Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II


“DIVERSITAS BAKTERI”

Dibuat oleh:
Muhammad AmmarNurHandyka
NIM. 24020119130106

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ACARA V
DIVERSITAS BAKTERI
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mempelajari diversitas bakteri yang terdapat di sekitar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Karakteristik Bakteri
Berdasarkan sifat fisiologisnya maka bakteri dibedakan menjadi dua, yaitu
bakteri autotrof dan bakteri heterotrof. Karakterisasi bakteri autotrof adalah bakteri
yang tidak berkhlorofil, mampu membentuk senyawa karbon, protein dan lemak
tanpa bantuan sinar matahari. Bakteri autotrof memperoleh karbon dioksida dari
bahan anorganik atau senyawa organik lainnya. Sifat-sifat fisiologis bakteri autotrof
adalah media yang mengandung mineral merupakan media yang efektif untuk
pertumbuhan dan perkembanhannya, keberadaan bakteri autotrof sangat erat
hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur anorganik atau senyawa-senyawa
sederhana, dalam melakukan sintesis sel atau sebagai sumber energy bakteri autotrof
tidak memerlukan nutrisi, bakteri autotrof tidak mampu membusukkan bahan-bahan
organik, dan karbon dioksida digunakan sebagai sumber karbon yang kemudian
diasimilasi secara khemotaksis. Sumber-sumber energi yang digunakan bakteri
autotrof meliputi senyawa-senyawa nitrogen, seperti ammonia dan nitrat, senyawa
sulfur organic, senyawa besi dan mangan serta hydrogen (Lestari dan Triasih, 2017).
Sumber energi bakteri heterotrof adalah sumber karbon dari senyawa-senyawa
organic bakteri heterotrofik. Bakteri tersebut sangat berperan dalam dekomposisi
selulosa, hemiselulosa, zat-zat tepung, protein, dan lain-lain. Bakteri heterotrof
secara umum terdiri dari bakteri pemfiksasi nitrogen baik secara non simbiotik.
Contoh dari bakteri pemfiksasi nitrogen baik secara non simbiotik adalah
Radiobacter, Aerobacter, dan bakteri yang memerlukan nitrogen gabungan, misalnya
bakteri aerobic dan bakteri anaerobic. Bakteri aerobic baik yang berspora maupun
tidak berspora dan gram positif maupun negatif (Lestari dan Triasih, 2017).

(Yahya, 2014)
2.2. Struktur Sel Bakteri
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki inti sejati) pada umumnya,
semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang
paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu Gram positif dan Gram negatif. Pengelompokan ini didasarkan pada perbedaan
struktur dinding sel. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas
lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri gram negatif
memiliki lapisan luar, lipopolisakarida yang terdiri atas membran dan lapisan
peptidoglikan yang tipis terletak pada perioplasma (di antara lapisan luar dan
membran sitoplasmik) (Sastrahidayat, 2011).
Hampir kebanyakan jenis bakteri tidak berklorofil dan tidak mempunyai
plastida, tidak mempunyai inti sejati, namum mempunyai protoplasma yang
mengandung DNA yang disebut sebagai intinya. Sel bakteri (hampir kebanyakan
bakteri bersel satu) dan secara anatomi struktur tubuhnya dapat dibagi atas : kapsul,
dinding sel, membran sel, struktur dala sel (mitokondira, inti, granula), serta
pelengkap lain seperti spora da flagella. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau
lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm
formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya
memiliki granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu
membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada
lingkungan ekstrim (Sastrahidayat, 2011).

(Sridianti, 2020)
2.3. Bentuk-Bentuk Sel Bakteri
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga goolongan besar, yaitu :
dapat berupa batang/tongkat (rod-like) disebut bacillus, bulat (spherical) disebut
coccus, dan berlenggok memanjang (spiral) disebut spirikum. Namun demikian
bentuk-bentuk tersebut tidak mutlak, dapat beraneka ragam atau bervariasi, seperti
Kokus (coccus), basil (bacillus), dan spiril (spirilum). Kokus (coccus) adalah bakteri
yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi, antara lain
mikrococcus, diplococcus, tetracoccus, sarcina, staphylococcus, dan strepcoccus.
Basil (bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi, antara lain diplobacillus dan streptobacillus.
Variasi terakhir dari bentuk bakteri adalah spiril (Spirilum). Spiril (Spirilum)
adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi, antara lain vibrio
dan spiral. Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
medium, dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran
bakteri kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda
ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua (Sastrahidayat, 2011).

(Yahya, 2014)
III. METODE

3.1 Alat dan Bahan


1) Handphone/Laptop
2) Buku Laporan Sementara
3) Alat Tulis
4) Gambar Referensi Lactobacillus sp.
5) Gambar Referensi Bacillus sp.
6) Gambar Referensi Streptococcus sp.
7) Gambar Referensi Staphylococcus sp.
3.2 Cara Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Bahan diamati.
3) Hasil pengamatan didokumentasikan dan ditulis dibuku laporan sementara.
IV. HASIL PENGAMATAN
N Nama Gambar Referensi Gambar Pribadi Keterangan
o Species
1 Lactobacil 1. Monobasil
lus sp. 2. Dipobasil
3. Streptobasil

(Utami, 2012) (Dokumentasi pribadi,


2020)
2 Bacillus 1. Monobasil
sp. 2. Dipobasil
3. Streptobasil

(Dokum
entasi pribadi, 2020)
(Afiesh, 2012)
3 Streptococ 1. Coccus
cus sp. 2. Diplocci
3.
Staphylococci
4. Streptococci
5. Sarcina
(Doku
6. Tetrad
mentasi pribadi, 2020)
(Maruf, 2016)
4 Staphyloc 1. Coccus
2. Diplocci
occus sp.
3.
Staphylococci
4. Streptococci
5. Sarcina
6. Tetrad
(Tamam, 2016) (Dokumentasi pribadi,
2020)

V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II Acara VI tentang Diversitas Bakteri bertujuan untuk
Mahasiswa dapat mempelajari diversitas bakteri yang terdapat di sekitar. Praktikum
dilaksanakan pada hari Senin, 27 April 2020 secara daring (online) melalui aplikasi
Microsoft Teams dan Kulon Undip. Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi laporan
sementara, Hp/Laptop, alat tulis, Gambar Referensi Lactobacillus sp., gambar Referensi
Bacillus sp., gambar Referensi Streptococcus sp., dan gambar Referensi Staphylococcus
sp. Cara kerjanya adalah bahan diamati dan ditulis di laporan sementara, serta
didokumentasikan.
5.1. Lactobacillus sp.
Lactobacillus sp. termasuk dalam golongan bakteri gram positif, tidak
berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kadang-kadang mikroaerofilik, sedikit
tumbuh di udara tapi tumbuh baik pada keadaan di bawah tekanan oksigen rendah
dan beberapa anaerob pada isolasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mustaqim dkk
(2014) bakteri Lactobacillus sp. ini termasuk Gram positif, tidak berspora, tidak
motil, fakultatif anaerob, kadang-kadang mikroaerofilik, sedikit tumbuh di udara tapi
tumbuh baik pada keadaan di bawah tekanan oksigen rendah dan beberapa anaerob
pada isolasi.
Genus Lactobacillus dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu homofermentatif
dan heterofermentatif. Hal ini diperjelas oleh pendapat Mustaqim dkk (2014) Jenis-
jenis yang termasuk dalam genus Lactobacillus ini dapat dibedakan atas dua
kelompok, yaitu Homofermentatif yang berarti bakteri tersebut mampu memecah
gula terutama menjadi asam laktat, dan mampu tumbuh pada suhu kisaran 37 oC atau
lebih dan Heterofermentatif yaitu mampu memecah gula menjadi asam laktat dan
produk-produk lain seperti alkohol, asetat dan karbon dioksida. Mustaqim dkk
(2014) menyampaikan bahwa bakteri yang mendekati genus Lactobacillus
mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna koloni putih susu atau agak
krem, bentuk koloni bulat. Sel berbentuk batang dan biasanya tetap, berukuran 0,5-
1,2 x 1,0-10,0 μm. Bakteri ini memilki toleransi terhadap asam dan garam empedu,
sebagaimana disampaikan Lokapirnasari (2018), Lactobacillus sp. memiliki
kemampuan toleransi terhadap keasaman dan garam empedu.
Bakteri Lactobacillus sp. memiliki bentuk tubuh batang panjang, biasanya
berbentuk rantai pendek. Hal ini merujuk pada pendapat Mustaqim dkk (2014)
Bakteri ini biasanya berbentuk batang panjang tapi kadang-kadang hampir bulat,
biasanya bentuk rantai yang pendek, Gram positif, tidak motil, oksidase positif,
katalase negatif dan optimum pada suhu 30-37oC. Daur hidup Lactobacillus sp.
terbagi menjadi beberapa fase, antara lain fase lambat, fase logaritmik, dan fase
eksponensial. Hal ini disampaikan oleh Khanifah (2012) pada fase lambat
lactobacillus belum mengalami pertumbuhan yang berarti karena baru beradaptasi
dengan medium. Fase logaritmik ditandai dengan penambahan jumlah sel yang
signifikan, dan fase eksponensial populasi sudah bias melakukan reproduksi melalui
pembelahan sel.
Lactobacillus sp. memiliki habitat hidup pada saluran pencernaan manusia.
Hal ini disampaikan Sumampouw (2019), pada manusia mereka bersimbiosis dan
ditemukan pada flora usus. Aqil dkk (2015) juga berpendapat bahwa Bakteri
lactobasillus banyak ditemukan dalam sistem pencernaan hewan, salah satunya
adalah dalam rumen sapi. Genus Lactobacillus memiliki kemampuan untuk
mensintesis vitamin dan berguna pada uji analisa vitamin. Hal ini disampaikan oleh
Muastaqim dkk (2014) Genus Lactobacillus memiliki beberapa spesies yang mampu
mensintesis vitamin sehingga biasanya digunakan dalam analisa vitamin, dan
sebagian besar jenis dari genus Lactobacillus ini bersifat termodurik yang berarti
tahan suhu pasteurisasi. Siahaan dkk (2016) menyampaikan bahwa Lactobacillus
lactis, L. acidophillus, L. bulgaricus, L. plantarum, L. delbruekii, seperti ini adalah
golongan yang menghasilkan asam lebih dari spesies Pediococcus dan Streptococcus,
dan karena itu menjadi lebih dominan pada tahap akhir dari fermentasi asam laktat.
Spesies ini penting juga dalam fermentasi susu dan sayur – sayuran
5.2. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan jenis bakteri yang berbentuk batang dan termasuk dala
jenis bakteri gram positif. Bakteri ini termasuk dalam kelompok bakteri gram positif
karena memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan, asam teikoat, dan
asam teikuronat.Hal ini disampaikan oleh de Vos et al. (2009) Bacillus sp.
merupakan bakteri yang berbentuk batang dan tergolong dalam bakteri gram positif.
Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan, asam
teikoat, dan asam teikuronat. Oleh sebab itu, sebagian besar dinding sel bakteri Gram
positif merupakan polisakarida.
Bakteri Bacillus sp memiliki ciri umum sebagai kelompok bakteri gram positif
yang dimana dinding selnya terkandung peptidoglikan, asam teikoat, dan asam
teikuronat. Hal ini disampaikan oleh de Vos et al. (2009) Bacillus sp. merupakan
bakteri yang berbentuk batang dan tergolong dalam bakteri gram positif. Bakteri
Gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan, asam teikoat,
dan asam teikuronat. Bakteri ini memiliki ciri khusus, antara lain selnya berbentuk
batang, gram positif, memiliki flagel peritrikus. Pernyataan ini merujuk pada
pendapat Sopyan (2009) Bacillus berbentuk batang, gram positif, bergerak dengan
flagel peritrikus dan membentuk endospora. Struktur tubuh dari bakteri Bacillus sp
adalah basil dan menghasilkan endospora. Endospora merupakan struktur berdinding
tebal yang sangat reaktif, mengandung sedikit air, dan tahan terhadap kondisi fisik
dan kimia. Hal ini disampaikan oleh Sopyan (2009) Endospora adalah struktur
berdinding tebal yang sangat reaktif, mengandung sedikit air, dan tahan terhadap
kondisi fisik dan kimia. Rima (2018) menyampaikan bahwa Endospora Bacillus
terbentuk di dalam sel vegetatif dengan berbagai bentuk yaitu bulat, oval, dan
silinder. Dibandingkan dengan sel vegetatifnya endospora bersifat lebih resisten
terhadap perubahan lingkungan.
Bacillus sp. bereproduksi secara aseksual, yaitu dengan melakukan
pembelahan binner. Hal ini disampaikan Agmala (2018), bakteri umumnya
melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin)
dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu
setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses pembelahan, material genetik juga
menduplikasi diri dan membelah menjadi dua, dan mendistribusikan dirinya sendiri
pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang sangat singkat. Pada
kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20 menit. Habitat bakteri ini adalah
pada suhu antara 28-35 ℃. Hal ini disampaikan Yahya (2014), suhu optimum
untuk pertumbuhan Bacillus antara 28–35℃ dan suhu maksimumnya antara 40–
45℃. Rima (2018) menyampaikan bahwa Bacillus adalah salah satu marga bakteri
yang dapat dijumpai di tanah dan air termasuk pada air laut. Onibala (2013) juga
memiliki pendapat bahwa Bakteri ini terdapat di segala tempat yaitu di air, tanah dan
udara dan dapat mengkontaminasi produk makanan.
Bacillus sp. merupakan bakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai probiotik
dalam akuakultur. Hal ini sesuai dengan pendapat Rima (2018) Bacillus sp. menjadi
salah satu bakteri yang banyak dimanfaatkan sebagai probiotik dalam akuakultur.
Hamtini (2014) menyampaikan bahwa pemanfaatan Bacillus sp. ini didukung oleh
kemampuannya dalam menghasilkan enzim yang beragam, seperti amilase, protease,
dan lipase. Bakteri ini juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen tertentu
didukung oleh produk ekstraseluler yang dihasilkan. Hal ini disampaikan oleh
Murilio dan Villamil (2011) bakteri ini juga memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri patogen tertentu didukung oleh produk ekstraselular yang
dihasilkannya seperti subtilin, coagulin, protease-resistant isocoumarin, naphthol-
AS-BI- phospholidase, surfactin, iturins, bacilysin, aminocoumacin, dan
polyfermenticum. Ulhaq (2014) memiliki pendapat bahwa bakteri ini mampu
melakukan biodegradasi bahan pencemar seperti senyawa rekalsitran dan xenobiotik.
Jenis Bacillus sp. yang sering dimanfaatkan sebagai probiotik antara lain Bacillus
subtilis, B. licheniformis, B. clausii, B. coagulans, B. cereus, B. pumilus, dan B.
Laterosporus.
5.3. Streptococcus sp.
Streptococcus sp. termasuk dalam kelompok bakteri non motil yang
mengandung sel gram positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyanto (2017),
Streptococcus adalah salah satu genus dari bakteri nonmotil yang mengandung sel
gram positif. Menurut Yuwono (2009) Klasifikasi dari streptococcus ke dalam
kategori utama adalah berdasarkan seri observasi selama beberapa tahun, yaitu
morfologi koloni dan reaksi hemolitik pada agar darah, spesifik serologi dari dinding
sel group-spesifik substansi dan dinding sel yang lain atau antigen kapsula, reaksi
biokimia dan resisensi pada faktor fisikal dan kimia, dan corak ekologi
Bakteri ini memiliki ciri umum yaitu berbentuk bulat yang berkarakter
membentuk rantai atau berpasangan selama pertumbuhan. Ciri khas yang dimiliki
oleh bakteri ini adalah kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur yang tergabung
menjadi rantai. Hal ini disampaikan oleh Yuwono (2009) Streptococcus adalah
bakteri gram positif berbentuk bulat yang berkarakter membentuk rantai atau
berpasangan selama pertumbuhan. Ciri khas organisme ini adalah kokus tunggal
berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. Kokus membelah
pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. 18 Anggota-anggota rantai
sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai
batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor
lingkungan.
Sel pada bakteri ini memilki kapsul karena merupakan bakteri pathogen. Hal
merujuk pada pernyataan Fifendy (2017), hanya bakteri pathogen yang memilki
kapsul pada selnya. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan diri dari antibody
inang. Bakteri Streptococcus melakukan reproduksi secara aseksual, yaitu dengan
pembelahan biner dan seksual dengan konjugasi, transduksi, dan transformasi. Hal
ini disampaikan oleh McShan (2016), transformasi, konjugasi, dan transduksi adalah
cara umum pertukaran genetik pada bakteri. Transduksi pada Streptococcus merinci
bagaimana lima fag (tiga litik dan dua lisogenik) dapat mentransduksi resistensi
streptomisin. Transduksi dapat berperan dalam penyebaran gen di antara spesies
streptococcus terkait.
Streptococcus sp memiliki sifat anaerob fakultatif.hal ini disampaikan oleh
Yuwono (2009) Streptococcus bersifat anaerob fakultatif, walaupun beberapa strain
tumbuh lebih baik pada dalam kondisi anaerobik. Bakteri ini berkembang pada suhu
37℃ dan Ph sekitar 7. Hal ini disampaikan Priyanto (2017), Perkembangbiakan
bakteri Streptococcus sp. dapat hidup pada kadar Ph 7,4- 7,6, suhu pertumbuhan
berada di 37℃, dan media isolasi primer adalah agar darah dengan oksigen yang
rendah karena oksidasi intraseluler dapat menghasilkan hidrogen peroksida yang
bersifat toksik bagi bakteri.
Bakteri ini merupakan salah satu bakteri pengkolonisasi awal dan organisme
terbanyak pada awal terbentuknya plak. Hal ini disampaikan oleh Newman et. al.
(2012) Streptococcus sp. merupakan salah satu bakteri pengkolonisasi awal dan
organisme terbanyak pada awal terbentuknya plak. Jumlah bakteri Streptococcus sp.
dalam 4 sampai 8 jam pertama sebanyak 60% sampai 80%. Bakteri tersebut
menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri lainnya. Pryanto (2017)
menambahkan pendapat, bahwa bakteri streptococcus menyebabkan infeksi yang
bervariasi dari ringan hingga berat, dari infeksi tenggorokan ringan hingga radang
paru-paru dan selaput otak.
5.4. Staphylococcus sp.
Staphylococcus sp. termasuk dalam kelompok bakteri anaerob fakultatif gram
positif berbentuk coccus. Hal ini disampaikan oleh Helmi (2018) Staphylococcus sp.
dikenal sebagai bakteri kokus anaerob fakultatif Gram positif dan umumnya
menyebabkan infeksi. Bakteri ini memiliki ciri-ciri, yaitu tidak bergerak dan tidak
dapat menghasilkan spora. Hal ini merujuk pada pernyataan Adytia (2017), bakteri
ini bersifat Gram-positif yang berbentuk kokus dan tersusun dalam rangkaian tidak
beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak
bergerak serta tidak mampu membentuk spora. Selain itu, bakteri ini bersifat
patogenik karena mempunyai enzim ekstraseluler, toksin, serta sifat invasif strain
tersebut.
Bentuk tubuh yang dimiliki oleh bakteri Staphylococcus sp. adalah bulat
(coccus). Hal ini disampaikan oleh Adytia (2017), Staphylococcus sp. memiliki
bentuk coccus tidak beraturan, pada keadaan mikroskopis berwarna biru keunguan.
Sel pada bakteri ini memilki kapsul karena merupakan bakteri pathogen. Pernyataan
ini sesuai dengan pendapat Fifendy (2017), hanya bakteri pathogen yang memilki
kapsul pada selnya. Kapsul berfungsi untuk melindungi sel dari kekeringan.
Bakteri ini bereproduksi secara aseksual dengan proses pembelahan biner
untuk memperbayak diri. Hal ini disampaikan oleh Agmala (2018), Staphylococcus
sp. berkembang biak secara aseksual yaitu dengan melakukan pembelahan binner.
Selain itu, juga melakukan reproduksi seksual dengan transformasi. James (2010)
memiliki pendapat bahwa, transformasi membutuhkan DNA dari luar sel yaitu DNA
yang telah dilepaskan oleh sel-sel mati, hal ini merupakan cara Staphylococcus
mendapat virulensinya.
Habitat bakteri ini pada manusia ditemukan pada saluran pencernaan,, kulit,
dan saluran pernapasa. Adytia (2017) menyampaikan bahwa, Staphylococcus sp
adalah flora normal pada kulit manusia, saluran pernapasan dan saluran pencernaan
hampir 40-50% manusia merupakan pembawa Staphylococcus sp. Bakteri ini dapat
menimbulkan infeksi pada anak-anak, dan lansia. Hal ini disampaikan oleh Adytia
(2017), bakteri ini dapat menimbulkan infeksi bernanah dan abses yang biasa
menyerang anak – anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, diversitas bakteri yang ada disekitar ada dua jenis
yaitu bakteri berbentuk bulat (coccus) dan bakteri berbentuk batang (bacil). Bakteri
berbentuk bulat yang ditemukan contohnya Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.
yang keduanya adalah bakteri pathogen karena dapat menimbulkan infeksi. Sedangkan
bakteri berbentuk batang contohnya Lactobacillus sp. dan Bacillus sp. yang keduanya
sering disebut dengan bakteri asam laktat karena berperan dalam proses fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA
Adytia, W. 2017. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus Sp. Pada Luka Penderita
Diabetes Melitus (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Agmala, A. B. 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Serbuk Biji Cempedak
(Artocarpus champeden) Terhadap Pertumbuhan Methicillint Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
Aqil, H. dkk. 2015. Isolasi dan Pengayaan Bakteri Lactobacillus Dari Rumen Sapi.
Momentum, 11(2) : 93-98
De Vos, Paul, George M. Garrity, Dorothy Jones, Noel R. Krieg, Wolfgang Ludwig, Fred A.
Rainey, Karl-Heinz Schleifer and William B. Whitman. 2009. Bergey’s Manual of
Systematic Bacteriology 2nd Edition Volume Three : The Firmicutes. Bergey’s
Manual Trust. New York.
Fifendy, Mades. 2017. Mikrobiologi. Jakarta : Kencana.
Hamtini. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bacillus sp. dari Ikan Lele (Clarias sp.) serta
Potensinya sebagai Probiotik. Tesis. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Helmi, T. Z., Darmawi, D., Azhar, A., Fakhrurrarzi, F., & Azhar, A. 2018. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureusPada Vagina Sapi Aceh (Isolation and
Identification of Staphylococcus aureus Bacteria In Vagina of Aceh Cattle). JURNAL
ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 2(3), 341-350.
James, Joyce, dkk. 2010. Sains Keperawatan. Jakarta : Erlangga.
Khanifah, K. 2012. Uji potensi probiotik Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus
halus itik mojosari (Anas plathyrinchos) secara in vitro (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Lestari, P. B. & Triasih, W. H. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang : Penerbit
Gunung Samudera
Lokapirnasari, W. P., Widodo, O. S., & Koestanti, E. 2018. Potensi Bakteri Lactococcus sp.
dan Lactobacillus sp. untuk Peningkatan Kualitas Limbah Kulit Kacang Sebagai
Alternatif Bahan Pakan [Potential of Lactococcus sp. and Lactobacillus sp. Bacteria
for Quality Improvement of Peanut Peel Waste as Alternative Feed
Ingredients]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 10(1), 54-58.
McShan, W. M., & Nguyen, S. V. 2016. The bacteriophages of Streptococcus pyogenes.
In Streptococcus pyogenes: Basic Biology to Clinical Manifestations [Internet].
University of Oklahoma Health Sciences Center.
Murilio, I. dan L. Villamil. 2011. Bacillus cereus and Bacillus subtilis Used as Probiotics in
Rotifer (Branchionus plicatilis) Cultures. Journal Aquaculture Research and
Development. S1 : 007
Mustaqim et. al. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik Pada Saluran Pencernaan
Ikan Lais (Kryptopterus spp.). JOM FMIPA, 1(2) : 248-257
Newman, M. G. et. al. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology. 11thed. China : Saunders
Elsevier
Onibala, Heni. 2013. Identifikasi Bacillus sp. Pada Beberapa Tahapan Pengolahan Frozen
Tasteless Smoked Tuna. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 9 (2).
Priyanto, A. 2016. Perbandingan Tingkat Resistensi Produk Handsanitizer Dengan Sabun
Cuci Tangan Terhadap Bakteri Yang Terdapat Di Tangan (Doctoral dissertation, FKIP
UNPAS)
Rima, Komang. 2018. Isolasi dan Karakterisasi Bacillus sp. Sebagai Kandidat Probiotik Dari
Hutan Manggrove Desa Margasari Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung : Bandar Lampung
Sastrahidayat, I. R. 2011. Fitopatologi : Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang : UB Press
Siahaan et. al. 2016. PRODUKSI PROTEIN TOTAL, TOTAL BAKTERI Escherichia coli,
DAN TOTAL BAKTERI Lactobacillus sp. PENYIMPANAN PELET CALF STARTER
DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH KUBIS TERFERMENTASI. Undergraduate
thesis, Fakultas Peternakan & Pertanian Universitas Diponegoro : Semarang
Sopyan, A. S. 2009. Karakterisasi Fisiologi dan Identifikasi Molekular IsolatIsolat Bacillus
spp. Penghasil Bakteriosin Asal Hutan Wana Wisata Cangkuang. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.
Ulhaq, M. F. 2014. Pemberian Probiotik Bacillus sp. pada Media Pemeliharaan Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) untuk Pecegahan Penyakit Motile Aeromonads
Septicemia. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yahya, Y., Nursyam, H., Risjani, Y., & Soemarno, S. 2014. Karakteristik Bakteri di Perairan
Mangrove Pesisir Kraton Pasuruan (Characterization of Bacteria Isolated from
Mangrove Coastal Waters of Kraton, Pasuruan). ILMU KELAUTAN: Indonesian
Journal of Marine Sciences, 19(1), 35-42.
Yuwono, L. F. 2009. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Teh (Camellia sinensis) Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus sp. Pada Plak Gigi Invitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret : Surakarta
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 27 April 2020


Mengetahui,
Asisten Praktikan

Nida Anisah Muhammad AmmarNH


24020117140049 24020119130106

Anda mungkin juga menyukai