Anda di halaman 1dari 2

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia

atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan dan mempelajari tentang isolasi atau
pemisahan serta ekstraksi zat aktif yang ada pada tanaman mengunakan metoda kimia. Pengujian
fitokimia meliputi uji alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid dan lain
sebagainya.

Pada kuliah lapangan kali ini masing-masing kami mendapatkan tumbuhan yang harus
dilakukan uji fitokimia nya yakni metabolit sekunder golongan alkaloid, fenolik, flavonoid,
saponin, terpenoid, dan steroid. Tumbuhan yang saya dapatkan adalah Mallotus peltatus atau
yang dikenal dengan tumbuhan pea-pea. Pea-pea merupakan tanaman yang termasuk ke dalam
suku Euphorbiaceae yang dapat ditemukan di hutan pada tepi sungai dan tepi jalan hutan.
Tanaman ini merupakan semak hingga pohon kecil, kebanyakan ditemukan liar. Batangnya
bergalur memutar miring serta memiliki mahkota bercabang bebas menyebar luas hingga
berbentuk piramida bulat. Dipakai oleh suku torgutil sebagai obat ambein.

Pada literatur disebutkan bahwa pada tumbuhan ini mengandung metabolit sekunder
flavonoid, saponin, terpenoid, dan steroid. Akan tetapi setelah dilakukan skrining fitokimia
didapatkan hasil yang berbeda dengan literature. Yang pertama yaitu dilakukan pengujian
alkaloid dengan metode Culvenor dan Fitzegerald didapatkan hasil yang positif yang ditandai
dengan terbentuknya kabut putih. Untuk pengujian alkaloid diambil beberapa helai daun pea-pea
kemudian dipotong kecil-kecil dan digerus sampai halus. Pelarut yang digunakan sebagai
pengekstrak adalah kloroform dan kloroform amoniak kemudian terbentuk dua lapisan yakni
lapisan asam berada di atas dan lapisan kloroform berada di bawah setelah penambahan 10 tetes
H2SO4 2N, hal ini dikarenakan berat jenis asam lebih rendah dibandingkan kloroform. Lalu
diambil bagian asam karena mengandung garam alkaloid yang akan terbentuk ketika
ditambhakan asam sulfat. Dan terakhir ditambahkan pereaksi mayer yang berisi KI dan merkuri
klorida.

Untuk pengujian flavonoid dilakukan dengan metode sianidin test juga didapatkan hasil
yang negatif. Yang mana jika positif mengandung flavonoid maka akan terbentuk larutan
berwarna pink sampai merah. Pertama-tama daun tanaman dipotong kecil-kecil dan dimasukan
kedalam tabung reaksi yang ditambahkan methanol kemudian dipanaskan 15 menit dan disaring
maserat dengan sampel. Ambil 1 ml lapisan air dan pindahkan ke tabung reaksi lain kemudian
ditambahkan dua tetes asam klorida pekat dan 2 butir logam Mg. Tujuan pemberian serbuk Mg
untuk mempercepat reaksi.

Selanjutnya dilakukan pengujian fenolik yang diambil dari fraksi air 1 s/d 3 tetes dan
dimasukkan ke dalam plat tetes kemudian ditambahkan FeCl3 dan terbentuk warna hijau-biru
gelap yang menandakan hasil positif. Untuk pengujian saponin didapatkan hasil negatif dimana
berdasarkan literature terdapat kandungan saponin pada tumbuhan ini. Selanjutnya dilakukan
pengujian terhadap steroid dan terpenoid, pertama-tama diambil lapisan kloroform dan
ditambahkan asam sulfat dan anhidrida asetat. Hasil positif pada steroid ditandai dengan
terbentuknya warna biru akan tetapi dari hasil fitokimia terlihat bahwa warna yang terbentuk
tidak biru yang menandakan bahwa didapatkan hasil negatif. Sementara untuk terpenoid hasil
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah akan tetapi dari hasil fitokimia terlihat tidak
warna merah yang menandakan bahwa didapatkan hasil negatif, tidak sesuai literatur yang
menyatakan tanaman ini positif terpenoid dan steroid.

Perbedaan hasil skrining fitokimia dengan literatur ini dapat terjadi kemungkinan karena
tumbuhan yang diuji sudah layu atau dalam keadaaan tidak segar sehingga senyawa metabolit
sekunder yang terkandung didalamnya sudah rusak. Selain itu bagian tumbuhan yang diuji hanya
bagian daunnya saja bisa jadi metabolit sekundernya berada pada bagian lain tumbuhan seperti
pada akar, batang, bunga, ataupun buahnya. Faktor lain yang dapat menyebabkan
ketidaksesuaian ini juga dapat disebabkan karena kesalahan dari pelarut yang digunakan seperti
kelebihan maupun kekurangan dalam penambahan pelarut. Selain itu faktor human error juga
dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai