SIKLUS
Keperawawatan Gerontik
Disusun Oleh :
TAHUN 2020
1
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia (Lansia) adalah kelompok yang berumur 60 tahun atau lebih,
menurut The National Old People’s Welfare Council d Inggris, penyakit atau
gangguan umum pada lanjut usia salah satunya adalah dimensia. Dimensia adalah
kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas
hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada lansia dimensia
biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat atau biasa yang
sering disebut juga dengan pelupa (Nugroho, 2008).
Berdasarkan hasil Sensus Nasional tahun 2014, jumlah lansia di Indonesia
mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03 % dari seluruh penduduk indonesia.
Data tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan hasil sensus penduduk
tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total penyakit dimensia d
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1 juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan
meningkat drastis menjadi 2 kali lipat pada tahun 2030 dan menjadi 4 juta orang
pada tahun 2050. Bukannya menurun tren penderita dimensia diindonesia semakin
meningkat setiap tahunnya (Kemenkes, 2016).
Dimensia merupakan istilah umum yang menggambarkan berbagai penyakit
dan kondisi ketika sel-sel saraf diotak mati atau tidak lagi berfungsi secara normal
tanpa disertai gangguan kesadaran, dimensia merupakan sindrom penyakit yang
bersifat kronik/progresif yang mempengaruhi fungsi-fungsi dasar tubuh seperti
daya ingat, daya fikir, daya orientasi, daya kemampuan belajar, bahasa, dan
kemampuan menilai, hampir seluruh pasien dimensia menunjukan gangguan
memori pada awal gejala timbulnya penyakit (Hales, et al,.2010).
Memori adalah suatu proses penyimpanan dan pengeluaran kembali
informasi yang didapat dari proses belajar. Penyimpanan dan pemanggilan
informasi yang telah disimpan terjadi melalui sinyal-sinyal saraf yang dijalankan
melalui neuron ke neuron berikutnya melalui batas antar neuron (interneuronal
junction) yang disebut sinaps (Lyinch, 2004). Sinyal-sinyal diantara neuron
dihantar oleh senyawa neurotransmiter, salah satu neurotransmiter adalah
asetikolin (AChE) asetikolin disekresi sebagian besar didaerah otak. Penyakit
dimensia merupakan salah satu akibat dari gangguan fungsi asetikolin.
Asetikolinnesterase (AChE) merupakan enzim yang berfungsi sebagai katalisator
2
enzim yang katasilator pada pemecehan asetikolin menjadi bentuk tidak aktif
yaitu asetat dan kolin, pengukuran aktivitas enzim AChE dapat menggambarkan
akumulasi ACHe dalam tubuh (Shah et al, 2009). Hasil penelitian Park et al
(2004) menunjukan pada penderita dimensia aktivitas enzim asitikolinnesterase
lebih besar. Senyawa yang menghambat aktivitas AChE dapat menggambarkan
potensi sebagai obat anti dimensia. Tanaman yang berpotensi mengandung
senyawa tersebut adalah kunyit (Curcuma longa Linn)
Bagian tanaman kunyit yang paling berpotensi sebagai obat adalah rimpang,
rimpang kunyit mengandung senyawa fenolik salah satunya yaitu curcumin. Pada
hasil penelitian yang dilakukan lim et al (2010) menunjukan bahwa kurkumin
memiliki kemampuan untuk menghambat inflamasi dan kerusakan oksidatif pada
dimensia.
Sementara berdasarkan hasil penelitian dari Park et al, (2004) menunjukan
pada penderita dimensia aktivitas enzim asetilkolinesterase lebih besar. Senyawa
yang dapat menghambat aktivitas AchE dapat menggambarkan potensi sebagai
obat dimensia, tanaman yang berpotensi mengandung senyawa tersebut ialah
kunyit (Curcuma longa linn). Potensi tanaman yang mengandung senyawa
penghambat AchE, dapat menjadi alternatif dalam menurunkan patogenesis dan
pengobatan dimensia
Berdasarkan data-data di atas kelompok tertarik untuk mengangkat”
Penggunaan kunyit (Curcuma Longa Linn) sebagai pencegah dimensia” Untuk
dijadikan tema dalam desiminasi ilmu pada pegawai DI PSTW Budi Luhur Jambi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan desiminasi ilmu selama 1x45 Menit, diharapkan
peserta mampu memahami, mengetahui dan mengaplikasikan hasil desiminasi
dalam upaya pencegahan dimensia.
2. Tujuan Khusus .
Setelah dilakukan desiminasi ilmu selama 1x45 menit, diharapkan
Peserta mampu :
3
a. Klien mampu menjelaskan definisi demensia
b. Klien mampu menjelaskan tanda dan gejala yang muncul pada demensia
c. Klien mampu mengetahui manfaat dan kandungan pada kunyit
d. Klien mampu mengetahui cara mengelola kunyit dalam mencegah dimensia
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik / Judul Kegiatan
a. Judul : Penggunaan kunyit sebagai pencegah dimensia
b. Sasaran : Karyawan PSTW Budi luhur sebanyak 10 orang
2. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab
5. Jenis kegiatan
a. Kegiatan desiminasi ilmu
Denah tempat
4
Keterangan:
:Kursi/Peserta : Dosen/Pembimbing
: Layar : Fasilitator
: Moderator : Pemateri
: Meja LCD : Laptop
: Penanggung Jawab : Dokumentasi
: Meja Panjang : Observer
5
b. Strategi pelaksanaan
No. KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN PESERTA WAKTU
1. Persiapan
a. Mengucapkan Salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri dan b. Memperhatikan dan
anggota kelompok dan tim mendengarkan 5 menit
pembimbing. c. Memperhatikan dan
c. Menjelaskan tema, waktu, mendengarkan
tujuan dan manfaat kegiatan
penyuluhan
6
muncul pada dan
demensia memperhatika
f. Memberikan f. Mendengarkan
reinforcement positif dan
g. Menjelaskan tentang memperhatikan
manfaat dan g. Mendengarkan
kandungan yang dan
terdapat pada kunyit memperhatikan
h. Memberikan h. Mendengarkan
reinforcement dan
i. Menjelaskan tentang memperhatikan
cara mengelola i. Mendengarkan
kunyit dalam upaya dan
pencegahan dimensia memperhatikan
j. Memberikan j. Mendengarkan
reinforcement dan
k. Memberikan memperhatikan
kesempatan peserta k. Mengajukan
untuk bertanya pertanyaan
3. Penutup
a. Mengevaluasi a. Memberikan
kemampuan pemahaman jawaban
peserta b. Mendengar dan 5 Menit
b. Memberi reinforsemen memperhatikan
positif c. Mendengarkan
c. kesimpulan dan
d. Menutup pertemuan memperhatikan
e. Mengucapkan salam d. Mendengarkan
dan
memperhatikan
7
e. Menjawab salam
c. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab : Tien Sumarna, S. Kep
Tugas :Mengkoordinasi persiapan dan pelaksanaan
kegiatan penyuluhan di ruang interne RSUD Raden
Mattaher Jambi
8
c) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif
selama pertemuan.
D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. 75% dari peserta dapat hadir dan mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 75% Peserta mampu mampu menjelaskan definisi demensia
b. 75% Peserta mampu mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada
demensia
c. 75% Peserta mampu mengetahui manfaat dan kandungan kunyit
d. 75% Peserta mampu mengetahui cara mengelola kunyit sebagai upaya
pencegahan dimensia
MATERI DEMENSIA
9
A. Konsep Demensia
1. Definisi Demensia
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya
terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses
serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif
yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia
terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagi bisa
membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya
ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku,
penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter and
Janiwarti, 2011).
Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual
yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan
bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia
dapat juga di sebabkan pleh bermacam-macam kelainan otak. Hampir 55%
penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-
15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat
sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014).
Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar
penyakit biasa, melaikan suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari
suatu penyakit sehingga membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia timbul secara perlahan dan menyerang orang yang usia diatas 60
tahun. Demensia bukan merupakan bagian proses penuaan yang normal.
Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan dalam otak
menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka
pendek dan penurunan kamampuan. Perubahan normal pada lansia tidak akan
mempengaruhi fungsi. Orang yang lanjut usia lupa pada usia bukan merupakan
pertanda dari demensia atau penyakit Alzheimer stadium awal. Pada penuaan
normal, seseorang dapat lupa pada hal detail, kemuadian akan lupa secara
keseluruan peristiwa yang baru terjadi.
10
2. Gejala Demensia
Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara
lain : Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif
ringan, kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru,
menurunya ingatan terhadap peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan
kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali
demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai
dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa
memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala
demensia selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada
lansia, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak
dengan lingkungan dan lebih sensitif.
Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang
semakin khawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahan
tingkah laku yang dialami lansia pada demensia.
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada Demensia antara lain:
a. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa
tentang informasi yang baru didapat atau dipelajari, itu merupakan hal biasa
yang dialami lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan petunjuk
yang diberikan, nama maupun nomor telepon, dan penderita demensia akan
sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
11
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitan dalam mengolah
kata yang tepat, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain.
b. Serangan Stroke
12
Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara
ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat tersumbatkan
aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari beberapa stoke
ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah pada otak.
c. Serangan Lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat
pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan
hidrocefalus.
4. Tingkatan Demensia
a. Demensia Buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan
MMSE dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung,
dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi
ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan
visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya (Gluhm et all,2013).
b. Demensia Sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor
MMSE 18- 23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa
menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami (Gluhm et all,2013).
13
a. Udara
Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia,
disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait
dengan resiko demensia akibat paparan lingkungan, asap tembakau
dirumah, kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan
serta memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all, 2016).
b. Alumunium
Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per
hari dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016).
c. Pekerjaan
Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau
radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016).
d. Vitamin D
Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan
resiko dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).
6. Terapi Demensia
a. Terapi non-farmakologis
Terapi non-farmakologis sering digunakan dengan tujuan
mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif, kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, atau kualitas hidup secara keseluruhan.
Mereka juga dapat digunakan dengan tujuan mengurangi gejala perilaku
seperti depresi, apatis, dan gangguan tidur ( Ong, 2015).
b. Terapi Farmakologis
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan: Untuk
mengobati demensia digunakan obat-obatan antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigimine, Galantamine, Memantine.
14
Dukungan atau Peran Keluarga sangat mempertahankan lingkungan
yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi, dan pada
penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, yaitu:
1) Latihan fisik yang sesuai
2) Terapi rekreasional dan aktifitas ( Ong, 2015).
7. Pencegahan Demensia
a. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah.
Tingkatkan asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
b. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.
c. Penderita stroke, diabetes, hipertensi atau kolesterol tinggi, diharapkan
teratur dalam mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta
menjalani nasihat mengenai pola hidup sehat.
d. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk
menurunkan berat badan secara aman.
e. Rutin memeriksa tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara
teratur agar selalu waspada.
f. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti
bersepeda atau berjalan kaki (Ong, 2015).
B. Konsep Kunyit
1. Pengertian
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki
manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis
rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari
puncuk batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih.
Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit
manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada
didalam tanah. Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar,
rimpang induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga
kekuning – kuningan (Hartati & Balittro, 2013).
15
2. Taksonomi
Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut
(Winarto, 2004) :
a. Kingdom : Plantae
b. Divisi : Spermatophyta
c. Sub-divisi : Angiospermae
d. Kelas : Monocotyledonae
e. Ordo : Zingiberales
f. Family : Zingiberaceae
g. Genus : Curcuma
h. Spesies : Curcuma domestica Val
3. Morfologi
a. Batang
Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah
daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu
menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan.
Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m (Winarto, 2004).
b. Daun
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun.
Panjang helai daun antara 31 – 83 cm. lebar daun antara 10 – 18 cm. daun
kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar.
Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai
ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6 –
10 daun (Winarto, 2004).
c. Bunga
Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning
muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar
kelopak bunga, tig lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah
satu dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan.
16
Sementara itu, ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi heli
mahkota bunga (Winarto, 2004).
d. Rimpang
Rimpang kunyit bercabang – cabang sehingga membentuk rimpun.
Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa
batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang
induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau
melengkung. Tunas berbuku – buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah
tunas umunya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).
Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning
kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan
bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman
kunyit akan berkembang secara terus menerus membentuk cabang – cabang
baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun
mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang
yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah
besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (Winarto,
2004).
17
Curcuma longa L. atau kunyit sudah sejak lama dikenal sebagai salah
satu bahan yang digunakan untuk mengobati beberapa keluhan. Kunyit
memiliki kandungan kimia yaitu karbohidrat (69,4%) : kurkuminoid
(campuran kurkumin, demetoksikurkumin) dan minyak astiri (5,85%)
(Galen et al,.2018).
5. Cara Penggunaan
Menurut BPOM (2020), Pengelolaan Kunyit adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan berdasarkan cabe puyang: sebanyak 25 g kunyit segar, di cuci
bersih, di parut, di peras, di saring, di tambah 1 sendok makan madu
kemudian di minum 3 kali sehari
2) Bahan kering : 3-9 gram perhari : serbuk 1,5-3,0 g/hari
3) Serbuk harus dikonsumsi 2 sampai 3 kali dalam sehari setelah makan ; teh
(2 sampai 3 gelas) di konsumsi diantara saat makan
4) Untuk membuat teh, panaskan 0,5 sampai 1 gram obat pada air mendidih,
tutup hingga 5 menit
18
indonesia sebagai pelengkap bumbu masakan. Kunyit (Curcuma longa L)
memiliki kandungan utama yaitu kurkumin. Tanaman ini memiliki banyak
manfaat seperti sebagai anti-inflamasi, anti-jamur, anti-fungi, antivirus, anti-
karsinogenik, anti-mutagenik, anti-bakteri dan sebagai neuroprotektor.
Neuroprotektor berfungsi untuk melindungi, memulikan dan meregenerasi sel
saraf (Chattopadhyay, Biswas, Bandyopadhyay, & Banerjee, 2004; Cole, Teter,
& Frautschy, 2007).
Kurkumin dapat berperan sebagai neuroprotektor karena kurkumin dapat
bekerja sebagai anti-agregasi Aβ,inhibitor β secretase dan mampu menghambat
tau protein dan aktivitas kolinesterase. Kurkumin memiliki beberapa
karakteristik sebagai pengobatan penyakit Alzheimer karna kurkumin
berfungsi dalam melindungi saraf dengan aktivitas anti-inflamasi, antioksidan,
dan anti-protein agregat. Kurkumin dapat memiliki potensi untuk pengobatan
Alzheimer, Parkinson, Huntington, trauma kepala, penuaan, dan stroke (Cole et
al., 2007).
Penggunaan kurkumin pada manusia dinilai aman karena pada studi pada
pasien kanker melaporkan bahwa tidak ada toksisitas pada 25 pasien yang
menggunakan kurkumin oral (dari 500 hingga 8000 mg/ hari) selama tiga bulan
(Cheng et al.,2001). Dosis oral kurkumin berkisar antara 500 hingga 12.000
mg, dan efek samping serius tidak dilaporkan. Hanya 30% dari subyek
mengalami toksisitas ringan (sakit kepala, diare, dan ruam) yang tidak
berhubungan dengan dosis (Lao et al., 2006).
Pada penelitian di Australia dengan uji coba terkontrol plasebo double-
blind acak dengan 200 pasien demensia yang diberikan kurkumin oral
sebanyak 1500 mg/ hari menunjukkan bahwa kurkumin dapat mencegah
penurunan kognitif pada kelompok yang diobati (Goozee, 2013).
Pasien demensia stadium lanjut yang diberikan kapsul kunyit dengan
bioavailable curcumin (setara dengan 764 mg kunyit dan kurkumin 100 mg /
hari) selama periode satu tahun menunjukkan peningkatan dalam skor
inventaris neuropsikiatri dan kognisi dan juga pengurangan dalam beban
pengasuh (Hishikawa, Takahashi, Amakusa, Tanno, & Tuji, 2012).
19
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, N., & Putri, O.O.(2014). Panduan Perawatan Pasien Demensia di Rumah.
Malang: Umm press.
BPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 2020, Pedoman Penggunaan Herbal
Dalam Menghadapi Covid-19 Diindonesia, Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republic Indonesia
Gluhm, S.,BA, Goldstein, J., BS, Loc, K., MD, et al. (2013). Cognitive
performance on the Mini-Mental State Examination and the Montreal
Cognitive Assesment Across the Healthy Adult Lifespan. National
Institutes of Health, 1-11.
Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5 - 9.
Hishikawa, N., Takahashi, Y., Amakusa, Y., Tanno, Y., & Tuji, Y. (2012). Effects
of turmeric on Alzheimer ’ s disease with behavioral and psychological
20
symptoms of dementia. AYU, 33(4), 499–504.
https://doi.org/10.4103/09748520.110524
Killin,L,,O.,starr, J.M.,shiue, I.J., & Russ, C.T (2016). Enviromental risk factor
for dementia : A Sistematic Review. BMC geriatric; 16:175, 1-28
Lao, C. D., Iv, M. T. R., Normolle, D., Heath, D. D., Murray, S. I., Bailey, J. M.,
… Brenner, D. E. (2006). BMC Complementary and Dose escalation of a
curcuminoid formulation. BMC Complementary and Alternative
Medicine, 6(10), 4–7. https://doi.org/10.1186/1472-6882-610
Ong Anam dkk, (2015). Panduan Praktik Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan
Demensia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesial Saraf Indonesia.
Said, A. (2007). Khasiat dan Manfaat Kunyit.Jakarta : PT. Sinar Wadjar Lestari.
Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
pp 2 - 12.
21