Anda di halaman 1dari 8

http://fzahra97.blogspot.co.id/2016/02/makalah-farmakologi-farmakokinetik-obat.

html

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Farmakokinetik Obat pada Geriatri
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu, tidak
lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatannya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca untuk
memberi saran dan kritik kepada sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang berjudul Farmakokinetik
Obat pada Geriatri dapat diambil hikmah dan manfaatnya. Akhir kata penyusun ucapkan
terima kasih.
Padang, Februari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN PENULISAN 2
D. MANFAAT PENULISAN 2
BAB II : ISI
A. FARMAKOKINETIK 2
B. OBAT 6
C. GERIATRIC 6
D. FARMAKOLOGI OBAT PADA GERIATRIC 7
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN 12
B. SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penduduk usia lanjut di Indonesia sangatlah tinggi dan diperkirakan jumlah penduduk
usia lanjut tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11% dari total penduduk Indonesia
(Viora, 2013). Penduduk usia lanjut dalam dunia kesehatan disebut geriatri yang artinya
memiliki beberapa penyakit multipatologi. Penduduk usia lanjut rentan mengalami penyakit
kronik dan infeksi sehingga berdampak pada morbiditas dan mortalitas.
Pasien Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun keatas, memiliki karakteristik
khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat ganguan fungsi jasmani dan rohani,
dan sering disertai masalah psikososial. Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut,
seorang pasien lebih mudah mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang
merugikan
Farmakokinetika adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat
proses yang termasuk di dalamnya adalah absorpsi, distribusi, metabolisme ( biotransformasi
) dan ekskresi ( eliminasi )
Perubahan proses farmakokinetik obat pada pasien geriatri terjadi pada proses
absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Perubahan proses absorpsi dapat terjadi
karena perlambatan aliran darah, kenaikan pH lambung, dan penundaan pengosongan
lambung. Perubahan distribusi obat terjadi jika ada pengurangan jumlah albumin,
pengurangan massa tubuh, pengurangan total air tubuh, dan kenaikan lemak tubuh. Gangguan
metabolisme terjadi ketika perlambatan aliran darah menuju hepar, pengurangan massa hati,
dan penurunan aktivitas enzim. Perubahan proses ekskresi terjadi karena adanya perlambatan
aliran darah ke ginjal, perlambatan filtrasi glomerulus, dan perlambatan sekresi tubular
(Aymanns dkk., 2010; Carrol dan Peterson, 2001)
Pada geriatric proses farmakokinetik obat meliputi proses absorpsi (penyerapan ke
dalam darah), Distribusi (penyebaran ke berbagai jaringan tubuh), Metabolisme pengubahan
menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi (dikeluarkan dari tubuh)

Berdasarkan latar belakang diatas , maka pada makalah ini akan dibahas mengenai
Farmakokinetik Obat pada Geriatric

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan farmakokinetik?
b. Apa yang dimaksud dengan obat?
c. Apa yang dimaksud dengan geriatric?
d. Bagimana farmakologi obat pada geriatric?

C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan farmakokinetik
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan obat
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan geriyatri
d. Untuk mengetahui farmakologi obat pada geriatric

D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Penulis mengetahui lebih dalam mengenai farmakologi obat pada geriatri
b. Bagi mahasiswa umunya adalah sebagai materi tambahan dalam perkuliahan serta
penerapannya terutama dalam bidang kesehatan dan penelitian

BAB II
ISI
A. PENGERTIAN FARMAKOKINETIK
Farmakokinetika berasal dari kata farmacon dan kinetic. Farmacon berarti obat,
sedangkan kinetic berarti pergerakan. Jadi farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari
pergerakan obat didalam tubuh. Ada 4 mekanisme pergerakan obat dalam tubuh yaitu :
absorpsi (diserap ke dalam darah), Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh),
Metabolisme (diubah menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi
(dikeluarkan dari tubuh)
1. Absorpsi
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
a. Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah..
Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membran seimbang.
b. Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tingg
c. Pinositosis
Pinositosis adalah bentuk transfer aktif yang unik dimana sel menelan partikel obat.
Biasanya terjadi pada obat-obat larut lemak (vit A, D, E, K).
Kecepatan Absorpsi Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya
sedikit sel absorpsi terjadi cepat . obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
a. Detik s/d menit: SL, IV, inhalasai
b. Lebih lambat: oral, IM topikal kulit apisan intestinal, otot, kulit menghambat jalan
c. Lambat sekali, nerjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustainedf release.
Faktor yang mempengaruhi penyerapan:
a. Aliran darah ke tempat absorpsi
b. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
c. Waktu kontak permukaan absorpsi
Kecepatan Absorpsi Diperlambat oleh nyeri dan stress
a. Nyeri dan stres
mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster Makanan
tinggi lemak
b. Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat Faktor bentuk obat
c. Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
Kombinasi dengan obat lain
d. Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat.
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh
tubuh. Hepar memetaboliisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut
dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sitemik dosis obat yang diberikan harus
banyak.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan
cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan
jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar: jantung Hepar Ginjal
Distribusi ke organ lain kulit, lemak dan otot lebih lambat Permeabilitas
b. Kapiler Tergantung:
- Struktur kapiler
- Struktur Obat
c. Ikatan dengan protein
Obat beredar di seluruh tubuh kemudian berkontak dengan protein sehingga Dapat terikat
atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas
yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat
protein
3. Metabolisme
Metabolisme /biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
b. Menjadi metabolit aktif yaitu memiliki kerja farmakologi tersendiri
c. bisa dimetabolisme lanjutan Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak aktif kemudian
setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (=prodrugs)
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
b. Menjadi metabolit aktif yaitu memiliki kerja farmakologi tersendiri sehingga bisa
dimetabolisme lanjutan
c. Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (=prodrugs)
Metabolisme terjadi di: Hepar , Ginjal, Membran usus. Metabolism obat dipengaruhi
oleh kondisi, lingkungan , gen, serta umur.
4. Eksresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat juga dapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktus intestinal Waktu Paruh Waktu paruh
adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang
mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolisme dan ekskresi. Waktu paruh penting
diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan
B. OBAT
Obat menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis.
sedangkan menurut konas (komisi obat nasional) obat adalahbahan atau sediaan yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala
sakit, dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. oleh karena itu,
pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label
dan/klaim. menurut pengertian konas obat meliputi obat manusia dan hewan.

C. GERIATRI
a. Pengertian geriatri
Geriatric sering juga disebut sebagai lanjut usia. Geriatri didefinisikan sebagai individu
berusia di atas 60 tahun dan sering kali perubahan-perubahan yang terjadi pada geriatri
dibandingkan dengan keadaannya pada usia produktif dikaitkan dengan terjadinya proses
penuaan (WHO, 2013). Penuaan merupakan akumulasi perubahan yang progresif. Penuaan
dapat menurunkan kemampuan untuk mengatasi tekanan ekstemal. Selain itu, variabilitas
antarindividu dalam respon fisiologis meningkat dengan peningkatan usia. Penuaan bukanlah
entitas tunggal tetapi istilah kolektif yang mewakili jumlah efek kumulatif pada tingkatan
molekul, selular dan tingkat jaringan. Karakteristik umum dari penuaan adalah menurun
hingga hilangnya fungi organ tubuh, misalnya nefron, alveoli atau neuron. Karakteristik
selanjutnya adalah terganggunya beberapa proses regulasi yang mengintegrasikan fungsional
antara sel-sel dan organ. Akibatnya, ada kegagalan untuk mempertahankan homeostasis di
bawah kondisi-kondisi stres fisiologis tersebut(Mangoni and Jackson, 2003).
Menurut WHO Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia lanjut meliputi tiga
tingkatan yaitu :
- Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
- Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
- Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
b. Karakteristik pasien gariatri
- Penurunan kapasitas fungsional yang meliputi : fisik, psikologik, sosial, ekonomi
- Multi patologik
- Presentasi penyakit tidak spesifik
- Cepat memburuk bila tidak segera diobati
- Resiko komplikasi penyakit dan terapi
- Perlu program rehabilitasi

D. FARMAKOKINETIK OBAT PADA GERIATRI


Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu dipertimbangkan beberapa hal
antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut, seorang pasien lebih mudah
mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang merugikan. Serta pada usia lanjut,
rentan terserang penyakit sehingga pemberian obat sering polifarmasi. Polifarmasi berarti
pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara
logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan.
Pasien geriatri akan lebih sering mengalami ADR dibandingkan pasien yang lebih muda.
Hal ini dimungkinkan karena pasien lanjut usia lebih sering mendapatkan terapi obat. Di
samping itu faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ADR pada geriatri adalah perubahan
farmakokinetika yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat, yang
sangat tergantung pada kondisi organ-organ tubuh penderita. Pada pasien geriatri sering
mendapatkan peresepan dengan jumlah obat yang banyak (polifarmasi). Hal tersebut
disebabkan oleh penderita yang mengalami beberapa penyakit sekaligus. Khususnya
penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati memiliki risiko yang tinggi bagi
kejadian ADR.
Pada sistem pencernaan para lansia, terjadi perubahan pada peningkatan pH lambung.
menurunnya aliran darah ke usus akibat penurunan curah jantung dan perubahan waktu
pengosongan lambung dan gerak saluran cerna.
Distribusi obat berhubungan dengan komposisi tubuh, ikatan protein-plasma, dan aliran
darah organ. Semua itu akan mengalami perubahan denganbertambahnya usia, sehingga dosis
antara pasien geriatri dan pasien yang lebih muda akan berbeda. Pada geriatri, komposisi air
dalam tubuh akan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volum distribusi obat yang
larut air. sehingga konsentrasi dalam plasma meningkat, contoh: digoksin. namun pada usia
lansia, terjadi peningkatan total lemak dalam tubuh, sehingga meningkatkan Vd obat yang
larut dalam lemak namun konsntrasi obat dalam plasma menurun. pada geriatri, jumlah
albumin plasma berkurang sehingga mengakibatkan jumlah obat yang diikat olih albumin
menurun dan mengakibatkan obat tersebut berada dalam tubuh dalam keadaan terikat
Ginjal berpengaruh besar pada eliminasi beberapa obat. Umumnya obat diekskresi
melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya berkaitan dengan
kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin).
Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida.
Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal
sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang
muda.
a. Fungsi Ginjal
Perubahan paling berarti pada geriatri ialah berkurangnya fungsi ginjal dan menurunnya
creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal atau kadar kreatininnya normal.
Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering berkurang, dengan akibat perpanjangan atau
intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai waktu paruh panjang perlu diberi dalam dosis
lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya. Dalam setiap keadaan kita perlu memakai dosis
lebih kecil bila dijumpai penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi obat yang
mempunyai batas keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering
digunakan pada lansia memproduksi metabolit aktif, sehingga kedua obat ini juga perlu diberi
dalam dosis lebih kecil pada lansia.
b. Fungsi Hati
Penurunan fungsi hati tidak sepenting penurunan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan karena
hati memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga penurunan fungsi hati tidak begitu
berpengaruh. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila diperlukan bantuan hati untuk
metabolisme dengan obat-obat tertentu. First-pass effect dan pengikatan obat oleh protein
(protein-binding) berpengaruh penting secara farmakokinetik. Obat yang diberikan oral
diserap oleh usus dan sebagian terbesar akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati
sebelum memasuki sirkulasi umum. Hati akan melakukan metabolisme obat yang disebut
first-pass effect dan mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30% atau lebih.
Kadar yang kemudian ditemukan dalam plasma merupakan bioavailability suatu produk yang
dinyatakan dalam prosentase dari dosis yang ditelan. Obat yang diberi secara intra-vena tidak
akan melalui hati dahulu tapi langsung masuk dalam sirkulasi umum. Protein-binding juga
dapat menimbulkan efek samping serius. Obat yang diikat banyak oleh protein dapat digeser
oleh obat lain yang berkompetisi untuk ikatan dengan protein seperti aspirin, sehingga kadar
aktif obat pertama meninggi sekali dalam darah dan menimbulkan efek samping. Warfarin,
misalnya, diikat oleh protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang
bebas dan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama obat bekerja.
Bila kemudian diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein, aspirin menggeser ikatan
warfarin kepada protein sehingga kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya
menimbulkan efek samping perdarahan spontan. Aspirin sebagai antiplatelet juga akan
menambah intensitas perdarahan. Inipun bisa terjadi dengan aspirin yang mempunyai waktu-
paruh plasma hanya 15 menit. Banyak obat geser-menggeser dalam proses protein-binding
bila beberapa obat diberi bersamaan. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara
klinis, tetapi untuk obat yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita.
Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya
penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya
perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi
dosis maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan).
Kimble, menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami perubahan dalam hal
farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena
adanya penurunan kemampuan absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran
gastrointestinal, perubahan distribusi terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan
protein-obat, perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta
penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal. Obat harus berada pada
tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai efek terapetik yang
didapatkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan
penting dalam bioavailabilitas obat tersebut.
Proses-proses farmakokinetik obat pada geriatri:
a. Absorpsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian obat sampai
sirkulasi sistemik. Pada umumnya obat membutuhkan absorbsi kecuali pada pemberian
intravena. Perubahan dalam hal absorpsi obat pada usia lanjut belum diketahui secara jelas,
tetapi tampaknya tidak berubah untuk sebagian besar obat. Keadaan yang mungkin dapat
mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan makan, tingginya konsumsi obat-
obat non resep (misalnya antasida, laksansia) dan lebih lambatnya kecepatan pengosongan
lambung
b. Distribusi
Sesudah diabsorbsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah. Pada usia lanjut mengalami perubahan distribusi obat. Selain oleh sifat fisiko-kimiawi
molekul obat, distribusi dipengaruhi juga oleh komposisi tubuh, ikatan protein plasma, dan
aliran darah organ.
Dengan bertambahnya usia, prosentase air total dan massa tubuh yang tidak
mengandung lemak (lean body mass) menjadi lebih sedikit. Obat yang mempunyai sifat
lipofilik (larut dalam lemak namun kurang larut dalam air) yang kecil,
misalnya digoksindan propranolol, menjadi lebih tinggi kadarnya dalam darah, walaupun
pada dosis yang lazim untuk dewasa.
Bisanya pada lansia juga terjadi perubahan rasio albumin globulin. Penurunan
albumin secara mencolok pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh menurunnya aktivitas
fisik dan dapat juga memberi petunjuk beratnya penyakit sistemik yang diderita,
sepertimiokard infark akut, penyakit-penyakit inflamasi, dan infeksi berat sehingga obat-obat
yang terutama terikat pada albumin akan lebih banyak berada dalam bentuk bebas. Dengan
kata lain, kadar obat-obat tersebut akan meningkat dalam plasma. Molekul obat yang terikat
pada albumin adalah yang bersifat asam lemah.
c. Metabolisme
Pada usia lanjut, berat dan aliran darah di hati telah mengalami penurunan sebesar 40-
45% yang berpengaruh pada obat-obat yang kecepatan biotransformasinya bergantung pada
aliran darah hati seperti imipramin, amitriptilin, desipramin dan juga nortiptilin. Hati
berperan penting dalam metabolisme obat. Tidak hanya mengaktifkan obat ataupun
mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya metabolit terionisasi yang lebih
polar yang memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi ginjal. Kapasitas hati dalam
metabolisme obat tidak terbukti berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat
penurunan aliran darah hati yang diduga sangat memengaruhi kemampuan metabolisme obat
d. Ekskresi
Selain itu, ginjal yang merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam
bentuk aktif maupun hasil metabolitnya, juga mengalami perubahan fisiologis dan anatomis
dengan bertambahnya umur. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal karena usia lanjut,
maka eliminasi sebagian besar obat juga akan terpengaruh. Obat-obat yang dimetabolisme ke
bentuk aktif, seperti: metildopa, triamteren, spironolakton, oksifenbutazon,
levodopa, danacetoheksamid mungkin akan terakumulasi karena memburuknya fungsi ginjal
pada usia lanjut. Perubahan farmakokinetik obat yang dialami para lansia perlu diperhatikan,
terutama dalam hal penggunaan psikotropika mengingat adanya kaitan yang sangat erat
dengan resiko terjadinya efek samping maupun interaksi obat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan obat didalam tubuh
2. Obat menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis.
3. Geriatri didefinisikan sebagai individu berusia di atas 60 tahun dan sering kali
perubahan-perubahan yang terjadi pada geriatri dibandingkan dengan keadaannya
pada usia produktif dikaitkan dengan terjadinya proses penuaan
4. Farmakokinetik obat meliputi proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekresi

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
karena kurangnya buku pegangan yang kami miliki maupun keterbatasan
kemampuan kami dalam memahami materi yang berkaitan dengan materi ini. Oleh
kerena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan
demi penulisan yang lebih baik untuk kedepannya

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, geriatri, http://www. rskariadi.com, diakses pada tanggal 22 Februari 2016
Anonim,2008, Terapi pada Usia Lanjut, http//: pojokapoteker.blogspot.com, diakses tanggal
22 Februari 2016
Anonim,2001,Obat untuk Kaum Lansia edisi kedua, ITB, Bandung
http://eprints.ums.ac.id/10151/1/K100060225.pdf
Hilmer, S.N., McLachlan, A.J. and LeCouteur, D.G. 2007. Clinical Pharmacology in The
Geriatric Patient. Fundamental & Clinical Pharmacology.21: 217230.\
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI._IL
MU_KEOLAHRAGAAN/198007212006042-
IMAS_DAMAYANTI/FARMAKOKINETIK.pdf
Mangoni, A. A. andJackson, S. H. D. 2003. Age-Related Changes in Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics:Basic Principles and Practical Applications. Br J Clin Pharmacol. 57 (1):
6 14.
Prest,M.,2003,Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam
Aslam,M;Tan,C.K&Prayitno,A., Farmasi Klinis;Menuju Pengobatan yang Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien, 203-204, Gramedia, Jakarta
Staf pengajar, 2004. Kumpulan Kulah Farmakologi Edisi II. EGC : Jakarta
WHO.2013. Definition of an Older or Elderly Person. (cited 2013 December, 29th).Available
from: http://www.who.int

Anda mungkin juga menyukai