Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Menyusui

Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam mempertahankan dan


melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ tubuh yang ada pada seorang
wanita menjadi sumber utama kehidupan untuk menghasilkan ASI yang merupakan
sumber makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Perkembangan zaman membawa perubahan bagi kehidupan manusia, dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membuat pengetahuan
manusia mengetahui pentingnya ASI bagi kehidupan bayi. Menyusui merupakan suatu
pengetahuan yang sudah ada sejak lama yang mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan kchidupan manusia (Nirwana, 2013). Sedangkan menurut (Varney dkk,
2010) menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi,
dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan
nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun
berikutnya.

B. Kategori menyusui
Pola menyusui dikelompokkan menjadi riga kategori menurut Riskesdas, 2013 yaitu :
a) Menyusui eksklusif tidak memberikan bayi makanan atau minuman lain, termasuk
air putih, selain menyusui (obat-obatan dan vitamin tetes; ASI perah juga
diizinkan). Pada Riskesdas 2013, menerima eksklusifadalah komposit dari
pertanyaan: bayi masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau
minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui (tidak diberi
makanan selain ASI)
b) Menyusui predominan adalah minum bayi tetapi pernah memberikan sedikit air
atau minuman berbasis air, misalnya teh, sebagai makanan / minuman prelakteal
sebelum ASI keluar. Pada Riskesdas 2013, minum predominan komposit dari
pertanyaan: bayl masih disusui, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui, sejak
lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman kecuali minuman berbasis
udara, yaitu air putih atau air teh.
c) Menyusui parsial adalah bayi yang diberi makanan buatan ASI, formula susu baik,
bubur atau makanan lain sebelum bayi diberikan enam bulan, baik diberikan secara
kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal. Pada Riskesdas 2013,
parsial adalah campuran dari pertanyaan: bayi masih disusui, pernah diberi makanan
sebelum makan atau minuman berbasis air seperti susu formula, biskuit, bubur, nasi
lembek, pisang atau makonan yang lain.
C. Mekanisme Menyusui

Reflek yang penting dalam gerakan isapan bayi terbagi menjadi tiga Marliandiani (2015)
yaitu:

a) Timbul saat bayi baru lahir, pipi disentuh, dan bayi akan menoleh kearah sentuh.
Bibir bayi dirangsang dengan puting susu, maka bayi akan dibuka dan ganti puting
susu.
b) Refleks Menghisap (Mengisap Refleks) Refleks ini timbul karena langit-langit mulut
bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar
areola harus masuk ke mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di
bawah areola tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI keluar.
c) Refleks Menelan (Menelan Refleks) Refleks ini timbul karena mulut bayi terisi oleh
ASI, maka bayi akan dibawanya.
D. Faktor yang Mempengaruhi

ASI Produksi ASI dapat meningkat atau meningkat tergantung pada stimulasi pada
payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI menurut Dewi & Sunarsih,
(2011) antara lain:

1) Faktor makanan ibu MUH Makanan yang memerlukan ibu terkait dengan
produksi ASI. Jika makanan ibu mengandung cukup gizi dan pola makan teratur,
maka produksi ASI akan berjalan lancar (Dewi dan Sunarsih, 2011). Kelancaran
produksi ASI akan dijamin menjamin makanan yang dikonsumsi ibu setiap hari
akan zat gizi diikuti pola makan teratur, Nutrisi dan gizi penting dalam hal
menunjang produksi ASI yang maksimal (Riksani, 2012). Penyebab produksi
ASI tidak maksimal karena asupan gizi ibu yang kurang baik, menu makanan
yang tidak seimbang dan juga memakan makanan yang kurang teratur maka
produksi ASI tidak mencukupi untuk bayi.Seorang Ibu dengan gizi baik akan
memproduksi ASI sekitar 600 800 ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan
gizi kurang hanya memproduksi ASI sekitar 500 - 700 ml (Marmi, 2013).
2) Faktor isapan bayi Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada
bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin.
Prolaktin bekerja pada susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak
sempurna atau mengandung susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi
hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan
terhenti .
3) Frekuensi penyusuan Menyusui bayi merekrut 8 kali sehari pada bulan-bulan
pertama setelah menerima untuk menjamin produksi dan melakukan ASI.
Frekuensi menyusui dengan hormon stimulasi kedua dalam payudara, yaitu
hormon prolaktin dan oksitosin Produksi ASI tidak melibatkan frekuensi
penyusutan pada bayi yang kurang lama dan terjadwal. Menyusui yang dijadwal
akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat mempengaruhi pada
rangsangan produksi ASI.
4) Riwayat penyakit Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang
menghasilkan ASI dapat mempengaruhi produksi ASI .
5) Faktor psikologis Produksi ASI ditentukan oleh faktor psikologis, kejiwaan ibu
yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, menghadapi, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk emosional akan meningkat volume ASI. Untuk memproduksi
ASI yang baik, ibu harus dalam keadaan tenang.
6) Berat badan lahir Bavi berat lahir rendah (BBLR) memiliki kemampuan
meningkatkan ASI yang lebih rendah daripada bayi yang lahir normal (> 2500
gr). ASI yang lebih rendah ini memuat ASI.
7) Perawatan payudara Perawatan payudara bermanfaat untuk mempelakukan
sirkulasi darah. Menghindari saluran susu sehingga ASI dengan cara menjaga
agar payudara senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat menyusui
payudara ibu akan kontak langsung dengan mulut bayi. Perawatan payudara
dapat mengeluarkan hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin. Hormon kedua inilah yang berperan besar dalam produksi ASI.
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peran
penting dalam perawatan bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara
yang baik, maka menempatkan tidak akan terjadi saat bayi mengisap (Dewi &
Sunarsih, 2011).
8) Pola tidur ITAS Ibu Menyusui memiliki pola istirahat yang kurang baik dalam
jumlah jam tidur maupun gangguan tidur. Faktor istirahat pentingnya produksi
dan penerbitan ASI. Jika kondisi ibu terlalu capek, ASI juga berkurang.
9) Jenis persalinan Pada persalinan proses normal dapat segera dilakukan setelah
bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan. Sementara
pada persalinan tindakan sectio ceasar sulit diambil bayinya segera setelah lahir,
terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat melahirkan
bayinya di selai pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka Operasi di bagian perut
membuat proses menyusui sedikit terhambat.
10) Umur kehamilan saat melahirkan Umur hamil dan berat lahir mempengaruhi
produksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang lahir prematur (berumur
kehamilan kurang dari 34 minggu) Umur hamil dan berat lahir mempengaruhi
produksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang lahir prematur (usia kehamilan
kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghasilkan ASI lebih
rendah dari bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengatasi
pada bayi prematur dapat menyebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurna fungsi organ .
11) Konsumsi rokok dapat mengurangi volume ASI karena akan melepaskan
hormon prolaktin dan oksitosin untuk memproduksi ASI. Melarikan diri akan
melepaskan adrenalin sedangkan adrenalin akan melepaskan pelepasan oksitosin.

E. Penilaian Ibu Menyusui dengan puting susu nyeri/lecet menurut (Dewi & Sunarsih, 2011).
1) Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang lecetnya lebih sedikit.
2) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk mel
ancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
3) Oleskan ASI setiap sebelum dan sesudah menyusui.

F. Langkah-langkah Menyusui yang benar


Berikut langkah-langkah menyusui yang benar menurut (UNICEF, 2011) adalah
sebagai berikut:
1) Cuci tangan dengan sabun menggunakan air bersih yang mengalir.
2) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya
3) Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah menyusui dari payudara
yang terakhir belum dikosongkan
4) Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari lainnya menopang
bagian payudara.
5) Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi (bisa
menggunakan kelingking).
6) Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian masukkan puting dan
areola ke mulut bayi.
7) Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi dengan menekan
dagu ke bawah atau jari kelingking ibu ditempelkan ke mulut bayi. Susui berikutnya
mulai dari payudara yang belum terkosongkan.
8) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya, kemudian
biarkan kering dengan sendirinya (jangan dilap).
9) Sendawakan bayi.
10) Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui.
F. Posisi Menyusui
Posisi menyusui menurut (UNICEF, 2011) adalah :
1) Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan bahunya saja.
2) Kepala dan tubuh bayi harus lurus
3) Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4) Badan bayi dekat ke ibunya

Perlekatan bayi yang benar saat menyusui :

1) Sentuh bibir bayi supaya bayi mau membuka mulutnya


2) Dekatkan bayi sehingga dagu dan bibir bawah menempel pada payudara
3) Usahakan sebanyak mungkin daerah aerola masuk ke dalam mulut bayi.
G. Dukungan Ibu dan Bayi saat menyusui

Dukungan ibu dan bayi saat menyusui menurut (Dewi & Sunarsih, 2011) adalah
sebagai berikut :

1. Faktor perubahan sosial budaya.

2. Ibu bekerja.

3. Meniru teman.

4. Tetangga dan orang terkemuka yang memberikan susuformula.

5. Merasa ketinggalan zaman.

6. Cuti melahirkan hanya tiga bulan.


7. Tempat kerja sayang ibu yaitu tempat (tempat untukmemompa ASI/menyusui ) kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu NIfas. Jakarta : Salemba Medika.

Marliandiani & Ningrum . 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta : Salemba Medika.

Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pusat Pelajar.

Nirwana, R. 2013. Asi Dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Riskani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta : Dunia Sehat.

UNICEF. 2011. Paket KOnseling : Pemberian Makan Bayi dan Anak. Jakarta : Unicef

Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai