Anda di halaman 1dari 13

UJI METABOLISME BAKTERI

Laporan Praktikum

Untuk memenuhi tugas matakuliah mikrobiologi

Yang dibimbing oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti. M. Pd

Disusun oleh :

Kelompok 3 Offering I

Bay Ummu S. Z. (170342615513)

Fairus Zain (170342615564)

Fitriana Hadayani (170342615514)

Fitriana Shalehah (170342615542)

Hanif Amirusdi P. (170342615586)

Indah Anggita (170342615559)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Maret 2019
TOPIC

Topic praktikum adalah “Uji Metabolisme Bakteri”

TANGGAL

Praktikum dilakukan pada hari Selasa, tanggal 18 Maret 2019

TUJUAN

1. Untuk mengetahui kemampuan menghidrolisis amilum


2. Untuk mengetahui kemampuan menghidrolisis protein.
3. Untuk mengetahui kemampuan menghidrolisis lemak

DASAR TEORI

Untuk memenuhi kebutuhan energy, setiap makhluk hidup harus melakuka


metabolisme. Metbolisme adalah semua kegiatan kimia yang menggunakan atau
menghasilkan enekrgi yang terjadi pada suatu sel hidup. Terdapat proses anabolisme dan
katabolisme yaitu anabolisme merupakan sintesis protoplasma yang membutuhkan energy
serta katabolisme yaitu pembentukan energy yang yang beriringan dengan terjadinya oksidasi
substrat (Priyani 2003)

Kegiatan metabolism pada makhluk hidup sangat bergantung dengan keberadaan


enzim. Bakteri memiliki dua macam enzim. Yang pertama adalah endoenzim, merupakan
enzim yang bekerja didalam sel yang bersifat katabolic ataupun anabolic. Sedangkan
enzimyang disekresikan diluar tubuh sel adalah eksoenzim. Eksoenzim sebagian bersifat
hidrolotik sehingga dapat menguraikan molekul kompleks menjadi molekuk lebih sederhana
(Waluyo, 2004).

Komponen esensial yang hidup pada bakteri seperti protoplasma memiliki komponen
yang sama seperti semua organisme hidup yang terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen,
nitrogen, sulfur dan fosfor dengan beberapa elemen yang jumlahnya lebih sedikit. Pada
umumnya sebagian besar tubuh bakteri terdiri dari 80-85 % air. Terdapat protein,
karbohidrat, lipid, dan ada asam nukleat, dan komponen penting lain yaitu enzim (Syauqi,
2017 )
Untuk mengetahui kemampuan metabolism bakteri, diperlukan identifikasi pada
biakan murni bakteri. Kemudian dilakukan pengujian antara lain yaitu uji hidrolisis amilum,
uji hidrolisis lemak dan uji hidrolisis protein (Hastuti, 2012)
ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Jarum inokulasi lurus
b. Pipet
c. Tabung reaksi
d. Inkubator
e. Gelas Ukur 10 ml
f. Lampu Spiritus
g. Beaker glass 400 ml
h. Rak tabung reaksi
2. Bahan
a. Biakan murni koloni pada pengenceran 10-1 dan 10-3 hasil praktikum uji
kualitas mikrobiologi makanan.
b. Medium Amilum Agar (AA)
c. Medium Skim Milk Agar (SMA)
d. Medium NA yang mengandung 1% minyak zaitun dan neutral red
e. Medium nutrient cair
f. Lisol
g. Sabun cuci
h. Lap
i. Larutan iodium
j. Alkohol 70%

PROSEDUR KERJA

A. Uji adanya kemampuan menghidrolisis amilum


Disediakan 2 medium lempeng medium amilum agar, diberi kode A (koloni 10-1) dan
B (Koloni 10-2). Tiap medium dibuat garis tengah pada bagian dasar cawan petri
Diinokulasikan menggunakan jarum inokulasi biakan murni koloni bakteri 10-1 pada
setengah bagian medium A dan koloni bakteri 10-3 pada setengah bagian medium B
sedangkan setengah bagian yang tersisa dipai untuk kontrol. Kemudian diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 1x24 jam.

Dituangkan larutan iodium ke permukaan medium dan diperhatikan warna yang


terjadi di sekeliling goresan garis inokulasi. Bagian jernih di sekeliling koloni bakteri
menunjukkan adanya hidrolisis amilum oleh bakteri tersebut, sedangkan bagian lainya
berwarna biru kehitaman.

B. Uji adanya kemampuan menghidrolisis protein

Disediakan 2 medium lempeng medium skim milk agar (SMA), diberi kode A (koloni
10-1) dan B (Koloni 10-2). Tiap medium dibuat garis tengah pada bagian dasar cawan
petri

Diinokulasikan menggunakan jarum inokulasi biakan murni koloni bakteri 10-1 pada
setengah bagian medium A dan koloni bakteri 10-3 pada setengah bagian medium B
sedangkan setengah bagian yang tersisa dipai untuk kontrol. Kemudian diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 1x24 jam.

Diamati warna medium. Koloni bakteri yang dapat menghidrolisis casein akan
dikelilingi oleh daerah yang jernih, sedangkan bagian lainnya akan nampak tetap
berwarna putih susu.

C. Uji adanya kemampuan menghidrolisis lemak

Disediakan 2 medium lempeng medium NA yang mengandung 1% minyak zaitun


dan indicator Neutral Red, diberi kode A (koloni 10-1) dan B (Koloni 10-2). Tiap
medium dibuat garis tengah pada bagian dasar cawan petri
Diinokulasikan menggunakan jarum inokulasi biakan murni koloni bakteri 10-1
pada setengah bagian medium A dan koloni bakteri 10-3 pada setengah bagian medium
B sedangkan setengah bagian yang tersisa dipai untuk kontrol. Kemudian
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1x24 jam.

Diamati warna medium. Koloni bakteri yang dapat menghidrolisis lemak akan
menyebabkan penurunan pH medium sehingga terbentuk warna merah pada bagian
bawah koloni bakteri. Jika tidak terjadi hidrolisis lemak, maka medium tetap dalam
pH mendekati netral dan berwarna kuning pada bagian bawah koloni bakteri.

HASIL

Kemampuan Menghidrolisis
Spesies Bakteri
Amilum Protein Lemak
A (10−1 ) - - -
B (10−3) + - -

Keterangan : +++ : Kemampuan menghidrolisis tinggi


++ : Kemampuan menghidrolisis sedang
+ : Kemampuan menghidrolisis rendah
- : Tidak dapat menghidrolisis

Setelaj diberi iodium Uji Metabolisme Lemak


Uji Metabolisme Amilum Uji Metabolisme Protein
ANALISIS DATA
Dari data yang di dapat menunjukkan bahwa pada spesies bakteri A (10−1 ) tidak dapat
menghidrolisis amilum, protein maupun lemak. Sedangkan pada spesies bakteri B (10−3)
hanya memiliki kemampuan menghidrolisis amilum akan tetapi kemampuannya dalam
menghidrolisis amilum rendah
PEMBAHASAN
Uji biokimia merupakan salah satu uji untuk identifikasi bakteri, uji-uji tersebut
digunakan untuk mengetahui aktivitas metabolisme mikroorganisme. Sifat metabolisme
bakteri dalam uji biokimia diamati dari interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan
reagen-reagen kimia dan kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber
karbon dan sumber energi.
Hidrolisis Amilum
Enzim selulase yang dapat menguraikan polisakarida jenis selulosa menjadi unit-unit
glukosa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji selulase dengan terbentuknya zona bening di
sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Pada praktikum yang dilakukan terhadap bakteri A (dari
pengenceran 10-1) didapatkan hasil tidak terdapat warna bening disekitar bakteri saat ditetesi
larutan iodium, hal ini berarti bakteri tidak menghasilkan enzim α-amilase yang cukup untuk
menghidrolisis amilum. Akan tetapi pada bakteri B (dari pengenceran 10 -3) terdapat sedikit
warna bening disekitar bakteri, yang artinya bakteri menghasilkan enzim α-amilase yang
tidak banyak untuk menghidrolisi amilum.
Menurut Suhartono (1989), hidrolisis amilosa oleh α-amilase terjadi melalui dua
tahap. Tahap pertama adalah penguraian amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang
terjadi secara acak. Penguraian ini terjadi secara cepat yang diikuti dengan menurunnya
viskositas dengan cepat. Tahapan kedua berlangsung relatif lambat, dengan pembentukan
glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir.
Hasil uji positif pada uji hidrolisis pati ditandai dengan terbentuknya zona bening di
sekitar daerah pertumbuhan bakteri setelah diberi beberapa tetes larutan lugol iodin. Hal ini
memberikan informasi bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim α- amilase yang
dapat menghidrolisis pati/amilum menjadi sakarida yang lebih sederhana lagi seperti maltosa
dan glukosa. Pada hidrolisis pati, enzim yang berperan adalah α-amilase yang bekerja
memutuskan ikatan dengan konfigurasi α pada pati. Hidrolisis pati oleh enzim α-amilase
terbagi dalam dua jalur, yaitu hidrolisis amilosa dan hidrolisis amilopektin (Wahyuni, 2014).
Hidrolisis Protein.
Sifat proteolitik bakteri ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar koloni
bakteri sebagai hasil dari pemutusan ikatan peptida protein menjadi peptida yang lebih kecil
(Muharni dkk., 2013; Nurkasanah & Widodo, 2015). Kasein dalam susu skim merupakan
protein susu yang terdiri dari fosfoprotein yang berikatan dengan kalsium membentuk garam
kalsium kalseinat sehingga berwarna putih. Susu skim tersebut juga membuat warna medium
menjadi putih. Enzim protease yang dihasilkan oleh bakteri menyebabkan kasein terhidrolisis
menjadi asam amino yang larut sehingga warna putih menghilang dan terbentuk zona bening
di sekitar koloni bakteri (Pakpahan, 2009).
Pada praktikum yang dilakukan terhadap bakteri A (dari pengenceran 10-1) didapatkan
hasil tidak terdapat warna bening disekitar bakteri, hal ini berarti bakteri tidak menghasilkan
enzim protease yang cukup untuk menghidrolisis protein. Pada bakteri B (dari pengenceran
10-3) juga tidak terdapat warna bening disekitar bakteri, yang artinya bakteri tidak
menghasilkan enzim protease yang cukup untuk menghidrolisi protein.
Bakteri proteolitik mampu memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim
pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel (Abraham
et al., 1993). Penentuan kemampuan bakteri proteolitik dilakukan dengan menggunakan
media selektif yang mengandung kasein yaitu Skim Milk Agar (SMA) (Fardiaz, 1993).
Menurut Susanti (2002), susu skim mengandung kasein yang berfungsi sebagai substrat
enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan adanya aktivitas hidrolitik enzim
protease dan peptidase. Enzim protease dan peptidase, berperan dalam proses hidrolisis
kasein menjadi peptida-peptida dan asam-asam amino yang larut. Kasein di dalam media
SMA terhidrolisis ditandai dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri. Aktivitas
proteolitik ditunjukkan dengan semakin lebarnya zona bening tersebut. Hasil perombakan
polimer protein hanya ditunjukan dengan adanya zona jernih yang menandakan protein telah
dirombak menjadi senyawa peptida dan asam amino yang sifatnya terlarut dalam medium
(Irena, 2010).
Hidrolisis lemak
Uji hidrolisis lemak yang dilakukan pada bakteri dilakukan untuk mengetahui apakah
bakteri tersebut dapat menghidrolisis lemak menjadi asam gliserol. Asam lemak ini kemudian
dijadikan sebagai komponen sel bakteri ataupun energi sebagai sumber karbon bagi
kehidupannya. Suastuti (2009) menjelaskan, mikroorganisme termasuk bakteri sebagian besar
mampu memanfaatkan minyak/lemak sebagai sumber karbon dan energinya, bakteri yang
mempunyai kemampuan tersebut sering dikenal sebagai bakteri lipolitik. Sifat lipolitik
bakteri tersebut berpotensi sebagai agen bioremediasi. Tahap awal yang harus dilakukan
untuk mendapatkan bakteri lipolitik ialah mengisolasi bakteri dalam medium NA (Nutrient
Agar) dengan 1% minyak zaitun dan Neutral Red agar dapat mendegradasi lipid.

Pada praktikum yang telah dilakukan, penggunaan 1% minyak zaitun berfungsi


sebagai sumber karbon bagi bakteri agar bakteri dapat menghidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol (Dahliaty, dkk. 2012). Berdasarkan data Chemical European
Bioinformatics Institute (2015), Neutral Red merupakan sebuah zat pemberi warna merah
yang netral, berperan sebagai indikator pH. pH tersebut nantinya akan merubah warna merah
menjadi kuning dengan pH kisaran antara 6,8 sampai 8,0. Berdasarkan hasil praktikum,
bakteri A (pengenceran 10-1) dan bakteri B (pengenceran 10-3) tidak dapat menghidrolisis
lemak. Hal ini menandakan kemampuan mengeluarkan enzim pada bakteri sedikit dalam
mendegradasi lemak, yang dapat dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi kerja
bakteri. Menurut Syaiful, dkk (2009), aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, temperature, dan pH, kecepatan reaksi enzim dipengaruhi kerja enzim,
semakin banyak konsentrasi enzim, maka reaksi akan lebih cepat, sehingga semakin banyak
substrat digunakan.

Hasil pada bakteri A dan B yang tidak dapat menghidrolisis lemak juga menandakan
adanya pH < 7 karena tidak terdapat perubahan warna (warna tetap merah) pada medium
setelah diinokulasikan dengan menggunakan bakteri A dan B. Menurut Elyza, dkk (2015),
diameter zona kuning pada medium dapat mengindikasikan bahwa terdapat enzim lipase
yang dihasilkan oleh bakteri. Jika zona kuning tersebut luas, maka enzim yang dihasilkan
tinggi dan jika diameter zona kuning kecil maka enzim lipase yang dihasilkan rendah.
Menurut Oktavia et al., (2012), turunnya kadar lemak disebabkan oleh lemak yang
terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan mudah
mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan kadar lemak menurun. Hal ini disebabkan
karena asam yang terbentuk dapat memecah komponen lemak yang komplek menjadi
komponen yang lebih sederhana sehingga menyebabkan kandungan lemak menurun.
KESIMPULAN
Hasil uji positif pada uji hidrolisis amilum ditandai dengan terbentuknya zona bening
di sekitar daerah pertumbuhan bakteri setelah diberi beberapa tetes larutan lugol iodium. Hal
ini memberikan informasi bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim α- amilase yang
dapat menghidrolisis amilum menjadi sakarida yang lebih sederhana lagi seperti maltosa dan
glukosa.
Hasil uji positif pada uji hidrolisis protein ditandai dengan terbentuknya zona bening
di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Hal ini memberikan informasi bahwa bakteri tersebut
dapat menghasilkan enzim protease yang dapat menghidrolisis kasein menjadi peptida-
peptida yang larut dalam air. Akan tetapi pada percobaan yang dilakukan tidak ada bakteri
yang bersifat proteolitik karena hasilnya tidak terdapat zona bening pada sekitar bakteri.
Bakteri A (pengenceran 10-1) dan bakteri B (pengenceran 10-3) tidak dapat
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dan memiliki pH < 7 dengan ditandai
bakteri yang telah diinokulasikan pada medium tidak memiliki perubahan warna.

DISKUSI

1. Adakah perbedaan kemampuan menghidrolisis amilum, protein, dan lemak


antara Bakteri E.coli, Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus?
Jawaban: Pada praktikum kali ini kami tidak memakai bakteri E.coli, Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus. Tetapi kami menggunakan bakteri yang di dapat
saat percobaan di praktikum uji kualitas air minum yaitu bakteri koloni A (10−1)
dan bakteri koloni B (10−3) yang dapat dibuktikan melalui tabel di bawah ini :

Kemampuan Menghidrolisis
Spesies Bakteri
Amilum Protein Lemak
A (10−1 ) - - -
B (10−3) + - -

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data, yaitu bakteri koloni A (10−1 ) tidak
memiliki kemampuan menghidrolisis amilum, protein, dan lemak. Sedangkan bakteri koloni
B (10−3) memiliki kemampuan menghidolisis amilum yang rendah, dan tidak mampu dalam
menghidolisis protein dan lemak. Data diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan tingkat
kemampuan menghidolisis amilum, protein, dan lemak antara bakteri koloni A (10−1) dan
koloni B (10−3 ). Selain itu, dalam satu spesies juga memiliki kemampuan menghidrolisis
amilum, protein, dan lemak yang berbeda.
2. Adakah perubahan yang terjadi pada medium setelah dilakukan pengujian
adanya hidrolisis amilum, protein dan lemak? Bila ada berikan penjelasan!
Jawaban: Terdapat perubahan yang terjadi pada medium setelah dilakukan
pengujian adanya hidrolisis amilum, protein dan lemak. Perbedaan jumlah sel
bakteri pada tiap jenis bakteri dapat memberikan pengaruh yang nyata. Semakin
banyak jumlah sel bakteri, maka semakin banyak sel yang melakukan
metabolisme, akibatnya semakin luas daerah jernih pada medium.
LAMPIRAN

Uji Metabolisme Lemak Uji Metabolisme Protein

Uji Metabolisme Amilum


DAFTAR PUSTAKA
Abraham A, G., G, Antoni L., & Añon A, C. (1993). Proteolytic Activity of Lactobacillus
bulgaricus Grown in Milk. Journal of Diary Science. 1498-1505.
Chemical European Bioinformatics Institute. 2015.
https://www.ebi.ac.uk/chebi/searchId.do;?chebiId=CHEBI:86370

Dahliaty, A., Susanti, R., Haryani, Y. 2012. Skrining Bakteri Lipolitik Dari Air Sungai Siak
Di Daerah Pelita Pantai Kota Pekanbaru. J. Ind.Che.Acta, Vol. 3 (1): 1-4.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=31339&val=2265

Elyza, F., Gofar, N., Munawar. 2015. Identifikasi Dan Uji Potensi Bakteri Lipolitik Dari
Limbah SBE (Spent Bleaching Earth) Sebagai Agen Bioremediasi. Jurnal Ilmu
Lingkungan, Vol. 13 (1): 12-18. https://media.neliti.com/media/publications/137039-
ID-identifikasi-dan-uji-potensi-bakteri-lip.pdf

Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Hastuti, Sri Utami.2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Irena, A., (2010). Isolasi Dan Optimasi Protease Bakteri Termofilik Dari Sumber Air Panas
Tangkuban Perahu Bandung. Unpublished Thesis, Departemen Biokimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor.
Muharni, Juswardi & Prihandayani, I. (2013). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Termofilik
Penghasil Protease dari Sumber Air Panas Tanjung Sakti Lahat Sumatera Selatan.
Jurnal FMIPA UNILA, 1 (1),139-143.
Nurkasanah, S. & Widodo. (2015). The Effect of Different Media Content on Protease
Activity Bacillus subtilis. Jurnal Biotropika, 3 (2), 104-106.
Oktavia, A.D. Mangunwidjaja, D. dan Wibowo, S. 2012. Pengelolahan Limbah Cair
Perikanan Menggunakan Konsorsium Mikroba Indigenous Proteolitik dan Lipolitik.
Jurnal Agrointek. 6(2): 65- 71. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-
content/uploads/2013/02/JURNAL-1-Pengolahan-Limbah-Cair-Perikanan-
Menggunakan-Konsorsium-Mikroba.pdf
Pakpahan, R. (2009). Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Protease Termofilik dari Sumber Air
Panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera Utara. Unpublished Master thesis,
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Priani, N. (2003). Metabolisme Bakteri. Jurusan Biologi, Universitas Sumatra Utara

Suhartono. 1989 Enzim dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


Suastuti, N. G. A. M. Dwi Adhi. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa
yang dibuat Dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Jurnal kimia. Vol. 3 (2)
Jimbrana : 69-74

Syaiful. Amalia, S dan Zulkarnain, A. 2009. Hidrolisa Minyak Jagung (Corn Oil) Secara
Enzimatik, Penentuan Kondisi Operasi Optimum, Permodelan Matematik dan
Penentuan Konstanta Kapasitas. Jurnal Teknik Kimia. 3 (16): 21-31

Syauqi, A. (2017). Mikrobiologi Lingkungan Peranan Mikroorganisme dan Kehidupan.


Penerbit Andi.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhamadiyah Malang: Malang

Anda mungkin juga menyukai