Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat penting dan

masa ibu memerlukan pemantauan yang baik. Karena pada masa

ini bisa terjadi berbagai risiko penyulit atau komplikasi seperti

pendarahan, hipertensi, dan abortus yang dapat menyebabkan ibu

meninggal. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya penyulit

atau komplikasi dalam kehamilan maka ibu harus memeriksakan

kehamilannya secara rutin di petugas kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan antenatal yang berkualitas sesuai Standar

Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan. Selain itu salah

upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya

kematian adalah dengan melakukan persiapan persalinan dan

diharapkan ibu hamil mempersiapkan persalinannya dengan aman

(Manuaba I.A.C, 2013).

Kehamilan Trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40)

akan lebih banyak mengalami perubahan fisik dan psikologis

terkadang membuat ibu hamil merasa takut bahkan perasaan

cemas menjadi meningkat, sehingga peran serta suami berupa

dukungan dan kasih sayang dari suami dapat memberikan

perasaan tenang dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir
dengan kehamilannya sehingga ibu hamil lebih siap dalam

menghadapi persalinannya.

World Health Organization (WHO) 2016 merekomendasikan

bahwa minimal delapan kali kontak Antenatal Care (ANC), dengan

kontak pertama dijadwalkan berlangsung pada trimester pertama

dibawah usia kehamilan 12 minggu, dua kali kontak dijadwalkan di

trimester kedua pada usia kehamilan 20 dan 26 minggu dan lima

kali kontak dijadwalkan pada trimester ketiga usia kehamilan

(WHO, 2016).

Di Provinsi Sulawesi Selatan jumlah ibu hamil pada tahun

2016 sebanyak 166,138 orang. Cakupan kunjungan ibu hamil

pada K1 sebanyak 164,759 (97,99%) ibu yang telah kontak

dengan petugas kesehatan dan terdapat sebanyak 3.385 (2,01%)

ibu hamil yang belum melakukan kontak pertama pada tenaga

kesehatan, sedangkan pada K4 sebanyak 150,057 (89,23%) ibu

hamil yang telah melakukan K1 namun tidak melakukan kunjungan

kembali ke tenaga kesehatan. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah

ibu hamil pada K1 sebanyak 166,777 (99,28%) ibu yang telah

kontak dengan petugas kesehatan dan terdapat sebanyak 1.196

(0,72%) ibu hamil yang belum melakukan kontak pertama pada

tenaga kesehatan, sedangkan pada K4 sebanyak 152,168

(91,13%) ibu hamil yang datang untuk melakukan kunjungan ulang

dan terdapat 13.609 (8.15%) ibu hamil yang telah melakukan K1


namun tidak melakukan kunjungan Kembali ke tenaga kesehatan

(Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 2018).

Di kota Makassar pada tahun 2016 jumlah ibu hamil

sebanyak 28.698 orang. Cakupan kunjungan ibu hamil pada K1

sebanyak 28.698 (100%) ibu yang telah kontak dengan petugas,

sedangkan pada K4 sebanyak 27.514 (95,87%) ibu hamil yang

dating untuk melakukan kunjungan ulang dan terdapat 1.184

(4,13%) ibu hamil yang telah melakukan K1 namun tidak

melakukan kunjungan Kembali ke tenaga kesehatan. Sedangkan

pada tahun 2017 jumlah ibu hamil sebanyak 29,095 orang.

Cakupan kunjungan ibu hamil pada K1 sebanyak 29,032 (99,78%)

ibu yang telah kontak dengan petugas kesehatan dan terdapat

sebanyak 63 (0,22%) ibu hamil yang belum melakukan kontak

pertama pada tenaga kesehatan, sedangkan pada K4 sebanyak

27,525 (94,60%) ibu hamil yang dating untuk melakukan

kunjungan ulang dan terdapat 1,507 (5,18%) ibu hamil yang telah

melakukan K1 namun tidak melakukan kunjungan Kembali ke

tenaga kesehatan (Dinkes Provinsi Sulawesi, 2018).

Kurangnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak

dapat diketahui berbagai komplikasi yang mempengaruhi

kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak dapat dideteksi.

Jika ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan, maka tidak akan

diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik, mengalami


keadaan resiko tinggi, dan komplikasi obstetric dapat

menyebabkan kematian (Saifuddin, 2009).Di kota Makassar pada

tahun 2016 jumlah ibu hamil sebanyak 28.698 orang. Cakupan

kunjungan ibu hamil pada K1 sebanyak 28.698 (100%) ibu yang

telah kontak dengan petugas, sedangkan pada K4 sebanyak

27.514 (95,87%) ibu hamil yang dating untuk melakukan

kunjungan ulang dan terdapat 1.184 (4,13%) ibu hamil yang telah

melakukan K1 namun tidak melakukan kunjungan Kembali ke

tenaga kesehatan. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah ibu hamil

sebanyak 29,095 orang. Cakupan kunjungan ibu hamil pada K1

sebanyak 29,032 (99,78%) ibu yang telah kontak dengan petugas

kesehatan dan terdapat sebanyak 63 (0,22%) ibu hamil yang

belum melakukan kontak pertama pada tenaga kesehatan,

sedangkan pada K4 sebanyak 27,525 (94,60%) ibu hamil yang

dating untuk melakukan kunjungan ulang dan terdapat 1,507

(5,18%) ibu hamil yang telah melakukan K1 namun tidak

melakukan kunjungan Kembali ke tenaga kesehatan (Dinkes

Provinsi Sulawesi, 2018)

Peran suami sangat berpengaruh terhadap ibu hamil dalam

melakukan pemeriksaan ANC, dukungan suami terhadap istrinya

yang sedang hamil bukan hanya dukungan fisik, psikologis, dan

ekonomi dalam menghadapi proses persalianan. Peran suami

sangat penting pada kehamilan istri karena sesuai dengan konsep


suami “SIAGA” yaitu, siap, antar dan jaga bahwa kewaspadaan

suami ditunjukan dengan memberikan kasih sayang dan perhatian

kepada istri, memotivasi dan mengantar istri melakukan

pemeriksaan ANC, memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan,

membantu dan mempersiapkan biaya persal inan.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa mayoritas

responden dengan sebagian besar memperoleh dukungan suami

yang cukup dibandingkan dengan responden yang memiliki

dukungan suami yang baik dan kurang. Dari dukungan suami

terhadap pemeriksaan ANC ibu hamil yang didampingi suaminya

memiliki perasaan terbebas dari kecemasan lebih, dukungan social

suami dengan memotivasi dalam menjaga kesehatan selama

kehamilan, dan kepedulian ibu terhadap kesehatan diri dan

janinnya.

Upaya bidan meningkatkan peran suami dalam pemeriksaan

ANC dengan meningkatkan proses komunikasi antara bidan, suami

dan ibu hamil. Menjelaskan kepada suami bahwa pentingnya

dukungan suami untuk melakukan pemeriksaan ANC agar dapat

mengetahui jika terjadi komplikasi pada kehamilan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi

kasus Asuhan Kebidanan Fisiologis Trimester III Berspektif Gender.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah

dalam Asuhan Kebidanan ini yakni “Bagaimana asuhan kebidanan

fisiologis trimester III berspektif gender?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Trimester III

fisiologis dan berspektif gender

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian pada ibu hamil fisiologis

trimester III berspektif gender

b. Dapat merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan

pada ibu hamil trimester III berspektif gender

c. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan fisiologis

trimester III berspektif gender

d. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan fisiologis

trimester III berspektif gender

e. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan fisiologis trimester

III berspektif gender

f. Dapat melakukan pencatatan asuhan kebidanan fisiologis

trimester III berspektif gender

3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi

Sebagai sarana atau bahan referensi dalam menambah

pengetahuan dan wawasan mahasiswa melalui asuhan

kebidanan fisiologis trimester III berspektif gender

2. Bagi Klien dan Masyarakat

Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai ibu hamil

fisiologis trimester III yang berkaitan dengan gender

3. Bagi penulis

Untuk mengetahui bagaimana peran gender terhadap ibu

hamil fisiologis trimester III


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus

1. Tinjauan umum tentang kehamilan

Anda mungkin juga menyukai