1 Khamir (yeast)
Khamir merupakan jamur mikroskopis, eukariotik dan uniseluler. Ukuran sel khamir pada umumnya
lebih besar dibandingkan dengan sel bakteri. Khamir memiliki dua mekanisme reproduksi yaitu
reproduksi seksual dan aseksual. Semua khamir dapat berkembang biak secara aseksual, tetapi tidak
semua khamir dapat melakukan reproduksi seksual. Khamir yang hanya dapat bereproduksi secara
aseksual masuk dalam kelas Deuteromycetes atau jamur imperfecti (Volket al., 1971).
Khamir melakukan reproduksi aseksual dengan cara bertunas (budding), pembelahan langsung atau
dengan hifa. Sebagian besar khamir melakukan reproduksi seksual dengan membentuk asci, yang
mengandung askospora haploid dengan jumlah bervariasi antara satu hingga delapan askospora.
Askospora dapat menyatu dengan nukleus dan membelah seiring dengan pembelahan vegetatif, tetapi
beberapa khamir memiliki askospora yang menyatu dengan askospora lain (Schneiter, 2004).
Khamir dapat ditemukan pada berbagai tempat di lingkungan terutama substrat yang kaya gula. Khamir
telah berhasil diisolasi dari daun, bunga, buah-buahan, biji-bijian, serangga, kotoran hewan dan tanah
(Spencer and Spencer, 1997). Khamir dari kelompok Saccharomycetales terdapat pada kulit kayu pohon
tertentu dan juga pada buah-buahan serta lingkungan dengan kadar gula yang tinggi seperti nektar dan
nira (Sampaio et al., 2008). Khamir memiliki manfaat yang penting dalam perkembangan
bioteknologi. Isolasi dan identifikasi dari total perkiraan keanekaragaman khamir di dunia baru dilakukan
sekitar 1%. Diantara 89 genera khamir yang pernah terdaftar dalam monograf khamir, sebanyak 37
genera atau 42% ditemukan di Indonesia. Hal ini mengindikasikan eksplorasi khamir masih sangat jarang
dilakukan, sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya keanekaragaman
khamirnya (Kurtzman et al., 2006).
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu jenis khamir yang telah dikenal secara luas dan banyak
dimanfaatkan terutama dalam proses fermentasi. Organisme ini sudah sejak lama digunakan
memfermentasikan gula dari beras gandum, gerst dan jagung untuk memproduksi minuman beralkohol
dan juga digunakan oleh industri makanan sebagai pengembang adonan roti. Proses fermentasi yang
dilakukan khamir menghasilkan gas karbondioksida dan etanol.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir yang sangat penting dalam bioindustri. Toleransinya
terhadap etanol merupakan karakter yang menentukan sehingga mikroorganisme ini dapat digunakan
sebagai sumber biofermentasi. Toleransi yang tinggi terhadap etanol disebabkan komposisi lipid yang
unik dari membran plasmanya yang menyintesis lebih banyak ergosterol dibandingkan dengan kolesterol
dan fosfolipid. Kolesterol dan fosfolipid mengandung residu asam lemak tidak jenuh dalam proporsi yang
sangat tinggi (Ingram et al., 1984).
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1990). Mikrobiologi Dasar I. Erlangga. Jakarta.
Schneiter, R. 2004. Genetics, Molecular and Cell Biology. University of Fribourg: Fribourg.
Spencer, Lyle & Signe M. Spencer. 1993. Competence at Work, Models For Superior
Berdasarkan iklim, jenis vegetasi yang berada di Indonesia juga cukup melimpah,
mulai dari tumbuhan tingkat rendah hingga tumbuhan tingkat tinggi. Negara
baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik
Hutan tropik adalah bioma yang berupa hutan yang selalu basah atau lembab. Hutan
tropis bisa diartikan sebagai hutan yang terletak didaerah tropis yang memiliki curah
hujan tinggi. Hutan basah ini tumbuh didataran rendah hingga ketinggian sekitar
Kawasan hutan sekipan merupakan hutan alam yang terletak disekitar kaki
Gunung Lawu yang mempunyai tingkat keragaman jenis tumbuhan yang sedikit
namun memiliki kerapatan yang tinggi karena faktor iklim didaerah tersebut.
Kawasan hutan sekipan merupakan kawasan wisata yang terletak di perbatasan Jawa
Timur dan Jawa Tengah, lebih tepatnya terleatak di Desa Kaliroso Kecamatan
Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Hutan Sekipan ini terletak pada
ketinggian 1100 mdpl. Kawasan Hutan Sekipan banyak dilewati oleh aliran sungai
karena letaknya dibagian kaki gunung yang mempunyai ketinggian yang cukup
pencemaran udara.. (Jannah, 2007), menyatakan bahwa lichen (lumut kerak) adalah
spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah besar kimia dari air hujan dan
polusi udara. Adanya kemampuan ini menjadikan lichen sebagai bioindikator yang
baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu daerah yang tercemar atau
sebaliknya. Lichen merupakan simbiosis antara jamur (Mycobions) dan alga. Dari
hasil simbiosis tersebut menghasilkan keadaan fisisologi dan morfologi yang berbeda
Lichen tumbuh di batang pohon, tanah, batuan, dinding atau substrat lainnya
dan dalam berbagai macam kondisi lingkungan, mulai dari daerah gurun sampai
daerah kutub. Lichen tumbuh sangat lambat, bahkan hanya beberapa sentimeter
dalam setahun. Lichen dibedakan menjadi empat kelompok yaitu crustose foliose,
squamulose, fruticose (Thani & Meri, 2011). Dari perbedaan keempat lichen
tersebut memiliki ciri morfologi yang berbeda-beda. Lichen crustose, thallus
berbentuk mirip kulit yang keras. Lichen Foliose memiliki karakteristik daunnya
seperti lobus, dapat melebur dengan lichen lainnya, menutupi substrat yang mereka
memiliki thallus yang tipis mendatar pada kulit pohon, atau batu (Muzzayinah,
2002).
Lichen crustose adalah salah satu lichen yang berbentuk kerak mirip kulit
yang keras biasanya menempel pada pepohonan. Lichen crustose banyak ditemukan
memiliki sifat morfologi bentuk kerak dan cenderung melekat pada batang pohon
sehingga lichen crustose tidak memerlukan kebutuhan air yang banyak, dari hal
tersebut menunjukkan pada tipe thallus crustose dapat dengan mudah tumbuh. Dari
hasil eksplosi yang dilakukan (Jannah, 2007), jumlah lichen dengan tipe thallus
crustose lebih banyak ditemukan dari pada lichen tipe thallus foliose, karena lichen
tipe thallus crustose memiliki ukuran signifikan, yaitu datar, tipis biasanya tanpa
lobus yang berbeda seperti lapisan tipis atau kerak yang menempel ketat, lichen tipe
thallus crustose nampak dilukis pada kulit atau substrat yang keras.
sepanjang jalan Raya Solo Tawangmangu dan Kawasan Hutan Sekipan Karanganyar
Jawa Tengah, dengan 18 jenis lichen pada 2 stasiun, yaitu dengan tipe thallus
crustose, foliose, fruticose, dan squamulose. Menurut (Jannah, 2007), bahwa lichen
Berdasarkan hal diatas maka untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan
DeAFTA PUSTAKA
ISBN: 979-96730-0-3.
Amstrong, R., & Bradwell, T. (2005, February Friday). Growth Of Crustose Lichens:
57.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2003). Biologi Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Elix, J. D. (2005). A new Lepraria species from Gough Island, South Atlantic Ocean.
Handoko, A., Tohir, R. K., Sutrisno, Y., Brillianti, D. H., Tryfani, D., Oktorina, P., . .
Kehutanan.
UNS Press.
Nurjannah, S., Yousep, Mubaidullah, S., & Bashri, A. (2012). Keragaman dan
Thani, A., & Meri, A. (2011). Studi of Same Lichen of Qatar. Atlas Journal Of
Biology, 41-46.
Wardiah, & Nurhayati. (2013). Karakteristik Lichen di Taman Hutan Raya Pocut
Kapang atau moulds merupakan fungi multiseluler berbentuk koloni dari suatu
filamen atau benang. Koloni tersebut dibangun oleh suatu struktur dasar berupa tubulus
µm dan disebut hifa (gambar 8.5. a, b.). Lebar hifa dari suatu species biasanya relatif
konstan selama pertumbuhannya. Koloni dari hifa-hifa ini biasanya kan tumbuh bersama-
sama diatas permukaan suatu media dan membentuk suatu lempengan yang secara
kolektif disebut miselium, yang dapat dilihat secara mudah tanpa mikroskop (gambar
dengan cara perpanjangan ujung-ujung hifa dan percabangan dari hifa tersebut.