Anda di halaman 1dari 10

Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Unnes.J.Biol.Educ. 5 (1) (2016)

Unnes Journal of Biology Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN GAYA BELAJAR


VAK (VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK) TERHADAP PEMBELAJARAN
INVERTEBRATA DI SMA

Ita Martini, Ely Rudyatmi, Saiful Ridlo

Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran Gunungpati Semarang Indonesia 50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery learning dengan gaya belajar
Diterima: Januari 2016 VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor serta
Disetujui: Maret 2016 aktivitas siswa pada materi invertebrata di SMA Negeri Ajibarang. Penelitian Quasi Eksperimental
Dipublikasikan: menggunakanPosttest-Only Design. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Variabel
April 2016 bebas berupa model pembelajaran discovery learning dengan gaya belajar VAK. Variabel terikat
________________ berupa hasil belajar dan aktivitas siswa, yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor serta
Keywords: aktivitas siswa. Hasil belajar siswa dianalisis dengan uji-t, sedangkan aktivitas siswa dengan
Discovery learning; Visual deskriptif persentase. Rerata hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas eksperimen
Auditori Kinesthetic > kontrol, yaitu (3.16>2.57), (3.30>2.99), dan (2.82>2.20). Thitung rerata hasil belajar kognitif 6.44,
learning style; learning afektif 6.50, dan psikomotor 6.41, sedangkan ttabel 1.99. Artinya, hasil belajar kognitif, afektif, dan
results; learning activities psikomotor kelas eksperimen berbeda signifikan dibandingkan kontrol. Jumlah siswa kelas
____________________ eksperimen yang sangat aktif dan aktif 91.18%, sedangkan kontrol hanya 35.29%. Simpulan
penelitian yaitu model discovery learning dengan gaya belajar VAK berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar kognitif, afekif, dan psikomotor siswa pada materi Invertebrata di SMA Negeri
Ajibarang. Model pembelajaran tersebut juga lebih mengaktifkan siswa.

Abstract
This study aimed to determine the influence of discovery learning model with VAK learning styles (Visual,
Auditory, Kinesthetic) towards cognitive, affective and psychomotor achievement as well as students’ activities
on invertebrate material at SMA Negeri Ajibarang. The Quasi-Experimental Research used Posttest-Only
Design. The sample taking used purposive sampling. The independent variable was discovery learning model
with VAK learning styles. The dependent variable was the learning achievement and students’ activity, namely
cognitive, affective, and psychomotor with students’ activities. The students’ learning achievements were
analyzed with t-test, meanwhile the students’ activities were analyzed with descriptive percentages. The mean
of cognitive, affective, and psychomotor achievement of the experiment students class > control, it was
(3.16>2.57), (3.30>2.99), and (2.82>2.20). The mean of Tcalculate cognitive achievement was 6,44, affective
6,50, and psychomotor 6,4, while the Ttable was 1,99. It means that, the cognitive, affective and psychomotor
achievement of the experiment class was significantly different than control. The number of students in the
experiment class who were very active and active was 91, 18%, while the control was only 35,29%. The
conclusion of this study was that discovery learning model with VAK learning style had significance influence
towards the cognitive, affective and psychomotor achievement at the students in invertebrate material at SMA
Negeri Ajibarang. That learning model also made the students be more active.

© 2016 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6579
E-mail: Itamartini9201@gmail.com

55
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

PENDAHULUAN memperhatikan perbedaan siswa dalam belajar.


Perbedaan tersebut antara lain adalah gaya
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 belajar masing-masing siswa (Permendikbud,
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 2014).
3 menyebutkan pendidikan nasional bertujuan Materi invertebrata merupakan sub bab
untuk mengembangkan potensi siswa dalam dari materi Kingdom Animalia kelas X yang
kompetensi spiritual, sosial, pengetahuan dan terdiri dari delapan filum. Kompetensi Dasar
keterampilan. Potensi siswa dikembangkan 3.8 dalam silabus Kurikulum 2013 yaitu siswa
melalui lembaga pendidikan yang dijadikan dapat melakukan klasifikasi untuk
sebagai sarana dalam mewujudkan tujuan menggolongkan hewan ke dalam filum
pendidikan nasional. Proses pembentukan sikap berdasarkan pengamatan anatomi dan
dan kompetensi dilakukan oleh guru yang morfologi. Siswa menganggap materi
berperan sebagai tenaga pendidik dan invertebrata sangat banyak dan beberapa spesies
diterapkan melalui proses kegiatan belajar dan tidak dapat dilihat secara langsung sehingga
mengajar. sulit untuk dipahami. Mollusca dan Arthropoda
Hasil wawancara dengan guru mata merupakan hewan dengan keanekaragaman
pelajaran Biologi di SMA Negeri Ajibarang yang paling banyak baik dalam jumlah maupun
diketahui bahwa sekolah menggunakan spesies. Keanekaragaman yang tersebar luas
kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengakibatkan kedua filum tersebut mudah
mengajar. Pembelajaran Biologi yang untuk dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
berlangsung belum sesuai dengan kurikulum Pemahaman materi yang baik dapat
2013. Proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan penguatan secara utuh bagi
menggunakan metode diskusi dan ceramah. pengembangan intelektual siswa (Illahi, 2012:
Alokasi waktu yang sedikit dengan materi yang 32). Siswa dapat mengembangkan
banyak mengakibatkan proses pembelajaran intelektualnya secara maksimal melalui proses
biologi lebih sering menggunakan metode pembelajaran aktif dengan membangun sendiri
ceramah berbantuan media power point. pengetahuanya dan mencari makna dari sesuatu
Metode ceramah tidak memberikan stimulus yang dipelajari (Jufri, 2013: 32). Pembentukan
bagi siswa untuk memahami dan menemukan pengetahuan tersebut dilakukan melalui
sendiri konsep materi yang dipelajari. Proses kegiatan aktif seperti menyusun konsep dan
pembelajaran tersebut mengakibatkan materi, berpikir, dan memberi makna tentang
kurangnya aktivitas siswa di kelas. Secara hal yang dipelajari. Proses pembelajaran yang
umum hanya 25% siswa yang aktif berinteraksi membantu siswa dalam pembentukan
selama proses pembelajaran. Proses pengetahuan yaitu menggunakan model
pembelajaran menjadi pasif dan monoton pembelajaran discovery learning (Erawanto,
karena siswa hanya mendengarkan penjelasan 2013). Keunggulan model discovery learning
dari guru. Akibatnya hasil belajar kognitif siswa antara lain dapat memberikan pengalaman
rendah dan hanya 43% siswa memenuhi KKM secara nyata melalui pemecahan masalah bagi
sebesar 75. siswa sehingga memungkinkan pembentukan
Masalah lain diketahui bahwa guru konsep-konsep abstrak yang bermakna (Illahi,
belum mempertimbangkan perbedaan gaya 2012: 70). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
belajar siswa dalam penyusunan rencana model discovery learning dapat meningkatkan
pelaksanaan pembelajaran. Menurut Undang- hasil belajar IPA yang dibuktikan dengan
Undang Nomor 103 tahun 2014 tentang adanya perbedaan signifikan antara kelas
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan eksperimen dan kelas kontrol (Putrayasa et al.,
Pendidikan Menengah pada Pasal 3 2014).
menyebutkan prinsip penyusunan rencana Model discovery learning merupakan faktor
pelaksanaan pembelajaran antara lain eksternal yang mempengaruhi proses

56
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

pembentukan pengetahuan siswa. Optimalisasi learningdengan gaya belajar VAK yaitu


faktor eksternal dapat didukung oleh faktor penyampaian materi dilakukan melalui proses
internal dengan mempertimbangkan kebiasaan pengalaman langsung yang dapat menarik
cara belajar siswa seperti gaya belajar. Menurut perhatian siswa dan memungkinkan
Jufri (2013: 54), beberapa hasil penelitian pembentukan konsep-konsep bermakna serta
menunjukkan gaya belajar individu berkaitan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
dengan fungsi belahan otak kanan dan kiri. terlibat langsung dalam kegiatan belajar yang
Kemampuan belajar verbal, berpikir logis, dan sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
proses-proses kognitif didominasi oleh fungsi Berdasarkan uraian permasalahan di atas
belahan otak kiri; sedangkan perkembangan maka perlu diadakan penelitian untuk menguji
sikap, intuisi, emosi dan elemen-elemen visual pengaruh dari model discovery learningdengan
dikontrol oleh otak kanan. Kaitannya dengan gaya belajar VAK terhadap hasil belajar
pembelajaran adalah di dalam suatu kelas akan kognitif, afektif, dan psikomotor serta
ada siswa yang belajar baik dengan melalui aktivitassiswa.
pembelajaran verbal, sedangkan yang lainnya
akan lebih baik dengan pembelajaran visual. METODE PENELITIAN
Menurut DePorter & Hernacki (2010: 110-113),
gaya belajar berdasarkan proses penyerapan Penelitian ini merupakan Quasi
informasi atau modalitas terdiri dari tiga macam Eperimental Design dengan desain Posttest-Only
yaitu visual, auditori, dan kinestetik yang Design. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa
dikenal sebagai gaya belajar VAK. Menurut kelas X MIA sebanyak enam kelas.
Nirmala (2014), terdapat peningkatan yang Pengambilan sampel dilakukan menggunakan
signifikan pada kelas eksperimen setelah teknik purposive sampling dengan pertimbangan
menggunakan modalitas visualization, auditory, bahwa sampel penelitian diampu oleh guru yang
and kinestetic (VAK). Peningkatan tersebut sama.Sampel kelas X MIA 1 sebagai kelas
dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai rata- eksperimen dan X MIA 3 sebagai kelas
rata posttest antara kedua kelas dengan hasil uji- kontrol.Variabel bebas berupa model
t sig (2-tailed) data posttest adalah 0,031 dimana pembelajaran yaitu model discovery learning
< 0,05 yang berarti Ho ditolak. Hasil skor gain dengan gaya belajar VAK (Visual, Auditori,
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol Kinestetik). Variabel terikat berupa hasil belajar
yaitu 0,54 untuk kelas eksperimen dan 0,42 dan aktivitas siswa yaitu hasil belajar kognitif,
untuk kelas kontrol. afektif, dan psikomotor serta aktivitas belajar
Perpaduan antara model discovery learning visual, emosional, dan fisik siswa. Hasil belajar
dengan gaya belajar VAK diharapkan dapat di analisis menggunakan uji-t. Aktivitas belajar
memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar dianalisis menggunakan deskriptif persentase.
biologi di kelas. Proses pembelajaran
diaplikasikan dengan cara menyisipkan gaya HASIL DAN PEMBAHASAN
belajar VAK pada tahap data collection model
discovery learning. Tahap data collection pada Hasil belajar kognitif, afektif, dan
penelitian ini dilakukan dengan cara psikomotor disajikan pada Tabel 1, sedangkan
mengumpulkan data berdasarkan kemampuan uji-t rerata hasil belajar kognitif, afektif, dan
visual, auditori, maupun kinestetik masing- psikomotor disajikan pada Tabel 2 sebagai
masing siswa. Keunggulan model discovery berikut.

57
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Tabel 1. Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa


Hasil Belajar
Kognitif Afektif Psikomotor
Kelas
Skor Ketuntasan Skor Ketuntasan Skor Ketuntasan
rerata klasikal rerata klasikal rerata klasikal
Eksperimen 3.16 (29) 85.29% 3.30 (34) 100% 2.82 (22) 64.71%
Kontrol 2.57 (11) 32.35% 2.99 (34) 100% 2.20 (8) 23.52%

Tabel 2 Uji-t rerata hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor


Hasil Belajar Kelas Rata-rata Varians Dk thitung ttabel α

Eksperimen 3.16 0.1151


Kognitif 6.44
Kontrol 2.57 0.1730
Eksperimen 3.30 0.0401
Afektif 66 6.50 1.99 0.05
Kontrol 2.99 0.0371
Eksperimen 2.82 0.1650
Psikomotor 6.41
Kontrol 2.20 0.1539

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pembelajaran yang sesuai dengan teori


skor rerata hasil belajar kognitif siswa kelas konstruktivisme, karena siswa aktif berinteraksi
eksperimen > kontrol, yaitu 3.16 > 2.57. Hasil dalam belajar. Jufri (2013: 32), berpendapat
analisis uji-t rerata hasil belajar kognitif, yaitu bahwa pada teori konstruktivisme siswa secara
(6.44) > (1.99) (Tabel 2). Artinya, aktif membangun sendiri pengetahuannya dan
model discovery learning dengan gaya belajar mencari sendiri makna dari sesuatu yang
VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) berpengaruh dipelajari.
signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa Pembelajaran kelas eksperimen diawali
kelas eksperimen dibandingkan kontrol. dengan membagi siswa ke dalam kelompok
Tingginya hasil belajar kognitif siswa kelas yang heterogen sesuai dengan gaya belajarnya.
eksperimen dikarenakan belajar dengan cara Masing-masing kelompok terdiri dari siswa
menemukan (discovery) dan membangun sendiri yang menyerap informasi dengan cara visual,
pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa kelas auditori, dan kinestetik. Berbeda dengan kelas
eksperimen melakukan pengamatan langsung eksperimen, siswa kelas kontrol dikelompokkan
hewan Mollusca dan Arthropoda serta mencari berdasarkan pemilihan secara langsung.
informasi dari berbagai sumber referensi. Pembagian kelompok yang sesuai dengan gaya
Referensi yang digunakan yaitu buku, tayangan belajar siswa diharapkan dapat mempermudah
video, dan browsing internet untuk menemukan proses penyerapan informasi materi Mollusca
konsep materi Mollusca dan Arthropoda. Proses dan Arthropoda, karena belajar sesuai dengan
pembelajaran kelas kontrol hanya berpusat pada gayanya masing-masing. Penyerapan informasi
guru (teacher centered). Siswa menunjukkan yang baik dapat memberikan pengaruh yang
keaktifan dengan mencatat materi serta baik pula bagi siswa untuk memproses dan
memperhatikan penjelasan guru dan pemaparan mengumpulkan informasi dalam otak. Hal ini
kelompok.Tetapi diantara siswa dan guru jarang sesuai dengan pendapat Khosiyah (2012), yang
terjadi hubungan interaktif. Guru aktif menyatakan bahwa gaya belajar merupakan
menjelaskan dan hanya beberapa siswa yang cara yang diambil masing-masing siswa dalam
aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menyerap informasi baru untuk berkonsentrasi,
kelas eksperimen telah melaksanakan proses memproses, dan mengumpulkan informasi yang
ditangkap otak.

58
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Guru memberikan stimulus kepada siswa termasuk Mollusca, sedangkan kaki beruas
kelas eksperimen dengan cara menunjukkan termasuk Arthropoda.
awetan Mollusca (Achatina fulica) dan Semua pertanyaan yang diajukan saat
Arthropoda (Heterometrus sp.) di depan kelas. stimulasi dijawab oleh siswa kelas eksperimen
Stimulus yang diberikan di awal pembelajaran pada langkah data collection. Guru membagikan
bertujuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu Lembar Diskusi Siswa (LDS) pada siswa.
siswa pada materi Mollusca dan Berdasarkan petunjuk pengamatan pada LDS
Arthropoda.Pertama kali melihat kedua awetan tersebut, siswa melakukan setiap kegiatan secara
tersebut beberapa siswa saling bertanya kepada mandiri tanpa melalui instruksi dari guru.LDS
temanyang duduk disebelahnya, bahkan siswa disusun tanpa menggunakan kalimat perintah,
yang duduk dibelakang berdiri agar dapat sehingga siswa dapat melatih pola pikir mereka
mengamati.Setelah guru memberikan dalam melakukan suatu kegiatan. Siswa
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa mengambil lima awetan hewan Mollusca
berebut mengacungkan tangan untuk (Achatina fulica, Loligo sp., Anadara sp., Chiton sp.,
menyampaikan pertanyaan. Gambaran Nautilus sp.) dan enam Arthropoda (Nephylla sp.,
antusiasme siswa tersebut menunjukkan rasa Heterometrus sp., Julus sp., Gryllus asimilis,
keingintahuan siswa terhadap materi Mollusca Panulirus sp., Parathelpusa sp.) beserta alat-alat
dan Arthropoda.Menurut Widiadnyana et al. yang dibutuhkan untuk pengamatan. Ada
(2014), siswa merasa ingin tahu ketika 55.88% siswa kelas eksperimen yang selalu
termotivasi untuk menemukan jawaban. menunjukkan aktivitas belajar emosional
Menurut Sari dan Widayanto sebagaimana dengan ikut berpartisipasi dalam pengamatan
dikutip oleh Dharmawan (2014), rasa ingin tahu dan menjawab LDS selama diskusi kelompok,
merupakan salah satu karakter yang perlu sedangkan yang sering 44.12% (Tabel 4).
ditanamkan kepada siswa dengan upaya untuk Kegiatan emosional merupakan aktivitas belajar
mengetahui lebih dalam materi yang dipelajari, yang menunjukkan minat siswa terhadap
didengar, dan dilihat. Kondisi pembelajaran pembelajaran. Artinya, siswa kelas eksperimen
kelas eksperimen tidak tampak pada kelas memiliki minat yang tinggi selama proses
kontrol. Pembelajaran siswa kelas kontrol pembelajaran.
dilakukan menggunakan metode ceramah Siswa kelas kontrol aktif berpartisipasi
dengan bantuan media power point. Guru dalam menjawab LDS selama diskusi
menjelaskan materi pembelajaran, sedangkan kelompok.LDS tersebut menitikberatkan pada
siswa duduk memperhatikan.Selama penjelasan guru. Jika siswa tidak
pembelajaran tidak ada hubungan interaktif memperhatikan dengan baik, maka informasi
diantara keduanya.Akibatnya, siswa jarang yang diterima tidak dapat di proses dengan baik
mengajukan pertanyaan kepada guru. pula. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh
Langkah problem statement memberikan kelompok tidak dapat menyelesaikan LDS tepat
kesempatan bagi siswa kelas ekperimen untuk waktu karena hanya sedikit informasi yang
mulai memproses informasi yang baru diterima, sehingga mereka membutuhkan waktu
diperoleh. Siswa mengumpulkan beberapa lebih lama untuk menjawab pertanyaan.Hal
pertanyaan yang telah disampaikan pada tersebut menyebabkan sebagian siswa kesulitan
langkah stimulation seperti ciri-ciri, klasifikasi, dalam menjawab pertanyaan tes peta pikiran
serta morfologi hewan Mollusca dan dan posttest. Akibatnya ketuntasan klasikal hasil
Arthropoda.Siswa melakukan diskusi bersama belajar kognitif siswa kelas eksperimen (85.29%)
anggota kelompoknya untuk memilih masalah > kontrol (32.35%) (Tabel 1). Siswa kelas
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. eksperimen yang tidak tuntas antara lain
Pemilihan tersebut dijadikan sebagai landasan disebabkan karena terbiasa dengan model
untuk merumuskan hipotesis bahwa hewan pembelajaran ceramah sehingga kesulitan untuk
yang memiliki ciri utama bertubuh lunak berpikir kritis dan rasional.

59
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Selama pengamatan dan menjawab LDS, dilakukan dengan cara mengkomunikasikannya


siswa kelas eksperimen belajar sesuai dengan di depan kelas untuk didiskusikan bersama
gayanya masing-masing. Siswa yang menyerap dengan kelompok lain. Siswa selanjutnya 6
informasi secara visual dapat belajar melalui melakukan generalization dari pembelajaran yang
buku referensi, tayangan video, dan browsing diperoleh. Uraian pembelajaran sudah sesuai
internet. Penyerapan informasi auditori dapat dengan Sinambela (2013), yang menjelaskan
dilakukan dengan diskusi kelompok dan bahwa langkah-langkah model discovery
pemahaman materi melalui tayangan video learningyaitu stimulation, problem statement, data
yang diiringi musik instrumental.Penyerapan collection, data processing, verification, dan
informasi kinestetik dapat dilakukan dengan generalization. Gaya belajar VAK disisipkan
mudah melalui seluruh kegiatan fisik dari awal pada langkah data collection. Saat langkah
hingga akhir pembelajaran, karena kegiatan problem statement beberapa kelompok mengalami
secara keseluruhan mengajak siswa untuk selalu kesulitan untuk menentukan masalah yang
bergerak. Hal ini sesuai dengan pendapat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut
Deporter et al. (2014: 123-124), yang disebabkan karena siswa perlu berpikir rasional
menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar mengaitkan informasi yang diperoleh saat
visual mudah menyerap informasi yang langkah stimulation dengan tujuan pembelajaran
berkaitan dengan warna dan gambar yang untuk menyusun hipotesis. Siswa belum terbiasa
menonjol; auditori berkaitan dengan indera untuk berpikir mandiri, sehingga output yang
pendengaran seperti musik, dialog internal, dan diperoleh tidak sebaik yang diharapkan.
suara; kinestetik berkaitan dengan pergerakan
fisik sepertimemperhatikan gerakan, tanggapan Tabel 3. Aktivitas siswa
emosional dan kenyamanan fisik. Presentase aktivitas belajar (%)
Cara belajar yang sesuai dengan gaya Kriteria Kelas
masing-masing siswa di atas tidak hanya dapat Kelas kontrol
eksperimen
mempermudah penyerapan informasi, tetapi Sangat aktif 52.94 0
juga memenuhi kebutuhan siswa untuk Aktif 38.24 35.29
berkonsentrasi pada materi Mollusca dan Cukup aktif 8.82 64.71
Arthropoda dan meningkatkan hasil belajarnya. Kurang aktif 0 0
Menurut Navaneedhaan (2015), pembelajaran Tidak aktif 0 0
Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) dapat
memberikan keuntungan bagi guru untuk Berdasarkan Tabel 3, Persentase aktivitas
memenuhi kebutuhan masing-masing siswa siswa kelas eksperimen yang sangat aktif dan
sesuai dengan modalitas yang dimiliki. Menurut aktif yaitu 91.18%, sedangkan kontrol hanya
Gilakjani (2012), gaya belajar masing-masing 35.29%. Hal tersebut disebabkan karena seluruh
siswa penting untuk dipahami dan rangkaian kegiatan model discovery learning
dikembangkan, karena siswa dapat lebih dengan gaya belajar VAK melatih siswa untuk
berkonsentrasi dan meningkatkan hasil aktif selama proses pembelajaran. Siswa mampu
belajarnya. Selain itu siswa juga dapat memecahkan masalah yang diciptakan oleh
menemukan potensi dan kelemahan dirinya guru dan ikut aktif menemukan konsep
selama proses pembelajaran. pengetahuan sesuai karakter belajar masing-
Semua informasi yang sudah terkumpul masing. Hal ini sesuai dengan pendapat
kemudian digunakan untuk menyusun laporan Mubarok & Sulistyo (2014), yang menyatakan
pengamatan dan menjawab LDS dengan baik bahwa belajar penemuan (discovery learning)
dan benar saat langkah data processing.Langkah merupakan model pembelajaran dimana dalam
verification memberikan kesempatan kepada prosesnya guru harus menciptakan situasi
siswa untuk membuktikan hasil yang diperoleh belajar problematis, menstimulasi berbagai
pada laporan dan jawaban LDS. Hal ini pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban

60
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

sendiri dan melakukan eksperimen. Menurut Sikap ilmiah yang diamati pada kelas
Juniarsih et al. (2015), melalui discovery learning eksperimen maupun kontrol yaitu tekun,
siswa dapat aktif mencari sendiri pengetahuan disiplin, jujur, berani dan santun, serta
yang dipelajari dan memperoleh pengalaman peduli.Karakter tekun terlihat dari seberapa jauh
belajar yang bermakna. siswa mencari dan mengumpulkan informasi
Hasil penelitian pengaruh model discovery dari berbagai sumber untuk menjawab LDS.
learningdengan gaya belajar VAK (Visual, Karakter disiplin tercermin melalui lamanya
Auditori, Kinestetik) terhadap pembelajaran siswa dalam mengerjakan pengamatan dan
invertebrata di SMA ini menyempurnakan menjawab LDS. Siswa kelas eksperimen pada
penelitian Wahyudi (2015), yang menyatakan pertemuan I dan II dapat menyelesaikan LDS
bahwa pembelajaran discovery learning dapat dan laporan pengamatan tepat waktu,
meningkatkan aktivitas belajar siswa secara sedangkan kontrol membutuhkan waktu lima
individu maupun kelompok. Menurut Nirmala menit lebih lama. Beberapa siswa kelas kontrol
(2014), terdapat peningkatan yang signifikan tidak tekun dan banyak bergurau karena tidak
pada kelas eksperimen setelah menggunakan mendengarkan dengan seksama penjelasan dari
modalitas Visualization, Auditory, and Kinesthetic guru.
(VAK). Peningkatan tersebut dibuktikan dengan Nilai karakter jujur juga ikut ditanamkan
adanya perbedaan nilai rata-rata posttest antara dalam diri siswa. Karakter tersebut tercermin
kedua kelas dengan hasil uji-t sig (2-tailed) data dalam proses pengamatan hewan Mollusca dan
posttest adalah 0,031 dimana < 0,05 yang Arthropoda. Hewan Mollusca yang diamati
berarti Ho ditolak. Hasil skor gain kelas sebanyak lima spesimen, sedangkan Arthropoda
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu enam spesimen. Berdasarkan tujuan
0,54 untuk kelas eksperimen dan 0,42 untuk pembelajaran, siswa dituntut agar dapat
kelas kontrol. Menurut Marlina et al. (2014), mengklasifikasikan masing-masing hewan ke
penerapan model discovery learning melalui dalam kelompok yang tepat.Siswa menggambar
pendekatan VAK dapat meningkatkan dan mendeskripsikan karakteristik masing-
pembelajaran IPA materi energi panas dan masing spesimen yang diamati. Proses tersebut
bunyi kelas IV SD Negeri 2 Jatiroto tahun melatih kejujuran siswa dalam mencatat semua
ajaran 2014/2015. Menurut Putrayasa et al. data yang diperoleh berdasarkan pengamatan.
(2014), model discovery learning dapat Kelas kontrol menunjukkan sikap jujur jika
meningkatkan hasil belajar IPA yang dibuktikan menggunakan referensi berdasarkan catatan dari
dengan adanya perbedaan signifikan antara penjelasan guru. Ada empat kelompok siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol. kelas eksperimen dan kontrol yang memperoleh
Skor rerata hasil belajar afektif siswa skor maksimal pada pertemuan I. Pertemuan II
kelas eksperimen > kontrol, yaitu 3.30 > 2.99 ada empat kelompok siswa kelas eksperimen
(Tabel 1).Semua siswa kelas eksperimen dan yang memperoleh skor maksimal, sedangkan
kontrol tuntas belajarnya. Hasil uji-t hasil kontrol hanya 3 kelompok.
belajar afektif, yaitu (6.50) > (1.99) Sikap berani dan santun tercermin dari
kemampuan siswa untuk bertanya dan
(Tabel 2). Artinya, model discovery learning
berpendapat dengan menggunakan bahasa yang
dengan gaya belajar VAK berpengaruh
santun selama proses pembelajaran baik kepada
signifikan terhadap hasil belajar afektif kelas
guru ataupun teman. Salah satu kelompok
eksperimen dibandingkan kontrol. Proses
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
pembelajaran kelas ekperimen mendukung
saat langkah verification, sedangkan kelompok
siswa dalam pembentukan karakter sikap
lain dapat menyanggah, membenarkan, dan
ilmiah. Tingginya hasil belajar afektif kelas
menambahkan hasil diskusi. Siswa kelas
eksperimen menunjukkan bahwa nilai-nilai
eksperimen maupun kontrol menunjukkan
karakter dapat diserap dengan baik oleh siswa.
minat yang rendah untuk bertanya kepada guru

61
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Tabel 4 Persentase aktivitas visual, emosional, dan fisik siswa


Persentase jenis akivitas belajar (%)
Kriteria Kelas eksperimen Kelas kontrol
Visual Emosional Fisik Visual Emosional Fisik
Selalu 37.25 55.88 8.82 36.27 2.94 0
Sering 62.75 44.12 58.83 52.95 82.35 2.94
Kadang-kadang 0 0 27.94 10.78 14.71 48.53
Tidak Pernah 0 0 4.41 0 0 48.53

mengenai materi Mollusca dan pengamatan.Siswa mengembalikan spesimen


Arthropoda.Rendahnya minat siswa tersebut dan alat-alat pengamatan ke tempat semula
tercermin pula dari aktivitasfisik (bertanya dan serta merapikan meja dan kursi. Kebiasaan
berpendapat) selama diskusi kelompok maupun peduli lingkungan ini diharapkan dapat siswa
kelas. terapkan pada kehidupan sehari-hari. Baik kelas
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa eksperimen maupun kontrol menunjukkan
persentase siswa kelas eksperimen yang kadang- kepedulian lingkungan yang tinggi. Masing-
kadang mengajukan pertanyaan dan masing kelompok merapikan meja dan kursi
mengemukakan pendapat (aktivitas fisik) ketempat semula serta membersihkan area
sebesar 27.94%, sedangkan kontrol 48.53%. belajar.
Tetapi persentase siswa kelas eksperimen yang Hasil penelitian pengaruh model discovery
tidak pernah melakukan aktivitas fisik sebesar learning dengan gaya belajar VAK (Visual,
4.41%, sedangkan kontrol 48.53%.Kelas Auditori, Kinestetik) terhadap pembelajaran
eksperimen menunjukkan aktivitas fisik yang invertebrata di SMA ini meyempurnakan
lebih baik dibandingkan kontrol. Hal tersebut penelitian Widiadnyana et al. (2014), yang
disebabkan karena ada proses stimulasi di awal menyatakan bahwa penggunaan model discovery
pembelajaran untuk memotivasi siswa kelas learning berpengaruh terhadap pemahaman
eksperimen agar lebih percaya diri di hadapan konsep IPA dan sikap ilmiah siswa, yang
teman-temannya. Aktivitas fisik baik siswa kelas dibuktikan dengan adanya perbedaan signifikan
eksperimen maupun kontrol menunjukkan nilai rata-rata pemahaman konsep dan sikap
persentase yang paling rendah dibandingkan ilmiah antara kelompok eksperimen dengan
visual dan emosional. Rendahnya persentase kelompok kontrol.
tersebut disebabkan oleh kebiasaan proses Skor rerata hasil belajar psikomotor siswa
pembelajaran dengan model teacher-centered. kelas eksperimen > kontrol, yaitu 2.82 > 2.20
Siswa belum terbiasa untuk mengutarakan (Tabel 1).Hasil uji-t hasil belajar psikomotor
pertanyaan dan pendapat, karena kurangnya yaitu (6.41) > (1.99) (Tabel 2).
stimulus bagi siswa kelas eksperimen maupun Artinya, model discovery learning dengan gaya
kontrol untuk berpartisipasi aktif. Meskipun belajar VAK berpengaruh signifikan terhadap
demikian, kelas eksperimen menunjukkan hasil belajar psikomotor kelas eksperimen
percaya diri yang lebih tinggi untuk bertanya dibandingkan kontrol. Tingginya hasil belajar
dan berpendapat dibandingkan kelas kontrol, psikomotor kelas eksperimen dikarenakan
karena siswa diberikan stimulus dengan bantuan proses pembelajaran mengajak siswa untuk
spesimen Mollusca dan Arthropoda di depan melakukan kegiatan pengamatan. Siswa kelas
kelas. eksperimen dilatih kemampuan keterampilan
Di akhir pembelajaran, siswa di abstrak melalui pengamatan, sedangkan kelas
tanamkan pula karakter peduli lingkungan. kontrol hanya dilatih mengomunikasikan data
Masing-masing kelompok bertanggung jawab berdasarkan penjelasan guru di depan kelas.
atas kebersihan dan kerapian meja serta area Salah satu kelompok siswa kelas eksperimen

62
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

mengamati spesimen Loligo sp. Siswa kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada
mengamati morfologi spesimen tersebut dengan materi invertebrata di SMA Negeri Ajibarang.
cara melihat, menyentuh, dan menghitung Model pembelajaran tersebut juga lebih
banyaknya kaki yang dimiliki. Cara tersebut mengaktifkan siswa dibandingkan
9
memudahkan siswa dalam mengingat, karena ceramah.Hasil belajar kognitif, afektif, dan
siswa menggunakan indera penglihatan dan psikomotor siswa kelas eksperimen lebih baik
peraba untuk mengamati langsung benda tiga dibandingkan kontrol.Aktivitas siswa kelas
dimensi. Siswa kelas kontrol hanya melihat eksperimen lebih baik dibandingkan kontrol.
gambar dua dimensi pada media power point. Keterbatasan penerapan model discovery
Cara tersebut belum mengoptimalkan learning dengan gaya belajar VAK (Visual,
penyerapan informasi yang ditangkap oleh otak. Auditori, Kinestetik) yaitu memerlukan
Pengamatan merupakan kegiatan kerjasama antarsiswa dengan gaya belajar
eksperimen yang dilakukan siswa untuk berbeda-beda. Pelaksanaan pembelajaran
membangun pengetahuan mengenai materi tersebut juga membutuhkan waktu lebih lama
Mollusca dan Arthropoda. Hal ini sesuai dibandingkan dengan pembelajaran
dengan Wang sebagaimana dikutip oleh Stave konvensional.
(2011), yang menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran discovery learning untuk DAFTAR PUSTAKA
memudahkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya secara aktif melalui proses DePorter, B. & M. Hernacki. 2010. Quantum
eksplorasi, eksperimentasi, dan refleksi. Siswa Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
kelas eksperimen menuangkan hasil
pengamatanya dalam bentuk gambar hewan DePorter, B., M. Reardon & S.S. Nourie. 2014.
dan mendeskripsikan ciri-cirinya. Proses belajar Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
melalui pengamatan merupakan keterampilan
yang penting karena dapat melatih kecermatan Dharmawan, N. S. 2014. Implementasi Pendidikan
siswa pada suatu objek. Pengamatan juga dapat Karakter Bangsa pada Mahasiswa di Perguruan
Tinggi.Makalah dipresentasikan pada
menstimulasi siswa untuk berpikir kritis, Pembinaan Pendidikan Karakter bagi
sehingga siswa dapat mengajukan berbagai Mahasiswa PTS di Lingkungan Kopertis
pertanyaan mengenai materi yang dipelajari. Wilayah VIII, Universitas Udayana
Denpasar, 2014.
Kegiatan pengamatan tersebut siswa
komunikasikan dalam bentuk laporan Erawanto, U. 2013. Pengaruh Konstruktivisme dalam
pengamatan.Lalu untuk menguatkan informasi Pembelajaran.Jurnal Cakrawala Pendidikan,
15(2): 150-156.
yang diserap pada ranah keterampilan abstrak,
siswa ditugaskan untuk membuat makalah. Gilakjani, A. P. 2012. Visual, Auditory, and
Kinaesthetic Learning Styles and Their
Menurut Jufri (2013: 68), ranah psikomotor
Impacts on English Language
berkenaan dengan hasil belajar yang Teaching.Journal of Studies in Education, 2(1):
diekspresikan dalam bentuk keterampilan 104-113.
menyelesaikan tugas-tugas dan gerakan fisik
Illahi, M. T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan
atau kemampuan bertindak. Hasil belajar ranah Mental Vocational Skill.Yogyakarta : Diva
ini mencakup aspek sosial seperti keterampilan Press.
berkomunikasi.
Jufri, A.W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains.
Bandung: Pustaka Reka Cipta.
SIMPULAN
Juniarsih, Q. A., L. Chamisijatin, & I. Hindun.2015.
Peningkatan Retensi Belajar Materi
Model discovery learning dengan gaya Kalsifikasi Makhluk Hidup melalui
belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Penerapan Discovery learning dan Team Games
Tournament pada Siswa Kelas VII-G SMP
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
Negeri 18 Malang.Prosiding Seminar Nasional

63
Ita Martini, dkk / Unnes Journal of Biology Education 5 (1) (2016): 55-64

Biologi. Malang: FKIP Universitas Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan


Muhammadiyah Malang. Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Khosiyah.2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan
Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Putrayasa, H. Syahrudin & Margunyasa I.G. 2014.
Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
No.060873 Medan.Jurnal Tabularasa PPS learning dan Minat Belajar terhadap Hasil
UNIMED, 9(1): 63-80. Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1): 1-11.
Marlina, M. Chamdani, & Warsiti. 2014.
Penggunaan Model Discovery learningmelalui Sinambela, P. N. J. M. 2013. Kurikulum 2013 dan
Pendekatan Visual, Auditori, kinestetik Impelementasinya dalam Pembelajaran.Jurnal
(VAK) dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Generasi Kampus, 6(2): 17-29.
Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jatiroto Tahun
ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam Cendikia, Stave, K. A. 2011. Using Simulations for Discovery
3(3.1): 285-290. learning about Environmental
Accumulations.Proceedings of the 29th
Mubarok, C & E. Sulistyo. 2014. Penerapan Model International Conference of the System Dynamics
Pembelajaran Discovery learning terhadap Hasil Society. Washington: University of Nevada
Belajar Siswa Kelas X TAV pada Standar Las Vegas.
Kompetensi Melakukan Instalasi Sound
System di SMK Negeri 2 Surabaya. Jurnal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Pendidikan Teknik Elektro, 3(1): 215-221. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Navaneedhaan, C. G. 2015. Visual, Auditory, and
Kinesthetic Approach to Enhance the Wahyudi, E. 2015.Penerapan Discovery learning dalam
Information Processing Ability in Teaching Pembelajaran IPA sebagai upaya untuk
Chemistry.International Educational E-Journal. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-I
Vol. 4(1): 61-66. di SMP Negeri 1 Kalianget.Jurnal Lentera
Sains (Lensa). Vol. 5(1): 1-15.
Nirmala, P. 2014. Pengaruh Modalitas Visualization,
Auditory, Kinesthetic (VAK) terhadap Hasil Widiadnyana, I. W., Sadia I. W., & Sustra I. W.
Belajar Siswa dalam Konsep Gaya di Kelas 5 2014. Pengaruh Model Discovery learning
SDN Serang 7.Jurnal Kalimaya, 1(2): 1-7. terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
Ilmiah Siswa SMP. E-Journal Program
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4.
[Permendikbud] RI Nomor 103 Tahun 2014.

64

Anda mungkin juga menyukai