Anda di halaman 1dari 83

MORFOLOGI DAN ANATOMI

PIPERACEAE
DI MATERIA MEDICA BATU
MORFOLOGI DAN ANATOMI

PIPERACEAE
DI MATERIA MEDICA BATU

Umi Kulsum Nur Qomariah


Nevy Vilanti
Layin Muthoharoh
Anna Alfiana

ii
Hak Penerbitan © 2019 Fakultas Pertanian Universitas KH. A.
Wahab Hasbullah, Jalan Garuda No. 09 Tambakberas Jombang
Email : faperta.unwaha.ac.id
Homepage : http://www.faperta.unwaha.ac.id

Cetakan pertama
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, photoprint, microfilm dan sebagainya.

Diterbitkan oleh:
Fakultas Pertanian Universitas KH. A. Wahab Hasbullah

ISBN 9 786239 016128

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Semesta Alam yang Maha


Pengasih dan Maha Penyayang, pemilik segala pengetahuan yang telah
memberikan sedikit ilmuNya yang Maha Luas sehingga Penulis dapat
menyelesaikan buku ini dengan baik.
Buku Morfologi dan Anatomi Tumbuhan telah banyak
diterbitkan, namun yang secara spesifik mengulas tentang tanaman
sirih masih jarang bahkan belum ada. Buku ini secara singkat
mengulas morfologi beberapa jenis Piperaceae. Bahasan lebih luas
dalam buku ini ditekankan pada ulasan struktur anatomi daun dan
batang beberapa jenis Piperaceae yang terdapat di Materia Medica
Batu. Materia Medica Batu merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang
mempunyai tugas pokok untuk memberi penyuluhan dan pengelolaan
tanaman obat tradisional & tanaman obat yang mengandung bahan
baku obat. Materia Medica memiliki fasilitas, sarana dan prasarana
yang mampu menunjang kegiatan aplikasi ilmu dari bidang keahlian
botani.
Buku ini dibuat berdasarkan pengamatan langsung yang
dilakukan oleh penulis terhadap beberapa jenis tanaman Piperaceae di
Materia Medica Batu. Seluruh tampilan struktur anatomi dalam buku
ini dibuat dari preparat basah, bukan awetan. Tanaman Piperaceae
yang dibahas dalam buku ini meliputi Piper aduncum, Piper betle,
Piper betle, Piper retrofractum, Piper crotatum dan Piper lolot. Poin

iv
penting yang mendominasi isi buku ini yaitu struktur anatomi daun
dan batang Piperaceae.
Buku ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi Mahasiswa
Sarjana Strata S1/S2 yang sedang menempuh matakuliah Morfologi
Tumbuhan, Farmakognosi, Anatomi Tumbuhan, Botani Ekonomi,
Botani pada program studi Biologi, Pendidikan Biologi, Farmasi dan
Agroekoteknologi serta program studi lain yang relevan.
Ungkapan terimakasih diucapkan kepada seluruh keluarga
Besar Materia Medica Batu yang telah berkenan dalam memfasilitasi
pengamatan langsung dari awal sampai akhir, Bu Dr. Endang Kartini
Ariati Murwani, M.S., Apt. yang memberikan bimbingan langsung
dalam bidang Anatomi Tumbuhan dan seluruh Dosen Biologi
Universitas Negeri Malang tercinta. Terimakasih juga diucapkan
kepada seluruh keluarga besar Universitas K.H. A. Wahab Hasbullah
yang memberikan support dalam penyusunan buku ini hingga selesai.
Sebagai penutup dalam pegantar ini, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini.
Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi
amal jariyah bagi penulis khususnya.

Kediri, Februari 2019

Tim Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
BAB II TEKNIK PENGAMATAN ANATOMI TUMBUHAN .. 3
BAB III IDENTIFIKASI ANATOMI .......................................... 4
BAB IV SESURUHAN (Piper aduncum).................................... 9
BAB V SIRIH HIJAU (Piper betle) ........................................... 19
BAB VI CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.) ................... 28
BAB VII MERICA LOLOT (Piper lolot) .................................. 39
BAB VIII SIRIH MERAH (Piper crotatum) ............................. 51
BAB IX KEMUKUS (Piper cubeba) ......................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 71
GLOSARIUM ............................................................................ 72
INDEKS ..................................................................................... 77

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Bentuk morfologi tumbuhan Piperaceae pada umumnya mirip


dan sulit dibedakan antara spesies satu dengan lainnya. Sebagai contoh
pada potongan helai daun sesuruhan dan cabe jawa sekilas nampak
sama meskipun dilihat dari tegakan herbanya jauh berbeda. Oleh
karena itu perlu adanya ulasan singkat anatomi Piperaceae untuk
mengetahui ciri pembeda yang terdapat pada masing-masing organ.
Bagian organ tumbuhan dalam suatu famili termasuk seperti
pada Piperaceae, mempunyai kemiripan ciri antar spesies. Identifikasi
anatomi dapat menemukan penanda spesifik yang menjadi
karakteristik setiap anggota Piperaceae. Struktur anatomi pada suatu
tumbuhan obat, penting untuk dideteksi ciri penanda spesifik untuk
membedakan dengan jenis tanaman lain terutama untuk mengetahui
keaslian suatu ramuan obat melalui uji mikroskopik. Kandungan kimia
setiap jenis tanaman berbeda-beda, walau bentuk tanamannya sama
dan memiliki hubungan kekerabatan dekat masih dalam satu famili.
Efek yang ditimbulkan dari interaksi antar bahan kimia, bisa bersifat
antagonis maupun sinergis. Oleh karena itu, maka penting untuk
dilakukan deteksi keaslian jenis tanaman.
Uji keaslian tanaman secara mikroskopik dilakukan melalui
pengamatan mikroskopik pada simplisia yang menjadi komponen
ramuan obat. Apabila pada pengamatan ditemukan bentuk-bentuk
yang menjadi karakter tanaman maka menunjukkan keaslian suatu

1
ramuan obat. Pada dasarnya pengamatan anatomi dapat dilakukan
pada preparat segar maupun preparat awetan. Akan tetapi, penanda
anatomi seperti benda ergastik hanya dapat dijumpai pada sel hidup
yaitu pada pengamatan anatomi menggunakan preparat segar. Buku ini
secara khusus akan mengulas tentang penanda anatomi preparat segar
dari tangkai dan batang Piper aduncum, daun piper betle, piper
retrofractum, Piper lolot, Piper crotatum dan Piper cubeba.

2
BAB II
TEKNIK PENGAMATAN ANATOMI TUMBUHAN

Pada kegiatan pengamatan struktur anatomi diperlukan adanya


reagen, regen yang digunkan untuk pendeteksian di bawah mikroskop.
Reagen yang diperlukan dalam pengamatan mikroskopik antara lain:
sudan III, IKI, kloral hidrat, metilen blue, HCl 25%, Floroglusin.
Beberapa reagen tersebut merupakan reagen yang banyak digunakan
untuk keperluan identifikasi anatomi.
Selama kegiatan pengamatan anatomi, mikroskop menjadi alat
yang mutlak digunakan sehingga perlu adanya perawatan yang baik
dan benar. Perawatan mikroskop dilakukan mulai dari penyimpanan,
pembersihan dan teknik pengunaan. Penyimpanan mikroskop perlu
diletakkan pada lemari yang diberi lampu untuk mencegah
kelambaban. Kondisi yang lembab menyebabkan lensa berjamur.
Jamur yang ada pada lensa akan menjadi penghalang pada saat
pengamatan. Perawatan mikroskop dilakukan dengan pembersihan
lensa menggunakan larutan xilol dengan kertas lensa. Apabila lensa
sudah dalam kondisi berjamur maka pembersihan dapat dilakukan
dnegan menggunakan alkohol 96%. Perawatan mikroskop tidak hanya
dilakukan melalui pembersihan lensa saja, tetapi juga dilakukan
dengan pemakaian mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar.
Penggunakan mikroskop yang kurang baik dapat menyebabkan
mikroskop menjadi rusak. Oleh karena itu perlu adanya
pengembangan dalam manajemen laboratorium yang baik.

3
BAB III
IDENTIFIKASI ANATOMI

Identifikasi tanaman dilakukan dengan pengamatan strukutur


anatomi suatu bagian tubuh tumbuhan. Pengamatan dilakukan dengan
membuat irisan melintang maupun membujur pada bagian tumbuhan
yang digunakan. Dalam pengamatan anatomi digunakan beberapa
reagen yakni :
a. Sudan III
Reagen ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan minyak
atsiri yang ditandai dengan adanya perubahan warna minyak atsiri
menjadi merah. Pemberian reagen ini dilakukan dengan meneteskan 1-
2 tetes pada potongan spesimen yang akan diamati di bawah
mikroskop.
b. Metilen blue
Reagen ini digunakan untuk melakukan pengujian terhadap sel
hidup dan digunakan pula untuk pewarnaan sel. Metilen blue akan
memberikan warna pada dinding sel, sehingga tampak jelas batasan
antar sel. Selain itu, metilen biru juga mampu menampakkan secara
jelas sel-sel yang mengalami penebalan misalnya sel kolenkim akan
tampak berwarna biru terang pada penebalan diiding selnya.
c. Kloral Hidrat
Kloral hidrat digunakan untuk menjernihkan preparat salah
satunya yakni untuk menjernihkan klorofil. Tetapi tidak semua klorofil
dapat dengan mudah larut dalam kloral hidrat.

4
d. HCl
Larutan HCl digunakan untuk menguji kristal kalsium oksalat.
Sel tumbuhan yang mengandung kristal kalsium oksalat dapat
dipastikan dengan pemberian larutan HCl karena larutan HCl mampu
melarutkan kristal kalsium oksalat sehingga setelah pemberian larutan
HCl tidak ditemukan lagi adanya kristal.
Pengamatan struktur anatomi dilakukan dengan mengamati
penampang melintang maupun membujur dari tangkai ataupun daun.
Bagian yang diamati meliputi komponen penyusun epidermis baik
permukaan atas maupun bawah, struktur berkas pengangkut dan
komponennya, jaringan penguat, minyak atsiri dan benda ergastik
lainnya serta ciri-ciri lain yang menjadi karakter dari tanaman tersebut.
Jaringan episermis daun pada kelompok piperaceae tersusun
atas selapis sel epidermis dan di bawahnya terdapat hipodermis yakni
lapisan sel di bawah hipodermis. Pada lapisan apidermis bagian bawah
ditemukan adanya stomata yang tidak terdapat pada permukaan bagian
atas. Sebagian besar sel penutup memiliki bentuk ginjal, seperti halnya
pada tanaman kelompok piperaceae ini. Pada bagian epidermis,
kloroplas hanya ditemukan pada bagian sel penutup sedangkan sel-sel
epidermis tidak mengandung kloroplas. Berdasarkan keberadaan
stomata pada sisi daun, sejumlah besar tanaman piperaceae memiliki
tipe hipostomatik. Selain ditemukan adanya stomata, pada permukaan
epidermis juga ditemukan adanya trikoma. Menurut Setjo dkk (2004)
trikom merupakan derivate epidermis yang mempunyai bentuk,
struktur, dan fungsi yang bervariasi. Trikom berfungsi sebagai
pelindung terhadap gangguan dari luar, serta mengurangi penguapan.

5
Salah satu yang menjadi ciri lain bagi kelompok piperaceae
yakni adanya saluran sekretori pada permukaan epidermis baik
permukaan epidermis bagian atas maupun bagian bawah. Saluran
sekretori umumnya terdiferensiasi dari sel parenkim dan mempunyai
kandungan bermacam-macam. Pada kelompok piperaceae terdapat
pula sel yang ukurannya berbeda dari sel tetangganya dan berisi tetes
minyak disebut kantung minyak atau sel minyak (Setjo dkk, 2004). Sel
minyak dapat terletak tersebar sepanjang epidermis atau bahkan
berada di antara jaringan mesofil daun.
Pada penampang melintang daun juga dapat diamati struktur
jaringan mesofil daun. Jaringan mesofil berasal dari jaringan parenkim
yang mengandung klorofil. Jaringan mesofil tersusun atas sel-sel
parenkim yang memiliki bentuk yang khas yakni jaringan palisade dan
jaringan bunga karang. Komponen penyusun jaringan mesofil berbeda
antara tumbuhan yang satu dan lainnya. Jaringan mesofil dapat
tersusun atas kedua macam jaringan (palisade dan bunga karang) atau
tersusun seragam satu jenis jaringan (hanya palisade saja atau bunga
karang saja).
Pada bagian costa (tulang daun) menunjukkan struktur yang
tidak jauh berbeda dengan struktur tangkai daun. Hal ini dikarenakan
tulang daun merupakan lanjutan dari tangkai daun sehingga struktur
yang dimilikinya menunjukkan banyak persamaan. Pada bagain tulang
daun ini ditemukan adanya jaringan penguat yakni kolenkim yang
terletak di bawah lapis epidermis dan terkadang juga terdapat lapis
jaringan sklerenkim. Selain itu juga ditemukan adanya berkas
pengankut yang terdiri dari unsur xylem maupun floem.

6
Pengamatan struktur anatomi batang juga memperhatikan
beberapa struktur penting yakni antara lain jaringan penguat yang
menyusun bagian tepi sel, struktur berkas pengangkut, keberdaan sel
minyak dan benda ergastik lainnya, serta ciri-ciri khusus yang tampak
pada pengamatan. Hampir sebagian besar tumbuhan memiliki jaringan
penguat pada bagian tepi batang. Jaringan penguat yang terdapat pada
batang dapat berupa jaringan kolenkim ataupun jaringan kolenkim.
Menurut Setjo dkk. (2004) jaringan kolenkim merupakan
jaringan yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada organ muda
yang sedang tumbuh, dan pada tumbuhan herba tetapada meskipun
organnya sudah tuakolenkim terdiri atas sel hidup, berbentuk kurang
lebih memanjang dengan penebalan yang tidak merata. Penampang
melintang kolenkim pada preparat segar menunjukkan dinding sel
kolenkim tampak seperti mutiara. Biasanya kolenkim terletak
langsung di bawah epidermis, tetapi ada pula yang berbeda yakni di
antara epidermis dan kolenkim terdapat satu atau dua lapis sel
parenkima. Jika kolenkim terletak langsung di bawah epidermis,
dinding dalam sel epidermis atau kadang-kadang seluruh sel epidermis
akan menebal seperti pada dinding sel kolenkim. Pada batang, jaringan
kolenkim dapat membentuk lingkaran utuh atau berupa kelompok-
kelompok memanjang. Sedangkan pada daun jaringan kolenkim
terdapat pada salah satu sisi vena (urat daun) atau kedia sisi vena dan
sepanjang tepi daun.
Berkas pengangkut pada batang piperaceae sebagian besar
menunjukkan adanya dua lingkar berkas pengangkut yakni berkas
pengangkut bagian perifer dan berkas pengangkut bagian dalam.

7
Masing-masing berkas pengangkut tersusun atas unsur xylem dan
unsur floem. Pada tumbuhan kelompok piperaceae termasuk dalam
kelas dikotil oleh karena itu antara unsur xylem dan unsur floem
terdapat jaringan kambium yang memisahkan keduanya. Selain sel-sel
tersebut, pada beberapa tumbuhan tampak adanya selubung
sklerenkim yang mengelilingi berkas pengangkut.

8
BAB IV
SESURUHAN (Piper aduncum)

A. Morfologi Piper aduncum


Habitus liana, tahunan. Batang berkayu, bulat telur, ujung
runcing, pangkal membulat, tepi rata, pada setiap buku, tangkai
berbulu halus, silindris 5-10 mm, panjang daun 10-14 cm, lebar 5-6
cm, pertulangan menjari, hijau muda. Bunga tergolong majemuk,
bentuk bulir, berkelamin satu atau dua, daun pelindung bertangkai 0,5-
1,25 mm, melengkung, tangkai benang sari pendek, kepala sari kecil,
bakal buah duduk, kepala putik dua sampai tiga, pendek, putih, putin
kekuningan. Buah buni, bertangkai pendek, panjang bulir 12-14 cm,
masih muda kuning kehijauan setelah tua hijau. Biji berukuran kecil
dan berwarna coklat. Sistem perakaran tunggang dan berwarna putih
kecoklatan (Syamsuhidayat, 1991). Berikut klasifikasi dan habitus
sesuruhan (Gambar 1).
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper aduncum.

Gambar 1. Tegakan tumbuhan sesuruhan


(Piper aduncum).
Sumber : Dokumentasi Penulis

9
B. Anatomi Piper aduncum
1. Helai Daun
Karakter anatomi Piper aduncum ditampilkan dalam bentuk
irisan melintang dan sayatan paradermal helai daun serta tangkai daun
sesuruhan. Irisan melintang daun dapat dibuat dengan pisau gillet atau
microtom dengan memotong spesimen setipis mungkin, kemudian
diletakkan di atas object glass dan diberikan 1-2 tetes aquades untuk
mencegah dehidrasi pada preparat. Penampang melintang helai daun
sesuruhan yang melewati tulang daun diamati dalam preparat segar
tanpa reagen dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Penampang melintang daun sesuruhan (Piper aduncum) tanpa reagen


(Perbesaran 100 x). Keterangan 1. Epidermis, 2. Trikom, 3. Jaringan mesofil, 4.
Jaringan pengangkut, 5. Berkas pengangkut (Sumber : Dokumentasi Penulis).

10
Gambar 3. Penampang melintang Jaringan mesofil Piper aduncum (Perbesaran 400 x).
Keterangan : 1. Epidermis atas, 2. Hipodermis, 3. Sel sekretori (minyak), 4. Jaringan
Palisade, 5. Jaringan bunga karang, 6. Epidermis bawah
(Sumber : Dokumentasi Penulis).

Susunan sel mulai dari atas sampai bawah pada penampang


melintang daun sesuruhan yaitu epidermis atas, hipodermis, sel
sekretori, jaringan palisade, jaringan bunga karang dan epidermis
bawah (Gambar 3). Epidermis atas maupun epidermis bawah tersusun
atas selapis sel. Tepat dibawah epidermis atas terdapat selapis sel
hipodermis yang berukuran lebih besar dari sel epidermis. Jaringan
mesofil tersusun atass jaringan palisade yang terletak dekat dengan
permukaan atas daun dan jaringan bunga karang atau sponsa yang
teretak dibawahnya. Susunan jaringan mesofil semacam ini disebut
sebagai tipe daun bifasial. Pada jaringan mesofil maupun di bagian
epidermis terdapat sel yang berukuran besar dan berbeda dengan sel-
sel sekitarnya. Sel tersebut merupakan sel secret yang mengandung
komponen minyak dan berwarna hijau kekuningan pada saat sebelum

11
diberi reagen sudan III (Gambar 3). Ketika diberi reagen sudan III
terjadi perubahan warna menjadi butiran merah (Gambar 4). Butiran
tersebut merupkan butiran minyak terjadai akibat disintregasi sel yang
mengandung minyak sehingga menyebabkan minyak tumpah menjadi
butiran butiran minyak (Hidayat, 1995).

Gambar 4. A-B Sel minyak pada penamang melintang daun sesuruhan (Piper
aduncum) (Perbesaran 400 x). (Sumber : Dokumentasi Penulis).

Di bagian costa (tulang daun) terdapat adanya berkas


pengangkut yang tersusun atas unsur xylem dan unsur floem. Selain
itu juga pada bagian tepi epidermis tulang daun juga terdapat jaringan
kolenkim yang tersusun sebagai kelompok sel. Kolenkim tersebut
memiliki tipe penebalan anuler dengan ciri lumen yang berbentuk
sirkuler. Setelah penambahan reagen metilen biru, tampak secara jelas
penebalan dinding sel-sel kolenkim (Gambar 5). Sel kolenkim
menyerap warna metilen biru dengan baik, sehingga pada preparat
nampak berwarna lebih biru dibanding sel sel disekitarnya.

12
Gambar 5. Penampang melintang daun sesuruhan dengan pewarnaan metilen biru
(perbesaran 100 x) (Sumber : Dokumentasi Penulis).

Stomata pada Piper aduncum terdapat di permukaan epidermis


bawah (abaksial), dengan sel penutup berbentuk ginjal yang dikelilingi
oleh 4 sel tetangga (Gambar 6). Selain stomata, pada lapisan epidermis
atas maupun bawah ditemukan trikom yang berbentuk rambut panjang
dengan ujung runcing dan tersusun atas lebih dari satu sel. sel
penyusun trikom pada tanaman piper aduncum mencapai 7 sel. Bagian
basal trikrom tersusun atas 2 sel yang melekat pada lapisan epidermis
Trikom yang terdapat di kedua permukaan daun sesuruhan juga
mengalami penebalan kolenkim (Gambar 7).

13
A

Gambar 6. Sayatan paradermal permukaan bawah daun Sesuruhan (Perbesaran 400 x).
Keterangan A. Sel penutup (Guard cell), B. Sel tetangga.
(Sumber : Dokumentasi Penulis)

Gambar 7. Trikom pada daun sesuruhan (Perbesaran 400 x)


Keterangan. A. Trikom pada permukaan epidermis (tanpa reagen), B. Trikom dengan
metilen biru (Sumber : Dokumentasi Penulis).

14
Kristal kalsium oksalat berbentuk jarum terdapat pada bagian
mesofil dan tersebar hingga ke bagian berkas pengangkut daun
sesuruhan. Keberadaan Kristal kalsium oksalat ini dapat dideteksi
dengan menggunakan reagen HCl. HCl akan melarutkan Kristal
kalsium oksalat, sehingga setelah pemberian larutan HCl maka tidak
ditemukan lagi Kristal kalsium oksalat. Struktur kalsium oksalat dalam
daun sesuruhan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kristal kalsium oksalat bentuk jarum di dalam sel daun sesuruhan
(Perbesaran 400 x) (Sumber : Dokumentasi Penulis).

Ciri khusus struktur anatomi daun Piper aduncum yang


membedakan dengan piper jenis lain yaitu trikom yang tersusun atas
lebih dari satu sel dan kristal kalsium oksalat berbentuk jarum. Kedua
penanda spesifik ini dapat digunakan untuk mendeteksi keaslian
sesuruhan baik berupa simplisia, tanaman hidup, maupun racikan
bahan obat.

15
2. Tangkai Daun Piper aduncum
Struktur anatomi tangkai daun sesuruhan mempunyai dua
lingkaran berkas angkut yaitu lingkaran luar dan lingkaran dalam.
Antara lingkaran luar dengan lingkaran dalam dipisahkan oleh
jaringan parenkim dan jaringan penguat yang menyelubungi berkas-
berkas angkut. Di bawah jaringan parenkim yang terletak tepat di
bawah epidermis terdapat adanya jaringan penguat yang mengalami
penebalan sel. Namun jenis jaringan penguat tersebut kurang begitu
jelas karena warna-warna pada masing-masing jaringan penyusun
tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk
memperjelas jenis penebalan tersebut maka pada preparat dapat
diwarnai dengan menggunakan metilen biru. Reagen metilen biru
merupakan reagen yang berfungsi untuk mendeteksi sel-sel yang
hidup. Hasil uji dengan pemberian reagen metilen biru pada tangkai
daun sesuruhan akan menunjukkan gambar sel seperti gambar 9.
Pemberian reagen metilen biru memperjelas jenis jaringan
penguat pada tangkai sesuruhan. Tangkai daun mempunyai jaringan
penguat kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim bertipe anguler, yaitu
mengalami penebalan pada sudut-sudut sel. Antara kolenkim dengan
sklerenkim dapat dibedakan dengan melihat jenis penebalannya.
Sklerenkim mempunyai penebalan yang merata diseluruh dinding
selnya, berbeda dengan kolenkim yang menebal pada bagian-bagian
tertentu.
Jaringan kolenkim pada irisan melintang tangkai daun
sesuruhan, terletak pada bagian hipodermis. Bagian korteks tangkai
daun sesuruhan, tersusun atas beberapa lapisan parenkim. Pada bagian

16
perisikel, diisi oleh jaringan parenkim dan sklerenkim seperti pada
gambar (Gambar 9) .

Gambar 9. Penampang melintang tangkai daun sesuruhan (Piper aduncum) dengan


pewarnaan metilen biru (perbesaran 400 x).
Keterangan : 1. Epidermis, 2. Kolenkim anguler, 3. Sklerenkim, 4. Berkas angkut, 5.
Parenkim korteks, 6. Trikoma, 7. Sel basal trikom, 8. Floem, 9. Xylem, 10. Kambium.
(Sumber : Dokumentasi Penulis)

Berkas pengangkut tangkai daun sesuruhan tersusun dalam


dua lingkaran yaitu lingkaran dalam dan lingkaran luar. Masing-
masing berkas pengangkut mempunyai ukuran yang relatif seragam.
Tipe berkas angkut pada batang sesuruhan adalah kolateral terbuka
fibrovaskuler (Gambar 9). Disebut kolateral terbuka karena adanya
jaringan kambium yang terdapai di antara xilem dan floem. Disebut
fibrovaskuler karena berkas pengangkut tertsebut dikelilingi oleh
jaringan sklerenkim (Setjo, dkk: 2004).
Pada salah satu bagian epidermis terdapat trikoma multiseluler
non glandular. Trikoma tangkai daun Piper adunctum mempunyai ciri
khas ujung trikom tersusun atas satu sel panjang yang menyerupai
tanduk dan tepat dibawah sel panjang tersebut, trikoma diperkuat

17
kedudukannya pada epidermis dengan disokong oleh 3-4 sel yang
terletak tepat di atas sel basal (Gambar 9.6-7).
Pada bagian silinder pusat tangkai daun sesuruhan, terdiri atas
jaringan parenkim (Gambar 9.5). Hal ini merupakan salah satu
penanda spesifik bagi tanaman dikotil yang tidak dimiliki oleh
tanaman monokotil (Setjo dkk, 2004). Dengan demikian, sesuruhan
adalah tanaman dikotil.
Pada umumnya anggota dari family Piperaceae mempunyai
benda ergastik cair yang tersimpan dalam sel-sel penyusunnya.
Pemberian reagen Sudan III pada irisan melintang tangkai daun
sesuruhan akan mampu membuktikan keberadaan minyak atsiri dalam
tangkai. Selain minyak atsiri, Sudan III dalam alkohol akan
memberikan warna merah pada dinding sel yang mengandung suberin
atau lilin, karena suberin dan lilin larut dalam alkohol seperti Sudan
III. Minyak atsiri terdapat pada beberapa sel di jaringan parenkim yang
terletak tepat di bawah epidermis tangkai daun sesuruhan (Gambar 10
A). Kristal kalsium oksalat berbentuk jarum ditemukan tersebar di sel
penyusun tangkai daun (Gambar 10 B).

Gambar 10. Penampang melintang tangkai daun sesuruhan dengan reagen Sudan III
(perbesaran 400 x). Keterangan: Kiri. Minyak atsiri, kanan. Kristal kalsium oksalat
(Sumber : Dokumentasi Penulis)

18
BAB V
SIRIH HIJAU (Piper betle)

A. Morfologi Piper betle


Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu
merambat dan bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu,
berbuku, beralur, warna hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat
panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna kekuningan, buah buni,
bulat, warna hijau keabu-abuan. Tanaman ini panjangnya mampu
mencapai puluhan meter. Bentuk daunn pipih menyerupai jantung,
tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing,
pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis.
Permukaan daun warna hijau dan licin, batang pohon berwarna hijau
agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar. Lebar daun antara 8-
12 cm dan panjangya 10-15 cm. Berikut klasifikasi dan habitus Piper
betle (Gambar 11).
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
Gambar 11. Tegakan tumbuhan sirih hijau
(Piper betle.
Sumber : Dokumentasi Penulis

19
B. Anatomi Piper betle
1. Anatomi Daun
Anatomi daun sirih dapat diamati pada beberapa bagian
dengan beberapa macam irisan, diantaranya penampang melintang
helai daun yang melalui ibu tulang daun, sayatan paradermal
permukaan bawah dan permukaan atas daun. Pada irisan melintang
helai daun sirih yang melalui costa daun, nampak bahwa daun
mempunyai selapis epidermis seperti pada Gambar 12.A. Seperti
tanaman mesofit pada umumnya, pada bagian permukaan bawah daun
terdapat stomata. Berkas angkut terdapat terpat di bagian irisan yang
mengenai ibu tulang daun seperti nampak pada Gambar 12 E.

Gambar 12. Penampang melintang helai daun Piper betle tanpa pewarnaan
(Perbesaran 100x). Keterangan : A. Epidermis bawah, B. Epidermis atas, C. Parenkim
mesofil, D. Hipodermis, E. Berkas angkut, F. Klorenkim, G.sel penutup
(Sumber : Dokumentasi penulis)

Seperti pada sesuruhan, maka untuk memperjelas adanya


penebalan sel dilakukan pewarnaan dengan reagen metilen biru. Selain
sebagai pewarna, metilen biru juga sebagai pendeteksi jaringan yang

20
hidup. Struktur anatomi daun piper betle terdiri dari selapis epidermis
atas, klorenkim, parenkim mesofil, hipodermis, epidermis bawah.
Dibagian tengah terdapat berkas pengangkut (Gambar 12 dan 13).

Gambar 13. Penampang melintang helai daun Piper betle dengan pewarnaan metilen
biru (Perbesaran 100x) (Sumber : Dokumentasi penulis).

Gambar 14. Berkas pengangkut Piper betle dengan pewarnaan metilen biru
(Perbesaran 400x) (Sumber : Dokumentasi penulis).

21
Bagian tulang daun memiliki berkas pengangkut tersusun atas
xylem, kambium, daun floem. Struktur berkas angkut seperti ini di
sebut kolateral terbuka (Setjo, dkk: 2004). Pada bagian floem terdapat
parenkim floem (Gambar 14). Dari hasil pewarnaan, dapat diketahui
secara jelas bahwa di bagian hipodermis tersusun atas jaringan
kolenkim yang memiliki tipe penebalan anguler seperti Gambar 15 A.

A B

C D

Gambar 15. Penampang melintang daun Piper betle dengan metilen biru (A-B)
(Perbesaran 400x). Keterangan: A. Permukaan abaksial, panah atas. kristal kalsium
karbonat, panah bawah. Kolenkim penebalan anular. B. Minyak atsiri. (C-D) dengan
pewarnaan Sudan III (Sumber : Dokumentasi Penulis).

22
Pada bagian lamina daun nampak adanya benda ergastik cair,
yaitu minyak atsiri yang tersimpan dalam sel sekretori (Gambar 15 B).
Pewarnaan dengan sudan III mempertegas adanya minyak atsiri pada
Piper betle dengan terjadinya perubahan warna dari kuning menjadi
merah (Gambar 15.C-D). Selain itu juga terdapat benda ergastik padat
berupa kristal kalsium karbonat berbentuk buah persik (Gambar 15 A).
Pada sayatan paradermal permukaan atas daun sirih, nampak
adanya saluran sekretori (Gambar 16A). Uji mikrokimia dengan sudan
III terbukti positif membuktikan bahwa sekret yang terkandung adalah
minyak atsiri (Gambar 16.B). Pada sayatan permukaan atas daun sirih
tidak ditemukan adanya stomata, sedangkan pada sayatan paradermal
permukaan dawah daun sirih terdapat stomata (Gambar 16 C).

Gambar 16. Sayatan paradermal daun sirih (Piper betle)


A.epidermis atas (tanpa reagen), B.epidermis atas (dengan sudan III), C.Stomata pada
epidermis bawah daun

Stomata daun sirih bertipe siklositik, yaitu stomata dikelilingi


oleh dua lingkaran sel tetangga yang tersusun secara siklik. Pada
lingkaran dalam, sel tetangga berukuran lebih kecil dari pada sel
tetangga yang ada di lingkaran luar. Tipe stomata pada umumnya
dapat digunakan sebagai penanda suatu spesies atau bahkan famili.

23
2. Anatomi Batang Sirih (Piper betle)
Tanaman sirih berperawakan herbaceus dengan tipe
batang basah. Pada penampang melintang batang sirih, struktur
anatomi jaringan yang paling luar adalah jaringan epidermis, dan di
sebelah dalamnya terdapat jaringan kolenkim, klorenkim (jaringan
parenkim yang mengandung klorofil), jaringan sklerenkim dan berkas
pengangkut (Gambar 17-18)

Gambar 17. Penampang melintang batang Piper betle dengan pewarnaan metilen biru
(Perbesaran 100x) (Sumber : Dokumen Penulis).

Kolenkim yang terdapat pada korteks batang adalah


kolenkima tipe sudut (angular), karena penebalan dinding sel terdapat
pada sudut sel dan memanjang mengikuti sumbu sel. Pada penampang

24
melintang, penebalan sudut terlihat di tempat pertemuan tiga sel.
Sklerenkim yang terdapat pada batang dapat terwarnai dengan
pemberian pewarna biru metilen (Gambar 18).

Gambar 18. Penampang melintang batang Piper betle dengan pewarnaan metilen biru
(Perbesaran 400x). Keterangan. A. 1. Saluran kelenjar minyak, A.2. Sklerenkim, A.3.
Berkas pengangkut, A.4. Jaringan epidermis, A.5. Kolenkim. B. Sklerenkim, C.
Berkas pengangkut, C1. Xylem, C2. Kambium, C3. Floem
(Sumber : Dokumen Penulis).

Pada berkas pengangkut terdapat xylem dan floem. Berkas


pengangkut pada batang Sirih merupakan berkas pengangkut kolateral,
yaitu berkas pengangkut yang mengandung unsur xylem dan floem
bersama-sama (Gambar 18 C). Floem berada di sebelah luar xylem.
Berkas pengangkut menunjukkan adanya dua lingkaran berkas
pengangkut yakni berkas pengangkut bagian perifer dan berkas
pengangkut bagian dalam. Berkas pengangkut dikelilingi oleh
sklerenkim, sehingga disebut berkas pengangkut fibrovaskuler.

25
Kandungan minyak astiri yang banyak terdapat dalam batang
Sirih dapat dideteksi dengan menggunakan reagen Sudan III,
menunjukkan terdapat kandungan minyak astiri dengan adanya
perubahan warna menjadi merah pada sel minyak (Gambar 19).

Gambar 19. Penampang melintang batang Piper betle dengan reagen sudan III
(Perbesaran 400x). Keterangan. A.1. Berkas pengangkut lingkaran dalam, A.2.
Saluran kelenjar, A.3. Berkas pengangkut lingkaran luar (perifer). B. Butir minyak
atsiri. C. Saluran kelenjar bagian korteks (Sumber : Dokumen Penulis).

Selain terdapat kandungan minyak astiri, batang Piper betle


memiliki benda ergastik padat yang dapat dideteksi yaitu kristal
kalsium oksalat. Pada batang Sirih nampak adanya kristal kalsium
oksalat berbentuk druse yang tersimpan dalam sebuah kompartemen
sel (Gambar 20). Konfirmasi keberadaan kristal kalsium oksalat
dipastikan dengan menggunakan reagen larutan HCL 25 % yang
ditunjukkan dengan kristal larut setelah penambahan reagen. Hal ini
karena kristal kalsium oksalat dapat larut dalam larutan HCL 25%.

26
Gambar 20. Kristal kalsium oksalat tipe druse Piper betle dengan pewarnaan metilen
biru (Perbesaran 400x). (Sumber : Dokumen Penulis).

Dengan demikian, maka dapat dirangkum bahwa penanda


anatomi spesifik pada tanaman Piper betle yaitu :
1. Stomata daun sirih bertipe siklositik
2. Terdapat kristal kalsium oksalat tipe druse pada batang
3. Terdapat kristal kalsium karbonat bentuk buah persik di
bagian daun
4. Berkas pengangkut batang bertipe fibrovaskuler dan terdiri
dari dua lingkaran

27
BAB VI
CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.)

A. MORFOLOGI Piper retrofractum Vahl.


Cabe jawa merupakan tanaman menahun, batang percabangan
liar, tumbuh memanjat dengan rnelilit pada akar lekatnya, dan panjang
mencapai 10 m. Daun cabe jawa tunggal, bertangkai, berbentuk bulat
telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata,
penulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah
berbintik-bintik, panjang 8,5-30 cm, lebar 3-7 cm, dan berwarna hijau
(Gambar 21 ). Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang
tumbuh tegak atau sedikit merunduk, tangkai panjang 0,5-2 cm;
benang sari 2-3, pendek, kuning; putik 2-3 berwarna hijau kekuningan.
Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris,
bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur,
panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8 mm, bertangkai panjang, saat masih
muda berwarna hijau, keras dan pedas, kemudian warna berangsur-
angsur menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah, lunak dan
manis (Gambar 21 b-d). Biji berbentuk bulat pipih, keras, dan
berwarna cokelat keputih-putihan. Cabe jawa mempunyai akar
tunggang dan berwarna putih pucat (Dalimartha, 1999).
Piper retrofractum Vahl. Memiliki beberapa nama daerah
(vernacular name) antara lain Cabe jawa, cabe bali, jabe jamu, lada
panjang, cabean, campli puta, cabe sula. Tanaman cabe jawa dapat
diperbanyak dengan biji atau stek batang. Klasifikasi Piper
retrofractum Vahl. selengkapnya sebagai berikut :

28
Klasifikasi Cabe jawa
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl.

Berikut perawakan morfologi tanaman Piper retrofractum Vahl.

Gambar 21. Morfologi tanaman Piper retrofractum Vahl.


Keterangan: kiri. tegakan tanaman, tengah. buah muda berwarna hijau, kanan. Buah
hampir masah berwarna kuning (Sumber: Dokumentasi Penulis).

29
B. Anatomi Piper retrofractum Vahl.
1. Anatomi Daun Piper retrofractum Vahl.
Penampang melintang daun cabe jawa memiliki kesamaan
dengan irisan melintang daun sirih. Kesamaan itu meliputi adanya
epidermis selapis, jaringan kolenkim pada hipodermis, terdapat
kolenkim pada ibu tulang daun permukaan atas (Gambar 22). Struktur
anatomi daun cabe jawa yaitu selapis epidermis, hipodermis, parenkim
mesofil, berkas pengangkut, klorenkim yang terdiri dari palisade dan
jaringan bunga karang dan sklerenkim (Gambar 22). Berkas
pengangkut diperkuat dengan dikelilingi oleh sklerenkim, sehingga
disebut berkas pengangkut tipe fibrovaskuler.

Gambar 22. Penampang melintang preparat segar daun Piper retrofractum Vahl. tanpa
pewarna (perbesaran 100x). Keterangan. a. Epidermis, b.hipodermis (berupa
kolenkim), c. Parenkim mesofil, d. Berkas pengangkut, e. klorenkim (ada palisade dan
jaringan bunga karang), f. Sklerenkim (Sumber : Dokumentasi penulis).

30
Klorenkim merupakan jaringan parenkim yang mengandung
klorofil, sehingga memungkinkan terjadinya fotosintesis pada daun.
Parenkim palisade berbentuk seperti tiang penyangga, sedangkan
parenkim bunga karang berbentuk seperti karangan yang terserak.
(Gambar 23 a). Penampang melintang memiliki sel sekrtetori yang
terletak tepat di bawah epidermis. Uji dengan reagen sudan III
menunjukkan hasil positif bahwa minyak atsiri tersebar di bagian
lamina daun cabe jawa (Gambar 23 b).

Gambar 23. Penampang melintang preparat segar daun Piper retrofractum Vahl.
Keterangan: a.tanpa pewarna, b dengan sudan III (perbesaran 400x). Keterangan. a.1.
epidermis, a.2. sel sekretori, a.3. jaringan palisade, a.4. jaringan bunga karang, a.5.
minyak atsiri. b.1. epidermis, b.2. hipodermis, b.3. minyak atsiri dalam sel sekretori,
b.4. Jaringan mesofil (Sumber : Dokumentasi penulis).

Pada bagian ibu tulang daun di permukaan atas daun cabe


jawa, organ daun nampak diperkuat oleh jaringan kolenkim. Pada
bagian ini dapat ditemukan kolenkim tipe angular, lamelar dan annular
(Gambar 24 a). Tepat di dalam jaringan kolenkim terdapat klorenkim
yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Berkas pengangkut pada dau
cabe jawa bertipe kolateral terbuka fibrovaskuler yang tersusun dari

31
xylem, kambium, floem dan dilingkupi oleh sklerenkim sebagai
jaringan penguat (Gambar 24 b).

Gambar 24. Penampang melintang preparat segar daun Piper retrofractum Vahl. tanpa
pewarnaan, (perbesaran 400x). Keterangan. a.1. klorenkim, a.2. kolenkim angular, a.3.
kolenkim annular, a.4. kolenkim lamelar, a.5. epidermis. b.1. sklerenkim, b.2. xylem,
b.3. kambium, b.4.floem (Sumber : Dokumentasi penulis).

Penampang sayatan paradermal epidermis bawah daun cabe


jawa yang telah diwarnai dengan metilen biru menunjukkan adanya
stomata. Berdasarkan kedudukan sel tetangga terhadap stomata, tipe
stomata adalah anisositik, yaitu stomata dikelilingi oleh tiga sel
tetangga, sebuah sel tetangga lebih kecil daripada sel tetangga lainnya.
Hal ini dapat diamati pada Gambar 25 no a-b. Perbedaan mendasar
antara penampang paradermal permukaan bawah daun sirih dengan
cabe jawa adalah, pada cabe jawa terdapat saluran sekret di sekitar
stomata, sedangkan pada sirih tidak ada seperti nampak pada gambar
25 c. Hal ini merupakan penanda spesifik pada cabe jawa.

32
Gambar 25. Penampang sayatan paradermal segar daun Piper retrofractum Vahl.
dengan pewarnaan metilen biru (perbesaran 400x). Keterangan. a. Sel stomata, b. Sel
tetangga, c. Saluran sekretori (Sumber : Dokumentasi penulis).

2. Anatomi Batang Piper retrofractum Vahl.


Struktur Anatomi penampang melintang batang cabe jawa dari
luar ke dalam menunjukkan struktur epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis batang terdiri atas satu lapis sel dan dilapisi kutikula.
Jaringan penyusun daerah korteks sama dengan jaringan penyusun
korteks batang pada cabe lolot. Parenkim korteks pun ada yang
berwarna hijau oleh kloroplas sehingga dapat berperan dalam proses
fotosintesis (Gambar 26 A).
Korteks batang cabe jawa juga terdapat jaringan kolenkim dan
sklerenkim seperti pada batang cabe lolot. Jaringan kolenkim terletak
di bawah epidermis langsung dan tersusun membentuk berkas-berkas
yang hampir menyatu. Dinding sel-sel kolenkim mempunyai pola
penebalan cincin (annular). Sel-sel kolenkim ada yang mengandung
kloroplas sehingga tampak berwarna kehijauan. Jaringan sklerenkim

33
letaknya dekat dengan stele dan tersusun sebagai lingkaran yang tidak
terputus dengan tebal sekitar 7 sel. Sel-sel sklerenkim berupa sel mati
dan mempunyai dinding yang sangat tebal (Gambar 27).

Gambar 26. Penampang melintang batang Piper retrofractum Vahl. segar


(Perbesaran 100x) Keterangan: A. Tanpa reagen, B. Dengan metilen biru, C. Dengan
Sudan III. A.1. koenkim, A.2.berkas angkut lingkaran luar, A.3.berkas angkut
lingkaran dalam, A.4.saluran sekretori (Sumber : Dokumentasi penulis).

Batang cabe jawa mempunyai stele yang terdiri atas berkas


pembuluh dan empulur. Berkas pembuluh tampak membentuk
lingkaran putus-putus yaitu terdapat di daerah korteks dan empulur.
Setiap berkas pembuluh terdiri atas floem di sebelah luar dan xilem di
sebelah dalam. Sel-sel floem berdinding tipis, sedangkan dinding sel
xilem mengalami penebalan. Unsur trakea xilem tampak sangat jelas
yaitu berupa cincin-cincin berukuran besar, berongga, dan dinding
selnya menebal secara merata (Gambar 27.B).

34
Gambar 27. Penampang melintang berkas pembuluh pada korteks batang Piper
retrofractum Vahl. segar (Perbesaran 400x) Keterangan: A.1. Epidermis, A.2.
Kolenkim korteks, A.3.Parenkim korteks, B1.floem, B2. Xylem, B3. Slerenkim,
C.1.Kutikula, C.2. saluran sekretori, C3. Tetes minyak atsiri, C4. Kristal kalsium
oksalat bentuk prisma, D1.parenkim korteks, D2. Sklerenkim, D3. Empulur
(Sumber : Dokumentasi penulis).

Empulur batang cabe jawa selain tersusun atas sel-sel


parenkim juga terdapat ruang sekretori pada bagian tengah. Ruang
sekretori pada batang cabe jawa diperkirakan terjadi secara sizolisigen
yaitu menjauhnya sel-sel kemudian dindingnya mengalami lisis seperti
pada batang sirih dan cabe lolot. Daerah empulur batang cabe jawa
tampak lebih sempit dibandingkan empulur batang cabe lolot sebab
jaringan sklerenkim korteks cabe jawa lebih tebal. Jumlah berkas

35
korteks batang cabe jawa juga tampak lebih sedikit daripada cabe
lolot. Berkas-berkas korteks batang cabe jawa tampak berdekatan dan
lebih luas daripada cabe lolot. Berkas korteks yang satu dengan yang
lainnya pada batang cabe jawa tampak dipisahkan oleh 1-2 sel
parenkim sedangkan pada batang cabe lolot 4-5 sel (lebih jauh)
(Gambar 27).
Pada batang cabe jawa terdapat benda ergastik antara lain
kristal kalsium oksalat dan minyak atsiri. Kristal kalsium oksalat
batang cabe jawa termasuk prisma karena bentuknya ada yang kubus
dan ada yang balok. Kristal tersebut bersifat tunggal dan letaknya
banyak tersebar di tepi sel-sel parenkim, baik di daerah korteks
maupun empulur (Gambar 27). Kristal tersebut tidak dapat larut di
dalam asam asetat glasial, tetapi larut di dalam larutan HCl 25%.
Minyak atsiri dapat ditemukan di daerah korteks dan empulur, bahkan
di lapisan epidermis. Minyak atsiri tampak secara jelas dengan
penambahan reagen sudan III karena akan berwarna merah sehingga
dapat dibedakan dari sel-sel lain di sekitarnya. Sel minyak tampak
berbentuk bulat yang di dalamnya berisi minyak, namun sel tersebut
tidak berwarna merah apabila tidak berisi minyak sehingga sulit untuk
dibedakan dengan sel-sel di sekelilingnya. Ukuran minyak atsiri
batang cabe jawa tampak lebih kecil dibandingkan dengan batang cabe
lolot sehingga tampak sebagai tetesan minyak (Gambar 27).
Berkas pembuluh, terutama unsur trakea, secara membujur
tampak seperti saluran panjang yang berukuran lebar jika
dibandingkan dengan sel-sel di sekitarnya. Ujung trakea tampak
runcing dengan dinding selnya yang mempunyai tipe penebalan cincin

36
dan skalarifom (Gambar 28 A). Menurut Setjo, dkk. (2004), lapisan
sekunder tidak menutupi seluruh permukaan dinding primer pada tipe
penebalan cincin, melainkan berupa cincin kecil di bagian dalam
dinding primer dan setiap cincin terpisah dari cincin yang lain. Pada
tipe penebalan skalafirorm atau tangga hampir separuh permukaan
dinding primer tertutup oleh dinding sekunder. Pada preparat
berwarna, dinding sekunder berwarna gelap menyerupai anak tangga
dan ruang yang tidak tertutup pada dinding sekunder tampak seperti
daerah yang lebar dan lonjong (Gambar 28).

Gambar 28. Penampang membujur batang piper retrofractum Vahl. (perbesaran


400x) Keterangan: A. Unsur trakeal dengan penebalan 1. cincin dan 2. Skalariform;
B1. Epidermis dengan saluran kelenjar, B2. Stomata, B3 dan D2. Rongga sel lisigen;
C1. Celah, C2. Sel penutup bentuk ginjal, C3. Sel tetangga, C4 dan D1. Sel-sel
epidermis; D3. Kristal kalsium oksalat (Sumber: Dokumentasi Penulis)

37
Pada penampang membujur epidermis batang cabe jawa
tampak rongga sel yang terbentuk secara lisigen (Gambar 28). Rongga
lisigen atau reksigen menurut Setjo dkk. (2004) terbentuk akibat
kerusakan secara mekanik yaitu lisis atau pengoyakan. Selain rongga,
preparat membujur batang juga menunjukkan adanya saluran kelenjar
dan stomata. Stomata terdiri atas 2 sel penutup yang berbentuk ginjal
dengan 4 sel tetangga dan mempunyai tipe tetrasitik (Gambar 28 C).
Stomata yang ditemukan pada selain daun umumnya tidak berfungsi
seperti halnya stomata pada daun.
Penanda spesifik tanaman Piper retrofractum Vahl. yaitu :
1. Kristal kalsium oksalat tipe druse
2. Terdapat stoma pada batang
3. Stomata daun tipe anisositik
4. Butir minyak atsiri kecil

38
BAB VII
CABE LOLOT (Piper lolot)

A. MORFOLOGI Piper lolot


Tanaman piper lolot merupakan tanaman yang tergolong
dalam famili piperaceae. Bentuk tanaman merambat seperti sirih,
namun memiliki batang yang tidak sebesar sirih (Gambar 29 a). Daun
berbentuk lonjong dengan tulang daun menjari dan peruratan memata
jala. Permukaan daun mengkilat dan bergelombang mengikuti bentuk
tulang daun (Gambar 29 b). Ujung daun meruncing beserta
pangkalnya. Buah berbentuk tongkol berukuran kurang lebih 3 cm,
berwana kuning kehijauan ketika masih muda (Gambar 29 c).

Gambar 29. Morfologi tanaman Piper lolot. Keterangan: a. Perawakan tanaman, b.


Daun, c. Tongkol buah (Sumber: Dokumentasi Penulis)

39
Klasifikasi tanaman piper lolot adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper lolot C.Dc.

Nama lokal lain dari cabe lolot adalah mrico lolot. Tanaman
Piper lolot dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang.
Perbanyakan dengan biji relatif lebih lama menghasilkan tanaman
baru, namun memiliki perakaran yang lebih kuat. Perbanyakan dengan
stek batang relatif lebih cepat menghasilkan tanaman baru yang mirip
dengan indukannya, namun perakaran tanaman tidak terlalu kuat
karena akar yang tumbuh merupakan akar lateral yang bukan berasal
dari radikula.

40
B. ANATOMI Piper lolot
1. Anatomi Daun Piper lolot
Pada penampang melintang daun teramati susunan sel mulai
dari atas yakni episermis atas, jaringan mesofil, epidermis bawah.
Epidermis atas maupun epidermis bawah tersusun atas selapis sel. di
bawah epidermis terdapat selapis sel yang disebut hipodermis.
Jaringan mesofil tersusun atas jaringan palisade yang terletak dekat
dengan permukaan atas dan jaringan bunga karang yang berada di
bagian bawah (Gambar 30). Susunan jaringan mesofil semacam ini
disebut sebagai tipe daun bifasial.

Gambar 30. Penampang melintang daun Piper lolot segar tanpa pewarnaan
(perbesaran 100x). Keterangan: a. Epidermis, b. Jaringan mesofil, c. Jaringan penguat,
d. Berkas pengangkut, e. saluran sekretori (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada jaringan mesofil maupun di bagian epidermis terdapat sel


yang berukuran besar dan berbeda dengan sel-sel sekitarnya. Sel
tersebut merupakan sel sekretori yang mengandung komponen minyak

41
dan berwarna hijau kekuningan pada saat sebelum diberi reagen sudan
III. Ketika diberi reagen sudan III terjadi perubahan warna menjadi
butiran merah (Gambar 31 B). Butiran tersebut merupakan butiran
minyak terjadi akibat disintregasi sel yang mengandung minyak
sehingga menyebabkan minyak tumpah menjadi butiran butiran
minyak (Hidayat, 1995).

Gambar 31. Penampang melintang daun Piper lolot segar (perbesaran 40x).
Keterangan: a. Dengan pewarnaan metilen biru, B. Dengan sudan III
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Di bagian costa (tulang daun) terdapat berkas pengangkut


yang tersusun atas unsur xylem dan unsur floem. Selain itu juga pada
bagian tepi epidermis tulang daun juga terdapat jaringan kolenkim
yang tersusun sebagai kelompok sel. Kolenkim tersebut memiliki tipe
penebalan anuler dengan ciri lumen yang berbentuk sirkuler. Setelah
penambahan reagen metilen biru, tampak secara jelas penebalan
dinding sel-sel kolenkim.
Seperti halnya tanaman piperaceae lainnya, stomata pada
Piper lolot ini terdapat di permukaan epidermis bagian bawah. Sel
penutup stomata berbentuk ginjal dengan dikelilingi sel tetangga yang

42
berjumlah 4. Pada sel penutup juga ditemukan adanya kloroplas.
Selain itu terdapat saluran sekret yang berwarna merah apabila diberi
sudan III hal ini menunjukkan sekret yang dihasilkan berupa minyak
(Gambar 31). Pada permukaan epidermis juga diemukan adanya
trikom. Trikom tersebut tersusun atas satu sel yang berbentuk lonjong
(Gambar 32). Pada penampang melintang, trikom tampak berujung
agak runcing dengan bagian basal yang langsung melekat pada
epidermis.

Gambar 32. Penampang melintang daun Piper lolot segar dengan pewarnaan metilen
biru (perbesaran 400x). Keterangan: 1. Trikom, 2. Kutikula, 3. Sel epidermis, 4.
Jaringan kolenkim, 5. Unsur floem, 6. Unsur xylem, 7. Jaringan mesofil
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Perbesaran kuat pada bagian helai daun Piper lolot, secara


jelas menunjukkan struktur saluran sekretori. Butir minyak atsiri
terdeteksi setelah pemberian sudan III pada preparat. Epidermis atas
mdan bawah masing-masing tersusun atas selapis sel (Gambar 33).

43
Gambar 33. Minyak atsiri pada penampang melintang daun Piper lolot (Perbesaran
400 x). Keterangan: kiri tanpa reagen, 1. Epidermis atas, 2. Hipodermis, 3. Jaringan
palisade, 4. Jaringan bunga karang, 5. Sel sekretori, 6. Epidermis bawah. Kanan
dengan sudan III, 1. Epidermis, 2. Hipodermis, 3. Butir minyak atsiri.
(Sumber: Dokumentasi Penulis)

Penampang paradermal preparat segar daun menunjukkan


adanya stomata pada daun permukaan bawah. Sel stomata dikelilingi
oleh empat buah sel tetangga. Berdasarkan kedudukan Stomata
terhadap sel tetangga, maka stomata bertipe siklositik. Sisi lain dari
bentuk trikom dan saluran sekretori juga nampak pada penampang
paradermal (Gambar 34).

44
Gambar 34. Penampang paradermal daun Piper lolot (Perbesaran 400x). Keterangan;
A. Epidermis daun permukaan bawah 1. Stomata, 2. Trikom, B. Trikom pada
epidermis daun 1. Pangkal trikom, 2. Trikom, C. Saluran sekretori pada epidermis
bawah daun, D. Stomata pada epidermis bawah (Sumber: Dokumentasi Penulis).

45
2. Anatomi Batang Piper lolot
Anatomi penampang melintang batang menunjukkan struktur
dari luar ke dalam tersusun atas epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis batang terdiri atas satu lapis sel dan dilapisi kutikula. Sel-
sel epidermis tampak berbentuk persegi hingga persegi panjang.
Korteks adalah daerah di bawah epidermis dan dapat terdiri atas
jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Jaringan parenkim
tersusun atas sel-sel yang bendinding tipis dengan ruang-ruang
antarsel. Parenkim korteks ada yang berfungsi dalam proses
fotosintesis karena sel-selnya berisi klorofil disebut klorenkim
(Gambar 35).

Gambar 35. Penampang melintang batang Piper lolot (Perbesaran 40x).


Keterangan; A. Tanpa pewarnaan, B. Degan pewarnaan metilen biru, 1. Saluran
sekretori, 2. Berkas pengangkut di empulur, 3. Berkas pengangkut di korteks, 4.
Jaringan kolenkim (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada korteks juga terdapat jaringan kolenkim dan sklerenkim


yang berfungsi sebagai penguat. Jaringan kolenkim terletak di bawah
epidermis langsung dan tersusun membentuk berkas-berkas yang
terpisah. Dinding sel-sel kolenkim mengalami penebalan yang

46
cenderung merata sehingga mempunyai pola penebalan cincin
(annular) (Gambar 36). Beberapa sel kolenkim ada yang mengandung
kloroplas sehingga tampak berwarna kehijauan. Setjo, dkk. (2004)
mengatakan bahwa sel-sel kolenkim pada batang kadang-kadang
mengandung kloroplas dan berfungsi dalam fotosintesis. Jaringan
sklerenkim letaknya dekat dengan stele dan tersusun sebagai lingkaran
yang tidak terputus (Gambar 35 B). Sel-sel sklerenkim berupa sel mati
dan mempunyai dinding yang sangat tebal. Jaringan sklerenkim cabe
lolot tebalnya sekitar 3 lapis sel (Gambar 36).

Gambar 36. Penampang melintang korteks batang Piper lolot segar tanpa pewarnaan
(Perbesaran 400 x). Keterangan: 1. Epidermis berkutikula, 2. Jaringan kolenkim, 3.
Saluran sekretori, 4. Klorenkim, 5. Sklerenkim (Sumber: Dokumentasi Penulis).

47
Stele menurut Hidayat (1995) dan Setjo, dkk. (2004) dapat
terdiri atas berkas pembuluh, perisikel, dan empulur. Stele pada batang
cabe lolot terdiri atas berkas pembuluh dan empulur. Berkas pembuluh
tampak membentuk lingkaran putus-putus yaitu terdapat di daerah
korteks dan empulur. Setiap berkas pembuluh terdiri atas floem di
sebelah luar dan xilem di sebelah dalam. Sel-sel floem berdinding
tipis, sedangkan dinding sel xilem mengalami penebalan. Unsur trakea
xilem tampak sangat jelas yaitu berupa cincin-cincin berukuran besar,
berongga, dan dinding selnya menebal secara merata (Gambar 37).

Gambar 37. Penampang melintang berkas pembulus batang Piper lolot segar tanpa
pewarnaan (Perbesaran 400x). Keterangan: 1. Floem, 2. Xylem, 3. Sklerenkim, 4.
Kloroplas (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Empulur menurut Setjo, dkk. (2004) merupakan pusat batang


yang tersusun atas sel-sel parenkim dan mempunyai ruang antarsel
yang jelas. Empulur batang cabe lolot selain tersusun atas sel-sel

48
parenkim juga terdapat ruang sekretori pada bagian tengah. Setjo, dkk.
(2004) menyatakan hal sebagai berikut.
Sirih (Piper betle L.) terutama pada ibu tulang daun
terdapat ruang sekretori yang terbentuk secara
sizolisigen karena menjauhnya sel satu dengan sel
lainnya kemudian dinding sel mengalami lisis.
Pengujian dengan sudan III tidak menunjukkan adanya
perubahan warna menjadi merah. Ruangan tersebut
tetap tampak jernih setelah diuji dengan tinta bak.
Oleh karena itu, ruangan tersebut tidak menghasilkan
minyak tetapi mengandung lendir.

Berdasarkan pernyataan tersebut, ruang sekretori batang cabe lolot


diperkirakan juga terjadi dengan cara yang sama (sizolisigen) sebab
keduanya dalam satu kelompok tumbuhan.

Gambar 38. Minyak atsiri pada batang Piper lolot segar dengan sudan III (Perbesaran
400x). Keterangan: A. Korteks, B. Empulur, 1. Kolenkim, 2. Ruang sekretori
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada batang cabe lolot terdapat benda ergastik antara lain


kristal kalsium oksalat dan minyak atsiri. Kristal kalsium oksalat
batang cabe lolot termasuk prisma karena berbentuk kubus hingga
balok. Kristal tersebut bersifat tunggal dan letaknya banyak tersebar di
tepi sel-sel parenkim, baik di daerah korteks maupun empulur. Kristal

49
tersebut tidak dapat larut di dalam asam asetat glasial, tetapi larut di
dalam larutan HCl 25%. Minyak atsiri dapat ditemukan di daerah
korteks dan empulur, bahkan di lapisan epidermis. Sel minyak tampak
berbentuk bulat yang di dalamnya berisi minyak. Minyak atsiri tampak
secara jelas dengan penambahan reagen sudan III karena akan
berwarna merah sehingga dapat dibedakan dari sel-sel lain di
sekitarnya (Gambar 38).
Ciri khusus struktur anatomi daun Piper lolot yaitu:
1. Trikom tersusun atas satu sel pada epidermis daun
2. Stomata dengan 4 sel tetangga (tipe siklositik)
3. Epidermis dilapisi kutikula

50
BAB VIII
SIRIH MERAH (Piper crotatum)

A. MORFOLOGI Piper crotatum


Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili
Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati
dan bertangkai, yang tumbuh berselang-seling dari batangnya. Daun
pada permukaan atas berwarna hijau mozaik keperakan dan
mengkilap, sedang permukaan bawah daun berwarna merah (Gambar
39). Sirih merah tumbuh merambat di pagar atau pohon. Ciri khas
tanaman ini adalah berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak
berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung hati dan bagian
ujung daun meruncing. Permukaan daun mengkilap dan tidak merata
serta yang membedakan dengan sirih hijau, selain daunnya berwarna
merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta
aromanya lebih wangi (Manoi & Feri: 2007).
Klasifikasi sirih merah menurut Backer dalam Juliantina
(2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Order : Piperales
Famila : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper crocatum

51
Gambar 39. Morfologi tanaman Piper crotatum
Keterangan: Kiri. Perawakan tanaman, kanan atas. Permukaan bawah daun, kanan
bawah. Permukaan atas daun (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Metabolit sekunder yang diproduksi tanaman bermacam-


macam seperti alkaloid, terpenoid, isoprenoid, flavonoid, cyanogenic,
glucoside, glu-cosinolate dan non protein amino acid. Alkaloid
merupakan metabolit sekunder yang paling banyak di produksi
tanaman. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen
sebagai bagian dari sistim heterosiklik. Kandungan kimia lainnya yang
terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol,
kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene,
cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada.
Karena banyaknya kandungan zat/senyawa kimia bermanfaat inilah,
daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan
obat. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa

52
digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan.
Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan
tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut.

B. ANATOMI Piper crotatum


1. Anatomi Daun Piper crotatum
Penampang melintang daun sirih merah dapat diketahui
jaringan penyusun daun serta kandungan minyak astiri didalamnya.
Pada penampang melintang helaian daun sirih merah terdapat jaringan
yang paling luar adalah jaringan epidermis yang berfungsi melindungi
jaringan didalamnya. Epidermis pada daun sirih merah merupakan
epidermis satu lapis sel (Gambar 40).

a c

d
e

b
g
h

Gambar 40. Penampang melintang daun Piper crotatum segar tanpa pewarnaan
(Perbesaran 100x). Keterangan: a. Epidermis atas, b. Hipodermis, c. Jaringan penguat,
d. Saluran sekretori, e. Klorenkim, f. Berkas pengangkut, g. Pigmen antosianin, h.
Epidermis bawah (Sumber: Dokumentasi Penulis).

53
Pada epidermis bawah daun terdapat trikoma glandular.
Jaringan yang terdapat di sebelah dalam epidermis adalah hipodermis.
Pada mesofil daun sirih merah nampak adanya 2 jaringan, yakni
jaringan palisade kemudian jaringan sponsa, dan terdapat banyak
kandungan klorofil di dalam sel penyusunnya.

Gambar 41. Penampang melintang lamina daun Piper crotatum segar tanpa pewarnaan
(Perbesaran 400x). Keterangan: a. Epidermis atas, b. Jaringan bunga karang (sponsa),
c. Antosianin, d. Parenkim Palisade, e. Trikoma glandular, f. Hipodermis
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Dalam sel penyusun hipodermis terdapat banyak kandungan


antosianin yang menyebabkan warna daun menjadi merah (Gambar
40-41). Antosianin pada daun sirih merah tersebar, terutama di daerah
kolenkim di bagian atas berkas pengangkut. Hal ini yang
menyebabkan warna sirih menjadi merah. Menurut Setjo dkk (2004)
ruang sekretori terbentuk secara sizolisigen yakni terjadi karena
menjauhnya sel satu dengan yang lainnya kemudian dindingnya

54
mengalami lisis. Kolenkim pada daun sirih merupakan kolenkim
anular. Karena penebalan dinding sel merata sehingga ruang sel
(lumen) membentuk seperti pipa.
Pada penampang melintang tulang daun terdapat jaringan
paling luar yaitu jaringan epidermis. Di sebelah dalam jaringan
epidermis terdapat jaringan kolenkim dan nampak adanya jaringan
parenkim dan ruang sekretori. Ruang sekretori pada tulang daun daun
nampak sangat besar (Gambar 42).

Gambar 42. Penampang melintang costa daun Piper crotatum segar (Perbesaran
400x). Keterangan: kiri tanpa pewarnaan, a. Saluran sekretori, b.kolenkim, c.
Parenkim, kanan dengan pewarnaan metilen biru, a. Epidermis, b. Kolenkim, c.
Antosianin, d. Saluran sekretori (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada penampang sayatan membujur atau epidermis daun


sirih merah menampakkan adanya saluran kelenjar, stomata pada
epidermis bawah, serta terdapat kandungan minyak astiri. Stomata
dibatasi oleh dua sel penutup, sedangkan sel yang berbatasan dengan
sel penutup merupakan sel tetangga. Jumlah sel tetangga inilah yang
dapat digunakan untuk menentukan tipe stomata. Berdasarkan bentuk
sel penutupnya merupakan tipe halter. Sel tetangga yang terdapat

55
disebelah luar sel penutup berjumlah empat. Stomata pada daun sirih
merah merupakan stomata tipe parasitik (Gambar 43).

Gambar 43. Penampang paradermal permukaan bawah daun Piper crotatum segar
tanpa pewarnaan (Perbesaran 400x). Keterangan: Kiri, a.Saluran sekretori,
b.Antosianin, kanan, a. Lubang stomata, b. Sel penutup (guard cell), c. Sel tetangga.
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

2. Anatomi Batang Piper crotatum


Penampang melintang batang tampak adanya antosianin yang
tersebar mulai dari epidermis hingga korteks bagian dalam. Jumlah
terbesar terletak pada bagian dalam jaringan kolenkim. Pada bagain
tersebut antosianin tampak berupa deretan sel berwarna merah.
Antosianini merupakan pigmen tumbuhan. Adanya antosianin inilah
menyebabkan kenampakan morfologi yang berwarna merah pada
Piper crocatum (Gambar 44). Keberadaan antosianin ini menjadi ciri
khas dari tanaman Piper crocatum yang berbeda dengan beberapa
tanaman golongan piperaceeae lainnya.
Selain antosianin, juga terdapat ciri khusus dari tanaman Piper
crocatum ini yakni adanya ruang sekretori yang berupa rongga besar

56
yang terdapat di bagian terdalam dari tangkai daun. Menurut Setjo
(2000) ruang sekretori terbentuk secara sizolisigen yakni terjadi karena
menjauhnya sel satu dengan yang lainnya kemudian dindingnya
mengalami lisis. Pada pengamatan diberikan perlakuan sudan III
namun tidak menunjukkan adanya perubahan warna menjadi merah.
Hal ini berarti ruang sekretori tersebut tidak menghasilkan minyak
tetapi menghasilkan sekret yang berupa lendir.

Gambar 44. Penampang melintang batang Piper crotatum segar tanpa pewarnaan
(Perbesaran 100x). Keterangan: a. Kolenkim, b. Berkas pengangkut, c. Parenkim,
d.Antosianin, e. Ruang sekretori (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada bagian tepi batang, terdapat kelompok jaringan penguat


yakni jaringan kolenkim. Pewarnaan preparat segar dengan metilen
blue, memperjelas penebalan dinding selnya. Sesuai dengan penebalan
yang terjadi jaringan kolenkim pada batang tanaman Piper crocatum

57
tergolong tipe penebalan anular. Kolenkim tipe annuler atau tipe
cincin ini menunjukkan lumen sel berbentuk sirkular atau hampir
sirkular. Jaringan kolenkim Piper crocatum tampak berupa kelompok
sel yang memanjang sepanjang tepi batang. Jaringan ini terletak
setelah lapisan sel epidermis. Pada jaringan kolenkim kini terkadang
terdapat antosianin, namun sebagain besar antosianin terletak di
sebelah dalam jaringan kolenkim ini (Gambar 45).

Gambar 45. Penampang melintang batang Piper crotatum muda segar dengan
pewarnaan metilen biru (Perbesaran 100x). Keterangan: a. Kolenkim, b. Berkas
pengangkut, c. Parenkim, d.Antosianin, e. Ruang sekretori
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Berkas pengangkut pada sirih merah ini terdiri dari unsur


xilem dan unsur floem. Bagian yang tampak jelas adalah usur xilem
yakni sel trakhea. Pada pengamatan melintang, sel trakhea tampak
berupa cincin-cincin berukuran besar tampak berongga dan terdapat
penebalan yang merata pada dinding selnya (Gambar 46).

58
Gambar 46. Jaringan kolenkim tangkai daun Piper crotatum dengan pewarnaan
metilen biru (Perbesaran 400x). Keterangan: a.kutikula, b.epidermis, c.kolenkim,
d.penebalan dinding sel kolenkim, e.antosianin, f.kloroplas, g.parenkim mesofil
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Gambar 47. Penampang melintang batang Piper crotatum muda segar dengan sudan
III (Perbesaran 100x). Keterangan: a.epidermis, b.kolenkim, c.antosianin, d.korteks,
e.berkas pengangkut perifer, f.jaringan penguat (sklerenkim), g.berkas pengangkut
dalam (Sumber: Dokumentasi Penulis).

59
Penampang membujur sel trachea ini tampak seperti saluran
panjang yang berukuran lebar dibandingkan sel-sel di sekitarnya,
dengan ujung yang runcing serta memiliki penebalan bertipe spiral
(Gambar 48). Benda ergastik padat berupa Kristal kalsium oksalat
berbentuk pasir ditemukan di dalam batang Piper crotatum. Untuk
menguji Kristal kalsium oksalat ini digunakan reagen HCl. HCl
mampu melarutkan kristal kalsium oksalat.

Gambar 48. Preparat segar batang Piper crotatum A-B.melintang, C. Membujur.


(Perbesaran 400x) Keteraangan: A. Ruang sekretori, B. Kristal kalsium oksalat
bentuk pasir, C. Sel trachea penebalan spiral (Sumber: Dokumentasi Penulis).

60
Ciri khusus dari struktur anatomi daun, tangkai daun dan batang
Piper crocatum yaitu :
1. Pigmen antosianin yang tersebar mulai dari epidermis hingga
pada jaringan parenkim sebelah dalam
2. Terdapat ruang sekretori yang berukuran besar di bagian tengan
tangkai daun
3. Memiliki trachea dengan penebalan spiral
4. Terdapat kristal kalsium oksalat berbentuk pasir

61
BAB IX
KEMUKUS (Piper cubeba)

A. MORFOLOGI Piper cubeba


Perawakan semak, memanjat, 5-15 m. Batang bulat,
pemanjat dengan akar pelekat, dundul, buku membenjol. Daun
tunggal, bertangkai, duduk berseling, bentuk bulat telur atau bulat telur
memanjang, pangkal jantung atau membulat, ujung meruncing pendek,
permukaan berambut pubes, dengan kelenjar-kelenjar rapat, 8-15 cm x
2,5-9 cm, tangkai 0,5-2 cm (Gambar 49).
Bunga majemuk bulir (untai), 3 - 10 cm, daun pelindung
permukaan atas berambut pubes, berumah satu, tangkai induk 0,5 - 2
cm. Bulir jantan daun pelindung bulat memanjang - bulat telur
terbalik, 1,5 - 2 cm x 0,75 - 1 cm, benang sari 3. Bulir betina agak
melengkung, daun pelindung bulat memanjang, 4 - 5 mm x 8 mm,
aksis dari bulir gundul, kepala putik 3 - 5 . Buah 3 - 15 mm, berkerut
pangkal membulat, jingga tua, diameter 6-8 mm. Biji bulat bola
(Lansida, 2010).
Buah kemukus mengandung minyak terbang (terpen-terpen,
kadinen, kubeda-kamfer, azulen), kubebin, asam-kubeba, damar-
kubeba, gom, zat pahit, manggan dan pati (Tanaman Obat Indonesia,
2007). Hasil penelitian de Jong (1948) dikemukakan bahwa buah
kemukus mengandung 10-20% minyak atsiri. Hasil penelitian Rusli
dan Soepandi (1981) dinyatakan bahwa buah kering kemukus asal
Jawa Tengah mengandung minyak atsiri sekitar 6,51% (Puslitbangun,
2007).

62
Kemukus memiliki kandungan minyak atsiri 10-20% terdiri
atas kadinen, sineol, karen, sabinen, pinen, kamfor, azulen, teerpineol.
Asam Kubebat lebih kurang 1%, damar 2,5-3,5%, zat pahit (kubebin
0,3-3%), piperin 0,1-0,4%, gom, pati dan minyak lemak. Tanaman
kemukus dapat tahan hidup hingga 15 tahun lebih, ditanam melalui
stek berukuran 7 ruas (tanpa daun) atau menggunakan stek satu ruas
(berdaun satu) dari batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda, sementara pohon pnjatan yang baik adalah pohon turi (Sesbania
grandiflora) atau tanaman gamal (Glyricidia sp.). Media stek yang
dipakai adalah tanah yang gembur dan miskin pasir, lingkungan stek
harus lembab, namun tidak becek, pembuangan kelebihan air perlu
diperhatikan. Stek daun tidak tahan terhadap sengatan panas matahari,
maka perlu naungan atap atau sejenisnya.
Tegakan tanaman Piper cubeba dan klasifikasi Piper cubeba
selengkapnya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Magnoliidae
Order : Piperales
Famila : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper cubeba
Gambar 49. Tegakan tanaman kemukus
(Piper cubeba)
Sumber : Dokumentasi Penulis

63
B. ANATOMI Piper cubeba
1. Anatomi Daun Piper cubeba
Anatomi penampang melintang daun menunjukkan struktur
yang terdiri atas helain daun (lamina) dan tulang daun (costa). Lamina
daun dibatasi oleh jaringan epidermis yang tebalnya satu lapis sel, baik
bagian atas maupun bawah. Tepat di bawah epidermis terdapat selapis
sel yang disebut hipodermis. Epidermis tersebut mengapit mesofil
yang bersifat parenkimatis. Mesofil terdiri atas jaringan palisade yang
terletak di sebelah atas dan di bawahnya terdapat jaringan sponsa.
Jaringan palisade tersusun atas satu lapis sel palisade yang
mengandung banyak sekali kloroplas untuk proses fotosintesis. Daun
yang mesofilnya terdiri atas jaringan palisade dan sponsa disebut daun
tipe bifasial (bermuka dua) (Gambar 50).

b
c
d
e

f
g

Gambar 50. Penampang melintang daun Piper cubeba dengan pewarnaan metilen biru
(Perbesaran 100x) Keterangan: a.trikom, b.epidermis, c.hipodermis, d.jaringan
mesofil, e.unsur floem, f.unsur xylem, g.klorenkim (Sumber: Dokumentasi Penulis).

64
Pada epidermis bawah daun kemukus dapat dijumpai adanya
trikoma dan stomata. Trikoma tersusun atas deretan sel yang
panjangnya mencapai 14 sel (Gambar 52) dan tidak bercabang.
Trikoma daun termasuk trikoma nonglandular yang tidak
mengeluarkan sekret. Trikoma nonglandular tidak mempunyai kepala
seperti pada trikoma glandular.

Gambar 51. Penampang melintang tulang daun Piper cubeba dengan pewarnaan
metilen biru (Perbesaran 400x) Keterangan: A.1epidermis, A2.kolenkim, A3.saluran
sekretori, A4.Kristal kalsium oksalat bentuk prisma, A5.Kutikula, B.Berkas
pengangkut, B1.Floem, B2.Xylem, C.Trikom (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Stomata merupakan celah yang dibatasi oleh sel penutup. Sel


penutup stomata daun kemukus berbentuk ginjal dan dikelilingi oleh 4
sel tetangga. Stomata berdasarkan jumlah dan letak sel tetangga
termasuk ke dalam tipe tetrasitik. Stomata hanya dapat dijumpai pada
epidermis bawah sehingga disebut daun hipostomatik. Pada epidermis
atas daun umumnya hanya ditemukan saluran kelenjar yang dibatasi
oleh sel-sel epidermis.

65
Gambar 52. Penampang paradermal daun Piper cubeba dengan pewarnaan metilen
biru (Perbesaran 400x) Keterangan: A. epidermis bawah daun, 1. Badan trikoma (12
sel), 2. Sel basal trikoma, 3. Bekas patahan trikoma; B. Stomata, 1. Celah, 2. Sel
penutup, 3. Sel tetangga (4 sel), 4. Sel-sel epidremis; dan C. Saluran kelenjar pada
epidermis atas daun. (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Epidermis pada bagian costa terlihat adanya lapisan kutikula


yang sangat jelas (Gambar 51). Tepat di sebelah dalam epidermis
bawah costa terdapat jaringan kolenkim. Kolenkim yang dekat dengan
epidermis mempunyai pola penebalan cincin (annular), sedangkan
pola penebalan sudut (angular) di sebelah dalam. “Kolenkim annular
yang penebalan dinding merata sehingga ruang sel (lumen) menjadi
bentuk pipa. Kolenkim angular (sudut) membentuk penebalan dinding

66
memanjang pada sudut sel. Pada penampang melintang, penebalan
sudut terlihat di tempat pertemuan tiga sel atau lebih” (Hidayat, 1995).
Pada costa juga terdapat berkas pengangkut yang terdiri atas xilem dan
floem dengan unsurnya masing-masing. Dinding sel xilem pada
penampang melintang tampak mengalami penebalan dan lumennya
lebih lebar dibandingkan dengan floem (Gambar 51).

Gambar 53. Penampang melintang daun Piper cubeba (Perbesaran 400x)


Keterangan: a-b dengan metilen biru, c-d dengan sudan III, a. Saluran kelenjar pada
mesofil daun, b. Kloroplas, c. Minyak atsiri pada mesofil daun, d. Hipodermis
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada mesofil lamina dan costa terdapat sel bulat dan


ukurannya tampak berbeda dengan sel-sel di sekitarnya (Gambar 51,
53). Sel tersebut berubah menjadi berwarna merah setelah ditetesi
reagen sudan III. Benda ergastik yang bereaksi positif dengan sudan
III adalah minyak atsiri. Minyak atsiri juga dapat berupa butiran-
butiran minyak yang berukuran kecil seperti tetesan minyak. Pada
costa juga terdapat kristal kalsim oksalat bentuk prisma karena
berbentuk kubus hingga balok. Kristal tersebut bersifat tunggal dan
letaknya banyak tersebar di tepi sel-sel parenkim (Gambar 51A).

67
2. Anatomi Batang Piper cubeba
Struktur anatomi pada penampang melintang batang
kemukus menunjukkan jaringan penyusun daun serta kandungan
minyak atsiri di dalamnya. Jaringan yang paling luar adalah jaringan
epidermis, dan di sebelah dalamnya terdapat jaringan kolenkim,
klorenkim (jaringan parenkim yang mengandung klorofil), jaringan
sklerenkim dan berkas pengangkut. Kolenkim yang terdapat pada
korteks batang Kemukus adalah kolenkima tipe sudut (angular),
karena penebalan dinding sel terdapat pada sudut sel dan memanjang
mengikuti sumbu sel (Gambar 54).

Gambar 53. Penampang melintang batang Piper cubeba (Perbesaran 40x)


Keterangan: kiri. Tanpa pewarnaan, tengah. Dengan metilen biru, kanan. Dengan
sudan III (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada penampang melintang, penebalan sudut terlihat di tempat


pertemuan tiga sel. Sklerenkim yang terdapat pada batang dapat
terwarnai dengan pemberian pewarna biru metilen. Pada berkas
pengangkut terdapat xylem dan floem. Berkas pengangkut pada batang
Kemukus merupakan berkas pengangkut kolateral, yaitu berkas
pengangkut yang mengandung unsur xylem dan floem bersama-sama.
Floem berada di sebelah luar xylem. Berkas pengangkut menunjukkan

68
adanya dua lingkar berkas pengangkut yakni berkas pengangkut
bagian perifer dan berkas pengangkut bagian dalam. Berkas
pengangkut dikelilingi oleh sklerenkim, sehingga disebut berkas
pengangkut fibrovaskuler (Gambar 53-54).

Gambar 54. Penampang melintang batang Piper cubeba dengan metilen biru
(Perbesaran 400x) Keterangan: A1.trikom, A2.berkas pengangkut, A3.sklerenkim,
A4.epidermis, A5.kolenkim, A6.klorenkim, B.berkas pengangkut, B1.floem,
B2.xylem, C.trikoma (Sumber: Dokumentasi Penulis).

Pada penampang membujur xylem nampak adanya trachea.


Trachea pada batang Kemukus seperti bentuk cincin spiral yang
memanjang (Gambar 55). Pada permukaan epidermis terdapat trikoma.
Trikoma yang terdapat pada batang Kemukus adalah trikoma
glanduler, karena trikoma pada batang berfungsi menghasilkan zat-zat
tertentu atau mempunyai fungsi sekresi. Kandungan minyak astiri

69
yang banyak terdapat dalam batang Kemukus dapat dideteksi dengan
menggunakan reagen Sudan III.

Gambar 55. Preparat segar batang Piper cubeba A.melintang, B.membujur


(Perbesaran 400x) A1.saluran sekretori, A2.kolenkim, B1.trachea, B2.sklerenkim
(Sumber: Dokumentasi Penulis).

Ciri penanda dari struktur anatomi Piper cubeba


yaitu :
1. Stomata berdasarkan jumlah dan letak sel tetangga termasuk ke
dalam tipe tetrasitik.
2. Stomata hanya dapat dijumpai pada epidermis bawah sehingga
disebut daun hipostomatik.
3. Trachea pada batang Kemukus seperti bentuk cincin spiral yang
memanjang.

70
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 1999. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid I,


(Online), (http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode
=1067&tbl=alternatif, diakses 29 Januari 2019).

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Lansida. 2010. Kemukus (Piper cubeba L. f.) (online) (http://lansida.


blogspot.com/2010/08/kemukus-piper-cubeba-l-f.html, diakses
tanggal 29 Januari 2019).

Manoi, Feri. 2007. Sirih Merah (Piper crocatum). Warta


Puslitbangbun Vol.13 No. 2.

Puslitbangun. 2007. Konservasi dan Potensi Pengembangan Kemukus,


(Online), (http://perkebunan.litbang.deptan.go. id/, diakses 29
Januari 2019).

Setjo, Susetyoadi, Endang Kartini, Murni Saptasari, dan Sulisetijno.


2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat 1.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Tjirosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:


UGM-Press.

71
GLOSARIUM

Amfistomatik : Stomata yang ditemukan pada permukaan


atas dan bawah daun
Antosianin : Pigmen fotosintetik yang berwarna merah
sampai ungu kehitaman.
Bahan ergastik : bahan non protoplasmik, baik organik
maupun anorganik, sebagai hasil
metabolisme yang berfungsi untuk
pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan
juga sebagai penyimpanan cadangan
makanan, terletak di bagian sitoplasama,
dinding sel, maupun di vakuola
Berkas pengangkut : Jaringan yang berfungsi mengangkut dan
menyalurkan suatu zat dalam tubuh.
Botani : salah satu bidang kajian dalam Biologi
yang dikhususkan untuk mempelajari
seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan
Epidermis : Jaringan yang tersusun atas sekelompok sel
membentuk suatu lapisan yang menutupi
seluruh permukaan luar tubuh tumbuhan
secara berkesinambungan
Epistomatik : Stomata yang hanya ditemukan pada
permukaan atas daun
Fibrovaskuler : Berkas pengangkut yang diselubungi serat
sklerenkim

72
Floem : Jaringan yang berfungsi menyalurkan zat
makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan
Fotosintesis : Proses pembuatan makanan oleh tumbuhan
hijau melalui serangkaian proses biokimia
pada klorofil dengan bantuan sinar
matahari.
Hipostomatik : Stomata yang hanya ditemukan pada
permukaan bawah daun
Klorenkim : Parenkim mengandung kloroplas yang
berfungsi dalam fotosintesis
Klorofil : Pigmen berwarna hijau pada tumbuhan
yang berperan dalam fotosintesis.
Kloroplas : Bagian dari plastida yang mengandung
klorofil
Kolenkim : jaringan penguat pada organ muda yang
sedang tumbuh yang terdiri dari sel hidup.
Kolenkim angular : Kolenkim yang mengalami penebalan
dinding memanjang pada sudut sel. Pada
penampang melintang, penebalan sudut
terlihat di tempat pertemuan tiga sel atau
lebih
Kolenkim annular : Kolenkim yang mengalami penebalan
dinding merata sehingga ruang sel (lumen)
menjadi bentuk pipa

73
Kolenkim lakuner : Kolenkim yang mengalami penebalan
dinding sel di sekitar ruang antarsel
Kolenkim lameler : Kolenkim yang mengalami penebalan
dinding sel terutama pada dinding
tangensial (sejajar permukaan organ),
dinding radial relatif tidak menebal,
susunan sel teratur menurut deretan
tangensial, dan tidak terdapat ruang
antarsel
Kristal druse : kumpulan dari kristal bentuk prisma yang
bertumpuk-tumpuk seperti bunga
Kristal kalsium : Kristal yang terbentuk dari pengendapan
oksalat asam oksalat oleh ion kalsium yang terjadi
di dalam vakuola.
Kambium : Jaringan yang bersifat meristematik dan
aktif melakukan pembelahan sel
Kolateral : Tipe susunan berkas pengangkut
Kristal pasir : Kristal kalsium oksalat tunggal yang
berbentuk piramid-piramid kecil
Kristal prisma : kristal kalsium oksalat tunggal atau disebut
juga bentuk kristal tunggal besar.
Kristal rafida : Kristal kalsium oksalat tunggal yang
berbentuk jarum atau balok panjang
berujung runcing.
Kutikula : lapisan yang megandung zat lilin, yang

74
diproduksi oleh sel epidermis, sebagai
pelindung untuk memperlambat kehilangan
air dari daun, batang, bunga, buah, dan biji.
Minyak atsiri : Senyawa cair yang mudah menguap
Parenkim : Jaringan yang tersusun atas sel hidup yang
mengisi bagian tubuh tumbuhan, berperan
penting dalam proses penyembuhan luka
dan regenerasi.
Preparat : objek yang diamati dengan mikroskop
Reagen : zat atau senyawa kimia yang ditambahkan
dengan tujuan untuk membawa tentang
reaksi kimia atau ditambahkan untuk
melihat jika reaksi terjadi.
Simplisia : bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan
Sklerenkim : Jaringan penguat dan pelindung organ
tumbuhan melawan tegangan, beban, dan
tekanan, yang terdiri dari sel mati.
Stomata : Celah pada epidermis yang dibentuk oleh
dua sel penutup
Trikoma : Merupakan derivat epidermis yang
mempunyai bentuk, struktur, dan fungsi
yang bervariasi, berfungsi sebagai

75
pelindung terhadap gangguan luar dan
mengurangi penguapan
Trikoma glandular : Trikoma yang menghasilkan sekret
Trikoma : Trikoma yang tidak menghasilkan sekret
nonglandular
Xylem : Jaringan yang berfungsi menyalurkan air
dan unsur hara di dalam tanah melalui akar
ke daun

76
INDEKS ISTILAH

Antosianin 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65


Fibrovaskuler 21, 30, 31, 34, 35, 73
Kambium 21, 26, 29, 36
Kemukus 66, 67, 68, 69
Kolateral 21, 26, 29, 35, 72
Kolenkim 8, 10, 11, 16, 17, 20, 26, 28, 34, 39, 47, 50, 59, 61, 70, 74
Kutikula 37, 47, 50, 51, 54, 63, 69, 70
Lensa 7
Mesofil 10, 15, 19, 45, 47, 58, 68, 71
Mikroskopik 5, 7
Minyak atsiri 8, 22, 27, 30, 35, 39, 40, 47, 53, 54, 66, 67, 71
Morfologi 13, 23, 32, 33, 43, 55, 66
Parenkim 10, 20, 25, 26, 34, 35, 40, 50, 53, 58, 62, 65, 68, 72
Piperaceae 2, 5, 9, 10, 11, 12
Sklerenkim 10, 12, 20, 21, 28, 29, 30, 34, 36, 37, 39, 50, 51, 63, 72
Stomata 9, 17, 24, 27, 36, 41, 42, 46, 48, 59, 69, 74
Trachea 64, 65, 73, 74
Trikom 9, 14, 17, 21, 47, 58, 69, 70, 73

77

Anda mungkin juga menyukai