Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA “IDENTIFIKASI


KOMPONEN SENYAWA KIMIA EKSTRAK KAYU JAMBLAMG
(Syzygii Cumini Cortex) DENGAN METODE KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS (KLT)”

DISUSUN OLEH :

DIAN WAHDANIA (PO713251201061)


IKA APRIL YANI (PO713251201070)
INDRI NOVITASARI SESA (PO713251201072)
PARAMITA (PO713251201085)
SRI MUTMAINAH NUR RAHMAN (PO713251201093)
SUHARA (PO713251201094)
SYAMHIJRAH AWALIA SARI (PO713251201095)

KELOMPOK : B2. 2
KELAS/TINGKAT : B/II
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU/ 11 MEI 2022
PEMBIMBING PRAKTIKUM :
RUSDIAMAN,S.Si.,M.Si.,Apt.

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan

rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini

sehingga selesai pada waktunya.

Laporan yang berjudul “Identifikasi Komponen Senyawa Kimia Ekstrak

Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex) dengan Metode Kromatografi Lapis

Tipis (KLT)” ini disusun dan dibuat berdasarkan materi yang telah dirangkum dari

sumber yang tepercaya. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia,

pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi para

pembaca. Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat

untuk kita semua.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah

membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan

maupun materinya. Ucapan maaf dari penulis sendiri apabila terjadi kesalahan

pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan

saran dari para pembaca untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Makassar 11 Mei 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................2

A. Latar Belakang..............................................................................................2

B. Maksud dan Tujuan Penelitian......................................................................3

C. Manfaat...........................................................................................................4

D. Prinsip Alat Percobaan..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5

A. Uraian Tanaman............................................................................................5

B. Ekstrak dan Ekstraksi..................................................................................11

C. Metode Ekstraksi.........................................................................................11

D. Ekstraksi Cair-Cair......................................................................................13

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)................................................................15

BAB III METODE KERJA...............................................................................18

A. Alat dan Bahan............................................................................................18

B. Metode Kerja...............................................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................23

A. Hasil pengamatan........................................................................................23

B. Pembahasan.................................................................................................24

BAB V PENUTUP................................................................................................27

A. Kesimpulan.................................................................................................27

B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

LAMPIRAN..........................................................................................................32

Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Ekstrak dan Eluen................................33

Lampiran 2. Hasil Pengamatan Skrining Fitokimia........................................35

Lampiran 3. Hasil Pengamatan KLT Sinar UV 254 nm.................................37

Lampiran 4. Dokumentasi Proses Ekstraksi Refluks Kayu Secang................42


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman,
hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dapat tanaman dan hewan
terdapat didalam sel namun sel tanaman da hewan begitu pula ketebalan masing masing
berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam
mengeksrtaknya. Proses terekstraknya zat aktif pada sel tanaman adalah pelarut organik
akan menembus dindidng sel dan masuk kadalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut pada pelarut organik tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi
antara lartan zat aktif didalam sel da pelarut organic diluar sel, maka larutan terpakat
akan didistribusi keluar sel dan prose ini terulang sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif dan di luar sel. (Tim Teaching:8.2013)
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang
berkasiat obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda,
sehingga perlu dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok
tertentu. Salah satu contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada
tanaman berbunga. Secara kimia alkaloid merupakan basa organik yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen di dalam satu cincin.
(Agoes,2007).

Ekstrak dengan refluks saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling
banyak diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel
dengan rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan metode
maserasi atau perkolasi. Refluks berarti pelarut yang diputar kembali atau di
recycle secara kontinyu melalui pengkondensasianberulang pada sebuah alat
kondensor. Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan.
(Agoes,2007).

B. Maksud dan Tujuan Penelitian

a. Maksud percobaan

Untuk mengetahui komponen kimia ekstrak Kayu Jamblang (Syzygii

Cumini Cortex) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.

b. Tujuan Percobaan

i. Untuk menentukan metode ekstraksi yang sesuai untuk sampel


berdasarkan pengujian yang telah di Kayu Jamblang (Syzygii Cumini

Cortex) dilakukan.

ii. Untuk menentukan senyawa kimia yang Kayu Jamblang (Syzygii Cumini

Cortex) dengan Skrining fitokimia berdasarkan pengujian yang telah

dilakukan.

iii. Untuk menetukan pola kromatografi sampel Kayu Jamblang (Syzygii

Cumini Cortex) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

komponen kimia yang terkandung pada ekstrak Kayu Jamblang (Syzygii

Cumini Cortex) dengan metode KLT berdasarkan pengujian yang telah

dilakukan.

D. Prinsip Alat Percobaan

a. Refluks

Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia

yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat

bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan

penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan

menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian

sempurna (Akhyar, 2010).

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Prinsip kerja KLT yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan

kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Larutan atau

campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat

dengan kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawa oleh fase gerak tersebut (Sulfiyana H. Ambo Lau, 2018).

2. Ekstrak Cair-Cair

Proses ektraksi cair-cair berlangsung pada suatu alat yang dirancang

sedemikian rupa sehingga mempunyai luas permukaan yang cukup untuk

terjadinya proses kontak antar fasa-fasa yang terlibat (fasa kontinyu yang

berisi zat terlarut dan fasa dispersi) sehingga distribusi komposisi dalam

kedua fasa menjadi lebih sempurna dan berhasil dengan baik. Pada proses

pemisahan ekstraksi cair-cair yang terjadi dalam kolom isian (packing

column) menggunakan larutan umpan sebagai fasa kontinyu yang

dialirkan dari bagian atas kolom dan pelarut sebagai fasa dispersi dialirkan

dari bagian bawah kolom. Karena adanya perbedaan kelarutan antara

kedua fasa baik fasa dispesi maupun fasa kontinyu, maka salah satu

fasanya akan membentuk tetesan dan mengalami kontak perpecahan

dan/atau penggabungan antar tetesan disepanjang kolom. Hal ini

disebabkan karena tetesan tersebut menabrak isian yang berada didalam

kolom. Proses terjadinya kontak ini menyebabkan luas permukaan kontak

semakin besar dan waktu kontaknya semakin lama sehingga proses

perpindahan massanya menjadi lebih baik (Agus Mirwan, 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)

Gambar 2.1 Kayu Jamblang (Syzygii Cumini


Cortex)
(Dokumentasi pribadi, 2022)

Klasifikasi Kayu Jamblang sebagai berikut :

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae

Genus: Syzygium

Spesies: S. cumini

Jamblang (Syzygium cumini) atau dikata juga jambu keling dan duwet
merupakan sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Tumbuhan
berbuah sepat masam ini dikenal pula dengan berbagai nama seperti jambee kleng
(Aceh), jambu kling, nunang[4] (Gayo), jambu koliong (Riau), jambu kalang (Min.),
jambulang, jambulan, jombulan, jumblang (aneka nama lokal di Sulut), jambulan
(Flores), jambula (Ternate), jamblang (Btw., Sd.). Juga jambu juwat, jiwat, jiwat
padi (Ind., juwet atau duwet (Jw.), juwet, jujutan (Bl.), dhuwak, dhalas (Md.), duwe
(Bima), Rappo - Rappo (Selayar).

2. Morfologi Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)


Pohon jamblang atau dalam bahasa latin disebut sebagai Syzygium cumini
adalah salah satu jenis pohon yang buahnya sering dimanfaatkan dan dijual di
pasaran. Pohon ini mempunyai nama yang berbeda-beda tergantung di daerah
tumbuhnya. Misalnya di Aceh dikenal sebagai jambee kleng dan di Riau dikenal
sebagai jambu koliong.
Batang pohon jamblang mempunyai ciri khas kokoh dan tumbuh menjulang.
Pohon jamblang dapat tumbuh pada kisaran 10 hingga 20 meter. Selain kokoh dan
tinggi, batangnya juga cukup tebal dan pertumbuhannya sering bengkok dengan
percabangan yang cukup banyak.
Daun jamblang berwarna hijau dengan sistem pertulangan menyirip. Jika
diperhatikan sekilas, secara fisik daun jamblang cukup tebal dan lebar dengan
tangkai daun kurang lebih memiliki panjang 1 cm sampai 3,5 cm. Bentuk daunnya
mirip daun baji yang mengkilap dengan panjang antara 7 cm sampai 16 cm dan
lebarnya kurang lebih 9 cm.
Bunga jamblang adalah jenis buah majemuk yang mempunyai bentuk malai.
Bunga ini tumbuh dari bagian ketiak daun tepat dibagian ujung percabangan. Bentuk
dari kelopak bunga jamblang mirip lonceng dengan warna hijau muda, sedangkan
mahkotanya menyerupai bulat telur yang memiliki benang sari dalam jumlah banyak
dan mengeluarkan aroma harum.

3. Kandungan Kimia Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)


Bagian buah dan biji pohon jamblang mempunyai banyak sekali
kandungan zat-zat yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Itulah
mengapa buah yang dikenal dengan sebutan caloppeng ini kerap
dimanfaatkan sebagai ramuan herbal untuk mengobati dan mengatasi
berbagai penyakit. Pada bagian buah jamblang terkandung zat bermanfaat
antara lain asam organik, minyak atsiri, resin, tanin, fenol, alkaloid, asam
elagat, triterpenoid, dan corilagin. Sementara di dalam bijinya
mengandung myristic acid, olei acid, malvalic acid, linoleic acid, palmitic
acid, vernolic acid, dan sterculiac acid.
Eugenia cumini Merr (Syzgium cumini) (myrtaceae) mengandung
senyawa kimia antara lain suatu alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid,
monoterpen,minyak atsiri. Daun jamblang juga mengandung ß-sistosterol,
kuarsetin, myresetin, myrisetin, flavonol glikosid, asilasi flavonol glikosida,
triterpenoid dan tanin. Daun jamblang ini juga kaya akan minyak esensial
seperti myrtenol serta mengandung asam ellagic, isoquarsetin, quarsetin dan
kampferol (S Ramya etal.,2012: 4548-4553).

4. Manfaat Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)


Pohon jamblang mempunyai banyak sekali manfaat dan khasiat untuk
kehidupan manusia. Khasiat ini juga cukup beragam termasuk untuk
kecantikan, namun pemanfaatan paling utama adalah sebagai tanaman herbal
untuk mengatasi berbagai penyakit.
Masyarakat jaman dulu juga sudah memanfaatkan berbagai bagian dari pohon
jamblang untuk berbagai kebutuhan berikut:

a. Mengobati Jerawat
Khasiat pertama dari bagian pohon jamblang adalah untuk mengobati serta
mencegah timbulnya jerawat. Bagian yang dimanfaatkan untuk mengatasi
jerawat adalah biji jamblang. Cara pemanfaatannya juga cukup mudah, cukup
hancurkan biji jamblang lalu campur dengan susu sapi. Kemudian dioleskan
pada wajah sebelum tidur dan bilas keesokan harinya.

b. Mengurangi Risiko Kanker


Dengan kandungan antioksidan anti inflamasi yang dimiliki oleh jamblang,
pohon satu ini dapat dimanfaatkan untuk mencegah atau melawan pertumbuhan
sel-sel kanker di dalam tubuh. Bahkan penelitian telah menunjukkan bahwa
jamblang mempunyai sel anti tumor yang mampu menghambat pertumbuhan
sel tumor.Biasanya jamblang akan diekstrak dan kemudian hasilnya dapat
dikonsumsi secara teratur. Ekstrak ini dipercaya mampu menghambat sebaran
sel agar menjalar ke organ tubuh lainnya.
c. Menyehatkan Jantung
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, buah jamblang mempunyai banyak
sekali kandungan asam yang menjadi zat penting dalam mencegah inflamasi.
Zat-zat tersebut juga dikenal sebagai antioksidan yang mampu mencegah
terjadinya oksidasi kolesterol dan terbentuknya plak yang dapat menyebabkan
penyakit jantung.

d. Sebagai Antiseptik
Pemanfaatkan pohon jamblang sebagai antiseptik sebenarnya telah diketahui
sejak lama. Oleh sebab itu, para orang-orang terdahulu biasa menggunakan
hampir semua bagian dari pohon jamblang untuk mengobati infeksi pada tubuh.
Mulai dari bijinya, kulit kayu, bahkan sampai daun jamblang dapat
dimanfaatkan.

e. Meningkatkan Imunitas
Berkat kandungan nutrisi yang dimiliki buah jamblang seperti vitamin C,
kalsium, zat besi, serta kalium, buah ini dipercaya mampu untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Selain itu, buah dari pohon jamblang juga memberikan
manfaat tambahan bagi kekuatan tulang dan mengobati malaria.

5. Efek Samping Kimia Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)


B. Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Setyawan, 2015)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika

tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan

konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan

dari sampel dengan penyaringan (Mukhriani, 2014).

C. Metode Ekstraksi

1. Pengertian

Pada metode ini bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut

dalam sebuah bejana/labu yang biasanya berbentuk bulat yang kemudian

ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat menggunakan water bath, heating

mantle, atau hot plate). Bagian atas labu ada sebuah lubang yang

dihubungkan dengan alat pendingin balik (kondesor). Lubang pada bejana

tersebut juga berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan, pelarut,

maupun hasil ekstraknya. (Hatifah, 2021)

2. Prinsip kerja

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan


penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak,

lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap

tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali

menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan

3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Depkes RI, 2006).

Selama proses pemanasan, pelarut akan mendidih dan menguap. Pada

fase ini pelarut panas akan merusak jaringan dan dinding sel yang kemudian

berpenetrasi ke bagian dalam sel dan melarutkan senyawa-senyawa

metabolit yang kemudian terlarut bersama pelarut. Pada saat pelarut

mendidih, maka zat-zat yang terlarut akan tertinggal di dalam labu ekstraksi.

Sementara itu, pelarut akan mendidih, menguap dan mengalir dengan

bergerak ke atas menuju kondensor. Pada saat yang sama, karena dialiri

dengan fluida dingin, maka suhu kondensor jauh di bawah suhu uap pelarut.

Dengan demikian uap pelarut akan cepat mengalami kondensasi

(pendinginan dan berubah wujud menjadi cair kembali) yang kemudian

mengalir ke bawah lagi menuju labu ekstraksi. Proses ini berlangsung secara

kontinyu sampai mekanisme pemanasan dihentikan. (Hatifah, 2021)

3. Keuntungan dan kerugian

a. Keuntungan Metode Refluks

1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung

diperoleh hasil yang lebih pekat.

2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga

dapat menyari zat aktif lebih banyak.


b. Kelemahan Metode Refluks

1. Simplisia yang digunakan sedikit, sehingga ekstrak yang diperoleh

juga sedikit.

2. Cairan penyari yang digunakan terbatas pada cairan penyari dengan

titik didih rendah.

3. Tidak bisa digunakan untuk simplisia yang mengandung komponen

kimia yang tidak tahan panas.

4. Cairan penyari dapat mengalami penjenuhan.

D. Ekstraksi Cair-Cair

1. Pengertian

Gambar 2.2 Alat ekstraksi cair-cair


Sumber : romansakimia.blogspot.com

Ekstraksi cair- cair adalah satu komponen bahan atau lebih dari satu

campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair cair selalu

terdiri setidaknya dua tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan

ekstraksi dengan pelarut dan pemisah, kedua fase cair itu sesempurna

mungkin. (Indra Wibawa, 2012).


2. Prinsip Kerja

Prinsip metode ini adalah berdasarkan pada perbedaan koefisien

disribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling

bercampur. Bila sustu zat terlarut terdistribusi diantara dua larutan yang

tidak saling bercampur,berlaku hukum mengenai konsentrasi zat terlarut

dalam dua fase pada kesetimbangan. Prinsip kerjanya yaitu pemisahan

berdasar perbedaan kelarutan . Pelarut melarutkan sebagian bahan padatan

sehingga bahan terlarut yang diinginkan dapat diperoleh (Mizri gosan,

2006)

3. Keuntungan dan Kerugian

Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Mizri

gozan, 2006) :

a. Keuntungan

1. Kemudahan dan kecepatan proses.

2. Kemurnian produk yang tinggi.

3. Rendah polusi.

4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya.

Efektivitas dan selektivitas.

b. Kerugian

1.Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan

mengubah bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan efektifitas

pelarut pun berubah.

2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak

akan jelas pemisahannya.


E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Pengertian

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode isolasi

yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta

kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergearak mengikuti

eluen.(Hostettmann et al,1995).

2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja untuk memisahkan komponen-komponen berdasarkan

perbedaan absorbs atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut

pengembang. (Watson,2010)

3. Keuntungan dan Kerugian

Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Gandjar dan

Rohman,2007).

a. Keuntungan

1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisi

2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi

warna, flouresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV.

3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun

(descending), atau dengan cara elusi dua dimensi.

4. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang

akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut

6. Yang dibutuhkan terjangkau

7. Jumlah perlengkapan sedikit


8. Preparasi sampel yang murah

9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)

yang dengan metode kertas tidak bisa.

b. Kerugian

1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan

bercak/noda yang diharapkan.

2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang

cocok.

3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak

tekun
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1) Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan adalah labu alas bulat, hot plate, heating

mantle, corong, gelas kimia, rotary evaporator, corong pisah, statif, cawan

porselin, batang pengaduk, water bath, vial, aluminium foil, Erlenmeyer,

timbangan digital, kertas saring, kasa, pensil, kapas, toples kaca, toples

plastic.

2) Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah Kayu Secang (Caesalpinia sappan L),

methanol, etanol, aquadest, kloroform, aquadest, asam pikrat, HCL 1%,

FeCl₃ NaOH 10 %, serbuk Magnesium, H₂SO₄, Silika Gel, CHCl₃, MeOH,

EtOAc, EtOH, Benzen, Hexan.

B. Metode Kerja

1) Penyimpanan Sampel

Sampel yang telah diambil dibersihkan dari kotoran- kotoran yang

menempel dan dibuang bagian yang rusak, kemudian dicuci dengan air

mengalir samapi betul- betul bersih dan kemudian dikeringkan di bawah

matahari langsung. Setelah simplisia kering dibuang bagian yang tidak dapat

dibersihkan pada saat sortasi sebelumnya. Simplisia yang sudah kering

kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kasar.

2) Ektraksi
1. Disiapakan alat dan bahan

2. Simplisia diserbukkan dengan derajat kehalusan yang sesuai

3. Dimasukkan kedalam labu bulat sebanyak 30 g

4. Dimasukkan pelarut (etanol) melewati permukaan bahan,

5. Dinyalakan heating mantle

6. Setelah mendidih hitung selama 3-4 jam (refluks dilakukan selama 4 jam

setelah cairan penyari mendidih)

7. Ekstrak disaring kemudian ampas ditambahkan cairan penyari kemudian

di refluks kembali.

8. Refluks dihentikan jika cairan penyari sudah jernih (pada praktikum

dilakukan 2 kali).

3. Skrining Fitokimia

Skrining golongan senyawa alkaloid dengan cara mengambil 3 ml

ekstrak simplisia Kayu Secang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 1 ml HCl 1% dan dipanaskan di atas hot plate

selama ± 20 menit, dinginkan kemudian saring. Diambil 1 ml filtrat

kemudian ditambahkan asam pikrat. Hasil positif ditandai dengan larutan

filtrat menjadi keruh dan terdapat endapan. (Nainggolan et al.,2019)

Skrining golongan senyawa tanin dengan cara mengambil 1 ml ekstrak

simplisia Kayu Secang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan 3 tetes FeCl₃. Hasil positif ditandai dengan terjadinya endapan

hijau – biru hitam. (Dewitasari et al., 2017)

Skrining golongan senyawa saponin dengan cara mengambil 1 ml

ekstrak simplisia Kayu Secang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 10 ml air kemudian dikocok kuat. Hasil positif

ditunjukkan dengan timbulnya busa konstan atau stabil selama 30 detik dan

hilang saat ditetesi 1 tetes HCl 2N. (Maulidiyah et al.,2021)


Skrining golongan senyawa flavonoid dengan cara mengambil 3 ml

ekstrak simplisia Kayu Secang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 10%. Hasil positif ditandai dengan

larutan berwarna kuning. (Maulidiyah et al.,2021)

Skrining golongan senyawa steroid dengan cara mengambil 1 ml

ekstrak simplisia Kayu Secang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudaian ditambahkan 1 ml H₂SO₄. Hasil positif ditandai dengan larutan

berwarna kemerahan. (Nainggolan et al.,2019)

4. Ekstraksi Cair

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan ekstrak sampel yang telah diuapkan kedalam cawan

porselen dan ditambahkan ± 20 ml aquadest. Lalu dihomogenkan .

3. Dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan larutan eter,

lalu dikocok. Kemudian didiamkan beberapa menit sampai terjadi

pemisahan antara larutan air dengan larutan eter. Kemudian larutan

ekstrak eter dimasukkan kedalam vial.

4. Dimasukkan kembali ekstrak larutan air kedalam corong pisah kemudian

ditambahkan n-butaanol ± 20 ml, lalu dikocok. Kemudian didiamkan


24

beberapa menit sampai terjadi pemisahan antara larutan air, dan n-

butanol. Kemudian larutan ekstrak n-butanol dimasukkan kedalam vial.

Larutan ekstrak n-butanol diuapkan diatas hot plate.

5. Kromatografi lapis Tipis

Pengujian KLT ekstrak methanol Kayu Secang menggunakan plat

silika gel dengan eluen, CHCl₃-MeOH-H₂0 (16 : 5 : 1), EtOAc-EtOH-H₂O

(10 : 2 : 1), Benzen-EtOAc (7 : 3), Hexan-EtOAc (7 : 3). Ekstrak metanol

yang telah dipisahkan pada vial diambil menggunakan pipa kapiler

kemudian ditotolkan pada batas bawah silika gel, kemudian dimasukkan

kedalam Chamber berisi eluen yang telah dijenuhkan dengan kertas saring,

didiamkan beberapa saat hingga eluen mencapai batas atas dari lempeng

silika gel. Penyinaran kramatogram menggunakan lampu UV 254 nm.

Pengujian KLT ekstrak n-butanol Kayu Secang menggunakan plat

silika gel dengan eluen polar yaitu,, CHCl₃-MeOH-H₂0 (16 : 5 : 1), EtOAc-

EtOH-H₂O (10 : 2 : 1), Ekstrak n-butanol yang telah dipisahkan pada vial

diambil menggunakan pipa kapiler kemudian ditotolkan pada batas bawah

silika gel, kemudian dimasukkan kedalam Chamber berisi eluen yang telah

dijenuhkan dengan kertas saring, didiamkan beberapa saat hingga eluen

mencapai batas atas dari lempeng silika gel. Penyinaran kramatogram

menggunakan lampu UV 254 nm.

Pengujian KLT ekstrak eter Kayu Secang menggunakan plat silika gel
dengan eluen non-polar yaitu, Benzen-EtOAc (7 : 3), Hexan-EtOAc (7 : 3).
Ekstrak eter yang telah dipisahkan pada vial diambil menggunakan pipa

kapiler kemudian ditotolkan pada batas bawah silika gel, kemudian


25

dimasukkan kedalam Chamber berisi eluen yang telah dijenuhkan dengan

kertas saring, didiamkan beberapa saat hingga eluen mencapai batas atas

dari lempeng silika gel.Penyinaran kramatogram menggunakan lampu UV

254 nm.
26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Berdasarkan percobaan/praktikum yang telah dilakukan didapatkan

hasil sebagai berikut:

4. Tabel 1: Hasil Uji Skrinning Fitokimia Ekstrak Kayu Jamblang (Syzygii


Cumini Cortex)
No Identifikasi Senyawa Hasil Uji Kesimpulan
1 Alkaloid Larutan tidak terapat endapan (-) Alkaloid
putih
2 Flavonoid Larutan berwarna merah (+) Flavonoid
jingga
3 Saponin Larutan terbentuk busa (+) Saponin
4 Steroid Berwarna kemerah (+) Steroid
5 Tannin Warna yang dihasilkan (+) Tannin
sedikit hitam

5. Tabel 2 : Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak Kayu Jamblang
(Syzygii Cumini Cortex) Menggunakan Penyinaran UV 254 nm
No. Ekstrak Kayu Hasil Pengamatan Harga Rf
Jamblang (Syzygii
Cumini Cortex)
1. Ekstrak Metanol Eluen 1 = 2 noda Rf 1 = 0,7
Rf 2= 0,5
Eluen 2 = 1 noda 0,72
Eluen 3 = 2 noda Rf 1 = 0,50
Rf 2= 0,39
Eluen 4 = 2 noda Rf 1 = 0,47
Rf 2 = 0,25
2. Ekstrak Eter Eluen 3 = 2 noda Rf 1 = 0,65
Rf 2 = 0,56
Eluen 4 = 2 noda Rf 1 = 0,4
Rf 2 = 0,36
3. Ekstrak n-Butanol Eluen 1 = 2 noda Rf 1 = 0,81
Rf 2 = 0,72
Eluen 2 = 1 noda 0,94
27

b. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan proses ekstraksi, serta identifikasi

komponen kimia yang terdapat pada sampel kayu jamblang (Syzygii Cumini

cortex) Sampel pertama-tama disortasi basah, kemudian disortasi kering

dengan berat simplisia kering yaitu 100 g. Simplisia Kayu Jamlang

selanjutnya dihaluskan hingga menjadi serbuk kasar.

Pada praktikum ini dilakukan proses ekstraski dengan metode refluks.

Metode refluks dilakukan dengan cara ditimbang simplisia sebanyak 50 g,

dimasukkan kedalam labu alas bulat dan dimasukkan pelarut hingga melewati

permukaan simplisa, dipasang labu alas bulat pada alat refluks dan

dinyalakan heating mantle. Refluks dilakukan selama 3 jam setelah cairan

penyari mendidih. Refluks dihentikan jika cairan penyari sudah jernih (pada

praktikum ini dilakukan 2 kali).

Setelah dilakukan proses ekstraksi dengan metode refluks, ekstrak

kemudian diuapkan dengan metode rotavapor. Metode rotavapor ini

dilakukan dengan cara esktrak cair Kayu Jamblang dimasukkan dalam labu

alas bulat, kemudian waterbath dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut dan

labu alas bulat yang berisi sampel berada diujung rotor dan menekan tombol

rotor. Proses penguapan terjadi hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai

dengan tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas penampung.

Kemudian ekstrak ditampung pada cawan porselin dan diuapkan hingga

kental diatas water bath, kemudian ditimbang beratnya yaitu 6,86 g. Sehingga

rendemen ekstrak Kayu Jamblang adalah 13,72%.


Selanjutnya dilakukan ekstraksi cair-cair pada ektrak kental Kayu

Jamblang menggunakan metode corong pisah. Pengerjaanya yaitu,

ditambahkan

20 ml aquadest pada ekstrak kental dan dihomogenkan, setelah itu

dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan ± 20 ml eter. Mengocok

corong pisah dengan membuka sumbat lalu didiamkan sampai terbentuk 2

lapisan. Lapisan eter ditampung pada vial dan lapisan air dimasukkan

kembali kedalam corong pisah dan ditambahkan ± 20 ml n-butanol. Lapisan

n-butanol ditampung pada vial dan diuapkan diatas hot plate.

Skrinning fitokimia dilakukan dengan cara diambil ektrak kental

kemudian dimasukkan kedalan tabung reaksi, ditambahkan etanol hingga

larut kemudian ditambahkan ± 10 ml aquadest. Pada skrinning fitokimia

sampel Kayu Jamblang mengandung Alkaloid, Flavonoid, Tannin, dan

Steroid.
BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Metede yang digunakan untuk mengekstraksi kayu jamblang (Syzygii Cumini

cortex) adalah metode refluks

2. Diketahui bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam kayu jamblang

(Syzygii Cumini cortex) dengan melakukan skrinning fitokimia adalah

alkaloid, flavonoid, tannin, dan steroid.

3. Pada pengujian isolasi komponen senyawa kimia menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis (KLT), kayu jamblang (Syzygii Cumini cortex).

Didapatkan hasil : Ekstrak metanol : Eluen 1 = (2 noda) Rf 1 (0,7) Rf 2

(0,5), eluen 2 = 0,72, eluen 3 = (2 noda) Rf 1 (0,50) Rf 2 (0,39), eluen 4 =

0,9. Ekstrak eter : Eluen 3 = (2 noda) Rf 1 (0,54) Rf 2 (0,48), eluen 4 = (2

noda) Rf 1 (0,65) Rf 2 (0,5). Ekstrak n-butanol : Eluen 1 = (2 noda) Rf 1

(0,81) Rf 2 (0,72), eluen 2 = 0,94.

B. Saran

Pada saat melakukan ekstraksi secara refluks diharapkan agar

memperhatikan dengan baik khususnya untuk proses ekstraksi yang dihentikan

jika cairan yang melewati pipa siffon sudah tidak berwarna lagi dan pada

pengujian KLT agar lebih teliti saat memasukkan lempeng kedalam Chamber

agar ekstrak yang ditotolkan tidak langsung mengenai larutan eluen.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Mirwan, 2010, Keberlakuan Model Hb-Gft Sistem N-Heksana – Mek – Air
Pada Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian, Universitas Lambung Mangkurat.

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB.

Akhyar, 2010, Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (Rhizophora Stylosa Griff.) Terhadap Vibrio Harveyi,
Makassar (Skripsi).

D kusuma Wahyuni, W Ekasari, JR Witono. Toga Indonesia. Surabaya;


Airlangga University Press. 2016.

Dewitasari, W. F., Rumiyanti, L., & Rakhmawati, I. 2017. Rendeman dan Skrining
Fitokimia pada Ekstrak Daun Sanseviera so. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 1997 - 2022.

Fachrudin, M., Turisno, B. E., & Widanarti, H. (2017). Tanggung Jawab Pelaku
Usaha Terhadap Produk Yang Belum Bersertifikasi Standar Nasional
Indonesia (SNI) Dalam Kaitannya Terhadap Hukum Perlindungan
Konsumen (Studi Kasus UD. Haris Elektronik). Diponegoro Law
Journal, 6(1), 1-19.

http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3036/05bab1_Diana
%20Permatasari_10060311154_skr_2016.pdf?sequence=5&isAllowed=y

Marina Silalahi. . (2017). Jamblang_Syzygium_Cumini_L_Dan_Bioaktivitasnya.Prodi


pendidikan Biologi,Jakarta.

Hostettmann K, Hostettmann M, Marston A, 1995. Cara Kromatografi Preparatif,


Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Penerbit ITB. Bandung.

Indra Wibawa Dwi. 2012 Ekstraksi cair-cair. Universitas Lampung.

Kusuma Wahyuni, D., Ekasari, W., Witono, J. R., & Purnobasuki, H. (2016). Toga
Indonesia. Airlangga University Press.
Marjoni R. Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:
Trans Info Media; 2016.

Maulidiyah, E. N., Darusman, F., & Darma, G. C. E. 2021. Skrining Fitokimia


Senyawa Metabolit Sekunder dari Simplisia dan Ekstrak Air Daun Bidar.

Arab ( Ziziphus spina-christi L.). Prosiding Farmasi (pp. 1084 - 1089). Bandung:
Universitas Islam Bandung.

Nainggolan, M., Ahmad, S., Pertiwi, D., & Nugraha, S. E. 2019. Penuntun dan
Laporan Praktikum Fitokimia. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Saraswati, R., Susilowati, M. D., Restuti, R. C., & Pamungkas, F. D. Departemen


Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia 2019.
32

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Ekstrak dan Eluen

a. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kulit Kayu Jamblang (Syzygii Cumini


Cortex)
6,86
Rendem Estrak = ×100% ¿ 13,72 %
50 g
b. Perhitungan Eluen

1) Eluen 1  Kloroform-Metanol-Air (15 : 5 : 1)

Dibuat dalam 100 ml :


15
Kloroform = ×100 ml = 71,42 ml
21

5
Metanol = ×100 ml =23,80 ml
21

1
Air = ×100 ml = 4,76 ml
21

2) Eluen 2  Etil asetat-Etanol-Air (10 : 2 : 1)

Dibuat dalam 100 ml :

10
Etil Asetat = ×100 ml = 76,92 ml
13

2
Etanol = ×100 ml = 15,38 ml
13

1
Air = ×100 ml = 7,69 ml
13

3) Eluen 3  Benzen – Etil Asetat (8: 2)


Dibuat dalam 100 ml

8
Benzen = ×100 ml = 80 ml
10

2
Etil Asetat = ×100 ml = 20 ml
10

4) Eluen 3  Benzen – Etil Asetat (8: 2)


Dibuat dalam 100 ml

8
Heksana = ×100 ml = 80 ml
10
33

2
Etil Asetat = ×100 ml = 20 ml
10
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Skrining Fitokimia

Gambar L2.1 Skrining Fitokimia Metanol Kulit Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)

Hasil uji Skrining Fitokimia Ekstrak Kulit Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)

No. Identifikasi Hasil Uji Gambar kesimpulan


Senyawa
1. Alkaloid Tidak terbentuk
endapan keruh (-)

2. Flavonoid Larutan berwarna


merah jingga (+)
3. Safonin Berbusa
(+)

4. Steroid Larutan berwarna


kemerahan (+)

5. Tannin Larutan berwarna


sedikit hitam (+)
Lampiran 3

Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak Kayu Jamblang


(Syzygii Cumini Cortex) Menggunakan Penyinaran UV 254 nm
No. Ekstrak Kayu Hasil Pengamatan Harga Rf
Jamblang (Syzygii
Cumini Cortex)
1. Ekstrak Metanol Eluen 1 = 2 noda Rf 1 = 0,7
Rf 2= 0,5
Eluen 2 = 1 noda 0,72
Eluen 3 = 2 noda Rf 1 = 0,50
Rf 2= 0,39
Eluen 4 = 2 noda Rf 1 = 0,47
Rf 2 = 0,25
2. Ekstrak Eter Eluen 3 = 2 noda Rf 1 = 0,65
Rf 2 = 0,56
Eluen 4 = 2 noda Rf 1 = 0,4
Rf 2 = 0,36
3. Ekstrak n-Butanol Eluen 1 = 2 noda Rf 1 = 0,81
Rf 2 = 0,72
Eluen 2 = 1 noda 0,94
Lampiran 4.
Dokumentasi Proses Ekstraksi Rfluks Kulit Kayu Jamblang (Syzygii Cumini Cortex)

Anda mungkin juga menyukai