30
menit,setiap 2 – 4 jam.
c. Poliomielitis paralitik
1. Istirahat total
3. Fisioterapi
4. Akupuntur
5. Interferon
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Meninggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
2. Memantau pola makan klien untuk mengetahui intake dan output anak
3. Memberikan makanan secara adekuat Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake
seimbang
6. Memberikan makanan kesukaan klien menambah masukan dan merangsang klien untuk makan lebih
banyak
Dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat
antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar . Akan tetapi zat
antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih
yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50
mg/100 ml ( Paul, 2004 )
Cara Pencegahan
World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di penjuru dunia
dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo)tahun 2000, artinya dunia bebas polio
tahun 2000. Program Eropa pertama yangdilakukan adalah
b. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997 . Pemberian
imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali
dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5tahun, dan usia 15 tahun.
c. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia
di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan.
d. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yangditemukan penderita
polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya
Kasus
Anak M usia 3 tahun dilaporkan oleh ibunya menagalami demam, muntah-muntah, sakit
perut, lesu, dan terjadi kram pada otot leher, punggung, otot terasa lembek jika disentuh, ini sejak
tiga hari yang lalu. Setelah dikaji pasien mengalami kelumpuhan batang tubuh, ekstremitas bawah,
dada, dan perut, kelemahan saraf facialis, trigeminal, auditorial, dan glasofaringeal mengalami
gangguan. TD: 80/60 mmhg, N: 60 x/menit, S: 39’C, RR: 17 x/menit
3.2.1 Anamnesa
Identitas Klien
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Surabaya
Ayah
1. N a m a/U s i a : Tn. A / 40 th
2. Pendidikan : SMA
4. A g a m a : Islam
Ibu
1. N a m a / Usia : Ny. S / 37 th
2. Pendidikan : SMA
4. Agama : Islam
5. Alamat : Surabaya
Tidak ada .
Riwayat Nutrisi :
A. Pertumbuhan Fisik
2. Motorik halus : -
1. Keadaan Umum : badan terlihat kurus dan lemas. Kaki tidak dapat digunakan untuk berdiri
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-Tanda Vital
RR : RR: 17 x/m
Suhu : 39’C
Nadi : 60 x/m
6. Lingkar Kepala : 50 cm
B1 ( Breathing )
- Pola nafas : irama teratur - Retraksi oto bantu nafas : tidak ada
B2 ( Blood ) : Normal
B3 ( brain ) : Normal
B5 ( Bowel ) :
- Kekutan otot : 4 4
0 0
- Turgor : baik
- Refleks
- Sensori
• Data lain :-
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
Intervensi
1. Dx 1 : Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam kebutuhan nutrisi tercukupi dengan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Rasional : Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
Kolaborasi :
d. Kolaborasi dengan dokter atau ahli gizi dalam pemberian nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral
Kriteria Hasil :
HE :
b. Ajarkan pada keluarga pasien untuk Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit di sekitar lipatan
ketiak dan lipatan paha
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
1. Setelah dilakukan tindakan 2x 24 jam klien sedikit dapat melakukan aktivitas meskipun terbatas .
c. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan
yang tidak adekuat.
Rasional : Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Kriteria Hasil :
2. Keluarga dapat
Intervensi :
a. Pantau tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas (mis.renda,sedang, parah).
Rasional : Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
b. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
c. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
d. Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalanlancar”.
Rasional : Harapan –harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau
kejujuran.
Kesimpulan
Kesimpulan.Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang
dapatmengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-
Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit
kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian
virus menyerang danmerusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang
permanen.
Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi danmenyeluruh,
Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995,1996, dan 1997,
Survailance Acute Flaccid Paralysis, melakukan Mopping Up
A.Price, Silvia, dkk.2005. Patifisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit. EGC:Jakarta
Brunner, Suddath. Textbook of Medical-Surgical. ECG: Jakarta
Desen, Wan, dkk.2008.Buku Ajar Onkologi Klinis.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:Jakarta
Strain 1 (brunhilde)
Strain 2 (lanzig)
Strain 3 (leon)
Feses, makanan,
minuman, air liur
POLIO
Polio non-Paralisis
Polio Paralisis
MK :
Hipertermi
Polio Paralisis Spinal Polio Paralisis Bulbar
MK : Perubahan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan
Fungsi penelanan
terganggu
MK : Gangguan MK : Kecemasan
Mobilitas Fisik
anoreksia
MK : Perubahan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan