Anda di halaman 1dari 4

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER


UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2019/2020

Mata Ujian : Farmasi Komunitas Kelas : B


Hari/ Tanggal : Senin, 13 April 2020 Nama : Mutiara Permata Putri
Dosen Penguji : Dhita Evi Aryani, M.Farm.Klin., Apt. NIM : 172210101088
Waktu : 100 menit Nomor Absen : 27
Sifat : Open book

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !!!

1. Seorang wanita berusia 30 tahun, BB. 50 kg, tinggi 160 cm, datang ke apotik dengan keluhan
mudah sekali menangis, menjadi mudah tersinggung (irritable) dan kembung seminggu sebelum
tanggal menstruasinya datang. Dia juga merasa lebih energik dan kelebihan energi sehingga bisa
menyelesaikan pekerjaannya. Jika dia merasa stress akibat tekanan pekerjaan atau habis
bertengkar dengan suaminya keluhannya semakin memburuk.
A. Informasi apa lagi yang bisa kalian gali dari pasien ini?
Jawab :
Apa ada gejala lain Bu? Seperti nyeri pada bagian kepala dan juga nyeri pada payudara ?
Selain itu, apa terjadi kehilangan nafsu makan ? Serta apakah ada rasa nyeri pada tubuh dan
adakah kenaikan berat badan ?
B. Dari hasil assessment yang kalian lakukan, kira-kira pasien ini menderita penyakit apa?
Jawab :
Premenstrual Syndrome (PMS)
C. Apa rencana yang kalian lakukan untuk pasien ini ?
Jawab :
Memberikan terapi farmakologi seperti :
 Vitamin B6 maksimal 100mg / hari
 Vitamin E sebanyak 400 IU/hari (Jika ada nyeri payudara berdasarkan 1a)
 Vitamin D sebanyak 400 IU/hari
 Kalsium sebanyak 600 mg 2 kali sehari
 Magnesium sebanyak 360 mg per hari
 Diuretik (Jika ada kenaikan berat badan berdasarkan 1a)
 NSAIDs seperti aspirin dan naproxen

Kemudian disarankan terapi non-farmakologi seperti olahraga yang teratur, modifikasi diet,
dan juga relaksasi seperti yoga (Cognitive behavioral therapy)

D. Apa alasan kalian memilih rencana pada jawaban C ?


Jawab :
Diberikan terapi farmakologi dengan tujuan :
 Vitamin B6 untuk menghindari neuropati
 Vitamin E jika muncul pembengkakan payudara. Vitamin E bersifat opsional.
 Vitamin D dan Kalsium untuk mencegah berkembangnya gejala PMS
 Magnesium untuk mencegah defisiensi magnesium, jika ada defisiensi maka akan
muncul gejala yang mirip PMS
 NSAIDs untuk menurunkan gejala fisik seperti sakit kepala, dan rasa lelah dan juga
gejala mood
 Diuretik seperti furosemid untuk mengatasi peningkatan berat badan karena
penumpukan air. Diuretik bersifat opsional

Sedangkan terapi non farmakologi bertujuan untuk merelaksasikan tubuh sehingga tidak
memperburuk gejala yang muncul

E. Edukasi apa saja yang harus kalian berikan pada pasien ini?
Jawab :
PMS memang sering muncul 1 minggu sebelum menstruasi. Tetapi ibu tidak perlu khawatir
karena itu merupakan hal yang wajar. Jika gejala PMS itu muncul, cukup konsumsi vitamin
(B6,D,E) dan juga mineral (Kalsium dan Magnesium). Tetapi jika gejala yang muncul sangat
menyakitkan dan menyebabkan rasa yang tidak nyaman, maka konsumsi NSAIDs untuk
menghilangkan gejala tersebut. Jika disertai rasa perut yang kembung, konsumsi juga
diuretik.

2. Buatlah ringkasan dari tugas diskusi swamedikasi penyakit kulit sesuai dengan topik yang kalian
kerjakan !!!
Jawab :
Topik Diaper Dermatitis dan
Dermatitis akut pada kulit di daerah yang tertutup popok yaitu daerah kemaluan,
perineum, bokong, perut bagian bawah, dan paha bagian dalam. Selain itu ruam popok dapat
pula diakibatkan oleh jamur, serta dapat dilihat dengan munculnya keadaan memerah di bagian
kulit yang tertutup popok. Daerah merah ini bisa disertai dengan bintik-bintik merah, bisa juga
tidak (Anonim, 2008).
Diaper dermatitis adalah gambaran suatu dermatitis kontak iritan, atau dikenal dengan
istilah dermatitis popok iritan primer (DPIP). Penggunaan popok berhubungan dengan
peningkatan yang signifikan pada hidrasi dan pH kulit. Kedua faktor tersebut adalah hal penting
untuk kesehatan kulit pada daerah popok. Urine dan feses berperan penting pada peningkatan
hidrasi dan ph kulit.
Pada keadaan hidrasi yang berlebihan, permeabilitas kulit akan meningkat terhadap
iritan, meningkatnya koefisien gesekan sehingga mudah terjadi abrasi, dan merupakan kondisi
yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga mudah terjadi infeksi.
Pada pH kulit yang lebih tinggi, enzim feses yang dihasilkan oleh bakteri pada saluran
cerna dapat mengiritasi kulit secara langsung dan dapat meningkatkan kepekaan kulit terhadap
bahan iritan lainnya. Superhydration urease enzyme yang terdapat pada stratum korneum
melepaskan ammoniak dari bakteri kutaneus. Urease mempunyai efek iritasi yang ringan pada
kulit yang tidak intak. Lipase dan protease pada feses yang bercampur dengan urin akan
menghasilkan lebih banyak ammoniak dan meningkatkan pH kulit.
Amoniak tidak termasuk suatu bahan iritan yang turut berperan dalam patogenesis
diaper dermatitis. Pada observasi klinis menunjukkan bayi dengan diaper dermatitis tidak
tercium aroma amoniak yang kuat. Feses bayi yang diberikan ASI mempunyai pH yang rendah
dan tidak rentan terkena diaper dermatitis. Gesekan akibat gerakan menyebabkan kulit terluka
dan mudah terjadi iritasi sehingga resiko terjadinya inflamasi meningkat.
Infeksi sekunder akibat dari mikroorganisme seperti candida albicans sering timbul
setelah 72 jam terjadinya diaper dermatitis. Candida albicans adalah mikroorganisme tersering
yang dijumpai pada daerah popok dari 41%-85% bayi yang mengalami diaper dermatitis.
Terapi Farmakologi yaitu :
• Krim Antifungal 
Nystatin merupakan obat topikal yang paling sering diberikan pada kasus ruam
popok. Hal ini dikarenakan ruam popok yang tidak sembuh dengan terapi non
medikamentosa biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder Candida albicans (41 -
71%).
• Salep Antibiotik
Pemberian antibiotik topikal dapat dilakukan pada ruam popok yang dicurigai
disebabkan infeksi bakteri. Polymixin B + Bacitracin merupakan antibiotik topikal
pilihan diikuti oleh krim asam fusidat. Mupirocin dapat di berikan pada kasus pasien
dengan MRSA (Methicillin-resistan Staphylococcus Aureus).
• Kortikosteroid Topikal
Pemberian kortikosteroid topikal dapat diberikan pada kasus ruam popok untuk
mengurangi peradangan, namun harus di monitor secara ketat terutama pada infant
karena infant mempunyai luas area permukaan yang lebih besar dibanding berat
badan sehingga absorbsi bisa lebih banyak dan dapat menyebabkan efek samping
sistemik seperti sindrom Cushing, supresi adrenal, dan atrofi kulit.
• Antibiotik Oral
Obat antibiotik oral jarang diperlukan pada kasus ruam popok. Golongan ini
hanya dapat diberikan pada kasus ruam popok yang disertai infeksi sekunder
berulang dan berat, ataupun pada kasus yang tidak menunjukkan perubahan
dengan pemberian antibiotik topikal. Antibiotik oral yang dapat menjadi pilihan
adanya flucloxacillin atau erythromycin pada pasien dengan alergi penicillin.

Terapi Non Farmakologi yaitu sering mengganti diaper, terutama setelah BAB dan
berhati-hati dalam mengganti diaper, lebih sering lebih baik; mengurangi waktu kontak kulit
dengan urin/feses; selama penggantian diaper, kulit dibilas dengan air biasa; mencegah
timbulnya iritasi lebih lanjut; mencegah timbulnya infeksi kedua; Baju bayi yang telah digunakan
dicuci dengan detergen ringan

Prickly Heat
Prickly heat atau biang keringat (miliaria atau miliaria rubra) merupakan kondisi kulit
dengan disertai ruam sangat halus dan berwarna merah. Kondisi ini dapat muncul pada bagian
tubuh mana pun yang memiliki kelenjar keringat, misalnya pangkal paha dan dada.
Panas biang keringat disebabkan oleh keringat yang terperangkap. Ketika tubuh terasa
panas, ia mengaktifkan kelenjar keringat untuk membuat keringat di kulit. Keringat kemudian
mendinginkan kulit saat menguap. Ketika tubuh disimpan dalam keadaan hangat ini, produksi
keringat yang konstan dapat membebani kelenjar keringat. Hal ini dapat menyebabkan saluran
keringat menjadi tersumbat, memerangkap keringat di lapisan dalam kulit. Keringat yang
terperangkap ini mengiritasi kulit, yang merespons dengan menghasilkan ruam.
Pemicu paling umum untuk biang keringat adalah paparan panas untuk waktu yang
lama. Ini mungkin benar terutama di daerah yang sangat lembab di mana keringat lebih sulit
menguap dari kulit. Panas biang keringat biasa terjadi pada orang-orang dari iklim yang lebih
dingin yang bepergian ke iklim yang lebih hangat. Tetapi mungkin juga terjadi pada seseorang
dalam iklim biasa ketika mereka mengalami lebih banyak panas dan keringat daripada biasanya.
Obat-obatan tertentu juga dapat memicu biang keringat. Obat apa pun yang
meningkatkan suhu tubuh atau mengubah fungsi kelenjar keringat dapat meningkatkan risiko
biang keringat. Beberapa obat untuk penyakit Parkinson menghambat keringat, dan obat
penenang dan diuretik dapat mengubah keseimbangan cairan dalam tubuh, yang dapat memicu
gejala panas yang berdenyut juga.
Terapi Farmakologi yaitu :
Seperti pada ruam popok, hidrokortison merupakan kontraindikasi pada bayi. Pada
orang dewasa, hidrokortison mungkin berguna jika luas permukaan yang terlibat sama dengan
atau kurang dari sekitar 10% dari luas permukaan tubuh. Karena biang keringatnya hilang
dengan cepat tanpa terapi obat, satu-satunya penggunaan nyata hidrokortison adalah untuk
menghilangkan rasa gatal. Sedangkan Antihistamin dan anestesi lokal membawa risiko
kepekaan.
Menurut Siagian (2008), pasien yang mengalami keluhan gatal-gatal karena biang
keringat dianjurkan menggunakan obat Caladine Powder 
₋ Khasiat : antipruritus
₋ Bentuk sediaan : bedak
₋ Cara pemakaian : ditaburkan pada seluruh permukaan tubuh, dipakai setelah
mandi/sedang berkeringat
₋ Produk lainnya : Calamec , Regatal 
Sedangkan untuk terapi non farmakologinya yaitu gunakan pakaian longgar, berwarna
terang, dan mudah menyerap keringat; pada bayi sering mengganti popok, menggunakan sabun
atau zat kimia yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman akibat panas terik.

Anda mungkin juga menyukai