TUJUAN
1) Memahami mekanisme reaksi dalam uji indol.
2) Menganalisis kemampuan bakteri dalam
memecah
asam
amino
tryptophan.
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif indol atau
negatif indol
II.
PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini, dilakukan uji produksi indol yang dihasilkan dari
tryptophan (suatu asam amino esensial) dengan enzim yang dikeluarkan
bakteri (triptofanase). Beberapa bakteri yang akan diuji adalah bakteri
Escherichia coli, Psedomonas, Bacillus cereus, Bakteri A, dan Bakteri B
yang diinkubasi ke dalam media kaldu trypton 1% selama 24-42 jam pada
suhu 37C. Setelah diinkubasi, masing-masing bakteri ditetesi reagen Kovac.
Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin berwarna merah muda (merah
cherry). Produksi indol merupakan ciri khas dari bakteri intestinal.
III.
TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat sering dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate. i merupakan huruf penghubung). Tes
IMViC sering digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae. Hal ini didasarkan pada kemampuan bakteri golongan
intestinal atau Enterobacteriaceae dalam menguraikan triptofan untuk
menghasilkan indole akibat enzim yang dimilikinya (triptofanase).
V.
BAHAN
1. Biakan E. coli, B. Cereus,
Pseudomonas, bakteri A dan B
2. 4 tabung medium kaldu trypton 1%
3. 1 tabung medium kaldu trypton 1%
+ glukosa 1%
4. Larutan kovac
Hasil
Pengamatan
1.
2.
Gambar 5. Cincin pada
permukaan medim berisi
Bakteri E.coli setelah
ditetesi Kovac
merah
di
permukaan
3.
kovac
di
terbentuk
ruang
asam,
cincin
tidak
merah
di
bakteri.
Setelah
terbentuk
cincin
merah
VI.
ANALISIS
Tabel 1. Hasil Uji Produksi Indol setiap Bakteri
No
Bakteri
Produksi Indol
.
1.
2.
3.
4.
5.
E. coli
Bacillus cereus
Psedomonas
Bakteri A
Bakteri B
+
+
+
+
KESIMPULAN
1) Warna medium setelah melalui tahap inkubasi dapat dijadikan metode
untuk membedakan antar anggota famili Enterobacteriaceae. Bakteri yang
tergolong Enterobacteriaceae yang memfermentasi laktosa atau glukosa
DAFTAR PUSTAKA
Cowan dan Steels. 1965. Manual for The Identification of Medical
Bacteria 3rd edition. USA: Cambridge University Press.
http://en.wikipedia.org/wiki/Indole_test (Diakses pada 5 Maret 2011)
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIAMIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (Diakses pada 5 Maret
2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/indole.jpg
idge U (Diakses pada 5 Maret 2011)
UJI IMViC-UJI REAKSI METIL MERAH
I.
TUJUAN
1. Memahami mekanisme reaksi dalam uji reaksi metil merah.
2. Menganalisis kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa.
3. Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif metil
merah atau negaitf metil merah
II.
PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini, biakan bakteri (Escherichia coli, Psedomonas,
Bacillus cereus, Bakteri A, dan Bakteri B) diinokulasikan kedalam media
MR-VP lalu diinkubasi pada suhu 37OC selama 24-42 jam. Setelah diinkubasi,
biakan ditetesi reagen metil merah. Metil merah berguna sebagai indikator
asam basa. Hasil percobaan dinyatakan positif apabila terdapat cincin
berwarna merah (pH sekitar 4), dan negatif apabila terdapat cincin berwarna
kuning (pH >6).
III.
TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
Beberapa
bakteri
dapat
memfermentasikan
glukosa
dan
IV.
V.
BAHAN
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus,
Pseudomonas, bakteri A dan bakteri B
2. 4 tabung medium MR-VP
3. Reagen metil merah
Hasil
Gambar 3. Bakteri E.coli
setelah ditetesi Metil merah
Pengamatan
Nama Bakteri : Escherichia coli
Medium
: Kaldu MR-VP
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
: Setelah
diinkubasi, warna medium menjadi
kuning keruh yang menandakan
pertumbuhan
bakteri. Setelah
ditetesi metil merah, hasilnya
2.
Gambar 5. Bakteri
Pseudomonas setelah ditetesi
Metil merah
4.
5.
VI.
ANALISIS
Tabel 1. Hasil Uji Metil Merah setiap Bakteri
No
.
Bakteri
1.
2.
3.
4.
5.
E. coli
Bacillus cereus
Psedomonas
Bakteri A
Bakteri B
Reaksi setelah
ditambahi Metil
Merah
+
+
+
+
-
dalam
produksi asam masih kurang. Dengan kata lain, pH belum mencapai 4,4 dan
tidak dapat memerahkan reagen metil merah, melainkan mengubah warnanya
menjadi orange saja. Dari warna orange ini dapat dikatakan bahwa E. coli ,
Bacillus, bakteri A menunjukkan MR yang positif, namun produksi asamnya
yang belum sempurna. Pada medium berisi Pseudomonas, warna cincin
adalah merah yang menandakan produksi asam sudah sempurna.
Penyebab warna merah di permukaan adalah akibat reaksi fermentasi
glukosa saja, fermentasi laktosa dan sukrosa tidak terjadi. Sel lebih memilih
untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa adalah
monosakarida yang dapat langsung masuk ke dalam jalur metabolisme
(glikolisis). Media yang mengandung sedikit glukosa dibanding laktosa dan
sukrosa, akan menyebabkan jumlah asam pada permukaan hilang secara cepat
KESIMPULAN
1) Uji reaksi metil merah digunakan untuk mendeteksi kondisi keasaman
medium akibat adanya produksi zat yang bersifat asam atau basa pada
metabolism bakteri. Jika reaksi bersifat negatif metil merah, maka bakteri
2)
meningkatkan pH.
3) E.coli, Pseudomonas, dan Bacillus termasuk golongan bakteri positif
metil merah. Bakteri B merupakan bakteri negatif metil merah.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Cowan dan Steels. 1965. Manual for The Identification of Medical
Bacteria 3rd edition. USA: Cambridge University Press.
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIAMIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret
2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/imvic.html (tanggal
akses: 5 Maret 2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/mr.jpg
(tanggal
akses: 5 Maret 2011)
TUJUAN
1) Memahami mekanisme reaksi dalam uji reaksi vogus-proskueur
2) Menganalisis kemampuan bakteri dalam menghasilkan senyawa bukan
asam seperti asetilmetilkarbinol sebagai hasil akhir fermentasi glukosa
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif VP atau
negatif VP.
II.
PRINSIP KERJA
TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate. i merupakan huruf penghubung). Tes
IMViC ini sering digunakan untuk membedakan beberapa bakteri golongan
Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi
glukosa dan laktosa, penguraian triptosan yang menghasilkan indole serta
adanya enzim sitrat permease yang mampu menguraikan natrium sitrat dari
medium khusus yang digunakan.
Uji Vogus-Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme
yang melakukan fermentase dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri
memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama
maka akan terjadi penumpukkan bahan tersebut dalam media pertumbuhan.
Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfa naftol
pada saat pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin (asetil metil
karbinol), suatu senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Dengan adanya penambahan KOH 40%, keberadaan asetoin ditunjukkan
dengan perubahan warna medium menjadi merah , dan perubahan ini makin
jelas dengan penambahan alfa naftol beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya
merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui adanya 2,3 butanadiol.
Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin, dan seperti yang kita ketahui
bahwa asetoin adalah senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga
dapat dipastikan bahwa adanya asetoin dalam media berarti menunjukkan
adanya produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.
Mekanisme
terjadinya
reaksi
pada
Uji
Vogus-Proskueur
dapat
pencernaan
glukosa
menjadi
V.
BAHAN
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus,
Pseudomonas, bakteri A dan bakteri B
2. 4 tabung medium MR-VP
3. Reagen Barrits (alfa naftol dan KOH
40% + 0,3% keratin)
Hasil
2.
Pengamatan
Nama Bakteri : Escherichia coli
Medium
: Kaldu MR-VP
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
:
Setelah diinkubasi, warna medium
menjadi orange.Terdapat substrat
di bagian permukaan dan dasar
medium
yang
menandakan
pertumbuhan
bakteri. Setelah
ditetesi Barrits, tidak timbul cincin
pink (reaksi negatif).
Nama Bakteri : Bacillus cereus
Medium
: Kaldu MR-VP
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
: Setelah
diinkubasi, warna media menjadi
berwarna kuning pekat dan
terdapat busa di permukaan.
3.
Gambar 5. Cincin pada
permukaan medim berisi
Bakteri Pseudomonas setelah
ditetesi Barrits
4.
ANALISIS
Tabel 1. Hasil Reaksi Vogus-Proskauer setiap Bakteri
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Bakteri
E. coli
Bacillus cereus
Psedomonas
Bakteri A
Bakteri B
Reaksi setelah
ditambahi Barrit
+
+
glukosa menjadi asetilmetilkarbinol yang merupakan senyawa awal dari 2,3butanadiol. Asetilmetilkarbinol yang terbentuk ini selanjutnya akan dioksidasi
dengan menggunakan KOH 40%, dan katalis alfanaphtol yang mengubahnya
menjadi diasetil dan guadinin (keratin) yang menyebabkan media menjadi
berwarna merah keunguan. Dengan demikian, bakteri A dan B merupakan
bakteri positif Vogus-Proskaueur atau membentuk senyawa non asam.
X.
KESIMPULAN
1) Uji reaksi Vogus-Proskueur digunakan untuk rnendeteksi senyawa bukan
asam yang dihasilkan bakteri. Reagen barrit digunakan sebagai indikator
apakah bakteri positif V-P atau tidak, yang ditunjukkan dengan adanya
cincin merah.
2) Bakteri A dan B (kemungkinan golongan E. aeruginosa) menghasilkan
senyawa bukan
fermentasi glukosa.
3) Bakteri A dan B termasuk golongan bakteri positif VP. Bakteri E.coli,
Bacillus, dan Pseudomonas termasuk bakteri negatif VP.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Voges (tanggal akses: 8 Maret 2011)
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIAMIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret
2011)
http://www.mesacc.edu/~johnson/labtools/Dbiochem/imvic.html (tanggal
akses: 5 Maret 2011)
TUJUAN
1) Menganalisis kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon.
2) Memahami mekanisme reaksi dalam uji penggunaan sitrat.
3) Mengklasifikasikan bakteri uji kedalam golongan bakteri positif sitrat atau
negatif sitrat
II.
PRINSIP KERJA
Pada percobaan ini akan digunakan media agar miring simmons sitrat.
Sitrat dalam hal ini berperan sebagi satu-satunya sumber karbon yang dapat
menghasilkan energi. Bakteri akan diinokulasikan ke dalam media simmons
sitrat menggunakan metode streak dan stab dan diinkubasi selama 24-42 jam
dengan suhu 37OC. Pada kultur yang positif sitrat warna medium akan berubah
menjadi biru keunguan (pH basa), sedangkan kultur yang negatif sitrat akan
tetap berwarna hijau (pH asam).
A. TEORI DASAR
Pengujian dengan menggunakan metil merah, Vogus-Proskeuer, Uji indol
serta uji penggunaan sitrat seing dikenal sebagai tes IMViC (indole, methyl
red, Vogus-Proskueue, dan citrate, serta i adalah merupakan huruf
penghubung). Tes IMViC ini sering digunakan untuk membedakan beberapa
bakteri golongan Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam
memfermentasi glukosa dan laktosa, penguraian triptofan yang menghasilkan
indole serta adanya enzim sitrat permease yang mampu menguraikan natrium
sitrat dari medium khusus yang digunakan.
Uji sitrat merupakan salah satu pengujian dari kelompok tes IMViC.
Pengujian ini digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Uji ini
menggunakan medium Simmons Sitrat. Dengan adanya sitrat, asam akan
dihilangkan dari medium
III.
ALAT
1. Jarum inokulasi
2. Pembakar Bunsen
BAHAN
1. Biakan E. coli, Bacillus cereus,
Pseudomonas, bakteri A dan B
2. Lima tabung medium agar miring
simmons sitrat
IV.
Hasil
2.
Pengamatan
Nama Bakteri : Escherichia coli
Medium : Agar Miring Simmons
Sitrat
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
: Warna medium
sebelum diinkubasi adalah biru.
Setelah diinkubasi, warna medium
tetap biru namun terdapat substrat
mengikuti pola streak
yang
menandakan pertumbuhan bakteri.
Nama Bakteri : Bacillus cereus
Medium
: Kaldu MR-VP
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
: Setelah inkubasi,
warna media dari yang asalnya
berwarna hijau jadi warna biru dan
terdapat goresan berwarna putih
pada
permukaan
yang
mengindikasikan adanya bakteri.
Gambar 5. Bakteri
Pseudomonas
4.
Gambar 6. Bakteri A
5.
Gambar 7. Bakteri B
V.
ANALISIS
Tabel 1. Penggunaan Sitrat oleh setiap Bakteri
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Bakteri
Hasil
E. coli
Bacillus cereus
Psedomonas
Bakteri A
Bakteri B
+
+
+
+
Hasil percobaan sitrat oleh bakteri E. coli , terjadi perubahan warna dari
hijau menjadi biru. Hasil ini tidak sesuai dengan teori bahwa
E. coli
oksalat dan karbondioksida. Setelah itu medium akan berubah menjadi basa
karena karbon dioksida yang dihasilkan akan bereaksi dengan sodium dan air
dan membentuk sodium karbonat yang bersifat basa. Sodium karbonat ini
mengubah mengubah indikator brom timol biru dari warna hijau menjadi
berwarna biru terang.
VI.
KESIMPULAN
1) Beberapa bakteri dapat memanfaatkan sitrat sebagai pengganti karbon
akibat adanya enzin sitrat permease.
2) Secara kimiawi, pada medium biakan positif sitrat, natrium sitrat akan
bereaksi, dibantu enzim sitrase untuk menghasilkan asam piruvat, asam
oksalat dan karbondioksida.
3) Bakteri E.coli dan Pseudomonas merypakan bakteri negative sitrat.
Bakteri A, B, dan Bacillus merupakan bakteri positif sitrat.
VII.
I.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Voges (tanggal akses: 8 Maret 2
011)
http://www.docstoc.com/docs/22705369/AKTIVITAS-BIOKIMIAMIKROORGANISME-Bakteri-memiliki-berbagai (tanggal akses: 5 Maret
2011)
UJI Agar Triple Sugar Iron (TSI)
TUJUAN
1. Membedakan
kelompok
atau
genus
yang
merupakan
family
PRINSIP KERJA
Percobaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi
hydrogen sulfide (H2S). Digunakan indikator fenol merah untuk memberikan
perubahan warna dari orange-merah menjadi warna kuning bila asam
terbentuk karena adanya proses fermentasi karbohidrat. Medium agar TSI juga
mengandung sodium tiosulfat, sehingga saat diinkubasi terdapat warna hitam
yang mengindikasikan adanya H2S.
III.
TEORI DASAR
Uji Triple Sugar Iron agar (TSIA) merupakan metode yang digunakan
untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam memfermentasikan gula.
Medium TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan
sukrosa,
terdapat
juga
indikator
fenol
merah,
serta
FeSO4
untuk
mengandung sodium tiosulfat , substrat untuk produksi H2S, dan Ferrous sulfat
untuk mendeteksi produk akhir yang tidak berwarna. Setelah inkubasi hanya
organisme yang menghasilkan H2S yang memperlihatkan warna kehitaman
pada ujung tabung karena adanya presipitasi Ferrous sulfida yang tidak
terlarut.
3
+
4a dan
4b*
+
Shigella
+
Salmonell
a
E. Coli
+
Citrobacter
(Sumber: http://www.jlindquist.net/generalmicro/dfmultinf.html)
*Pada tabung 4, lebih banyak gas yang muncul pada tabung ini
**Pada tabung 5, terlihat adanya warna hitam yang merupakan black iron
sulfide yang merupakan hasil fermentasi dari laktosa yang berlebihan
IV.
BAHAN
1. Kultur bakteri Escherechia coli,
Pseudomonas, Bacillus, serta
bakteri A dan B yang tidak
diketahui jenisnya
2. Media agar miring TSI
No.
1.
Hasil
Pengamatan
Nama Bakteri : Escherichia coli
Medium : Agar Miring TSI
Inkubasi
: 42 jam, suhu 37C
Keterangan
: Setelah diinkubasi,
warna medium menjadi orange
keruh dengan intensitas warna
tertinggi di permukaan medium.
Medium terdorong ke permukaan
tabung, tidak terdapat warna merah
di salah satu bagian permukaan
agar; Timbul gelembung gas.
V.
ANALISIS
Escherechia coli
Hasil percobaan menunjukkan bakteri E.coli mampu mengubah agar yang
tadinya berwarna merah orange menjadi warna kuning, baik pada permukaan
agar maupun pada dasar. Hal ini telah sesuati dengan literature yang
didapatkan bahwa E.coli melakukan deaminasi asam amino, memfermentasi
glukosa, dan memfermentasi sukrosa (adanya fermentasi lanjutan yaitu
fermentasi sukrosa dan laktosa). Hal ini dikarenakan substrat yang terjadi
berjumlah cukup banyak dan menghasilkan asam pada permukaan agar.
Produksi asam ini yang menyebabkan indicator fenol merah berubah warna
pada pH asam. Pada bagian agar yang merupakan bekas stab
tampak
Pseudomonas
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bahwa media agar TSI berubah
dari warna orange menjadi kuning (permukaan dan dasar). Hasil percobaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan literature. Seharusnya, agar TSI berubah
menjadi warna merah. Bakteri Pseudomonas hanya mampu mendeaminasi
asam amino. Tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali, karena pada
umumnya bakteri ini tidak mampu memfermentasikan karbohidrat. Namun
pepton mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang
menghasilkan pH basa, akibat pembentukan amoniak.
Adanya pH basa tersebut ditunjukkan oleh indicator fenol merah yang
membuat agar TSI menjadi warna merah. Jika degradasi aerob pepton terjadi,
reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar miring. Sedangkan jika
dalam kondisi aerob dan anaerob, reaksi basa dapat teramati baik pada
permukaan maupun ujung agar. Karena Pseudomonas merupakan bakteri
aerobik obligat , maka produksi basa hanya dapat teramati dengan baik pada
permukaan agar. Pada literatur tersebut pula disebutkan bahwa Pseudomonas
digolongkan dalam bakteri usus dan bersifat patogen.
Bakteri A
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh bahwa media agar TSI berubah
dari warna orange menjadi warna merah pada permukaannya sedangkan pada
dasarnya masih agak berwarna orange tua seperti warna TSI pada dasarnya.
Berdasarkan teori dasar telah dikemukakan dapat diketahui bahwa pada agar
TSI tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali. Namun pepton
mengalami proses katabolisme dalam kondisi aerob dan anaerob, yang
menghasilkan pH basa, karena pembentukan amoniak. Jika degradasi aerob
pepton yang terjadi, reaksi basa hanya dapat diamati pada permukaan agar
miring. Sedangkan jika permukaan pepton dalam kondisi aerob dan anaerob,
reaksi basa dapat teramati baik pada permukaan maupun ujung agar.
Berdasarkan pola fermentasi karbohidratnya ini, bakteri A tidak dapat
digolongkan sebagai bakteri dengan family Enterobactericea dan hanya
merupakan bakteri usus biasa.
Bakteri B
Pada percobaan didapatkan bahwa bakteri ini dapat mengubah warna
orange medium menjadi warna kuning pada bagian permukaan dan kuning
dasar tabung. Hal ini berarti bakteri A melakukan fermentasi glukosa yang
dilanjutkan dengan fermentasi sukrosa dan laktosa. Fermentasi laktosa dan
atau sukrosa terjadi karena kedua substrat ini tersedia dalam konsentrasi yang
cukup banyak, maka berfungsi sebagai substrat untuk fermentasi lanjutan yang
menghasilkan reaksi asam baik pada permukaan maupun ujung agar.
Berdasarkan pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa bakteri A adalah
dapat digolongkan sebagai bakteri dengan family Enterobactericea yang
mampu memfermentasikan glukosa serta mampu menghasilkan asam dan
mengkatabolisa pepton.
Tabel 1. Identifikasi BAkteri A dan B berdasarkan Uji Agar TSI
Bakteri A
Tidak dapat memfermentasi
karbohidrat
Tidak terdapat presipitasi FeS
tidak menghasilkan H2S
VI.
Bakteri B
Dapat memfermentasi laktosa dan
atau sukrosa
Terdapat presipitasi FeS
menghasilkan H2S dengan as.amino
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, bakteri yang diamati dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Escherechia coli
: Famili Enterobactericeae
- Pseudomonas
: Bakteri intestinal
- Bacillus
: Famili nonEnterobactericeae
- Bakteri B
: Famili Enterobactericeae
- Bakteri A
: Bakteri intestinal
2.Fermentasi karbohidrat yang utama pada bakteri:
- Escherechia coli
: fermentasi sukrosa dan fruktosa
- Pseudomonas
: Tidak terjadi fermentasi karbohidrat
- Bacillus
: fermentasi sukrosa dan fruktosa
- Bakteri B
: Fermentasi glukosa
- Bakteri A
: tidak terjadi fermentasi
3. Reaksi katabolisa pepton pada bakteri:
- Escherechia coli
: Tidak terjadi reaksi katabolisa
pepton
- Pseudomonas
- Bacillus
- Bakteri B
- Bakteri A:
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. The MCGraw Hill Companies. New York ; 126, 139.