OLEH:
NAMA : SAHLAN
KELOMPOK : II (DUA)
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN
penghasil bahan pangan sumber protein maupun sebagai penghasil devisa negara.
Kebutuhan atas komoditi perikanan, yang diketahui sampai saat ini yaitu masih
kg/kapita pada tahun 2003. Dengan harapan konsumsi ikan rata-rata nasional akhir
tahun 2004 adalah 22 kg/kapita dan meningkat menjadi 22,7 kg/kapita pada tahun
2005. Apabila nilai ini tercapai maka dalam tahun 2004 diperkirakan dibutuhkan 4,4
juta ton ikan (Marwan Syaukani, 2004 dan Dirjen Pengolahan & Pemasaran Hasil
Perikanan, 2006).
Abon ikan merupakan salah satu bentuk olahan yang umumnya dibuat dari
penggorengan dan pengepresan. Abon ikan dapat digunakan sebagai alternatif lain
dalam penyajian, selain karena praktis, juga rasanya disukai karena ditambahkan
bumbu-bumbu. Abon ikan ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
diminati seperti ikan air tawar. Flavor merupakan inti dari penerimaan dan penolakan
abon, yang biasanya disebabkan karena bau anyir atau amis ikan masih terasa.
Pembuatan abon ikan relatif mudah dan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber
pendapatan keluarga, selain itu dapat dilakukan dalam skala kecil maupun skala
industri.
Menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gisi
(gizi) dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.
Berdasarkan pengertian tersebut, mutu pangan tidak hanya mengenai kandungan gisi,
tetapi mencakup keamanan pangan dan kesesuaian dengan standar perdagangan yang
berlaku.
yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk pangan yang bermutu dan aman
dikonsumsi sesuai dengan tuntutan konsumen. GMP wajib diterapkan oleh industri
yang menghasilkan produk pangan sebagai upaya preventif agar pangan yang siap
dikonsumsi tersebut bersifat aman, layak, dan berkualitas (Anggraini dan Yudhatuti,
2014)
muti dan penerapan GMP pada pabrik pengolahan aboninidi di kota kendari
pengendalian muti dan penerapan GMP pada pabrik pengolahan aboninidi di kota
kendari
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abon
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal banyak orang.
Abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang dibuat dari daging yang
direbus dan disayat-sayat, diberi bumbu, digoreng, kemudian dipres. Pada prinsipnya,
abon merupakan suatu proses pengawetan, yaitu kombinasi antara perebusan dan
mempunyai tekstur, aroma, dan rasa yang khas. Selain itu, proses pembuatan abon
merupakan proses pengurangan kadar air dalam bahan daging yang bertujuan untuk
adalah abon yang berasal dari daging ikan Masyarakat mengkonsumsi abon sebagai
lauk yang memiliki rasa yang enak dan mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama
Sebagai salah satu produk hasil olahan daging, abon telah lama dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Walaupun terdapat berbagai variasi jenis dan rasa abon, tetapi abon
yang beredar di pasar harus sesuai dengan standar yang berlaku. Beberapa nilai yang
harus dipenuhi adalah kadar air, abu, lemak, protein, gula, cemaran logam, dan
berikut :
Tabel Standar Industri Indonesia Untuk Abon No. 0368-80, 0368-85.
Komponen Nilai
Lemak (maksimum) 30 %
Gula (maksimum) 30 %
Protein 20 %
Air (maksimum) 10 %
Abu (maksimum) 9%
Aroma, warna, dan rasa Khas
Logam berbahaya (Cu,Pb,Mg,Zn dan As) Negatif
Jumlah Bakteri (maksimum) 3.000/g
Bakteri bentuk koli Negatif
Jamur negatif
Sumber: Standar Industri Indonesia
Menurut Wisena (1998) yang dikutip oleh Sianturi (2000), semakin tinggi
harga abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan yang digunakan
pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan
dengan standar ISO 9000, maka kegiatan pengendalian memiliki fungsi antara lain:
proses produksi.
produksi.
6. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses dan spot checks bilamana
diperlukan.
7. Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas
9. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang diterima akibat
tuntutan konsumen.
10. Memberikan umpan balik data cacat dan tuntutan konsumen kepada bagian
rekayasa mutu.
(ISO) yang berpusat di Genewa. ISO 9000 merupakan seri standar internasional
rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen, dengan tujuan
atau jasa sesuai persyaratan yang ditetapkan. Standar internasional seri ISO 9000
diterbitkan dalam enam dokumen terpisah dengan nama ISO 8402, ISO 9000, ISO
9001, ISO 9002, ISO 9003 dan ISO 9004 (Hadiwiardjo dan Wibisono, 1996).
terorganisasi dan sistematik, (2) meningkatkan citra perusahaan serta daya saing
dalam memasuki pasar gobal, (3) menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit
sistem mutu oleh pelanggan karena dilaksanakan secara berkala, (4) membuka pasar
baru karena nama perusahaan terdaftar pada lembaga registrasi terpercaya, (5)
komunikasi yang lebih baik, (6) meningkatkan kesadaran mutu perusahaan, dan (7)
GMP merupakan suatu metode atau cara berproduksi yang baik yang benar
dalam rangka menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan harapan.
proses pengolahan ini tentu saja berbeda antara satu jenis produk dengan jenis produk
lainnya atau kemungkinan juga berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan
4. Persyaratan penanganan
5. Persyaratan pengolahan
6. Persyaratan pengemasan
7. Persyaratan penyimpanan
– BPOM) pada Industri Abonindi di Kota Kendari dilaksanakan pada hari Kamis, 9
Januari 2020, pukul 07:00 WITA sampai selesai. Bertempat di rumah produksi
Alat yang digunakan pada praktikum Penerapan Sistem Pengendalian Mutu dan
Keamanan Pangan (CPPB – BPOM) pada Industri Abonindi di Kota Kendari yaitu
dan Keamanan Pangan (CPPB – BPOM) pada Industri Abonindi di Kota Kendari
yaitu form kuisioner, data sekunder tentang Cara Produksi Panganyang Baik untuk
Industri Rumah Tangga dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
dan data sekunder tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (Good
dan Keamanan Pangan (CPPB – BPOM) pada Industri Abonindi di Kota Kendari
yaitu :
1. Menyiapkan data sekunder tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk
Industri Rumah Tangga dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia
2. MenyiapkandatasekundertentangPedomanCaraProduksiPanganOlahanyang Baik
4.1 Hasil
bobot untuk setiap unsur di dalam komponen tersebut, kemudian ditentukan nilai
mendapatkan nilai komponen, nilai rata-rata skor unsur dibulatkan. Berikut hasil yang
3+3+3+2+3+3+ 3
Komponen A = =2,85=3
7
Karyawan
2 K Tata letak/pengaturan ruangan
2+ 1+ 3
Komponen B = =1,67=2
3
Dengan hasil yang didapatkan bahwa komponen B ruang produksi (Desain dan
tata letak) adalah C (Cukup).
b. Lantai
1 C Jenis
2 B Kebersihan terpelihara
3 B Kemiringan/kelandaian cukup ke arah saluran got
Permukaan kedap air, tahan terhadap air, garam, basa, dan
4 B
Lainnya
5 B Permukaan rata, halus tapi tidak licin
6 B Mudah dibersihkan dan selalu dalam keadaan bersih
7 K Pertemuan lantai dengan dinding bentuk conus
2+ 3+3+3+3+3+ 1
Komponen B = =2,57=3
7
Dengan hasil yang didapatkan bahwa komponen B ruang produksi (Desain dan
tata letak) adalah B (Baik)
c. Dinding
1 C Terbuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan
lama, kuat dan tidak mudah mengelupas
2 K Kedap air
3 C Mudah dibersihkan dan selalu dalam keadaan bersih dari debu,
lendir serta kotoran lainnya
2+ 1+ 2
Komponen B = =1,67=2
3
d. Langit-langit
Terbuat dari bahan tahan lama dan tidak mudah mengelupas
1 C dan
mudah dibersihkan
Selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang laba-laba dan
2 B
kotoran lainnya
3 C Tinggi dari lantai > 3 meter
2+ 3+2
Komponen B = =2,34=2
3
2+ 3+3+3+3+1+3
Komponen B = =2,57=3
7
2+ 3+2
Komponen B.2. = =2,34=2
3
B. 3. Tempat Penyimpanan
1 B Tempat penyimpanan bahan pangan terpisah dengan produk
akhir
2 B Tersedia tempat penyimpanan khusus untuk bahan bukan
pangan
seperti bahan pencuci, dan lain-lain
3 B Mudah dibersihkan dan bebas dari hama serta sirkulasi udara
Lancar
3+3+3
Komponen B.3. = =3=3
3
2+ 3+2+3
Komponen C = =2,5=2
4
3+3+3
Komponen D = =3=3
3
Dengan hasil yang didapatkan bahwa komponen D Suplai Air adalah B (Baik).
2+ 2+ 2
Komponen E = =2=2
3
2+ 1+ 2+ 2+ 2
Komponen E = =1,8=2
5
2+ 3+3+2
Komponen E.3. = =2,5=2
4
3+2+3+2
Komponen F = =2,5=2
4
Dengan hasil yang didapatkan bahwa komponen F Pengendalian Hama adalah
C (Cukup).
3+3+1
Komponen G = =2,34=2
3
G. 2. Kebersihan Karyawan
1 B Semua karyawan yang bekerja selalu menjaga kebersihan badan
2 B Pakaian/perlengkapan kerja yang digunakan selalu dalam
keadaan
Bersih
3 K Semua karyawan selalu menggunakan pakaian kerja/celemek
lengkap dengan penutup kepala, dan alas kaki dengan baik dan
Benar
4 B Kuku pendek dan rapi serta tidak menggunakan kutek/pemerah
Kuku
5 B Semua karyawan selalu menutup luka dengan perban
6 B Semua karyawan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
memulai kegiatan mengolah makanan, sesudah menangani
bahan
mentah dan sesudah ke luar dari toilet/jamban
7 K Dalam menyentuh/mengambil makanan masak, karyawan selalu
menggunakan sarung tangan/penjepit dan penutup mulut
3+3+1+3+3+3+ 1
Komponen H = =2,42=2
7
3+3+2+3+2
Komponen G = =2,6=3
5
1+ 3
Komponen F = =2=2
2
3+3
Komponen H = =3=3
2
3+3
Komponen H = =3=3
2
H. 5. Bahan Kemasan
1 B Bahan kemasan yang digunakan aman
2 C Bahan kemasan yang digunakan tidak berbahaya
3+1
Komponen H = =2=2
2
3+2
Komponen H = =2,5=2
2
Komponen I. Penyimpanan
1 B Penyimpanan bahan pangan dan produk akhir dilakukan di
tempat
bersih dan terpisah
2 B Bahan pangan/produk yang terlebih dahulu masuk/diproduksi,
digunakan/diedarkan terlebih dahulu
3 B Bahan berbahaya seperti pemberantas serangga, tikus, dan
bahan
berbahaya lainnya disimpan dalam ruangan terpisah dan diawasi
Penggunaannya
3+3+3
Komponen H = =3=3
3
Dengan hasil yang didapatkan bahwa komponen I Penyimpanan adalah B
(Baik).
3
Komponen = =3=3
1
4.2 Pembahasan
lokasinya sangat baik dan linkunganya pula pabrik bebas dari lokasi yang tercemar
dari sampah dan tempat pembuangan sampah yang sangat jauh dari lingkungan
pembuangan sampah lokasinya dan halamanya pula bebas dari hama yang
menggangu,selokan yang tidak tersumbat dan tidak adanya genangan air disekitar
pabrik pengolahan abonindi akan tetapi pabrik pengolahan tersebut dekat dengan
pemukiman warge sekitar, walaupun dekat dengan lokasi sekitarnya tetapi kebersihan
Pada pengamatan ruang produksi rungan pengolahan agak sedikit luas sehingga
ketika karyawan yang bekerja banyak maka akan saling berdempet-dempetan dan
juga tata letak dan pengaturan ruangan yang acak-acakan sehingga tidak sesuai denga
urutanya untuk produksi abonindi, akan tetapi dari itu semua kebersihan yang selalu
terjaga dari dalam pabrik. Pengamatan lantai yang digunakan menggunakan lantai
biasa yang agak cepat rusak jika benda berat terjatuh dan juga pertemuan lantai dan
dinding yang tidak conus. Dinding perusahaan tidak kurang memiliki penkedepan air
dan permukaanya yang agak kasar walaupun sebagian ditehel. Tidak kedap air, dan
agak sulit dibersihkan jika dinding perusahanya kotor. Pada langit-langit jika dilait
secara keseluruhan agak berwarna hitam dan juga agak kotor tinggi langit-langi yang
cukup unttuk kelengkapanya dalam pengolahan abon dan juga memiliki kotak P3K
walaupun isinya yang terbilang agak kurang tetapi sudah memili dasar-dasar dalam
dan memiliki daya tahan yang agak lama jika memiliki perawatan yang baim
terhadap barang barang pengolahanya tersebut dan juga penataan yang cukup baik
Suplai air yang digunakan pada pabrik pengolahan abonindi sangat baik karena
kualitas air dari pabrik pengolahan abonindi sangat memenuhi persaratan air bersih.
Keadaan sanitasi yang ada dalam pabrik abon ikanindi kurang baik maksutnya
manajement sanitasi dan higiene yang tidak teratur.misalnya saja tidak adanya loker
karyawan dan jamban khusus karyawan, alat pencuci tangan yang terbatas dan hanya
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pengolahan abonindi sudah sangat baik akan tetapi ada beberapa yang menjadi
kendala pada pabrik pengolahan abonnindi misalnya saja pada manajement sanitasi
5.2. Saran
Saran saya dalam praktikum ini harus membawa dan selalu mencatat
kuisioner gmp dari Menteri Perindustrian Republik Indonesia dan selalu mencatat
Anhar, M dan A.P. Wardanu. 2016. Penerapan Good Manufacturing Practice (GMP)
Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Wida Mantolo Kecamatan Benua
Kayong. Jurnal Teknologi Pangan. 7 (1) : 8-16.
Hadiwirdjo BH, Wibisono S. 1996. Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000
Sistem Manajemen Mutu. Jakarta. PT. Ghalia.
Hermansyah, M., Pratikto, R. Soenoko, dan N.W. Setyanto. 2013. Hazard Analysis
and Critical Control Point (HACCP) Produksi Maltosa Dengan Pendekatan
Good Manufacturing Practice (GMP). Jurnal Jemis. 1(1): 14-20.
Syaukani., 2004. Konsepsi Kelembagaan Dalam Mewujudkan Sektor Perikanan
Sebagai prome Mover perekonomian Nasional. IPB, Bogor.