OLEH:
KELOMPOK 5
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat nya
kami dapat menyelesaikan makalah Farmakologi yang berjudul Obat Inhaler, Obat
Transdermal, Obat sublingual ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Farmakologi dan juga untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai Obat
Inhaler, Obat Transdermal, Obat Sublingual. Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku
penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Terutama dari
dosen pengampu dari mata kuliah Farmakologi Nofri Hendri Sandi, M.Farm, Apt. Maka
pada kesempatan ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan dan
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun
untuk tenaga medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat
untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar
Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik,
tersendiri.
eliminasi obat dari dalam tubuh untuk melihat efek perubahan dalam takaran,
rejimen takaran, rute lemberian, dan keadaan fisiologi pada penimbunan dan
disposisi obat atau secara singkat pengaruh tubuh terhadap obat. Pada penulisan
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan dari
FARMAKOKINETIK
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk
utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
2.1.1 Absorpsi
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna
(mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara
pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena
memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm,
tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat
diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
2.1.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
a. Aliran darah
jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar,
Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau
bebas. obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.
2.1.3 Metabolisme
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding
usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi
1. Kondisi Khusus
2. Pengaruh Gen
3. Pengaruh Lingkungan
4. Usia
2.1.4 Ekskresi
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun.
Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar
bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum
(Gunawan, 2009).
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang
dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan
ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus
diberikan.
Onset adalah waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, setelah tubuh menyerap
semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat, Namun
konsentrasi puncak~ puncak respon. Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu
efek terapi.
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
inhalasi adalah system pemberian obat dengan cara menghirup obat dengan bantuan
dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama
cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara
pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat
anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut
keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena
obat yang di berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal
(Yunus, 1995).
1. Jenis-Jenis Inhalasi
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain
berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat
2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok
5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI, lanjutkan
6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan
yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.Pada anak yang lebih
besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan
4. Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut
(jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
5. Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan
menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang
6. Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa
7. Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti
8. Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek
c) Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau
yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer
lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Cara penggunaan :
lidah.
10. Bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam
11. Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12. Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat
b) Terapi inhalasi diberikan pada gangguan atau alergi saluran pernapasan dan
dahak.
pekerja tambang)
A. Indikasi
c) Asma bronchial
e) Paska tracheostomy
B. Kontraindikasi
pernapasan.
A. Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi ini lebih
efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis
obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit.
B. Kerugian
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di pakai tidak
cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang mungkin bisa
Beklometason dipropionat
Budesonide
Fenoterol
Flutikason Propionate
Ipratropium Bromide
Nedocromil
Salbutamol
A. Ipratropium Bromide
digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mencegah dan mengontrol gejala dari sesak
napas atau mengi (wheezing) yang disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), bronkhitis dan emfisema paru. Obat ini secara struktur mirip dengan atropin tetapi
memiliki tingkat keamanan yang lebih baik dan lebih efektif pada penggunaan terapi
oleh penyakit paru obstruktif kronik. Dosis obat yang diberikan adalah sebagai berikut:
Dewasa (di atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram sebanyak 3-4 kali sehari,
tidak melebihi 2 mg. Pada kondisi bronkospasme akut dapat diberikan 500 mikrogram
Pada anak usia 6 hingga 12 tahun, diberikan dosis 250 mikrogram dengan total dosis
harian adalah 1 mg
Pada anak usia 0 hingga 5 tahun, obat ini diberikan hanya pada kasus asma akut.
Dosis yang dapat diberikan adalah 125–250 mikrogram dengan total dosis harian 1
mg. Pemberian kedua sebaiknya dilakukan tidak kurang dari 6 jam setelah pemberian
obat pertama.
c) Farmakologi
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Absorbsi
Sebagian besar dosis ipratropium bromide yang dihirup akan tertelan, dan
sebanyak 30% dari dosis oral yang dikonsumsi akan terserap. Obat ini dapat
masuk ke dalam peredaran darah melalui jalur pembuluh darah dalam saluran
beta2-agonis, obat ini akan mencapai efek klinis maksimum pada 1,5 hingga 2 jam
setelah pemberian dan memberikan efek klinis selama 4 hingga 6 jam setelah
respon klinis.
Distribusi
obat ini sebesar 338 L. Ipratropium bromide memiliki kemampuan yang kecil
sekali dalam berikatan dengan albumin plasma atau α1-acid glycoprotein. Studi
Metabolisme
Metabolit yang dihasilkan memiliki sedikit hingga sama sekali tidak memberikan
efek antikolinergik pada percobaan in vitro. Secara parsial obat ini akan
dan tropan.
Eliminasi
Waktu paruh ipratropium dicapai pada 3,2 hingga 3,8 jam setelah pemberian
pada semua rute. Eliminasi ipratropium bromide terutama melalui urine dan feses.
udara di paru-paru terbuka. Ini memudahkan udara masuk dan keluar. Efeknya
Dosis
Asma
1 inhalasi (50 mcg salmeterol dan 100 mikrogram flutikason propionat) 2 kali / hari,
atau 1 inhalasi (50 mcg salmeterol dan 250 mikrogram flutikason propionat) 2 kali /
hari, atau 1 inhalasi (50 mcg salmeterol dan 500 mikrogram flutikason propionat) 2
kali / hari.
dalam seretid dalam diskus untu anak anak 100 mikrogram setiap hari.
Tidak ada informasi tentang penggunaan seretide pada anak dibawah 4 thn.
Penyakit jantung, termasuk detak jantung yang tidak teratur atau cepat
Tuberkulosis (TB) sekarang atau di masa lalu, atau infeksi paru-paru lainnya
Beri tahu dokter Anda jika Anda menggunakan obat-obatan berikut, sebelum mulai
menggunakan Seretide:
besar digunakan untuk darah tinggi tekanan atau kondisi jantung lainnya.
jantung yang tidak teratur berdetak, atau dapat membuat efek samping menjadi
lebih buruk. Dokter Anda mungkin ingin memantau Anda dengan cermat jika Anda
Kortikosteroid (melalui mulut atau injeksi). Jika Anda telah minum obat ini
baru-baru ini, ini mungkin meningkatkan risiko obat ini mempengaruhi kelenjar
adrenalin Anda.
Diuretik, juga dikenal sebagai 'tablet air' yang digunakan untuk mengobati
Kehamilan dan menyusui . Jika Anda sedang hamil atau menyusui, berpikir
Anda mungkin sedang hamil atau berencana untuk memiliki bayi, tanyakan dokter
hingga 12,5 miligram laktosa monohidrat dalam setiap dosis. Jumlah laktosa dalam
obat ini biasanya tidak menyebabkan masalah pada orang yang tidak toleran laktosa.
Itu laktosa monohidrat sebelumnya mengandung sejumlah kecil protein susu, yang
Salmeterol
bukan merupakan indikator terapi efek. Selain itu data pada farmakokinetik
salmeterol terbatas, karena bersifat teknis sulit untuk mengukur obat dalam plasma
karena konsentrasi plasma yg rendah (Cmax 200 pg / ml atau kurang) jika terhirup
Flutikason propionat
adalah 10-30%, Tergantung pada inhaler. Pada pasien dengan asma dan penyakit
paru obstruktif kronik (COPD) kurang terpapar untuk efek sistemik setelah
Penyerapan sistemik terjadi terutama melalui paru paru dan cepat pada awalnya dan
sesudahnya lebih lambat. Sisa dosis inhalasi mungkin ditelan, tetapi berkontribusi
minimal dapak sistemik karena kelarutan air yg rendah dan metabolisme pra
sistemik jadi bioavaibilitas oral dibawah 1%, peningkatan pengaruh sistemik sangat
besar sekitar 300 L. Dalam waktu paruh terminal kira kira 8 jam. Pengikatan
Flutikason propionat cepat dihapus dari sirkulasi sistemik melalui degradasi menjadi
tidak aktif turunan asam karboksilat oleh enzim sitokom P450 CYP3A.
Ekresi flutikason propionat melalui ginjal dapat diabaikan, kurang dari 5% dalam
urin dalam bentuk metabolit . mayoritas dieksresikan melalui tinja sebagai metabolit
Efek Samping
Seretide®
Kontraindikasi
Transdermal merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat dengan cara
ditempel melalui kulit. Rute penghantaran obat secara transdermal merupakan rute pilihan
alternatif untuk beberapa obat, karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat
memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat dengan dosis
konstan, cara penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat.
Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat
dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target penghantaran
obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah
obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeutik yang diharapkan
meningkatkan daya memori dan fungsi kognitif seseorang khususnya pada usia lanjut
akibat gangguan pada sistem syaraf pusat. Exelon mengandung zat aktif Rivastigmin yang
bekerja dengan menghambat enzim kolinterase dan meningkatkan zat asetilkolin di otak
yang berkhasiat dalam mengatasi kondisi gangguan ingatan seperti demensia (pikun) dan
penyakit Alzheimer.
FARMAKOLOGI
Farmakodinamik
Rivastigmin adalah inhibitor tipe asetil butyrilkolinesterase karbamat yang dipercaya dapat
dilepaskan oleh fungsional neuron kolinergik utuh. Akibatnya rivastigmin memiliki efek
peningkatan kognitif yang dimediasi kolinergik dalam demensia terkait dengan penyakit
Alzheimer.
Farmakokinetik
Penyerapan
Setelah EXELON PATCH di aplikasikan, ada jeda waktu 0,5 hingga 1 jam dalam
selama sisa periode aplikasi 24 jam. Pada kondisi mantap, level palung sekitar 60% hingga
EXELON PATCH 9,5 mg / 24 jam memberikan paparan kira-kira sama dengan yang
diberikan dengan dosis oral 6 mg dua kali sehari (yaitu, 12 mg / hari). Variabilitas antar
subjek dalam paparan lebih rendah (43% hingga 49%) untuk formulasi EXELON PATCH
dibandingkan dengan formulasi oral (73% hingga 103%). Fluktuasi (antara Cmax dan
Distribusi
Rivastigmine memiliki ikatan yang lemah dengan protein plasma (sekitar 40%) pada
mencapai konsentrasi puncak CSF dalam 1,4 hingga 2,6 jam. Dan memiliki volume
Metabolisme
penelitian in vitro dan hewan, isoenzim sitokrom P450 utama terlibat minimal
Rasio metabolit-ke-orangtua AUC∞ adalah sekitar 0,7 setelah aplikasi EXELON PATCH
dibandingkan 3,5 setelah pemberian oral, menunjukkan bahwa metabolisme lebih sedikit
terjadi pada perawatan kulit dibandingkan dengan oral. Kurang NAP226-90 terbentuk
setelah aplikasi patch, karena kurangnya metabolisme presistemik (hepatic first pass) yang
kontras untuk pemberian oral. Berdasarkan studi in vitro , tidak ada rute metabolisme yang
Eliminasi
Rivastigmine yang tidak berubah ditemukan dalam jumlah kecil dalam urin. Ekskresi
metabolit ginjal adalah rute eksresi yang penting setelah pemberian patch transdermal.
Setelah pemberian 14C-rivastigmine, eliminasi ginjal cepat dan pada dasarnya selesai (>
90%) dalam 24 jam. Kurang dari 1% dari dosis yang diberikan diekskresikan dalam
tinja. Waktu paruh eliminasi yang tampak dalam plasma adalah sekitar 3 jam setelah
B. Missha Speedy
Farmakodinamik
Asam salisilat dikenal memiliki efek keratolitik dan keratoplastik. Mekanisme kerja asam
salisilat adalah melarutkan zat-zat dalam tautan antar sel sehingga mampu merenggangkan
lekatan korneosit dan melunakkan stratum korneum. Lapisan kulit kemudian akan
mengalami deskuamasi. Efek asam salisilat berbeda tergantung dari konsentrasi yang
digunakan:
hiperkeratosis
5-40% untuk efek keratolitik yang lebih kuat, umumnya digunakan untuk terapi
Farmakokinetik
Aspek farmakokinetik asam salisilat terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasinya.
Absorbsi
Asam salisilat topikal diserap cepat pada kulit yang intak, terutama bila menggunakan
vehikulum berminyak. Penyerapan terjadi sebanyak 9-60%. Jika tertelan, salisilat akan
Distribusi
Pada penyerapan topikal, konsetrasi maksimal umumnya dicapai dalam 5 jam. Vd = 170-
500 mg/kg, tergantung dosis pajanan. 80-90% asam salisilat yang terabsorbsi akan
Eliminasi
Waktu paruh bervariasi sesuai dengan dosis pajanan, mulai dari 20 menit hingga 30 jam.
Waktu paruh ini dipengaruhi oleh kapasitas hepar dalam biotransformasi asam salisilat.
Asam salisilat akan diekskresikan melalui urin, mayoritas dalam bentuk salicyluric
acid dan salicylate glucuronide. Sebagian kecil asam salisilat juga akan diekskresikan
dalam bentuk salicylic fenolic, gentisic acid, dan dalam bentuk yang tidak berubah.
Kontraindikasi
Peringatan
konsentrasi di atas 2%
Potensi terjadinya sindrom Reye untuk penggunaan pada penderita varisela atau
influenza.
jangka panjang pada area yang luas pada anak-anak atau pasien dengan gangguan
Efek Samping
Efek samping penggunaan asam salisilat berupa iritasi atau reaksi alergi pada kulit.
Efek samping sistemik asam salisilat jarang terjadi. Efek samping umumnya terjadi bila
obat diberikan secara luas atau obat tertelan, terutama pada anak, sehingga menyebabkan
berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran
darah. Orang tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai obat itu hilang.
Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu melakukannya.
Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat
segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan
pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila
ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk
mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di
bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yang sering diberikan dengan
cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi
pembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada
akibat angina pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien
dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa
lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari. Obat sublingual dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah
dan kemudian larut, mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan di bawah lidah tidak boleh
ditelan. Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai. Contoh obat yang biasa
lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit. Dengan cara
ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat akan
mengalami absorbs ke dalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien
tidak mengalami kesakitan. Selain itu, tujuannya untuk memperoleh efek local dan
sistemik, memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan
menengah golongan Nitrat yang biasa digunakan sebagai terapi lini pertama untuk
angina pektoris dan gagal jantung kiri. ISDN bersifat tidak berbau, stabil dalam
suhu ruang atau bila dilarutkan,, dapat larut secara bebas dalam larutan organik
(misalnya aseton, alkohol, dan eter), serta dapat larut sebagian dalam air biasa. Daya
kerjanya akan terlihat dalam waktu kira-kira 2 menit dan berlangsung selama 2-3
jam.
dinitrate
Farmakokinetik
Absorpsi
Mudah (dan hampir sepenuhnya) diserap dari saluran pencernaan dan mukosa
mulut, tetapi variasi yang cukup besar dalam bioavailabilitas (10-90%) sekunder
Makanan
Konsentrasi Plasma
Risiko konsentrasi darah dari isosorbid dinitrat pada pasien dengan cirrhosis
(Sirosis).
Distribusi
VSS (distribusi volume pada keadaan tetap) ISDN adalah 2─4 L/kg
BB/menit. Kerja obat sublingual adalah rapid-acting serta berakhir dalam jangka
waktu pendek.
Luasnya
ke susu (ASI).
Metabolisme
Hasilnya adalah terdapat dua metabolit aktif secara biologis yaitu 2-isosorbide
2 hour
Eliminasi
ISDN dikeluarkan dari tubuh melalui dua cara yaitu sekitar 80─99% di urine dan
<1%di feses.
B. Nitrogliserin ( sublingual )
Nitrogliserin atau glyceryl trinitrate (GTN) adalah obat golongan nitrat yang
digunakan untuk mengurangi intensitas serangan angina (nyeri dada), terutama pada
penderita penyakit jantung koroner. Obat ini bekerja dengan cara melebarkan
pembuluh darah, serta meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke otot jantung.
pembuluh darah. Pembuluh darah yang lebih lebar akan memudahkan dan
vasodilatasi ini juga membuat kerja pompa jantung menjadi lebih baik. Obat
ini digunakan untuk mengobati atau mencegah serangan nyeri dada (angina).
Indikasi
Untuk mengurangi gejala serangan akut atau untuk profilaksis akut angina
Dosis
Nitroglycerin tersedia dalam beberapa sediaan yang berbeda, yaitu:
Tablet minum : 2.5-6.5 mg, 3 atau 4 kali sehari. Dosis maksimum 26 mg/hari
Sublingual (diletakan dibawah lidah): 1 tablet 300-600 mcg per konsumsi. Dosis
mcg/menit pada penderita angina tidak stabil. Dosis pada penderita hipertensi
Efek samping
Hampir sama seperti kebanyakan jenis obat, obat ini juga dapat memiliki
Kembung
Kesulitan bernapas
Berkeringat
Sesak napas
Demam
Kulit pucat
Sakit tenggorokan
Nyeri dada
Batuk
Kulit pecah-pecah
Kesulitan menelan
Pusing, pingsan, kepala terasa ringan ketika beranjak dari posisi berbaring
Lemah
Kontraindikasi
infark miokard inferior, anemia berat, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini
menggunakan obat inhibitor PDE-5 seperti sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil
Farmakokinetik
Absorbsi
Puncak konsentrasi plasma rata-rata terjadi pada sekitar 6-7 menit setelah
Distribusi
Metabolisme
nitrogliserin menjadi gliserol dinitrat dan mononitrat yang pada akhirnya akan
ditemukan pada plasma. Konsentrasi plasma puncak rata-rata 1,2- dan 1,3-
eliminasi dari 1,2- dan 1,3-dinitrogliserin adalah 36 dan 32 menit secara berurutan.
dari metabolit dinitro, bersamaan dengan waktu paruhnya yang sekitar 10 kali lipat
Eliminasi
Konsentrasi plasma nitrogliserin menurun dengan cepat, dengan waktu
paruh eliminasi rata-rata selama 2-3 menit (1,5 - 7,5 menit). Pembersihan
(clearance) nitrogliserin jauh melebihi aliran darah hepar yakni 13,6 liter/menit.
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1. Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi
3. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
4. Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya
5. Transdermal merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat dengan cara
6. Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat
berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke
aliran darah.
8. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
Adipura.
Rahajoe, N.N., Supriyanto, B., dan Setyanto,D.B. 2008. Respirologi Anak. Jakarta : EGC.
Suwondo, A.1991. Metoda Inhalasi Sebagai Cara Terapi Masa Kini Penyakit Paru
Suyatna FD. Antiangina. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdy, Elysabeth, editor.
Yunus, F. 1995. Terapi Inhalasi Asma Bronkial No. 101. Jakarta : Cermin Dunia
Kedokteran.