Anda di halaman 1dari 23

Tugas Individu

MAKALAH
FARMASEUTIKAL DAN NETRASEUTIKAL HASIL PERIKANAN
“Isolasi dan Ekstarksi dari Mollusca”

DISUSUN OLEH :

ASHAR SUHADAR
Q1B1 17 024

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata

kuliah Farmaseutikal Dan Netraseutikal Hasil Perikanan yang berjudul “Isolasi dan

Ekstarksi dari Mollusca” Kami berterima kasih kepada Bapak/Ibu dosen

pembimbing yang sudah memberikan bimbingannya.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh

karena itu kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat sehingga

dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Kendari, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Tujuan dan Manfaat..............................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1 Metoda Pemisahan...............................................................................................
2.2 Metoda Ekstraksi..................................................................................................
2.3 Isolasi...................................................................................................................
2.4 Tahapan Isolasi.....................................................................................................
2.5 Aplikasi Ekstraksi dan Isolasi...............................................................................
2.6 Pengertian Mollusca.............................................................................................
2.7 Karakteristik Mollusca.........................................................................................
2.8 Komponen Bioaktif..............................................................................................
2.9 Ekstraksi Senyawa Aktif.....................................................................................
2.10 Antioksidan..........................................................................................................
2.11 Kandungan Fitokimia..........................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollis yang berarti lunak.Jadi, jika

ditinjau dari asal katanya, Mollusca berarti hewan yang memiliki tubuh

lunak.Mollusca mencakup hewan-hewan yang bersifat triploblastik celomata

dengan sebaran habitat yang sangat luas. Tubuh Mollusca yang lunak sebagai ciri

utama dari  phylum ini umumnya  dilindungi oleh suatu cangkang yang keras.

Mollusca memiliki sifat kosmopolit , dimana hewan-hewan ini memiliki

daerah persebaran yang sangat luas.  Mollusca dapat ditemukan di darat, air tawar,

maupun air laut. Dengan persebaran ang sangat luas tersebut, Mollusca  menjadi

phylum dengan anggota spesies terbesar kedua setelah Arthropoda

Ukuran tubuh Mollusca sangat bervariasi mulai dari siput yang panjangnya

hanya beberpa millimeter hingga cumi-cumi raksasa yang dapat mencapai panjang

18 meter. Bentuk tubuhnya pun sangat bervariasi walaupun  bentuk dasarnya 

bersifat simetri bilateral. Pada beberapa  terjadi modifikasi dari massa visceral

yang mengakibatkan bentuk tubuhnya bersifat asimetris.

Dalam sistem klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas,

yakni Gastropoda, cephalooda, Bivalvia,  Scaphopoda,   Pembagian ini didasarkan

pada ciri morfologi, anatomi dan fisiologis dari hewan-hewan tersebut. Masing-

masing kelas tersebut memiliki ciri  tersendiri yang sangat khas dan berbeda 

dengan kelas-kelas yang lain.


Mollusca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan,

terutama dalam kehidupan. Beberapa spesies dari phylum ini  menjadi sumber

protein bagi manusia. Selain itu, Mollusca dapat menjadi hama bagi pertanian dan

menjadi inang bagi beberapa cacing parasit yang sangat merugikan  bagi manusia

Pada suatu bahan alam mengandung berbagai macam zat. Keragaman dari

jenis dan jumlah struktur molekul yang dihasilkan oleh tumbuhan sangat banyak.

Masalah utama dari penelitian di bidang fitokimia ini ialah untuk menyusun data

yang ada mengenai setiap golongan senyawa khusus. Apabila diperkirakan

terdapat ribuan alkaloid tumbuhan dan perhatian ahli farmakologi pada alkaloid

baru sedemikian besar sehingga alkaloid baruterus ditemukan dan dipaparkan.

Untuk menganalisanya suatu zat pada bahan alam diperlukan metoda

pemisahan, pemurnian dan identifikasi. Metoda pemisahan zat daribahan alam

yang akan digunakan dilakukan dengan metoda ekstraksi dan isolasi. Metoda

ekstraksi dan isolasi yang digunakan bergantung pada tekstur dan kandungan air

dari bahan tumbuhan yang akan diekstraksi.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan

mempelajari bagaimana proses ekstraksi dan isolasi dari mollusca.


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Metoda Pemisahan

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau skelompok senyawa yang

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala

laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk

mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering

disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam

suatu sampel (analisis laboratorium).

Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan

menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan

kompleks.

1 Metode Pemisahan Sederhana

Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu

tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif

sederhana.

2 Metode Pemisahan Kompleks

Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja,

diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan


reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua

atau lebih metode sederhana.

2.2 Metoda Ekstraksi

Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan

campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah

kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. Beberapa macam ekstraksi adalah

ekstraksi dengan menggunakan pelarut, ekstraksi destilasi uap dan destilasi

dengan cara lain.

2.3 Isolasi

Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah sebuah

cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga dapat menghasilkan

senyawa tunggal yang murni. Seperti halnya pada saat kita ingin mendapatkan

suatu senyawa yang terdapat pada tumbuhan. Pada tumbuhan terkandung ribuan

bahkan jutaan senyawa, baik yang dikategorikan sebagai metabolit primer ataupun

metabolit sekunder. Pada kebanyakan kasusm proses isolasi senyawa dari bahan

alam mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena

senyawa metabolit sekunder telah terbukti dapat memberikan manfaat terhadap

kehidupan manusia.
2.4 Tahapan Isolasi

Beberapa tahapan isolasi adalah sebagai berikut:

1 Melakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.

2 Melakukan pemisahan dengan berbagai metoda kromatografi antara lain

menggunakan metoda partisi, kromatografi kolom, Kromatografi planar,

kromatografi radial, HPLC dll.

3 Elusidasi struktur senyawa yang telah diisolasi dengan menggunakan

berbagai metoda spectroskopi seperti Inframerah, spektum massa, NMR

dll

4 Ujikan aktivitas farmakologis senyawa yang telah berhasil diisolasi

2.5 Aplikasi Ekstraksi dan Isolasi

Banyak aplikasi dari ekstraksi dan isolasi sederhana dapat ditemukan dalam

keseharian manusia, teknik ekstraksa dan isolasi yang lebih modern dengan

beberapa langkah prosedur yang rumit dapat ditemukan di laboratorium Kimia.

Ekstraksi dan isolasi dapat digunakan untuk bahan-bahan berikut :

1 Bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk

keperluan farmasi

2 Gula dari umbi

3 Minyak dari biji-bijian

4 DNA dan RNA dari sela

5 Zat warna dari tumbuhan,dsb.


2.6 Pengertian Mollusca

Mollusca berasal dari kata Mollis dalam bahasa latin yang berarti lunak.

Tubuh simetri bilateral dan terdiri atas kepala di bagian depan, kaki di bagian

ventral dan massa jerohan di bagian dorsal (sugiri, 1989).  Mollusca adalah satu

dari tiga phylum terbesar dalam kingdom Animalia.Mollusca memiliki sekitar

10.000 spesies yang masih hidup.Dengan ddemikian, Mollusca hanya kalah

jumlah pesies dari Arthropoda (Marshall, 1972).

Mollusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

Gambar mollusca

1. Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang

berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak.Pada sebagian mollusca kaki telah

termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.

2. Massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam

massaviseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan

reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.

3. Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel

membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel.Di dalam rongga


mantel berisi cairan.Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang

ekskresi dan anus.

2.7 Karakteristik Mollusca

Moluska adalah anggota dari filum sangat besar dan beragam aminals

invertebrata yang dikenal sebagai mollusca.filum menyediakan beberapa hewan

paling akrab, termasuk univalves (kelas Gastropoda), bivalvia (kelas Bivalvia) dan

cephalopoda (kelas cephalopoda). Filum mollusca juga termasuk kurang dikenal

froms menyedot sebagai Chitons (kelas Polyplacophora) dan gading menjual

(kelas Scaphopoda), antara lain.

The mollusca dari sektor Antartika dan sub-Antartika Samudra selatan

dijelaskan cukup baik, sedikit pun beberapa 1.200 moluska diidentifikasi dari

daerah, yang didominasi oleh gastropoda diikuti oleh bivalvia (Lince et al. 2006).

Sampai saat ini kita tahu kira-kira tujuh puluh enam morfospesies molluscan dari

lima kelas dari wilayah HIMMI. banyak di antaranya terlalu kecil untuk ditangkap

sebagai bycatch dan hanya taksa yang lebih besar seperti cumi, siput besar atau

kerang akan akrab bagi pengamat. Namun penting untuk membuat pengamat

menyadari Divercity moluska mereka cenderung encounther.

Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini

tripoblastik { mempunyai 3 lapisan lembaga, yaitu ektoderm (lapisan luar),

mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm (lapisan dalam) }, bilateral simetri,

umumnya memiliki mantelyang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa

kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang

terbuat dari zat kapur misalnya kerang tiram, siput sawah dan bekicot.(Drs. Adun

Rusyana, M.Pd. : 86)


Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput

berbentuk seperti kerucut yang melingkar.Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan

rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksiotot. (Drs. Adun

Rusyana, M.Pd. : 87).

Mollusca mempunyai alat pencernaan yang sempurna mulai dari mulut

yang mempunyai radula (lidah perut) sampai dengan anus terbuka didaerah

rongga mantel.Pernapasan dilakukan dengan menggunakan insang atau “paru-

paru”, mantel atau oleh bagian epidermis.Alat eksresi berupa ginjal. Sistem syaraf

terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral dan

ganglion pedal yang ketiganyadi hubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal. (Drs.

Adun Rusyana, M.Pd. : 87).

2.8 Komponen Bioaktif

Senyawa bioaktif dapat diperoleh dengan cara isolasi, identifikasi, struktur

ilusidasi dan mempelajari karakteristik produk kimia yang dihasilkan dari

organisme hidup. Sejak jaman Mesopotamia kuno, ketika sejarah menunjukkan

kultivasi dari poppy (Papaver somniferum) untuk diekstraksi sebagai opium,

senyawa alam mulai menunjukkan perannya yang penting bagi kehidupan

manusia khususnya dalam bidang kedokteran (Wojnar 2008). Senyawa metabolit

sekunder dikembangkan dalam dunia kedokteran mulai dari sebagai ilmu racun,

meliputi antitumor, sitotoksin, antiinflamantori sampai proses metabolismenya di

dalam sel (Martin et al. 2000).

Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme hidup yang didefinisikan

sebagai senyawa produk alami yang tidak termasuk dalam pertumbuhan,

perkembangan, dan reproduksi yang normal pada organisme dan tidak begitu
penting dalam hidup. Senyawa yang dihasilkan dari metabolit sekunder tergolong

dalam bikokimia yang tidak mengalami perubahan sampai fungsinya diperlukan.

Senyawa metabolit sekunder digunakan sebagai alat interaksi antar organisme,

dan sering juga digunakan sebagai pertahanan, sistem imun, antifungi, antibakteri

dan sitotoksik alami (Wojnar 2008).

Beberapa senyawa metabolit khususnya struktur dan aktivitas biologisnya

telah berhasil diisolasi dari hewan-hewan laut. Senyawa metabolit tersebut

mempunyai potensi sebagai obat. Senyawa bioaktif yang menarik diteliti

umumnya diisolasi dari spons laut, ubur-ubur, bintang laut, timun laut, terumbu

karang, moluska, echinodermata, dan krustasean. Senyawa bioaktif yang telah

diisolasi dari hewan laut yaitu steroid, terpenoid, isoprenoid, nonisoprenoid,

quinon, dan nitrogen heterosiklik (Bhakuni dan Rawat 2005).

2.9 Ekstraksi Senyawa Aktif

Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen

dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut. Komponen yang

dipisahkan dengan ekstraksi dapat berupa padatan atau cairan. Metode ekstraksi

yang digunakan tergantung pada beberapa faktor, yaitu tujuan yang ingin dicapai

dari ekstraksi, skala ekstraksi, sifat-sifat komponen yang akan diekstrak dan

sifat-sifat pelarut yang digunakan. Ada beberapa metode umum ekstraksi yang

dapat dilakukan, yaitu ekstraksi dengan pelarut, distilasi, supercritical fluid

extraction (SFE), pengepresan mekanik dan sublimasi. Diantara metode-metode

yang telah diaplikasikan, metode yang banyak digunakan adalah distilasi dan

ekstraksi menggunakan pelarut (Houghton dan Raman 1998).


Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada sumber bahan alam dan

senyawa yang ingin diisolasi. Beberapa tujuan dari ekstraksi adalah untuk

mengetahui senyawa bioaktif, mengetahui keberadaan senyawa dalam organisme,

hubungan struktur senyawa dalam organisme, identifikasi seluruh senyawa

bioaktif yang ada pada organisme (Sarker et al. 2006). Tujuan dari isolasi dan

purifikasi bahan alam yaitu untuk memisahkan senyawa aktif dari biomassa,

untuk mengisolasi senyawa metabolit atau karakterisasi beberapa senyawa dengan

uji fitokimia (Seidel 2006).

Metode ekstraksi dengan teknik maserasi digunakan karena relative

sederhana dan mudah tetapi menghasilkan produk yang baik meskipun memiliki

kekurangan, yaitu pengerjaan lama dan pengekstrakan kurang sempurna (Meloan

1999). Seidel (2006) mengemukakan bahwa beberapa metode ekstraksi

menggunakan pelarut organik atau air telah dikembangkan dalam ekstraksi bahan

alam. Maserasi merupakan metode yang mudah dan umum dilakukan. Metode

maserasi memiliki kekurangan, yaitu prosesnya memerlukan waktu yang lama,

memerlukan volume pelarut yang banyak, beberapa senyawa tidak dapat diekstrak

secara efisien dan sedikit larut dalam suhu ruang. Senyawa yang terbawa pada

proses ekstraksi adalah senyawa yang mempunyai polaritas sesuai dengan

pelarutnya. Perbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi.

Ketaren (1986) berpandapat bahwa jenis dan mutu pelarut yang digunakan sangat

menentukan keberhasilan proses ekstraksi, pelarut yang digunakan harus dapat

melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah,

tidak toksik, dan mudah terbakar.


Sifat penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah

kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya (gugus OH, COH, dan

lain-lain). Derajat polaritas tergantung pada tahapan dielektrik, makin besar

tahapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut (Nur dan Adijuwana 1989).

Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Pelarut yang bersifat polar, mampu mengekstrak senyawa alkaloid

kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino, dan glikosida

(Harborne 1987). Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa

faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan,

ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi,

dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel (Darusman et al. 1995).

Pemilihan pelarut tersebut berdasarkan sifat kepolarannya dan kandunga kimia

bahan yang akan diekstrak. Dengan mengetahui sifat metabolit yang akan

diekstrak dapat dipilih pelarut yang sesuai berdasarkan kepolaran zatnya.


Ekstraksi ini dilakukan berdasarkan prinsip like dissolve like, yaitu pelarut polar

akan melarutkan senyawa polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa

nonpolar (Khopkar 1990).

2.10 Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen

reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas sehingga

antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal

bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskuler dan penuaan (Rohman dan Riyanto

2005).

Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan

yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan

minyak. Meskipun demikian, antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi

komponen-komponen lain, yaitu vitamin dan pigmen yang juga banyak

mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya (Siagian 2002).

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,

yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi

kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami). Beberapa

contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan

telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluene

(BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol.

Antioksidanantioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah

diproduksi secara sintesis untuk tujuan komersial (Rohman dan Riyanto 2005).

Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera

setelah senyawa tersebut terbentuk. Mekanisme antioksidan dalam menghambat


oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang

teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi (Ketaren 1986),

yaitu: pelepasan hidrogen dari antioksidan, pelepasan elektron dari antioksidan,

addisi lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan, dan pembentukan

senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan. Diantara

berbagai jenis antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya

sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis

antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap

oksidasi dibandingkan dengan satu jenis antioksidan saja (Siagian 2002)

Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu

bahan adalah dengan menggunakan radikal bebas diphenylpicrylhydrazyl (DPPH).

DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara

mendelokalisasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut

tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini

ditunjukkan dengan adanya warna ungu (violet) pekat yang dapat dikarakterisasi

pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 520 nm

(Molyneux 2004). Struktur DPPH dan DPPH tereduksi hasil reaksi dengan

antioksidan dapat dilihat pada Gambar 3.


2.11 Kandungan Fitokimia

Analisis fitokimia adalah analisis yang mencakup pada aneka ragam

senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu

mengenai struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya,

penyebaran secara alamiah dan fungsi biologinya (Harborne 1987).

1 Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengandung atom N,

umumnya merupakan bagian dari cincin heterosiklik (gugus amina dan amida)

dan bersifat basa. Senyawa tersebut dapat diperoleh dari ekstraksi kulit kayu,

akar, daun, batang dan buah pada tumbuhan (Solmons 2004). Sifat kebasaan

alkaloid dipengaruhi oleh struktur molekul, keberadaan, dan letak gugus fungsi

lain. Alkaloid umumnya berbentuk padatan kristal dan berasa pahit (Sarker dan

Nahar 2007).

Biosentesis alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu

ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang

menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftofan yang menurunkan alkaloid

indol. Keberadaan alkaloid yang sangat beraneka ragam menyebabkan senyawa

ini lebih sering didapatkan langsung dari tumbuhan dibandingkan dari produk

sentesis (Kaufman et al. 1999).

2 Steroid/triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C asiklik, yaitu

skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol,
aldehida atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna, berbentuk

kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harborne 1987).

Hasil penelitian Setzer (2008) menunjukkan bahwa sejumlah produk

triterpenoid alami memiliki aktivitas antitumor karena memiliki kemampuan

menghambat kinerja enzim topoisomerase II, dengan cara berikatan dengan sisi

aktif enzim yang nantinya akan mengikat DNA dan membelahnya. Hal ini

menyebabkan enzim menjadi terkunci dan tidak dapat mengikat DNA.

Triterpenoid dapat digolongkan menjadi sekurang-kurangnya empat golongan

senyawa, yaitu triterpena, steroid, saponin dan glikosida jantung.

Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya.

Senyawa triterpenoid yang terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi adalah fitosterol

yang terdiri dari sitosterol, stigmaterol dan kaempesterol (Harborne 1987).

3 Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini dapat

diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini

dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, oleh karena

itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia (Harborne 1987).

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang banyak

terdapat dalam tumbuh-tumbuhan hijau. Flavonoid merupakan senyawa

antioksidan alami, mencegah bergabungnya oksigen dengan zat lain sehingga

tidak menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh (Liu dan Guo 2006). Flavonoid

mengandung cincin aromatik yang terkonjugasi, oleh karena itu menunjukkan pita

serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid terdapat

dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Diperkirakan 2% dari seluruh karbon yang difotosentesis oleh tumbuhan dirubah

menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan dengannya (Markam 1988).

Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan

pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Terdapat sekitar sepuluh kelas

flavonoid, yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon,

biflavon, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon (Harborne 1987).

4 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula

pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Glikon bersifat mudah larut dalam

air dan glikosida-glikosida mempunyai tegangan permukaan yang kuat (Winarno

2008). Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun,

serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pencarian

saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin

yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan

yang berkhasiat penting (misalnya kortison, estrogen kontraseptif dan lain-lain).

Banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang

umum adalah asam glukuronat. Pembentukan busa yang mantap sewaktu

mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan

bukti terpecaya akan adanya saponin. Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin

karena ikatan glikosidanya (Harborne 1987).

5 Fenol hidrokuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti

kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Untuk tujuan identifikasi,

kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon,

antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya

terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam

bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinon tanpa

warna, kadang-kadang juga bentuk dimer. Dengan demikian, diperlukan hidrolisis

asam untuk melepaskan kuinon bebasnya (Harborne 1987).

Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida mungkin larut sedikit

dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan

terekstraksi dalam tumbuhan bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil.

Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi

senyawa tanpa warna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh

udara. Reduksi dapat dilakukan menggunakan natrium borohidrida dan oksidasi

ulang dapat terjadi hanya dengan mengocok larutan tersebut di udara

(Harborne 1987).

6 Gula pereduksi

Gugus fusngional monosakarida yaitu gugus aldehid dan gugus keton yang

berfungsi sebagai pereduktif. Reaksi antara monosakarida dan peroksida

menghasilkan monosakarida. Beberapa pereaksi peroksida yang dapat digunakan

untuk uji monosakarida ialah uji fehling, molisch, benedict, dan barfoed. Tidak

semua monosakarida bersifat pereduksi, tergantung aktivitas gugus fungsionalnya.

Monosakarida yang masih bersifat pereduksi disebut gula pereduksi (Hawab

2003).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa mollusca adalah hewan yang

memiliki senyawa bioaktifyang baik untuk tubuh jika di ekstraksi dan diisolasi

dengan baik dan benar. Cara pengekstraksian molussca melewati beberapa tahap

dalam pengektraksian dan memiliki beberapa pelarutdalam pengektraksian

tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Amarowicz R. 2009. Squalene: a natural antioxidant?. European Journal Lipid


Science Technology. 111:411–412.

Andriyani R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antoksidan dari lintah laut


(Discodoris sp.) asal perairan Kepulauan Belitung. [Skripsi]. Teknologi
Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor..

arborne, J. B. (2006). Metode Fitokimia. In J. B. Harborne, Metode Fitokimia.


Bandung: Penerbit ITB.

Dewan Standarisasi Nasional [SNI]. 1991. Metode Pengujian Kimia Produk


Perikanan. Penentuan Logam Berat. SNI 01-2362-1991.Jakarta:
Departemen Perindustrian RI.

Dewan Standarisasi Nasional [SNI]. 1998. Cara Uji Cemaran Logam dalam
Makanan. SNI 01-2896-1998. Jakarta: Departemen Perindustrian RI.
Faulkner DJ dan Ghiselin MT. 1983. Chemical defense and
evolutionary ecology of Dorid nudibranchs and some other
opisthobranch gastropods. Review Journal of Marine Ecology-
Progress Series.13:295-301.

Dwiastuti,Sri dan Puguh Karyanto.2003.Keanekaragaman Dan Klasifikasi


Hewan I.Surakarta: UNS Press.

Gandahusada,Srisasi.dkk.1998.Parasitologi Kedokteran.Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta.

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam


Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2(3):127 –133.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.


Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Harris CA, Henttu P, Parker MG, Sumter JP. 1997. The Estrogenic activity of
phthalate esters In Vitro. Environ Health Perspect 105(8):802-811.

Hawab HM. 2003. Pengantar Biokimia. Edisi pertama. Cetakan pertama.


Bayumedia Publishing. Malang.

Helper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1988. Pangan, gizi dan pertanian. Suhardjo,
penerjemah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Terjemahan
dari: Food, Nutrition and Agriculture.

Hudaya, T., Prasetyo, S., & Kristijarti, A. P. (2014). Ekstraksi Isolasi dan Uji
Keaktifan.

Romimohtarto Kasijan. Juwan Sri, 2009. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan


Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta

Widayati, Hartini Etik. Biologi. Intan Pariwara Nontji Anugerah, 2007. Laut
Nusantara. Penerbit : Djambatan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai