Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU (PTERYDOPHYTA)

KELOMPOK 4

Dea Sarimuti Br. Sembiring (4223341038)

Nurhanifah Br. Sihombing (4222441002)

Ayu Wulandari (4222141002)

Chynthya Elizabet Pasaribu (4222442004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
MENGIDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

Dea Sarimuti Br. Sembiring, Ayu Wulandari, Nurhanifah Sihombing, Chynthya


Elizabet Pasaribu

Kelompok 4, Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan

Email : deasembiring790@gmail.com

ABSTRAK

Tumbuhan Paku merupakan kelompok tumbuhan yang termasuk dalam divisi Pteriodophyta
dan merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh menempel pada pohon, kayu mati, kayu
lapuk, sersah, tanah, dan batuan. Tumbuhan paku yang masih dapat ditemukan di dunia
diperkirakan mencapai 10.000 jenis sedangkan yang ditemukan diIndonesia diperkirakan 3.000
jenis.Tumbuhan paku dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan sayuran. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengamati morfologi pada Equesetinae (paku ekor kuda), Lycopodium (paku kawat),
Hydropterides (paku air) serta paku yang ada dilingkungan sekitar tempat tinggal. Lokasi
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan waktu penelitian
dilakukan pada 11 Mei 2023. Struktur morfologi lumut diamati dengan menggunakan kaca
pembesar/lup.

Kata Kunci: Paku, Sporangaium, Morfologi.

ABSTRACT

Ferns are a group of plants that are included in the Pteriodophyta division and are a group of
plants that grow attached to trees, dead wood, weathered wood, litter, soil and rocks. It is
estimated that there are 10,000 species of ferns that can still be found in the world, while those
found in Indonesia are estimated at 3,000 species. Ferns are used as ornamental plants and
vegetables. The purpose of this study was to observe the morphology of Equesetinae (horsetail
ferns), Lycopodium (wire ferns), Hydropterides (water ferns) and ferns in the neighborhood.
Location The research was conducted at the Biology Laboratory, Medan State University when
the research was conducted on May 11, 2023. The morphological structure of the moss was
observed using a magnifying glass/lup. From the results of the study, it was found that the body
parts of the fern plant are stems, leaves, roots, and the sporangium as the reproductive organs
of ferns.

Keywords: Nail, Sporangaium, Morphology.


PENDAHULUAN

Indonesia memiliki luas wilayah sekitar 750 juta hektar, terdapat sekitar 20.000 jenis hewan
dan sekitar 28.000 jenis tumbuhan yang hidup di hutan (Hotmatama, 2016). Indonesia juga
merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang tinggi. Salah
satu kelompok tumbuhan yang kaya akan jenisnya adalah tumbuhan paku (Sulfina, 2018).
Tumbuhan paku merupakan suatu devisi yang jenisnya telah mempunyai kormus, artinya
tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun
(Pusmanti, 2017).

Tumbuhan paku dapat ditemukan dengan jenis yang beraneka ragam di beberapa lingkungan
yang sesuai dengan habitat tumbuhan paku (Imaniar & Murdiyah, 2017). Tumbuhan paku
dapat hidup di tempat-tempat lembab (hidrofid). Di hutan-hutan tropis dan subtropis, di tepi
pantai (paku laut) sampai ke lereng gunung bahkan ada yang hidup di sekitar kawah-kawah
(paku kawah) (Syafrudin, 2016). Kecuali daerah bersalju dan kering (Wanira et al, 2018).
Berdasarkan cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang hidup diatas tanah (teresterial), ada yang
hidupnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit) dan ada paku air (higrofit) (Waemayi, 2018).

Tumbuhan paku (Pteridhophyta) sebagai bagian dari keanekaragaman hayati merupakan


komunitas tumbuhan yang memiliki fungsi ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem
hutan, seperti sebagai vegetasi penutup tanah, pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah,
dan produsen dalam rantai makanan, disamping itu berperan sebagai sumber plasma nutfah
juga berpetonsi sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Keberadaan paku-pakuan ini masih
kurang mendapatkan perhatian dibanding kelompok tumbuhan lainnya dan sering kali
terabaikan (Pradipta, et al 2020). Pteridhophyta, dapat dikelompokan menjadi empat kelas
antara lain Psilophytinae (paku purba), Lycopodinae (paku rambat atau paku kawat),
Equisetinae (paku ekor kuda) dan kelas Filiniceae (paku sejati) (Sugiarti, 2017).

Tumbuhan paku yang masih dapat ditemukan di dunia diperkirakan mencapai 10.000 jenis
sedangkan yang ditemukan diIndonesia diperkirakan 3.000 jenis (Suraida, 2013). Tumbuhan
paku dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan sayuran. Kehadiran tumbuhan paku juga
bermanfaat dalam ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, mencegah erosi, serta
membantu proses pelapukan serasah hutan (Arini dan Kinho, 2012).

Tumbuhan paku ada yang bersifat terestrial, epifit dan aquatik. Menurut Dayat (2000),
umumnya tumbuhan paku tumbuh pada tempat yang bernaung dan lembab, namun menurut
Sastrapradja dkk.,(1979). pendidikan. Secara ekologi, tumbuhan paku mempunyai peranan
sebagai penyangga tanah bagi daerah aliran sungai, menjaga kelembaban tanah, membentuk
humus, dan melindungi tanah dari erosi (Arini dan Julianus, 2012). Peranan ekonomi yaitu
sebagai tanaman hias, sebagai obat-obatan dan juga untuk kebutuhan sehari-hari sebagai sayur-
sayuran. Ini sangat berpengaruh pada habitat atau tempat hidup bagi tumbuhan paku sebagai
tempat berkembang biak dan kelesterian tumbuhan paku. (Ridianingsih, dkk. 2017). Kenyataan
yang terjadi dapat dilihat dari hasil observasi salah satu sungai yang menjadi habitat tumbuhan
paku pada daerah alirannya adalah sungai pepuwatu.

Namun daerah aliran sungai ini di alih fungsikan menjadi lahan pertanian bagi masyarakat yang
menjadikan populasi tumbuhan paku terancam kelestariannya karena tempat hidupnya banyak
di bersihkan dan pepohonan pada daerah aliran sungai banyak di tebang. Hal ini menyebabkan
rusaknya tempat/habitat bagi tumbuhan paku serta terdapat tumbuhan paku yang hancur
bahkan mati karena di injak-injak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan deskriptif. Metode untuk melakukan
percobaan sehingga mengetahui bagian-bagian dan jenis-jenis pada tumbuhan paku
(pteridophyta) yang terdapat dari beberapa sumber. Metode penelitian deskriptif dilakukan
dengan mengamati jenis-jenis tumbuhan paku (pteridophyte) yang terdapat dari berbagai
sumber.

A. Preparat Sampel
• ALAT

NAMA ALAT GAMBAR


Kaca pembesar (loup)

Alat tulis
Kertas hvs

• BAHAN

NAMA BAHAN GAMBAR


Nephrolopis biserrata

Marsilea crenata

Pteris vittata

Equiselum hynelae
Davallia canariensis

Pyrrosia piloselloides (L)

Christella dentata

B. Prosedur Kerja
1. Amatilah morfologi bahan yang telah di sediakan
2. Perhatikan bagian-bagian :
• Akar
• Daun
• Batang
• Sporangium
• Strobilus
3. Gambar hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
HASIL PENGAMATAN

Gambar Keterangan

Equiselum hynelae 1. Akar


2. Rhizoma (batang di dalam
tanah)
3. Batang steril

Pteris vittata. 1. Daun

Nephrolopis biserrata 1. Daun


2. Akar

1
2

Marsilea crenata 1. Akar


2. Rhizoma (batang)
3. Daun

2
Pyrrosia piloselloides (L) 1. Akar
2. Batang
3. Daun

Christella dentata 1. Akar


2. Rhizoma (batang)
1 3. Daun
3

2
Davallia Canariensi 1. Akar
2. Daun
2 3. Batang

PEMBAHASAN

Nephrolepis adalah Genus sekelompok Tumbuhan paku dengan anggota sekitar


40 Jenis yang mudah dikenali karena Entalnya memanjang. Beberapa anggotanya
adalah Tanaman hias populer.; beberapa lainnya dapat menjadi Gulma yang mengganggu
produksi dan Sanitasi Perkebunan .

Terna Epifit atau setengah epifit, mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi Sungai , Tebing , atau
pada batang Palem serta pohon lain.Rimpang tipis, menyerupai akar. Dari rimpangnya tumbuh
ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang, dengan anak-anak daun tersusun
menyirip tunggal, mirip Pedang atau mata Tombak .dengan mulai digunakannya alat-alat
biologi molekuler dalam Taksonomi saat ini, Nephrolepis dimasukkan dalam
suku ,lomariopsidaceae walaupun banyak yang menganggap Nephrolepis lebih baik
dikelompokkan sebagai genus tunggal dari

Nephrolepis biserrata memiliki deskripsi terestrial. Semak. Akar serabut, berwarna coklat tua,
panjang akar ±28 cm. Rimpang tegak, arah tumbuh ke atas, berwarna coklat muda. Batang
berbentuk bulat, tegak, kuat,berwarna cokelat tua, ditutupi rambut-rambut halus, tersebar
sepanjang batang. Daun monomorfik, tipe daun majemuk, bentuk daun lanset, daun tersusun
menyirip tunggal sejajar, permukaan daun kasar, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul,
tepi daun rata, warna daun hijau tua, panjang daun ± 53 cm, lebar daun ± 8 cm, pertulangan
daun menyirip. Pinna tersusun rapat, bentuk pinna lanset. Sorus terletak pada permukaan
bawah sepanjang tepi pinna daun, berwarna coklat muda, bentuknya bulat, tersusun merata,
dan mempunyai indusium.

Davallia canariensis Pakis kaki kelinci dalah spesies pakis dalam famili
Davalliaceae. Ini Endemik di Makaronesia dan Semenanjung inersia Tumbuh baik di suasana
cerah dan di antara bebatuan. bersisik tebal dan daun lebar yang terbagi halus , tingginya
mencapai 50 cm (20 inci). Davalliaceae merupakan salah satu Suku anggota tumbuhan
paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales).
Anggota-anggotanya merupakan paku epifit, dengan ciri yang khas berupa rimpang (rhizome)
yang berambut coklat kemerahan merambat di pepohonan dan sori yang berupa kantung di tepi
daun. Daun Davallia biasa dijadikan unsur pendukung dalam karangan bunga.

Semanggi merupakan tanaman dengan nama ilmiah Marsilea crenata yang termasuk ke
dalam kelompok tumbuhan paku-pakuan. Ia biasa dijumpai tumbuh dengan liar di kawasan
yang lembab. Tanaman ini memiliki ukuran yang kecil serta bentuk yang khas berupa daun
yang umumnya berjumlah tiga helai dengan batang yang berukuran kecil pula.

Untuk spesies Marsilea crenata, ia biasa memiliki empat helai daun dengan panjang sekitar 2,5
cm serta lebar 2,3 cm. Daun tanaman ini memiliki bentuk oval dengan warna hijau yang
bervariasi, mulai dari hijau terang hingga gelap. Tekstur daun tanaman ini adalah lembut serta
tipis sehingga cukup mudah robek. Sebagai tanaman yang masuk dalam kelompok tumbuhan
paku, semanggi memiliki bentuk daun, batang, dan akar yang dapat dibedakan dengan mudah.
Namun, secara keseluruhan struktur morfologi semanggi masih tergolong sederhana dan belum
terlalu kompleks seperti halnya pada tumbuhan sejati lainnya. Pada dasarnya,
tanaman Marsilea crenata termasuk ke dalam kelompok tumbuhan air dengan habitat basah
sebagai rumahnya. Namun, beberapa jenis dapat bertahan hidup sebagai tumbuhan darat. Pada
umumnya, tanaman ini akan hidup merambat pada daratan serta mengapung pada daerah
perairan, seperti kolam dangkal maupun genangan air. Jika diamati, akan terlihat bahwa batang
tanaman ini memiliki bagian yang berada di bawah air serta bagian lainnya mengambang di
atas permukaan. Habitat tumbuh akan mempengaruhi ukuran batang tanaman ini, semakin
dangkal tempat ia tumbuh, maka semakin pendek pula batang tanaman yang dimilikinya.

Equisetum hyemale Tanaman yang sering disebut dengan ekor kuda kasar atau rough
horsetail ini banyak ditemukan di Asia Utara, Amerika Utara dan Eropa. Habitat asli tumbuhan
ini adalah lahan basah, namun sering ditemukan pada permukaan tanah berkerikil atau berpasir.
Bambu air tumbuh di daerah dengan ketinggian 2530 mdpl. sorusnya berbentuk bulat dan
terletak pada pangkal batang

Equisetum hyemale hidup di danau dengan akar yang tumbuh pada tanah. Batang
tumbuhan ini berwarna hijau, beruas- ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ
fotosintetik menggantikan daun.

. Berdasarkan hasil pengamatan Christella dentata mempunyai ciri morfologi akar serabut
dengan rimpang yang tegak. Warna tangkai pada tumbuhan ini hijau dengan bentuk tangkai
yang bulat. Tumbuhan Christella dentatamempunyai daun yang berwarna hijau muda dengan
permukaan daun rata. Tepi dau tumbuhan paku ini bergerigi dan mempunyai letak daun yang
berseling, ujung daun paku ini meruncing dengan bagian pangkal daunya berlekuk. Habitat
ditemukan paku ini berada di tanah dekat sumber air.

Christella dentata mempunyai rimpang tegak dan menjalar, bersisik coklat. Ental pinatus
penatifit, susunan daun berseling, karena si menggarpu, tepi daun bercelah, pada daun steril
jarak antar daun rapat dan pada daun fertil jarak antar daun renggang. Tangkai berwarna coklat
kehijauan, terdapat sisik coklat. Sorus berbentuk ginjal pada abaxial daun, terletak di Supra
mpedia daun sorus tersusun menjadi dua baris pada setiap melakukan daun yang terdiri dari 2
sampai 4 sorus pada setiap garis. Habitat dari paku ini adalah tanah datar ataupun miring pada
tebing dan juga pada Celah bebatuan.

Berdasarkan hasil pengamatan Pteris vittatamempunyai ciri akar serabut dengan rimpang
tega Tangkai daun pada paku ini berwarna hijau muda dengan bentuk yang bulat. Daun pada
paku ini berwarna hijau muda dengan permukaan daun yang licin. Tepi daun paku Pteris
biaurita terbelah, ujung daunnya runcing dengan pangkal; daun yang meruncing. letak duduk
daunnya berhadapan. Habitat ditemukannya paku ini pada tebing tanah dekat dengan sumber
air.

Pteris Vittata mempuyai rimpang tegak atau menjalar pendek berambut. Ental berbentuk
pinatifit, susunan daun berhadapan atau berseling. ujung anak daun runcing, anak daun paling
bawah lebih besar, tepi bercelah, pertulangan daun menggarpu tangkai berwarna hijau tidak
berambut. Sorus seperti garis pada tepi daun bagian bawah. Habitat dari paku ini biasanya pada
dinding-dinding tebing, dan tanah datar ataupunmiring

Paku sisik naga (Pyrrosia piloselloides) merupakan salah satu tumbuhan epifit dari famili
Polypodiaceae. Paku ini biasanya tumbuh di permukaan batang pohon yang memiliki kondisi
lingkungan yang lembab dan paparan sinar matahari yang cukup. Beberapa jenis pohon yang
bejrbeda akan memunculkan karakter morfologi yang berbeda. Tumbuhan ini biasa dijumpai
di tempat-tempat berelevasi rendah sampai tiggi, merambat pada batang pohon atau dinding
rumah yang tak terawat . P. piloselloides memiliki sistem Fotosintesis yang dimiliki banyak
tumbuhan epifit

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan struktur morfologi tanama paku (Pteridophyta) dari tujuh
spesies tanaman paku yaitu, Nephrolepis biserrata, Davallia canariensis, Plenis vittata,
Pyrrosia pilosselloides, Marsilea crenata, Chistella dentata, dan Equisetum hymelae. Dari
ketujuh spesies tanaman Pteridophyta dapat diamati dengan jelas struktur penyusun tubuh
setiap spesies tanaman paku yang terdiri dari akar, batang, daun, serta sporangium yang
merupakan tempat pembentukan spora sebagai alat reproduksi dari tanaman paku.
DAFTAR PUSTAKA

Leki, PT, Makaborang, Y., & Ndjoeroemana, Y. (2022). Keanekaragaman tumbuhan paku
(Pteridophyta) di daerah aliran sungai Pepuwatu Desa Prai Paha Kabupaten Sumba Timur
sebagai sumber belajar biologi. BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi) , 13 (1), 42-58.

Prasani, A., Puspita, L., & Putra, EP (2021). Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Area Kampus
Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu. Jurnal Biosilampari: Jurnal
Biologi , 4 (1), 7-12.

Musriadi, M., Jailani, J., & Armi, A. (2017). Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) sebagai Bahan
Ajar Botani Tumbuhan Rendah di Kawasan Tahura Pocut Meurah Intan Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang, 5(1), 22-31.

Apriyanti, N., Santri, D. J., & Madang, K. (2017). Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
dan Kekerabatannya di Kawasan Wisata Air Terjun Curup Tenang Bedegung
Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Jurnal Pembelajaran Biologi:
Kajian Biologi dan Pembelajarannya, 4(2), 113-125.

Astuti, FK, Murningsih, M., & Jumari, J. (2017). Keanekaragaman jenis tumbuhan paku (Pteridhopyta)
di jalur pendakian selo kawasan taman nasional gunung merbabu, jawa. Jurnal Akademika
Biologi , 6 (2), 1-6.
Dewi, NA (2017). Inventarisasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Kawasan Kampus Iain Palangka
Raya Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Materi Klasifikasi Tumbuhan. Edu Sains: Jurnal
Pendidikan Sains dan Matematika , 5 (2), 50-61.

Anda mungkin juga menyukai