Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI

FARMASI PERCOBAAN II
ORGAN VEGETATIF TUMBUHAN

Disusun oleh :

Zhahra Fauzhia Yusup (10060322001)


Faisal Syahrul Abidin (10060322002)
Daffa Hanif Fadillah (10060322003)
Tiara Hasya Juhara (10060322004)
Roza Kholila Rosyada (10060322005)

Shift/Kelompok : A/1
Tanggal Praktikum : Selasa, 28 Februari 2023
Tanggal Laporan : Selasa, 14 Maret 2023
Nama Asisten :Aisyah Qisthi Z., S.Farm

LABORATORIUM FARMASI
TERPADU UNIT B PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG

2023 M / 1444 H
PERCOBAAN 2
ORGAN VEGETATIF TUMBUHAN

I. Tujuan Percobaan
1. Mengamati karakter khas organ vegetatif tumbuhan dalam konteks
morfologi dan anatomi.
2. Mengamati struktur-struktur yang terdapat pada akar, batang dan daun.
3. Mengenal berbagai variasi morfologi organ vegetatif pada beragam
tumbuhan yang berbeda.

I. Manfaat Percobaan
1. Dapat mengetahui apasaja organ dalam tumbuhan vegetatif
2. Dapat mengetahui morfologi pada tumbuhan vegetative.
3. Dapat struktur-struktur yang terdapat pada akar, batang dan daun.

II. Teori Dasar


Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari struktur organ baik
mengenal akar, daun, batang, bunga, buah maupun bijinya.Pada dasarnya
tumbuhan terdiri atas tiga organ pokok yaitu akar (Radix ), batang (Caulis),
dan daun (Folium) sedangkan bagian-bagian lain pada tumbuhan hanyalah
penjelmaaan salah satu diantara ketiga bagian pokokatau mungkin kombinasi
bagian-bagian pokok tersebut. Boleh jadi bagian tumbuhan yang kita beri
nama tersendiri tersebut adalah bakal bagian pokok tersebut (Tjirosoepomo,
2009).
Akar adalah salah satu organ fital yang dimiliki tumbuhan. Akar
berfungsi memperkuat tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara yang
terkandung di dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah
diserap dan dibawa ketempat-tempat pada tubuh tumbuhan (Rosanti,2013).
Fungsi akar ialah untuk menegakkan berdirinya tumbuhan, mengisap air
dan zat hara dari tanah lalu menyalurkannya ke batang. Dalam melaksanakan
tugasnya, akar harus menembus tanah dengan partikelpartikelnya yang keras,
maka titik vegetasi pada ujung akar dilindungi oleh calyptra (tudung akar)
(Siti Sutarmi, Said, dkk., Botani Umum 1, hal. 50).
Batang merupakan salah satu bagian dari tumbuan yang amatpenting,
Batang berfungsi sebagai penerus penyaluran air dan unsur haradari akar
kedaun atau bagian tubuh tumbuhan yang membutuhkan (Rukmana, 2008).
Batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas, sehingga tumbuhan
seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek umurnya, yaitu:
1) Tumbuhan annual (annulus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak mencapai
umur setahun, mislnya jagung (Zea mays L.), kedelai (Soya max Piper),
kacang tanah (Arachis hypogea L.), dan lain-lain.
2) Tumbuhan bienial; dua tahun (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk
hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru)
memerlukan waktu dua tahun, misalnya biet (Beta vulgaris L.) dan digitalis
(Digitalis purpurea L.).
3) Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai
umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat
mencapai umur sampai ratusan tahun. Terna yang berumur panjang biasanya
mempunyai bagian di bawah tanah yang selalu hidup, meskipun bagiannya
yang di atas tanah sudah mati, misalnya emponempon (Zingiberaceae) (Ibid.,
hal. 90)
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang penting. Daun
mempunyai fungsi antara lain sebagai resorbsi (pengambilan zat-zat makanan
terutama yang berupa zat gas karbon dioksida), mengolah makanan melalui
fotosintesis, serta sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi
(pernapasan dan pertukaran gas) (Dewi, 2013).
Bagian-bagian daun yang lengkap meliputi upih daun atau pelepah daun
(vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Daun yang
lengkap dapat dijumpai pada beberapa tumbuhan, seperti pisang (Musa
paradisiaca L.), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp.) dan
lain-lain. Tumbuhan seringkali mempunyai alat tambahan atau selain bagian-
bagian tersebut di atas, diantaranya daun penumpu (stipula), selaput bumbung
(ocrea atau ochrea), dan lidah-lidah (ligula). Sifat-sifat daun yang perlu
diperhatikan adalah bangunnya (circumscriptio), ujungnya (apex),
pangkalnya (basis), susunan tulangtulangnya (nervatio atau nevatio), tepinya
(margo), daging daunnya (intervenium), dan sifat-sifat lain seperti keadaan
permukaan atas maupun bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya),
warnanya, dan lain-lain (Tjitrosoepomo, 2016).
Organ (alat-alat tumbuhan) adalah bagian dari suatu tumbuhan yang
tersusun dari jaringan-jaringan tertentu, sehingga merupakan suatu kesatuan
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang khusus (sudah terdefirensiasi
spesialisasi). Pada tumbuhan tingkat rendah organnya disebut thallus dan
tumbuhannya disebut Thallophyta atau Thallus. Pada tumbuhan tingkat tinggi
organnya disebut chormat atau chormus dan tumbuhannya disebut
chormophyta. Organ pada tumbuhan tingkat tinggi dibagi kedalam dua bagian
yaitu organ vegetatif dan organ reproduktif. Organ vegetatif berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sedangkan organ vegetatif
berperan dalam perkembangan seksual(pembiakan generatif) (Tim penyusun
Modul Praktikkum Botani Farmasi, 2023).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah baki Sampel, pisau
cutter, mikroskop, kaca objek dan penutup, silet dan jarum jara, gabus untuk
menyayat organ tumbuhan.
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Organ vegetatif
tumbuhan (akar, batang, daun dan modifikasinya), reagen untuk pengamatan
anatomidan identifikasi,preparate awetan organ tumbuhan akar
dikotil/monokotil,batang dikotil/monokotil, daun
dikotil/monokotil/pinophyte, tumbuhan Pinus, sirih, tapak dara, jagung,
tembakau.

IV. Prosedur Percobaan

Disiapkan spesimen yang akan di amati, setelah itu sayat sedikit bagian
spesimen yang akan diamati lalu simpan di kaca objek lalu di tetesi oleh reagen,
kemudian amatain oleh mikroskop setelah itu dideksripsikan morfologinya dan
digambarkan di kertas gambar morfologi yang telah di amati tersebut dan
diberikan keterangan.

V. Data Pengamatan

NO GAMBAR SPESIMEN KETERANGAN


1.  Nama lokal : Pinus
 Nama latin tumbuhan : Pinus
merkusii
 KLASIFIKASI :
Kerajaan : Plantae
Sub kingdom : Tracheobianta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Gymnaspermae
Kelas : Coniferopsida
Bangsa : Coniferales
Suku : Pinaceae
Marga : Pinus
Jenis : Pinus merkusii Jungh
et de vries
Vern : Pinus, Tusam
(Sutiya, 2016)
 Manfaat :
Minyak dari Pinus meskusii
memiliki komponen utama
sebagai antijamur, anti
bakteri, dan potensi untuk
mengurut otot dan persendian
yang depresi (Sutiya, 2016).
 KARAKTERISTIK
• Daun
1. Ikat terdiri dari 2 helai
daun
2. Ujung daun lancip
3. Bentuk daun jarum
4. Tepi daun rata
5. Tekstur daun herbaseu
• Batang
1. Bulat
2. Permukaan bergelombang
atau berlekuk (kasar)
3. Habitusnya pohon
 Dapat dilihat pada mikroskop perbesar 10
x 10 =100
2.  Nama lokal : Tapak dara
 Nama latin tumbuhan :
Catharantus roseus
 KLASIFIKASI :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak kelas : Asteridae
Bangsa : Gentianales
Perdu
Suku : Apocynaceae
Marga : Catharanthus
Jenis : Catharantus roseus
(L.) G.Don
Vern : Tapak Dara (Dessisa,
2015)
 Manfaat :
Kandungan alkaloid nya
meredakan nyeri otot, obat
depresi,obat system pusat,
gusi berdarah, bisul, dan sakit
tenggorokan (Dessisa, 2015).
Sebagai antipiretik, bahan
racun, penenang, dan
antihipertensi (Wijayakusuma,
2015)Anti kanker, komponen
aktif dari vinkristin,
vinblastine (Friss dan Gillbert,
2014).
 KARAKTERISTIK
• Daun
1. Bentuk daun bulat telur
terbalik lonjong
2. Ujung daun akutus
3. Tepi daun rata
4. Tekstur daun herbaseus
• Batang
1. Penambang batang : bulat
2. Permukaan : Bergelombang
• Akar
1. Tipe akar utama, sistem akar
tunggang
2. Bentuk hidupnya : Perdu

 Dapat dilihat pada mikroskop perbesar 10


x 10 =100
3.  Nama lokal : Sirih
 Nama latin tumbuhan : Piper

stipula betle
 KLASIFIKASI :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Magnolidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
(Dessisa, 2015)
 Manfaat
Obat batuk, bronkitis
gangguan lambung, rematik
dan menghilangkan bau
badan. Rebusan daun Sirih
bermanfaat untuk obat
sariawan, pelancar dahak,
pencuci luka, obat gatal-
gatal, obat sakit perut, obat
jantung dan menghentikan
pendarahan (Friss dan
Gillbert, 2014).
 KARAKTERISTIK
Daun
1. Kordatus (seperti hati)
2. Ujung daun atuminatus (1
ujung daun lancip)
3. Tepi daun undu latus ( agak
bergelombang)
4. Tekstur daun papiraseu (seperti
kertas tipis agak cukup kaku)
Batang
1. Berbentuk bulat
2. Permukaan batang licin
3. Modifikasi batangnya sulur
4. Herba (tidak berkayu)

 Dapat dilihat pada mikroskop perbesar 10


x 10 =100
4.  Nama lokal : Tembakau
 Nama latin tumbuhan :
Nicotiana tabacum
 KLASIFIKASI :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Salonales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum
(Dessisa, 2015)
 Manfaat :
Anti kanker, obat antidiabetes
dan antibody, anti radang,
obat HIV/AIDS dan obat luka.
(Dini, 2015).
 KARAKTERISTIK
1. Letak daun distikha
2. Bentuk daun bulat telur
lonjong
3. Ujung daun atenuatus,
akuminatus
4. Tepi daun berbulu
5. Penampang pipih dan ½
bulat
6. Permukaan halus
7. Akar tunggang
 Dapat dilihat pada mikroskop perbesar 10
x 10 =100

Jaringan pembuluh

palisade

mesofil
5.  Nama lokal : Jagung
 Nama latin tumbuhan : Zea
mays
 KLASIFIKASI :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Genus : Zea
Spesies : Zea mays (Dessisa,
2015)
 Manfaat
Untuk penyakit batu empedu,
batu ginjal, hepatitis, kencing
manis dan tekanan darah
tinggi. Daunnya untuk radang
ginjal, nyeri jantung dan
aborted. Bisa juga untuk
Ligula
memperbanyak ASI, obat
demam nifas dan obat jantung
(Rahmayani, 2013).
 KARAKTERISTIK
1. Herba
2. Akar serabut
3. Batang bulat, permukaan
bergelombang
4. Letak daun berhadapan
5. Bentuk daun pita
6. Bentuk khususnya
enisformis
7. Ujung daun lancip akutus
8. Tepi daun rata
9. Tekstur daun papiraseul
10. Tulang daun sejajar

 Dapat dilihat pada mikroskop perbesar 10


x 10 =100

VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini telah dilakukan pengamatan pada beberapa


tumbuhan berbiji organ vegetative. Adapun spesimen yang akan diamati pada
praktikum kali ini yaitu pinus (Pinus merkusi), sirih hijau (Piper bettle), tapak
dara (Catharantus roseus), jagung (Zea mays), dan tembakau (Nicotiana
tabacum).

Pada 5 tanaman spesimen diatas dapat diamati morfologi dan anatomi khas
dari masing-masing tanaman. Untuk morfologi meliputi habitus, permukaan
batang, bentuk daun, tulang daun, ujung daun, dan lain-lain. Sedangkan untuk
anatomi harus disayat terlebih dahulu terhadap daun sehingga dapat terlihat
adanya lapisan epidermis, jaringan pembuluh, mesofil, stomata, bulu-bulu halus,
dan lain-lain.

Spesimen 1 : Pinus merkusii

A. Klasifikasi

Kerajaan:Plantae

Divisi: Pinophyta

Kelas: Coniferopsida

Bangsa: Coniferales

Suku: Pinaceae

Marga: Pinus

Jenis: Pinus merkusii Jungh. & de Vriese

Vern: pinus, tusam

B. Morfologi dan Anatomi

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, dihasilkan bahwa pinus berada


pada habitus pohon dan memiliki morfologi daun pinus yang berbentuk seperti
jarum yang tersusun atas dua helai masing-masing didaun dan untuk daunnya
termasuk daun tunggal, terdapat lamina, petioles, stobilus, batang bulat bersisik
kasar berkayu, dan akarnya tunggang. Untuk anatominya dapat dilihar dari
penampang daun pinus yang didalamnya terdapat jaringan pembuluh, mesofil,
endodermis, epidermis, dan yang paling khasnya ada saluran resin, yang mana
saluran resin ini dapat menghasilkan suatu metabolit sekunder bersifat alelopati
(Senjaya dan Surakusumah, 2008).

Berdasarkan hasil literatur morfologi pinus menghasilkan beberapa hal


yaitu mempunyai ciri khas dengan daunnya membentuk jarum. Pinus merkusii
juga terasuk ke dalam tipe habitus pohon, Dan juga memiliki stobilus jantan
(Sallolo, 2017).

Pada pohon Pinus merkusii terdapat saluran resin yang dapat


menghasilkan metabolit sekunder (monoterpene α-pinene dan β-pinene) yang
bersifat alelopatik. Senyawa tersebut bersifat toksik terhadap serangga maupun
tumbuhan (Siregar, 2007). Sehingga Pinus merkusii dapat mencegah maupun
menghambat tanaman lain tumbuh terlalu dekat dan menghentikan mereka
mengambil ruang dan ketersediaan nutrient (Alhamd, 2013).

C. Kandungan Kimia

Daun Pinus merkusii mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.


Getah Pinus merkusii digunakan sebagai bahan pembuatan minyak terpentin dan
rosin. senyawa kimia yang terdapat di dalam minyak terpentin terdiri dari 8
komponen yaitu : α-Pinena, d-Kamfena, β-pinene, mirsena, α- 7 pellanrena, δ-
Karena, p-cimena, dan d-Limonena sedangkan kandungan dari rosin dan acidid
fraction yaitu: methyl sandaraco primaric, methyl isopimaric, methyl palustric,
methyl palustric, methyl dehydroabietic, methyl neoabietic, dan methyl merkusic
acid. Pada rosin, senyawa tertinggi yaitu senyawa methyl dehydroabietic sebesar
27-28% dan pada acidid fraction adalah methyl palustric acid sebesar 32- 38%
(Bambang, 2006).

Pinus merkusii mempunyai saluran resin yang di mana dpat penghasilkan


metabolit sekunder yang bersifat alelopati. Alelokimia pada resin tersebut
termasuk kedalam kelompok senyawa terpenoid, yaitu mono terpen alfa-pinene
dan beta-pinene. Senyawa ini yaitu bahan utama pada tumbuhan terpentin (Taiz
dan Zeiger:1991). Getah pinus termasuk dalam jenis oleoresin (perpaduan resin
dan minyak pohon) yang mengandung senyawa terpenoid, hidrokarbon dan
senyawa netral bila didestilasikan dapat menghasilkan 15-25% terpentin
(C10H16) dan 70-80% gondoeukem dan 5-10% kotoran (Riwayati, 2005).

D. Kegunaan/ Pemanfaatan/ Khasiat/ Efek farmakologi

Alfapinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut


untuk mengencerkan cat minyak, bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan
untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.
Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu
terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman.
Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan
sebagai bahan campuran minyak pijat. Aromanya yang harum dijadikan minyak
pijat aromaterapi karena saat dioleskan kekulit akan terasa relaksasinya bila
digunakan dengan dosis sesuai aturan (Harahap, 2012). Selain itu, manfaat dari
pohon pinus adalah sebagai obat sariawan, sebagai terpentin untuk pengencer atau
pelarut, minyak esensial untuk meredakan stress, meredakan sinus, meredakan
pilek, serta dapat menyembuhkan bronchitis (Sallata, 2013).

Bagian pada batang Pinus merkusii dapat disadap untuk diambil getahnya.
Pada getahnya tersebut menghasilkan gondoeukwn di mana sebagai komponen
utama dan terpentin sebagai hasil samping. Getah pada Pinus merkusii dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, resin, dan penencer cat. Terpentin
yang dihasilkan berupa minyak astiri yang dapat digunakan untuk dibidang
farmasi karena memiliki komponen utama alfa-pinene yang memiliki sifat sebagai
antijamur, antiseptik, antibakteri, serta dapat berpotensi sebagai minyak untuk
mengurut otot dan persendian. Di dalam daun Pinus merkusii memiliki efek
antibakteri, terutama pada Staphylococcus aereus dan Escherichia coli (Sutiya,
2006).

Spesimen 2 : Piper betle

A. Klasifikasi

Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliphyta

Kelas: Magnoliopsida

Bangsa: Piperales

Suku: Piperaceae

Marga: Piper

Jenis: Piper betle L.

Vern.: sirih

B. Morfologi dan Anatomi

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, dihasilkan bahwa sirih terdapat


pada habitus liana dengan mempunyai morfologi akarnya serabut, batangnya bulat
penuh tap ilicin,daunnya majemuk dengan bentuk seperti jantung (cadartus),
ujung daun lacip, dan pertulangan daun melengkung, dan terdapatnya stipula yang
berada pada pucuk.

Menurut literatur sirih secara morofologi tumbuhan famili piperaceae


merupakan kelompok tumbuhan dikotil. Secara umum famili piperaceae memiliki
ciri dengan sistem perakaran tunggang, dengan batang batang vobubilis disertai
dengan benjolan yang tampak pada batang disertai dengan adanya sulur tetapi ada
juga tumbuhan berbatang yang tumbuh tegak dengan percabangan batang
monopodial. Meskipun kelima spesies tumbuhan tersebut termasuk dalam famili
piperaceae yang sama, secara morfologis maupun anatomis, tipe sel stomata
berbeda pada tiap spesies. (Sarjani dkk, 2017).

C. Kandungan Kimia

Tanaman daun sirih mengandung senyawa polifenol. Terdapat 4,2%


minyak atsiri serta komponen utamanya yaitu bethel phenol dan derivat
diantaranya yaitu alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin, terpen,
fenilpropan, terpinen, diastase 0.8- 1.8%, tanin, eugenol allypyrocathechine 26.8-
42.5%, cineal 2.4-4.8%, methyl eugenol 4.2-15.8%, hidroksi kavikol, kavikol 7.2-
16.7%, kavibetol 2.7-6.2%, estragol, ilypyrokatekol 0-9.6%, karvakrol 2.2- 5.6%
(Inayatullah, 2012). Selain itu juga mengandung senyawa fitokimia lainnya
seperti eugenol, pcymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena dan
fenilpropada (Priyanto, 2018). Pada daun sirih memiliki bau khas yang
dikarenakan kandungannya yang terdiri dari minyak atsiri 1 – 4,2%, air, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C yodium, fosfor, gula dan pati (Nababan,
2005).

D. Kegunaan/ Pemanfaatan/ Khasiat/ Efek farmakologi

Sirih dapat digunakan untuk pengobatan saat mimisan dan asam urat
mempunyai nilai ICF dan nilai UV tinggi, untuk menghentikan pendarahan
sementara dapat menggunakan daun sirih. Aroma daun sirih yang disumbatkan
pada lubang hidung dapat menghentikan pendarahan untuk sementara waktu
sehinga dapat digunakan sebagai pengobatan untuk mimisan pengobatan mimisan
ini dilakukan dengan menggulung daun sirih dan disumbatkan dalam lubang
hidung untuk menghentikan pendarahan dan pengobatan sementara untuk
mimisan (Ningtias, 2016).

Manfaat dari daun sirih lainnya adalah digunakan secara turun temurun
untuk pengobatan tradisional seperti pengobatan batuk, sakit gigi, penyegar, dan
sebagainya. Bagian-bagian dari tanaman sirih seperti akar, biji dan daun
berpotensi untuk pengobatan tetapi yang paling sering dimanfaatkan untuk
pengobatan adalah bagian daunnya. Pemanfaatan tradisional ini disebabkan
adanya sejumlah zat kimia atau bahan alami yang punya aktivitas sebagai
senyawa antimikroba. Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan
kandungannya dipengaruhi oleh umur dan jenis daun.

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung


4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen
(sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007).

Spesimen 3 : Catharantus roseus

A. Klasifikasi
Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Bangsa: Gentianales

Suku: Apocynaceae

Marga: Catharanthus

Jenis: Catharanthus roseus (L.) G. Don

Vern.: tapak dara, kembang tembaga

B. Morfologi dan Anatomi

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, dihasilkan bahwa tapak dara


biasanya digunakan sebagai tanaman hias, untuk morfologinya tapak dara berada
pada habitus perdu, mempunyai bunga yang berwarna putih dan merah, untuk
daun posisinya saling berhadapan, tepi daunnya rata,pada tulang daunnya
menyirip, dan daunnya termasuk daun majemuk, untuk batang bulat tap ilicin, dan
akarnya serabut.

Tapak dara merupakan jenis tanaman perdu yang biasa digunakan sebagai
tanaman hias karena memiliki bunga yang indah. Tanaman ini dapat tumbuh pada
dataran rendah sampai 800 mdpl. Secara morfologis, tapak dara dapat tumbuh
hingga mencapai ketinggian 120 cm. Batang tapak dara berbentuk bulat dengan
pangkal batang berwarna merah, berkayu dan berbulu halus pada permukaannya.
Daun tapak dara termasuk daun tunggal yang berbentuk elips, bertepi rata dengan
ujung dan pangkal daun meruncing dan mengkilap pada permukaan daun. Tulang
daunnya menyirip dengan tangkai pendek. Tapak dara mempunyai bunga
majemuk menyerupai terompet yang terletak pada ujung tangkai. Mahkota
bunganya berwarna merah muda, putih, atau bercak-bercak merah dan putih
(Dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6, 2008).

C. Kandungan Kimia
Tapak dara memiliki kandungan lebih dari 70 jenis alkaloid, diantaranya
yaitu vinkristin dan vinblastine, termasuk 28 biindole alkaloid. Alkaloid memiliki
rasa pahit dan dingin. Komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti
vincaleukoblastine (vinblastin = VLB), leurosidin dan katarantin, Alkaloid
memiliki khasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) diantaranya
leurosin, katarantin, lochneri, tetrahidroalstonin, vindoline, dan vindolinin.
Sedangkan, akar tapak dara mengandung alkaloid, saponin, flafonoid dan tanin
(Fahn, 1990).

D. Kegunaan/ Pemanfaatan/ Khasiat/ Efek farmakologi

Efek farmakologi obat tradisional merupakan alternatif untuk memperoleh


pengobatan yang sangat luas. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional
Indonesia telah dipraktekkan secara turun temurun, dengan menggunakan
pengetahuan dan teknik pada zaman itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan penggunaan obat tradisional, termasuk ramuan Cina untuk
menjaga kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama
penyakit kronis, dan penggunaan kanker. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
juga mendukung upaya peningkatan keamanan dan khasiat obat tradisional.

Ekstrak daun tanaman ini mampu menyebabkan pengurangan kadar


kolesterol (hipolidemik). Secara spesifik, penelitian menemukan bahwa ekstrak
daun ini bisa membuat kadar kolesterol berkurang total sekaligus kadar
trigliserida dalam darah dengan jumlah yang cukup signifikan, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kolestrol tinggi.

Untuk mengobati tumor, kandungan vinblastin-nya, sejenis alkaloid yang


antineoplastik (mampu menumpas sel-sel tumor). Vinblastin disarikan dari daun,
lalu diolah menjadi obat paten yang diedarkan sebagai Velban, Exal dan Velbe.
Namun, kini obat-obat itu sudah tidak dibuat lagi karena selain kurang manjur
juga berefek samping menimbulkan rasa nyeri.

Secara tradisional teh periwinkle, dibuat dari rebusan daun tapak dara
digunakan untuk mengobati diabetes. Penelitian telah menemukan bahwa beragam
jenis alkaloid dalam tanaman ini, seperti lochnerine, tetrahydroalstonine, dan
vindolidine memiliki kemampuan menurunkan kadar gula darah untuk diabetes
secara (Siti, 1983).

Spesimen 4 : Zea mays

A. Klasifikasi

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Bangsa: Poales

Suku: Poacaeae

Marga: Zea

Jenis: Zea mays L.

Vern.: jagung (Pratita, 2006)

B. Morfologi dan Anatomi

Morfologi dan anatomi jagung yaitu habitus herba, tepi daun rata, tulang
daun sejajar, terdapat lidah daun (ligula), pelepah (vagina), helaian daun (lamina),
bentuk daun memanjang dan seperti pita, daun yang bertekstur halus karena
berbulu, batang bulat dan tidak berkayu, nodus, internodus, dan akar serabut,
memiliki parenkim korteks, dan jaringan pembuluh.

Berdasarkan hasil literatur bahwa susunan tubuh (morfologi) tanaman


jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Sistem perakaran tanaman
jagung terdiri atas tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara.
Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar
tunjang. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta
garam-garam yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organic dan senyawa
yang tidak diperlukan, serta sebagai alat pernapasan.
Batang jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi
antara 10- 40 ruas. Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Struktur
daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula), dan
helaian daun (lamina). Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana
sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang beruas-ruas yang
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Azidin, 1986).

Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan


helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun terdapat
lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-rumputan). Setiap stomata
dikelilingi oleh sel-sel epidermis yang berbentuk kipas. Jika tanaman mengalami
kekeringan, sel-sel kipas akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat
daun melipat ke bawah sehingga mengurangi transpirasi (Pratita, 2006).

Ketika daun disayat melintang sangat tipis, akan terlihat beberapa bagian
anatomi dalam mikroskop cahaya seperti, terdapat jaringan epidermis di
permukaan, lalu terdapat stomata pada epidermis bawah, mesofil, dan terdapat
endodermis yang mengelilingi jaringan pembuluh yaitu xylem yang berukuran
besar dan floem yang berukuran kecil di bagian tengah.

C. Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada jagung sangat beragam tergantung dengan varietas


jagung, keadaan tanah, dan iklim. Umumnya komposisi kimia pada jagung adalah
protein, lemak, karbohidrat dan abu. Salah satu sifat organoleptik khas tortilla
chips adalah warna kuning keemasan karena pada umumnya jagung yang
digunakan adalah jagung kuning. Kandungan gizi pada jagung kuning tidak hanya
berupa karbohidrat, protein dan serat tetapi juga vitamin A (karotenoid) dan 7
vitamin E (Widyastuti, 2002).

D. Kegunaan/ Pemanfaatan/ Khasiat/ Efek farmakologi


Manfaat jagung adalah mencegah anemia, kanker, vitamin A untuk
merawat penglihatan, serta kaya serat yang baik untuk pencernaan. Zat gizi mikro
pada jagung, dapat berperan sebagai antioksidan alami dalam meningkatkan
imunitas dengan menghambat kerusakan degeneratif. Jagung yang kaya akan
antioksidan, dapat membantu dalam menjaga kulit agar awet muda. Selain
dikonsumsi sebagai makanan, jagung juga mengandung minyak yang kaya asam
linoleat. Tepung jagung juga berguna untuk meredakan iritasi pada kulit.
Memperbaiki pencernaan, jagung memiliki banyak serat yang merupakan
keuntungan besar untuk pencernaan. Hal ini dapat mencegah sembelit, wasir, dan
bahkan menurunkan risiko kanker usus besar. Jagung manis juga bermanfaat bagi
kesehatan karena kaya akan vitamin B dan asam folat yang dapat mencegah
anemia (Arif, 2009).

Spesimen 5 : Nicotiana tabacum

A. Klasifikasi

Kerajaan:Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Bangsa: Solanales

Suku: Solanaceae

Marga: Nicotiana

Jenis: Nicotiana tabacum Lo

Vern.: tembakau (Sutarmi, 1983).

B. Morfologi dan Anatomi

Tembakau merupakan tanaman yang biasa menjadi bahan dasar rokok,


tentu karena terdapat kandungan nikotin di dalamnya. Beberapa karakteristik yang
dapat ditemukan pada tanaman ini adalah habitus perdu, helaian daun (lamina),
berdaun tunggal dengan bentuk daun bulat lonjong, tulang daun menyirip
(penninervis), tangkai daun (petiolus), akar serabut. Memiliki rambut kelenjar dan
nikotin ujung daunnya yang lancip (aktus), terdapat daun penumpu (stipula),
memiliki batang bulat serta lunak.

Berdasarkan literatur, secara morfologi tanaman tembakau merupakan


tanaman semi tahunan berumur pendek. Ukuran daun sesuai dengan ukuran
batang tanaman, semakin besar batang semakin besar daun. Menurut literatur
tarnaman tembakau mempunyai akar tunggang dengan panjang antara 50-70 cm
akar serabut akan tumbuh setelah dipindah tanah yang berkembang di sekitar leher
akar. Di samping itu pada kondisi kering akan mendorong akar untuk berkembang
lebih baik sehingga meningkatkan penyerapan nitrogen melalui aktivitas akar
yang lebih besar, yang mengakibatkan kandungan nikotin tanaman meningkat.
Tanaman tembakau juga memiliki bulu akar. Perakaran tanaman tembakau dapat
tumbuh dan berkembang baik dalam tanah yang gembur, mudah menyerap air dan
subur (Abdullah, 1982).

Batang tanaman tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, makin ke ujung
makin kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, dan batang
tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain
ditumbuhi daun juga tumbuh tunas ketiak daun, dengan diameter batang 5 cm.
Fungsi dari batang adalah tempat tumbuh daun dan organ lainnya, tempat jalan
pengangkutan zat hara dari akar ke daun, dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil
asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Abdullah, 1982).

Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang


daun yang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang, licin, daun tunggal,
bertangkai pendek. Daun bertangkai melekat pada batang, kedudukan daun
mendatar atau tegak. Ukuran dan ketebalan daun tergantung varietasnya dan
lingkungan tumbuhnya. Daun tembakau tersusun atas lapisan palisade
parenchyma pada bagian atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah
Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28–32 helai, tumbuh berselang–seling
mengelilingi batang tanaman (Abdullah, 1982).
Ketika daun ini disayat melintang sangat tipis, akan terlihat beberapa
bagian anatomi tertentu dalam mikroskop cahaya seperti, terdapat jaringan
epidermis di permukaannya, lalu terdapat rambut kelenjar dan nikotin di
ujungnya.

C. Kandungan Kimia

Tembakau mengandung nikotin dan juga zat-zat karsinogen serta zat-zat


beracun lainnya. Setelah diolah menjadi suatu produk seperti rokok atau produk
lain, zat-zat kimia yang ditambahkan berpotensi untuk menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh serta kanker. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan
CO. Mengandung senyawa karbohidrat seperti, pati, pektin, dan selulose yang
merupakan senyawa bertenaga tinggi merugikan aroma dan rasa isap, sehingga
selama prosesing harus dirombak menjadi gula. Gula mempunyai peran dalam
meringankan rasa berat dalam pengisapan rokok, tetapi bila terlalu tinggi
menyebabkan panas dan iritasi kerongkongan, dan menyebabkan tembakau
mudah menyerap lengas (air) sehingga lembap. Dalam asap keseimbangan gula
dan nikotin akan menentukan kenikmatan dalam merokok (Cahyono, 1998).

D. Kegunaan/ Pemanfaatan/ Khasiat/ Efek farmakologi

Manfaat Nicotiana tabacum adalah sebagai anti bakteri, obat flu, asma,
TBC, membersihkan gigi, serta dapat menghilangkan rasa sakit. (Wax et al:
2008). Tembakau dapat dengan mudah diproses untuk menghasilkan protein yang
dapat dimanfaatkan pada farmakologi sebagai makanan ternak, pestisida,
pembuatan kosmetik bahkan sebagai makanan manusia, dapat juga digunakan
untuk anti kanker, melepaskan gigitan lintah, obat diabetes, antibodi, anti radang,
obat HIV/AIDS, pemelihara kesehatan ternak, penghilang embu, obat luka, dan
sebagai Biofuel (Sutarmi, 1983).
VII. Kesimpulan

Berdasarkan pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :


1. Pada Pinus merkusii, Piper betle, Catharanthus roseus, Zea mays, dan
Nicotiana tabacum memiliki karakter khas berdasarkan morfologi dan
anatomi masing-masing.
2.Struktur-struktur morfologi dan anatomi pada tumbuhan berbiji organ
vegetatif,yaitu pada pinus merkusii, piper betle, Catharanthus roseus,
Zea mays, dan Nicotiana tabacum memiliki bentuk yang hamper
berbeda.
3.Morfologi pada setiap spesimen ada yang berbeda-beda dari akar,
batang, dan daun; ada yang berakar tunggang, ada yang berakar serabut.
ada yang batangnya kasar/bersisik (berkayu), ada yang batangnya
lunak.

Daftar Pustaka
Dessisa, D. (2015). Preliminary Economic Evaluation Of Medicinal
Plants In Ethiopia. Prosiding Seminar. Halaman 176-188.
Dini .(2015) manfaat tumbuhan, universitas Indonesia, Jakarta
Friis, I., Gilbert, M.G.,dan Chenopodiaceae (2014). Flora of ethiopia and
eritrea; Magnoliaceae to flacourtiaceae. Ababa University dan
Uppsala University, Sweden.
Liana Rahmayani (2013). Manfaat jagung bagi kesehatan_ Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh
Rosanti. D. (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga
Rukmana, Rahmat. (2008). Bayam, Bertanam dan Pengolahan
Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Sutiya. (2015). Biologi Vertebrata. Yogyakarta : JICA
Tim penyusun modul praktikum botani farmasi. (2023). Modul praktikum
botani farmasi. Bandung: universitas islam bandung
Tjitrosoepomo, Gembong. (2009). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Wijayakusuma.(2015). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai