Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive tract)
adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada
prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh
yang diperoleh melalui prosesIngestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk
kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan
usus halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkati
dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan
proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan
bagian dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi
Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat
disolusi aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari
tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran
cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat
dibandinkan di lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya
obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat
lain.
propanolo dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram
K oleh mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama antikoagulan oral maka
Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak
diketahui. Misal phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran
cerna.
Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan
interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi obat.
obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil
pada pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu
lambung kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang
mengandung kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang
terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan sebagai
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara kompetititf
oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat yang merupakan
analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-merkaptopurin yang diabsorpsi
aktif melalui mekanisme yang sama dengan mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan
makanan.
1. Antasida
Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama penyakit
dan hanya ditujukan untuk gejala ringan saja. Pengobatan ulkus akibat keasaman yang
Efek
Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek yang umumnya terjadi adalah sembelit,
vitamin B. Kadar pH yang rendah di perut biasanya membunuh bakteri yang tertelan, tetapi
antasida meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga
seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu juga dapat terpengaruh.
Perpaduan tetracycline dengan aluminium hidroksida dapat menyebabkan mual, muntah, dan
Antasid adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk nyeri tukak
a. Antasida sistemik
Trisilikat
Obat ini diindikasikan untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam lambung.
a. H2-blockers
histamin-H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan
Obat-obat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dan dibuat) dengan jalan menghambat
c. Analogon Prostaglandin-E1
Contohnya : sulkralfat
4. Laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan
langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah
buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit. Laksansia dibagi berdasarkan atas
a. Laksansia Kontak
derivat difenilmetan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein), dan minyak kastor. Zat-zat ini
b. Laksansia Osmotik
Contohnya : magnesium sulfat/sitrat dan natrium sulfat, gliserol, manitol, sorbitol, laktulosa,
oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus melalui dinding ke dalam usus oleh proses
osmosa.
Contohnya : zat-zat lendir (agar-agar, metilselulosa, dan CMC), dan zat-zat nabati Psyllium,
Gom Sterculia dan katul. Semua senyawa polisakarida ini sukar dipecah dalam usus dan tidak
diserap (dicernakan).
melunakkan tinja dengan jalan meningkatkan penetrasi air ke dalamnya. Parafin melicinkan
5. Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare. Pembagian
a. Kemoterapeutika
Untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika,
b. Obstipansia
Untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni :
- Adsorbensia
c. Spasmolitika
Yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang –kejang otot yang sering kali mengakibatkan
Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk
menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCL yang
antasida merupakan basa lemah. Senyawa oksi alumunium sukar untuk meninggikan pH
lambung lebi dari 4, sedangkan basa yang lebih kuat seperti magnesium hidroksida secara
teoritis apat meninggikan pH sampai 9, tetapi kenyataannya tidak terjadi. Semua antasida
Antasida dibagi kedalam dua golongan yaituantasida sistemik dan antaasida non sistemik.
Antasida sistemik misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga
menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal, dapat terjadi alkalosis
hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh
Obat berikut ini diindikasi untuk tukak peptik karena dapat menghambat sekresi asam
AH2. Obat ini bekerja di terakhir peoses asam lambung, lebih distal dari AMP. Pada obat
misoprostol, suatu analog metil ester prostaglandi E1. Obat ini berefek menghambat sekresi
HCL dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak saluran cerna yang diinduksi obat-obat
AINS. Obat ini menyembuhkan tukak lambung dan duodenum, efeknya berbeda bermakna
sukrosa ini membentuk polimer mirip lem dalam suasana asam ddan terikat pada jaringan
nekrotik tukak secara selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik. Obat yang
bekerja ebagai sawar terhadap HCL dan pepsin ini terutama efektif terhadap tukak
duodenum. Kaarenaa suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini, pemberiaan bersama
Obat ini juga dinamakn prokinetika atau propulsiva dan berdaya antiemetik serta antagonis
dopamin. Gerakan peristaltik lambung dan usus duabelas jari dihambat oleh neurotransmiter
dopamin. Efek ini ditiadakan oleh antagonis-antagonis tersebut dengan jalan menduduki
kembali empedu dan enzim-enzim pencernaan dari duodenum kejurusan lambung tercegah.
Tukak tidak dirangsang lebih lanjut dan dapat sembuh dengan lebih cepat.
Obat penenang
Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah
parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada
penderita. Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan antasida
No Nama
Obat A Nama
1. Cisapride Alkohol Antagonis reseptor serotonin yang menstimulasi motilitas saluran cerna
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan
asam esophagus. Memicu produksi asam lambung secara berlebihan Cisapride meningkatkan
cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus. Menekan secara langsung sel T helper subsets dan menekan secara
cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
bersihan asam esophagus. Bekerja pada sistem GABA dengan memperkuat fungsi
dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan bersihan
asam esophagus. Morfin memperlihatkan efek utamanya dengan berinteraksi dengan reseptor
opioid pada SSP dan saluran cerna. Opioid menyebabkan hiperpolarisasi sel saraf, dan
cerna dengan cara meningkatkan tekanan sphincter esophagus bawah dan meningkatkan
→resistensi perifer ↓*pd otot jantung →kontraktilitas, HR↓ Cisapride meningkatkan level
untuk mengikat H2-reseptor pada membran basolateral sel parietal Membentuk kompleks
pembentukan rantai pada sintesis RNA Peningkatan clearance non-renal dari cimetidine
proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung Menghasilkan radikal
bebas berinti karbon dimana parasit malaria sensitif terhadap radikal bebas ini Menginduksi
proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung Menghambat sistem
protein bakteri dan terikat pada sub unit ribosom 50s mikroorganisme yang sensitif
Meningkatkan level omeprazole dalam serum sebanyak 2 kali lebih
lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal
usus dengan mempengaruhi secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus
dengan menghambat susunan asam dihidrofolat dari asam paraamino benzen (PABA) Co-
secara langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus Menghambat kerja enzim
protease HIV yang dibutuhkan untuk membuat virus baru Ritonavir meningkatkan level
bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung
Mengontrol sekresi asam lambung dengan menghambat pompa proton yang mentranspor ion
biskalcitrate
bikarbonat mukosa yang menyebabkan efek toksik langsung pada H.pylori lambung
Menghambat sekresi asam lambung basal dan nocturnal melalui
Ranitidine juga menghambat sekresi asam lambung yang dirangsan oleh makanan, betazole,
untuk menghilangkan nyeri tukak peptik pHv lambung meurun, sehingga jumalah
dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan berkonversi menjadi dopamin
dopa karboksilase di
berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan
Ca2+dalam susu, Fe2+ dalam sediaan besi Menghambat proses sintesis protein dari bakteri
yang menyerang tubuh Terbentuk kelat yang tidak dapat diabsorpsi sehingga jumlah
(COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif
Etiologi
Kelebihan Asam
Peradangan mukosa
kapiler
Ulkus Lambung
Patofisiologi
Penatalaksanaan
a. Antagonis H2
siklik AMP dan sekresi histamine yang menstimulasi sekresi asam lambung. Interaksi antara
siklik AMP dan jalur kalsium menyebabkan inhibisi parsial asetilkolin dan gastrin yang
Yang potensinya paling lemah adalah simetidin sedangkan yang paling kuat adalah
Famotidin.
Ranitidin memiliki durasi yang lebih lama dari Simetidin. Ranitidine dan Simetidin
inotropik positif).
sekresinya diinduksi oleh histamin maupun gastrin, tetapi menghambat secara parsial sekresi
asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh asetilkolin. Hal tersebut dapat terjadi dengan
Zoolinger Ellison Syndrom, Tukak akut, dan GERD (Gastro Esophageal Refluks Disease) /
heart burn.
diare, obstipasi, sakit otot dan sendi, sistem saraf pusat (kecemasan, halusinasi terutama pada
1. Simetidin
ke seluruh tubuh, termasuk air susu dan dapat melewati plasenta. Diekskresi sebagian besar
lewat urin, memiliki t½ pendek, meningkat pada gangguan ginjal. 30% dosis diinaktivasi
lambat dalam hati. 70% dosis eksresi lewat urin dalam bentuk tidak berubah.
o Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400
mg sebelum sarapan & 400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.
o Efek Samping : lelah, pusing, diare, ruam, Jarang : ginekomastia,
rasa bingung yang reversibel, impotensi (pria), reaksi alergi, artralgia, mialgia, gangguan
2. Ranitidine :
o Farmakologi : Memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan
5-10 kali lebih potensial dari simetidin. Ranitidine dimetabolisme dalam hati.
ruam kulit.
3. Famotidin :
pada aksi farmakologi. Memiliki aksi 20-60 kali lebih potensial dari Simetidin dan 3-200 kali
patologis 20 mg 4 x / hari.
4. Nizatidin :
Famotidin dan rantai samping Ranitidin. Serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan
atau 150 mg 2 x / hari selama 8 minggu. Perawatan tukak duodenum yang sudah sembuh
hari selama 12 minggu. Tukak lambung aktif yang jinak 150 mg 2 x / hari atau 300 mg 1 x /
hari selama 8 minggu. Ampul infus iv kontinue : larutkan 300 mg dalam 150 mL larutan iv
dan infus ditingkatkan rata-rata 10 mg/jam. Infus intermitten : larutkan 100 mg dalam 150
mL larutan iv dan infus lebih dari 15 minimal 3 x / hari. Maksimal 480 mg / hr.
berperan dalam efek histamine terhadap sekresi cairan lambung. Berdasarkan dari mekanisme
kerja kedua obat tersebut kita akan melihat profil dari masing-masing obat tersebut.
Farmakodinamik
Cimetidin dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Reseptor H2
akan merangsang sekresi cairan lambung srhingga pada pemberian Cimetidin dan ranitidine
sekresi cairan lambung dihambat. Pengaruh fisiologi cimetidin dan ranitidine terhadap
reseptor H2 lainnya, tidak begitu penting.walaupun tidak lengkap cimetidin dan ranitidine
dapat menghambat sekresi cairan lembung akibat rangsangan obat muskarinik atau gastrin.
Cimetidin dan ranitidine mengurangi volume dan kadar ion hydrogen cairan lambung.
menurun.
Farmakokinetika
Cimetidin
diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek
pada periode paska makan. Absorpsi terutama terjadi pada menit ke 60 -90. Cimetidin masuk
kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum. Sekitar 50-80%
dari dosis IV dan 40% dari dosis oral diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh
Ranitidine
Bioavailabilitas ranitidine yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien
penyakit hati. Masa paruhnya kira-kira 1,7 -3 jam pada orang dewasa, dan memanjang pada
orang tua dan pasien gagal ginjal. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidine juga
memanjang meskipun tidak sebesar pada ginjal.Pada ginjal normal, volume distribusi 1,7
L/kg sedangkan klirens kreatinin 25-35 ml/menit. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3
jam setelah penggunaan ranitidine 150 mg secara oral, dan terikat protein plasma hanya 15
%. Ranitidine mengalami metabolism lintas pertama di hati dalam jumlah yang cukup besar
setelah pemberian oral. Ranitidine dan matabolitnya diekskresi terutama melalui ginjal,
sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidine yang diberikan IV dan 30 % yang diberikan
Interaksi Obat
Cimetidin terikat ole sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktivitas enzim mikrosom hati,
sehingga obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama Cimetidin. Contohnya: warfarin,
mukosa lambung dan menyebabkan peningkatan alkohol serum. Obat ini tak tercampurkan
dengan barbiturat dalam larutan IV. Simetidin dapat menyebabkan berbagai gangguan SSP
terutama pada pasien lanjut atau dengan penyakit hati atau ginjal.
Ranitidin lebih jarang berinteraksi dengan obat lain dibandingkan dengan simetidin. Nifedin,
menghambat sitokrom P-450, Ranitidin dapat juga menghambat absorbsi diazepam dan
mengurangi kadar plasmanya sejumlah 25%. Sebaiknya obat yang dapat berinteraksi dengan
ranitidin diberi selang waktu minimal 1 jam. Ranitidin dapat menyebabkan gangguan SSP
ringan , karena lebih sukar melewati sawar darah otak dibanding simetidin.
Indikasi
Keduanya digunakan untuk mengobati tukak lambung dan tukak duodenum. Akan tetapi
manfaat terapi pemeliharaan dalam pencegahan tukak lambung belum diketahui secara
penurunan kira-kira 50% dan Ranitidin 300 mg/hari menyebabkan penurunan 70% sekresi
b. Antasida
penetralan (dalam miliequivalen) adalah mEq HCl yang dibutuhkan untuk memepertahankan
suspensi antasida pada pH 3,5 selama 10 menit secara in vitro. Peningkatan pH cairan gastric
dari 1,3 ke 2,3 terjadi penetralan sebesar 90% dan peningkatan ke pH 3,3 terjadi penetralan
sebesar 99% asam lambung. Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan yang
besar, juga memiliki durasi kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal maupun
sistemik yang merugikan. Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung sampai pH 4, dan
menghambat aktifitas proteolitik dari pepsin. Antasida tidak melapisi dinding mukosa namun
memiliki efek adstringen. Secara kimia antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan
asam lambung membentuk garam dan air. Antasida juga dapat menstimulasi sintesis
prostaglandin. Secara umum antasida dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu antasid
sistemik dan non sistemik. Seluruh antasida dapat digunakan untuk terapi tukak duodenum
• Golongan Antasida :
1. Antasida sistemik :
menyebabkan urin bersifat alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat
terjadi alkalosis metabolik sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh antasida
sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan Aluminium fosfat memiliki aktivitas antasid
yang lemah.
usus, juga pada indigesti pada refluks oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini dapat
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya bertahan
20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah
makan. Makanan dengan daya mengikat asam (susu) sama efektifnya terhadap nyeri.
• Peninggian pH
Garam-garam magnesium dan Na-bikarbonat menaikkan pH isi lambung sampai 6-8, CaCO3
sampai pH 5-6 dan garam-garam aluminium hidroksida sampai maksimal pH 4-5. Kehamilan
dan Laktasi Wanita hamil sering kali dihinggapi gangguan refluks dan rasa ”terbakar asam”.
• Senyawa Antasida :
Keduanya dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan pilihan pertama. Karena
aluminium (atau kalsium karbonat) yang bersifat obstipasi (dalam perbandingan 1:5).
Persenyawaan molekuler dari Mg dan Al adalah hidrotalsit yang juga sangat efektif.
Bekerja kuat dan pesat, tetapi dapat diserap usus dengan menimbulkan alkalosis. Adanya
alkali berlebihan di dalam darah dan jaringan menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia,
nyeri kepala, dan gangguan perilaku. Semula penggunaannya tidak dianjurkan karena
terbentuknya banyak CO2 pada reaksi dengan asam lambung, yang dikira justru
mengakibatkan hipersekresi asam lambung (rebound effect). Tetapi penelitian pada tahun
menutupi tukak, lagipula berkhasiat bakteriostatik terhadap Helicobacter pylori. Kini banyak
digunakan pada terapi eradikasi tukak, selalu bersama dua atau tiga obat lain.
segera setelah makan dan mulai naik lagi satu jam kemudian hingga mencapai konsentrasi
tinggi tiga jam sesudah makan. Oleh karena itu, antasida harus digunakan lebih kurang satu
jam sesudah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi. Telah dibuktikan bahwa tablet
bekerja kurang efektif dan lebih lambat, mungkin karena proses pengeringan selama
Pada oesophagitis dan tukak lambung sebaiknya obat diminum 1 jam sesudah makan dan
sebelum tidur. Pada tukak usus 1 dan 3 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
karena frekuensi pengobatan tidak adekuat, dosis yang diberikan tidak cukup, pemilihan
sediaan tidak tepat, dan sekresi asam lambung sewaktu tidur tidak terkontrol.
esomeprazol.
Struktuk Omeprazole
Rumus Struktur :
yl)methylsulfinyl]-1H-benzimidazole
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam alcohol, methanol dan
Farmakodinamik
menghambat sekresi asam lambung pada tahap akhir dengan memblokir system enzim H+,
K+-ATPase (Proton Pump) dalam sel parietal lambung. Omeprazole yang berikatan dengan
proton (H+) secara cepat akan diubah menjadi sulfenamid, suatu penghambat pompa proton
yang aktif. Sulfenamid bereaksi secara cepat dengan gugus merkapto (SH) dari H+, K+-
ATPase, kemudian terbentuk ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan
demikian dapat menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat pembentukan
asam lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada saat adanya rangsangan
Farmakokinetik
Obat golongan ini mempunyai masalah bioavailabilitas karena mengalami aktivitasi di dalam
lambung lalu terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan makanan. Oleh karena itu,
Obat golongan ini mengalami metabolisme lengkap yaitu dimetabolisme secara sempurna
terutama dihati, sekitar 80% metabolit diekskresikan melalui urin dan sisanya melalui feses.
Dalam bentuk garam natrium omeprazole diabsorpsi dengan cepat. 95% natrium omeprazole
Dosis
Dosis yang dianjurkan 20 mg atau 40 mg, sekali sehari, kapsul harus ditelan utuh dengan air
(kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau dihancurkan). Sebaiknya diminum sebelum makan.
sehari, dosis ini harus disesuaikan untuk masing-masing penderita. Untuk dosis lebih dari 80
melalui endoskopi.
Kontra Indikasi
Interaksi Obat
dimetabolisme melalui sitokrom P-450 dalam hati yaitu diazepam, warfarin, fenitoin.
Efek Samping
Omeprazole umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Pada dosis besar dan penggunaan yang
Pada penggunaan jangka panjang perlu diperhatikan adanya pertumbuhan bakteri yang
d. Analog Prostaglandin
• Mekanisme kerja :
Prostaglandin E2 dan I2 dihasilkan oleh mukosa lambung, menghambat seksresi HCl dan
Misoprostol yaitu analog prostaglandin E digunakan untuk mencegah ulkus lambung yang
disebabkan antiinflamasi non steroid (NSAIDs). Obat ini kurang efektif bila dibandingkan
• Efek samping yang sering timbul adalah diare dan mual. Selain itu,
e. Sukralfat
• Mekanisme kerja
Mekanisme Sukralfat atau aluminium sukrosa sulfat adalah disakarida sulfat yang digunakan
dalam penyakit ulkus peptik. Mekanisme kerjanya diperkirakan melibatkan ikatan selektif
pada jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap asam,
pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap mukosa termasuk
stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-
garam empedu, aktivitas ini nampaknya terletak didalam seluruh kompleks molekul dan
pencegahan stress ulserasi. Diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek, dan lebih efektif
pada ulkus usus. Obat ini sukar diabsorpsi secara sistemik (meskipun telah didokumentasikan
adanya peningkatan kadar obat ini dalam darah pada penderita gagal ginjal). Berikatan
dengan protein bebas, dan konsentrasi sukralfat pada bagian ulkus lebih besar daripada pada
jaringan normal.
• Efek samping yang sering terjadi dari penggunaan obat ini yaitu
konstipasi yang disebabkan karena adanya aluminium. Sekitar 3-5% aluminium dari dosis
Resiko ini meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal. Efek yang jarang terjadi termasuk
• Dosis :
Dosis sukralfat adalah 2 g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari
pada waktu lambung kosong (paling kurang 1 jam sebelum makan dan sebelum tidur malam),
diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten 12 minggu, maksimal 8 g sehari.
Anak-anak tidak dianjurkan mengkonsumsi obat ini. Profilaksis tukak stress (suspensi), 1 g 6
kali sehari (maksimal 8 g sehari). Saran untuk obat ini yaitu sediaan tablet dapat
didispersikan dalam 10-15 ml air. Obat ini juga diperlukan pH asam untuk diaktifkan dan
sehingga tidak boleh diberikan bersama antasid atau antagonis reseptor H2. Jika digunakan
• Interaksi obat :
warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin, simetidin, ranitidin dan
teofilin.
f. Senyawa Bismut
• Mekanisme kerja :
Senyawa bismut juga bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus, melapisi dan melindungi
ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme kerjanya termasuk
prostaglandin. Obat ini mungkin juga mempunyai beberapa aktivitas antimikroba terhadap H
pylori. Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti metronidazol dan tetrasiklin, kecepatan
penyembuhan ulkus mencapai 98%. Biaya dan potensi toksisitas dari regimen ini dapat
membatasi penggunanya pada ulkus yang serius atau pada penderita yang sering kambuh.
ginjal dapat menurunkan eliminasi bismut, sehingga perlu perhatian penggunaannya pada
pasien lanjut usia dan gagal ginjal. Bismut subsalisilat dapat menyebabkan sensitif terhadap
salisilat dan perdarahan, dan perlu perhatian juga pada pasien yang menerima terapi dengan
salisilat. Pasien harus diberitahu bahwa garam bismut dapat menyebabkan warna hitam pada
tinja dan lidah (jika menggunakan sediaan cair). Trikalium disitratobismutat telah diuji secara
luas di Eropa dan memperlihatkan proses penyembuhan ulkus lambung dan ulkus duodenum
lebih baik dari plasebo. Trikalium disitratobismutat memilki masa tinggal lebih panjang jika
dinbanding dengan antagonis reseptor H2, tetapi masih terjadi kambuh dan sekarang telah
bismutnya rendah, tetapi telah dilaporkan terjadinya absorpsi. Efek sampingnya yaitu dapat
membuat lidah berwarna gelap dan wajah kehitaman, mual dan muntah, dan belum ada
laporan tentang terjadinya ensefalopati pada pemakaian jangka panjang senyawa bismut lain.
Sediaan tablet sama efektifnya dengan sediaan cair dan lebih enak.
• Dosis :
Regimen dosis bismut dengan kombinasi 3 obat lain digunakan dalam lini pertama
pengobatan ulkus karena H pylori. Regimen ini terdiri dari antagonis reseptor H2
250-500 mg 4 kali sehari, dan tetrasiklin 400 mg 4 kali sehari (atau amoksisilin 500 mg 4 kali
sehari atau klaritromisin 250-500 mg 4 kali sehari). Jangka waktu pemakaian regimen dosis
absorpsi tetrasiklin.
1. ANTISEKRETORI
Mekanisme kerja :
diare
Dosis :
PO dewasa 2 tablet atau 30 ml, dapat diulang tiap 30 menit samoai 1 jam, sampai 8 dosis/24
jam
PO (anak-anak 9-12 tahun): 1 tablet atau 15 , ml; dapat diulang tiap 30menit-1 jam,sampai 8
dosis/24 jam
PO (anak-anak 6-9 tahun): 2/3 tablet atau 10 ml, dapat diulang tiap 30menit-1 jam,sampai 8
dosis/24 jam
PO (anak-anak 3-6 tahun): 1/3 tablet atau 5 ml, dapat diulang tiap 30menit-1 jam, sampai8
dosis/24 jam
PO (anak-anak <3tahun berat 12 kg atau lebih): 5 ml dapat diulang tiap 4 jam, sampai
6dosis/24 jam
PO (anak-anak <3tahun berat 6-8 kg): 2,5 ml dapat diulang tiap 4 jam, sampai 6 dosis/24 jam
2. ASTRINGENT
Mekanisme kerja :
dapat mengurangi bengkak pada jaringan, (menciutkan jaringan) dan anastesi lokal (untuk
mengurangi nyeri)
Dosis :
Bismuth dewasa 2 tablet, anak 6-12 1 tablet, 3-6 thn ½ tablet. Dosis dapat diulang tiap 30
3. ADSORBEN
Mekanisme kerja :
Adsorben digunakan sebagai terapi simpomatik pada diare. Aksi
kerja adsorben tidak spesifik. Obat ini mempunyai kemampuan mengikat dan menginaktivasi
toksin bakteri, mengadsorbsi nutrien, toksin (racun), dan obat-obat penyebab diare.
Penggunaan adsorben harus dipisahkan dengan obat oral lainnya selama 2 sampai 3 jam.
Adsorben yang digunakan dalam terapi simptomatik diare antara lain kaolin, atapulgit, dan
karbon aktif.
4. DEMULCENT
Mekanisme kerja :
sebagai protektif
5. ANTIMOTILITAS
Mekanisme kerja :
usus sehingga diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Salah
mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan
menerus selama 48 jam. Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat
darah, maka sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi
bakteri. Perlu diingat kembali bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam tubuh. Pada kasus ini,
antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan memperlama keberadaan bakteri di
dalam tubuh(1).
Contoh : opiat
Bekerja diperantarai terutama oleh reseptor opioid μ (efek motilitas) dan δ (sekresi usus) pada
saraf enterik, sel epitel dan otot atau absorbsi (reseptor μ dan δ). Antidiare yang umum
6. PROBIOTIK
Mekanisme kerja :
patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan menunjukkan
dengan cara kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan eritrosit (sel epitel mukosa),
enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi mengadakan perlekatan
dengan bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik didalam mukosa usus dapat
mengurangi atau menghambat adhesi bakteri lain misalnya E. Coli dan Salmonella sehingga
tidak terjadi kolonisasi. Ketika terdapat patogen dalam jumlah banyak pada saluran cerna,
kuman patogen juga harus berkompetisi dengan bakteri yang menguntungkan untuk
Dosis :
Dosis yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. Dosis probiotik yang
bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6. Jika kita memberikan kurang dari itu,
maka proses keseimbangan tidak tercapai yang berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh
karena itu, preparat probiotik Lactobacillus umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7
hingga pangkat 9.Untuk Dialac® yang mengandung heat-killed bacteria, memang agak
berbeda. Perbedaannya, jumlah yang dihitung tersebut (10 pangkat 10) adalah pada saat
fermentasi dan preparasi sel Tyndallized. Selain itu karena bakteri sudah dimatikan, maka
tidak akan berproliferasi hingga mencapai target. Berbeda dengan bakteri yang hidup yang
masih bisa bertambah jumlahnya pada saat mencapai sel target. Tentu hal ini juga sudah
memperhitungkan adanya sebagian bakteri yang mati pada perjalanan sebelum mencapai
target.
obat obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:
1.KEMOTERAPI
adalah obat terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat
A. Tetrasiklin
• Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribososm
bakteri. Pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transpor
aktif. Setelah masuk antibiotik berikatan secara reversibel dengan ribosom 30S dan mencegah
ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA-ribosom. Hal tersebut mencegah
perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.
sama, sebab mekanisme kerjanya sama, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas
masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Derivat dari tetrasiklin yaitu: demeklosiklin,
Diproduksinya pompa protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein
ini dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses
transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi
• Farmakokinetik
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorpsi sebagian besar berlangsung
di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan,
kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi
dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap
seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar
dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke
cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri
dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin
Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati, sehingga kurang aman pada
Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu.
Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali
kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami
sirkulasi enterohepatik, maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah
terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini
akan mengalami akumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
• Penggunaan Klinik
Indikasi
Penggunaan topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata dan kulit saja. Salep mata golongan
tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh bakteri gram-
positif dan gram negatif yang sensitif. Selain itu juga untuk profilaksis oftalmia neonatorum
Penyakit konjungtivitis inklusi dapat diobati dengan hasil baik selama 2-3 minggu, dengan
memberikan salep mata atau obat tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin. Pada
trakoma pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasi dengan doksisiklin oral
Kontra Indikasi
Interaksi Obat
Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. Bila
Efek samping
Sediaan
Dosis
Lapisan tipis salep mata tiap 2-4 jam atau 1 tetes suspensi tiap 6-12 jam (dapat digunakan
B. Doksisiklin
• Farmakodinamik
mikroorganisme .Mempunyai spectrum kerja yang luas terhadap bakteri gram positif dan
negative.
• Farmakokinetik
Doksisiklin hamper sepenuhnya diserap dengan bioavailabilitas lebih dari 80% dengan rata-
rata -95% .Namun beberapa penulis membandingkan intravena dengan oral dosis doksisiklin
duodenum,Waktu paruh penyerapan adalah 0,85 samapi kurang lebih 0,41 h.Konsentrasi
puncak dengan dosis yang bervariasi menjadi 15,3 mg/L 4 jamsetelah dosis 500 mg per oral.
• Indikasi
• Kontraindikasi
• Dosis
Dewasadan anak>8 tahun dengan berat badan > 45 kg:100 mg setiap 12 jam selama hari
Anak-anak berusia>8 tahun dengan berat badan <45 kg :4,4 mg/kgbb/hari dengan selang
waktu 12 jam selama sehari pertama dilanjutkan dengan 2,2 mg/kgBB sekali sehari
2.Rehidrasi
Sesuai anjuran WHO/UNICEF menggunakan cairan yang terdiri dari 1 L air yang
mengandung glukosa ,natrium klorida 3,5 gram,natrium citrate 2,9 gram,kalium klorida 1,5
adalah untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare,yaitu dengan cara:
1. Loperamid
Dosis dan aturan pakai : anak-anak : – diare akut maksimal 16 mg per hari
dewasa :
16 mg/hari.
Resiko khusus : pada pasien yang sedang hamil pada trimester pertama resiko
b.Adsorben
1. Kaolin
mekanisme kerja : bekerja sebagai penyerap dan menghilangkan rangsangan baik sekali
dalam pengobatan terhadap diare yang nonspesifik. Kaolin bila diberikan peroral dapat
mengabsorbsi bahan racun dalam pencernaan makanan dan menghilangkan bakteri dan zat
hipersensitifitas.
2. Pectin
Mekanisme kerja : merupakan adsorben dapat menghilangkan racun bakteri. Bekerja tidak
spesifik dengan mengadsorbsi nutrisi, racun, obat dan cairan pada saluran pencernaan.
3. Attapulgite
Mekanisme kerja : dengan mengabsorpsi nutrisi, racun, obat dan cairan pada saluran
pencernaan.
3.SPASMOLITIKA
adalah zat yang dapat melemaskan kejang kejang otot perut(nyeri perut) pada diare misalnya
Atropin sulfat
1. Atropin sulfat
2.8 Laksatif
mempercepat jalan nya isi usus disepanjang saluran GI. Laksatif dapat berupa stimulan
kimiawi yang dapat mengiritasi lapisan saluran GI secara kimiawi, stimulan massa feses
( Bulk stimulant ) juga disebut stimulan mekanik yang menambah isi fekal di dalam massa
feses atau pelumas yang membantu isi usus bergerak lebih lancar.
1. Stimulan Kimiawi
Obat – obatan bekerja sebagai stimulan kimiawi secara langsung mensimulasi pleksus saraf
dalam dinding usus, menyebabkan peningkatan pergerakan dan menstimulasi reflek lokal.
usus obat ini mungkin memiliki efek yang lambat dan terus menerus atau dapat menyebabkan
keram yang hebat dan pengosongan isi usus besar secara cepat.
dengan kaskara obat ini dapat ditemukan dalam banyak obat bebas.
merupakan laksatif bebas yang sangat populer namun ditarik dari pasaran karena efek
Stimulan massa feses ( Bulk stimulant ) merupakan laksatif yang bekerja cepat dan agresif
yang meningkatkan mobilitas saluran GI dengan cara meningkatkan cairan dalam isi usus
yang memperbanyak massa feses menstimulasi reseptor regang lokal dan mengaktifkan
aktivitas lokal. Stimulan massa feses yang tersedia mencangkup agen berikut :
digunakan ketika pengosongan lokal saluran GI secara cepat, seperti pada keracunan saluran
GI bekerja dengan hipertonik melawan dinding mukosa sehingga menarik cairan kedalam isi
usus.
makanan yang mengandung sitrus digunakan untuk menstimulasi pengosongan usus sebelum
menstimulasi mssa feses dan merupakan laksatif yang lebih ringan dan bekerja lebih lambat.
feses seperti gelatin di luar isi usus. Agen ini menstimulasi aktifitas lokal.
3. Laksatif Pelumas
Seringkali untuk membuat defekasi menjadi lebih mudah tanpa menstimulasi pergerakan
saluran GI diperlukan penggunaan pelumas beberapa pasien yang dapat mengalami bahaya
permukaan bolus usus meningkatkan saluran campuran lemak dan air serta menggunakn
feses. Obat ini sering kali menggunakan sebagai profilaksis pada pasien yang tidak boleh
ketika tidak di inginkan secara klinis untuk mengosongka isi usus sebelum menjalani
pemeriksaan diagnostik untuk mengeluarkan racun dalam saluran pencernaan bagian bawah
dan sebagai terafi tambahan pada terafi antelnintik ketika ingin mengeluarkan cacing dari
saluran GI. Sebagian besar laksatif tersedia dalam prefarat bebas dan seringkali disalah
gunakan orang yang kemudian menjadi bergantung pada obat ini untuk dalam ambulasi dan
umum menghasilkan peningkatan aktifitas GI dan sekresi secara saluran GI. Obat-obatan ini
parasimpatis.
b. Metoklopramit ( reglan) , yang menghambat reseptor dopamin dan membuat reseptor lebih
Dengan menstimulasi aktifitas parasimpatis dalam saluran GI obat-obatan ini bekerja untuk
meningkatkan sekret dan motilitas pada tingkat umum sepanjang saluran GI obat ini tidak
Obat – obatan ini diabsorpsi dengan cepat dimetabolisme dari hati dan diekskresi melalui urin
obat ini menembus plasenta dan masuk ke asi. Metoklopramit tengah diteliti untuk
meningkatkan laktasi pada dosis 30/45mg per hari. Keefektifan obat ini dalam meningkatkan
laktasi mungkin dihubungkan dengan penyekat dopamin, yang seringkali dikaitkan dengan
Stimulan Gi tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap salah
satu obat-obatan ini atau mengalami opstruksi atau perforasi GI obat ini digunakan dengan
EFEK MERUGIKAN
mencakup mual, muntah, diare, spasme usus, dan kram. Efek merugikan seperti penurunan
tekanan darah dan denyut jantung , kelemahan, keletihan, mungkin terkait dengan stimulasi
parasimpatis.
saluran GI. Pasien yang menggunakan kombinasi pengobatan ini harus dipantau secra ketat.
Penurunan efek imunosupresi dan peningkatan toksisitas siklosporin telah terjadi jika obat-
Sitoprotektif
Obat sitoprotektif adalah sbagai obat yang dapat mencegah atau mengurangi kerusakan
mukosa lambung atau duodenum oleh berbagi zat ulserogenik atau zat penyebab nekrasis
koma tanpa menghambat sekresi atau menetralkan asam lambung. Jadi obat sitopfrotektiif
dapat mencegah kerusakan mukosa lambung yang acid-mediated (mis aspirin) muapun yang
H2 bloker tidak termasuk obat sitoprotektif karena hanya efektif untuk mencegah kerusakan
mukosa acid-mediated.
sekresi) :
1. karbenoksolon
2. sugkralfat
3. bismut koloidal
4. setrastat
Analog prostaglandin
Bersifat sitoprotektif dan anti sekresi utama PGE dan PGI yang disintesis oleh mukosa
lambung dan usus halus. PGE dalam dosis kecil bersifat sitoprotektif dalam jumlah besar
bersifat antisekresi. PG dalam jumlah kecil menimbulkan efek sitoprotektif sedangkan dalam
pasodilatasi PGE dan PGI sedangkan PGF2 fase kontruksi) dan meningkatkan kemampuan
memperbaiki mukosa lambung duodenum dengan cara merangsang migrasi sel basah mukosa
ke arah permukaan.
permukaan mukosa, dan dengan demikian mencegah dan mengurangi difusi balik ion H.
nya di antrum terutama dengan memperpanjang daur hidup sel-sel efitel yang sehat tanpa
Dari berbagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan analog PGE efektif untuk
menyembuhkan ulkus peftikum. Disamping itu analog PGE kurang efektif dalam
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan lebih banyak efek samping ( diare, nyeri
Diare ( biasanya ringan dan bersifat sementara ) bergantung pada dosis karena efek
peningkatan sekresi cairan di usus halus selain itu yang disebabkan oleh efek samping yang
cukup serius yaitu misoprotol yang mengindusi kontrasi uterus sehingga obat ini di kontra
indikasikan untuk wanita hamil. Enprostil juga meningkatkan kontraksi uterus tetapi tidak
menyebabkan absorbsi pada dosis terapi sementara itu rioprostil tampak tidak memiliki efek
POSOLOGI
PG alamiah dipecah dengan cepat PG sintetik yang cukup stabil dibuat untuk dapat
digunakan sebagai obat meskipun efek sitoprotektif tidaka dapat di andalakan untuk
Karbon oksolon
MEKANISME kERJANYA :
Stimulasi sekresi mukus , stabilisasi membran sel dan mempercepat reg Nerasi eptel
permukaan yg rusak dan aktivitas antipeptid dgn dosis 200-300 mg sehari efek obat ini
sebanding dgn simatidin untuk penyembuhan ulkus dan duodenum . efek samping
SUKRALFAT
MEKANISMERJANYA
Sukralfat adl garam aluminium dr sukrosa sulfat.dlm suasana asam obat membentuk pasta
kental secara selektif pada uktus dan berfungsi sbg sawar yg mlindugungi ulkus trhdap difusi
asam,pepsin,garam empedu
1.Pembentukan pg endogen
FOSOLOGI
Sulkralfat (ulsanicer) tablet 500 mg dosis dewsa 2 tablet 3-4 kali keadaan perut kosong dan
penderita gagal ginjal . kelemahannya permberiannya harus 4x sehar tdk boleh diberikan
SETRAKTAT
MEKANISME KERJA
Sekraktat adl ester dari asam trametsamat obat oabat ini memperkuat faktodr defensif pada
mukosa dan produksi mukus , menghambat difusi balik ion h dan konfersi pepsinogen mnjd
INDIKASI
Ulkus peptikum dan ulkus duodenum. Setraktrat efektif untuk ulkus kambuhan bermanfaat pd
ulkus kambuuhan pd usia lanjut dan usia mengah karena aliran darah mukosa menurun
FOSOLOGI
Sedian kapsul 200 mg dosis dewasa 1 kapsul 3-4x sehari setelah makan dan sblm tidur
EFEK SAMPING
Gangguan saluran cerna yang paling sering konstipasi ringan,efek samping yang lebih jarang
MEKANISME KERJA
Obt ini pd ph asam (<5) membentuk lapisan pelimdung yg selektif didasar uktus,bertindah
sbg sawar terhadap difusi asam , pesin dan asam empedu . efek obat ibi mukosa lambung
dimukosa lambung dan metaplasia lambung diduodenum pd sebagian besar penderita ulkus
b.kuman itu msh terdapat pd antrum dlm densitas yg sama dgn sblm pengobatan meskipun
c.ulkus sembuh dan kuman dibasmi dengan garam bismut.penderita tetap remisii meskipun
d.kmungkkinan mekanisme kerja dlm meinimbulkan gas tristis dan ulkus peptikum adl
mencerna lapisan mulkus dgn enzim protease dan glikosilhidrolase yg dihasilkn oleh kuman
ini
FOSOLOGI
Tablet berisi koloidal bismut sutrat 120 mg dosis 4 tablet sehari dberikan setengah jam sblm
makan.obat ini diberikan 2-4x sehari tdk boleh bersamaan antasida susu atau mkanan.untuk
eradikasi C.phylori disertai angka kekambuhan lebih rendah lama pemberian tidak boleh
INDIKASI
EFEK SAMPING
Bismut bersifat nereotoksik ensepalopati terutama bila diberikan pada penderita dengan
riwayat gagal ginjal obat ini menyebabkan pewarnaan 9hitam) pd lidah gigi,lidah,dan feses
yg refersible dan dpt terjadi konstipasi dan melena.obt ini tdsk bole dgunakan unuk terapi
jangka panjang
KONTRA INDIKASI
PERHATIAN :
Pengguan jangka panjang dalam dosis tnggi tiak dianjurkan krn menimbulkan ensepalopati
1. Kebutuhan Gizi pada Pasien dengan Berbagai Gangguan Sistem Tubuh Semester 01
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. Saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan, mengabsorbsi zat-zat gizi, dan
3. Penyakit Saluran Diet Disfagia. Disfagia adalah kesulitan menelan karena adanya
Tujuan Diet Disfagia 2) Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan.
5. 1) Cukup energi, protein dan zat gizi lainnya 2) Mudah dicerna, porsi makanan kecil, dan
sering diberikan 3) Cukup cairan 4) Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan,
6. 5) Makanan cair jernih tidak diberikan karena sering menyebabkan aspirasi 6) Cara
pemberian makanan dapat per oral atau melalui pipa atau sonde Syarat diet Disfagia
7. Suatu keadaan muntah dan buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada
mengurangi risiko perdarahan ulang, dan mencegah aspirasi, Diet Tujuan Mengusahakan
meninggalkan sisa Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
untuk memberikan istirahat pada saluran cerna Diet diberikan jika perdarahan pada lambung
10. Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “dumping syndrome” dan kanker lambung
11. Memberikan makan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan. Tujuan Diet Penyakit
lambung
12. Syarat Diet Penyakit Lambung 1) Mudah cerna, porsi kecil dan sering di berikan 2)
Energy dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya 3) Lemak rendah,
yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energy total yang di tingkatkan secara bertahap hingga sesuai
dengan kebutuhan 4) Rendah serat, terutama serat tidak arut air yang di tingkatkan secara
bertahap
13. 5) Cairan cukup, terutama bila ada muntah. 6) Tidak mengandung bahan makanan atau
bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia 7) Laktosa rendah bila ada
gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak di anjurkan minum susu terlalu banyak, 8) Makan
secara perlahan di lingkunan yang tenang, 9) Pada fase akut dapat diberikan makan parenteral
Abdominalis, dan paska bedah saluran cerna atas. Macam Diet Indikasi Pemberian& “ “
15. Diet lambung I diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus pektikum, paska pendarahan,
16. Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan
ulkus pektikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan Diet II Lambung
17. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan pada diet Lambung I & II :
Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan Sumber karbohidrat Sumber protein hewani
Sumber protein nabati Sayuran Buah-buahan Lemak Minuman Bumbu Beras dibubur atau
ditim; kentang dipure; macaroni direbus; roti dipanggang; biscuit; krekers; mi, bihun, tepung-
tepungan dibuat pudding atau bubur. Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling atau
dicincang dan direbus, disemur, ditim, dipanggang; telur ayam direbus, didadar, ditim,
diceplok air dan dicampur dalam makanan; susu. Tahu, tempe disrebus ditim, ditumis;
kacang hijau direbus, dan dihaluskan. Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak
menimbulkan gas dimasak; bayam, bir, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus dan
ditumis. Papaya, pisang, jeruk manis, sari buah; pir dan peach dalam kaleng. Margarine dan
mentega; minyak untuk menumis dan santan encer. Sirup, teh. Gula, garam, vetsin, kunci,
kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, saam sereh. Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat,
jagung; ubi, singkong, tales; cake, dodol,dan berbagai kue yang terlalu manis dan beremak
tinggi. Daging, ikan ,ayam yang diawet, digoreng; daging babi; telur diceplok atau digoreng.
Tahu, tempe digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang polo. Sayuran mentah, sayuran
berserat tinggi dan menimbulkan gas seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak,
sawi, dan asparagus. Buah yang tinggi serat atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji,
nanas, apel, kedondong, durian, nangka; buah yang dikeringkan. Lemak hewan, santan
kental. Minuman yang mengandung soda dan alcohol, kopi, ice cream. LomBok, bawang,
18. Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan
ukus pektikum, gastritis kronis, atau tifus abdominalis yang hampir sembuh Diet III Lambung
19. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Diet Lambung III adalah :
Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan Sumber karbohidrat Sumber protein hewani
Sumber protein nabati Sayuran Buah-buahan Lemak Minuman Bumbu Beras ditim, nasi;
kentang direbus, dipure; macaroni, mi, bihun direbus; roti, biscuit, krekers; tepung-tepungan
dibuat pudding atau bubur Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus, disemur, ditim,
dipanggang; telur ayam direbus, didadar, ditim, diceplok air dan dicampur dalam makanan;
susu. Tahu, tempe disrebus, ditim, ditumis; kacang hijau direbus. Sayuran yang tidak banyak
serat dan tidak menimbulkan gas dimasak; bayam, buncis, kacang panjang, bit, labu siam,
labu kuning, wortel, tomat direbus dan ditumis, disetup dan diberi santan. Papaya, pisang,
sawo jeruk manis, sari buah; buah dalam kaleng. Margarine, minyak untuk, santan encer.
Sirup, the encer. Gula, garam, vetsin,dalam jumlah terbatas; kunci, kencur, jahe, kunyit,
terasi, laos, saam sereh. Beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung; ubi, singkong,
tales; cake, kentang digoreng, dodol dan sebagainya. Daging, ikan ,ayam yang dikaleng,
dikeringkan, diasap, diberi bumbu-bumbu tajam; daging babi; telur digoreng. Tahu, tempe
digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang polo. Sayuran dikeringkan. Buah yang tinggi
serat atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nanas, apel, kedondong, durian, nangka;
buah yang dikeringkan. Lemak hewan, santan kental. Teh kental, minuman yang
mengandung soda dan alcohol, kopi, ice cream. Lombok, bawang, merica, cuka, dan
gejala diare disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan berkurang, nafsu makan
berkurang, demam, dan kemungkinan terjadi steatore (adanya lemak dalam feses) Diet
Saluran Cerna Bawah Diet Penyakit Usus Inflamatorik ( Inflammatory Bowel Disease )
21. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, Mengganti kehilangan zat gizi dan
memperbaiki status gizi kurang, Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut,
Mengistirahatkan usus pada masa akut Kolitis Ulseratif dan Chron’s Disease Tujuan Diet
22. Pada fase akut dipuasakan dan diberikan makanan secara perenteral saja, Bila fase akut
teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (peroral atau
perenteral), kemudian meningkat menjadi Diet Sisa Rendah dan Serat Rendah, Bila gejala
hilang dapat diberikan Makanan Biasa, Kebutuhan energi, yaitu Energi tinggi dan protein
tinggi rendah atau Bebas Laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang dapat diberikan
karena sering terjadi intoleransi laktosa dan malabsobsi lemak, Syarat Diet Penyakit
Inflamasi Usus 1 2 3 4
23. Cukup cairan dan elektrolit Menghindari makanan yang menimbulkan gas, Sisa rendah
dan secara bertahap kembali ke Makanan Biasa. Jenis diet dan Indikasi pemberian, sesuai
dengan gejala penyakit, dapat diberikan Makanan Cair, Lunak, Biasa, atau Diet Sisa Rendah
dengan Modifikasi Rendah Laktosa atau menggunakan lemak trigliserida rantai sedang 6 7 8
24. Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil yang terbentuk pada dinding kolon
yang terjadi akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada konstipasi kronik. Diet Penyakit
Divertikulosis
25. Meningkatkan volume dan konsistensi feses Menurunkan tekanan intra luminal
27. Divertikulitis terjadi bila penumpukan sisa makanan pada divertikular menyebabkan
28. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi Mencegah akibat laksatif dari makanan
29. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang
ditetapkan, Bila ada perdarahan, dimulai dengan Makanan Cair Jernih, Makanan diberikan
secara bertahap, mulai dari Diet Sisa Rendah I ke iet Sisa Rendah II dengan konsistensi yang
30. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-bijian kecil seperti tomat, jambu biji, dan
stroberi, yang dapat menumpuk dalam divertikular Bila perlu diberikan Makanan Enteral
Rendah atau Bebas Laktosa, 6) Untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas sehari.