Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

FROM BIOWASTE TO BIOETHANOL:

MEREDUKSI SAMPAH, MENJADI ENERGI, MENJANJIKAN


INDONESIA DI ERA MEA 2015
Hanifah Nurawaliah
Institut Teknologi Bandung

Komunitas bebas ASEAN atau Asean Community merupakan peluang,


tantangan, sekaligus momentum potensial bagi Indonesia agar mampu
meningkatkan daya saing di berbagai bidang. Negara-negara yang tergabung
dalam organisasi geopolitik dan ekonomi antarnegara Asia Tenggara tersebut akan
bekerja sama secara komprehensif demi mewujudkan cita-cita bersama dalam
wadah komunitas regional yang lebih terintegrasi. Sekarang, awal tahun 2016,
komunitas bebas ASEAN atau ASEN community sudah dan sedang dimulai. Apa
yang menarik?
Isu energi merupakan isu yang tidak pernah luput dari pembahasan nasional,
regional, bahkan global. Dalam hal konflik antarnegara, sejatinya terselip suatu
misi yakni kekuasaan untuk memperoleh energi. Tidak jarang pula, pergolakan
geopolitik suatu negara yang berhubungan dengan energi akan berdampak pada
negara lain. Bagaimana tidak, perekonomian suatu negara sangat bergantung
kepada kondisi energinya. Sekali lagi, energi memang mengeksistensi negeri
sana sini.
Terlepas dari isu konflik dunia terkait energi, sebenarnya negeri Indonesia kita
ini menyimpan potensi sumber daya energi terbarukan cukup besar meliputi panas
bumi sekitar 28 GW, biomassa sekitar 32 GW, dan hydro sekitar 75 GW. Belum
lagi letaknya yang strategis di khatulistiwa dengan potensi energi surya sekitar
1200 GW. Namun sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam
mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi
fosil terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih
tinggi yaitu sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18%, dan batubara 30%) dari
total konsumsi dan upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan
belum dapat berjalan sebagamana yang direncanakan (Dewan Energi Nasional
Republik Indonesia, 2014).
Salah satu isu menarik dalam penggunaan energi adalah penerapan kebijakan
lingkungan yang sudah semestinya diperketat. Berkenaan dengan efek terhadap

lingkungan, energi terbarukan kini menjadi sasaran yang harus sudah


dikembangkan. Bioetanol merupakan salah satu hasil produksi biomassa yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi energi terbarukan serta ramah
lingkungan. Menurut International Energy Agency (IEA) dalam Southeast Asia
Energy Outlook 2013, biomassa untuk rumah tangga merupakan sumber energi
terbarukan terbesar ASEAN, yakni 70.2% dari 21.6% penggunaan energi
terbarukan di ASEAN.
Sekarang, mari kita singgung permasalahan urgent lainnya selain energi. Kita
semua pasti mengetahui dan mengakui bahwa permasalahan sampah di Indonesia
menjadi sorotan lokal hingga global. Indonesia merupakan negara dengan
timbulan sampah organik yang tinggi. Menurut Damanhuri (2006), dilihat dari
komposisi sampah, sebagian besar sampah kota di Indonesia tergolong sampah
hayati, atau secara umum dikenal sebagai sampah organik yang mencapai 70%
(volume) dari total sampah.
Sampai saat ini, landfilling merupakan solusi akhir untuk menyelesaikan
masalah sampah di Indonesia, meskipun pelaksanaannya masih banyak yang perlu
dievaluasi, salah satunya yakni belum optimalnya pengelolaan gas metan yang
dihasilkan dari kegiatan pengelolaan sampah. Gas metan, sebagaimana diketahui
merupakan gas kontributor efek rumah kaca. Tentu saja tidak hanya gas metan
yang menjadi bahan kajian dalam pengelolaan sampah. Permasalahan manajemen
sosial di dalamnya seringkali menjadi sorotan publik dan benar-benar ironis.
Di tengah-tengah permasalahan energi dan sampah, ide Waste-to-energy kini
sedang ramai diperbincangkan. Pembuatan alkohol dari sampah organik ini
memperkenalkan solusi baru dan terbarukan dalam upaya pengelolaan sampah.
Bioethanol dengan bahan baku berupa Biowaste akan menjadi perhatian dunia
karena teknologi ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan sampah, melainkan
meningkatkan produksi energi terbarukan. From Biowaste to Bioethanol juga akan
menjawab tantangan kebutuhan pangan masa depan. Produksi bioethanol kini
tidak harus selalu menggantungkan bahan bakunya dari bahan pangan,
melainkan dari sampahnya hasil pangan.
Bagaimana energi dari Bioetanol ini dapat diperoleh? Bagaimana Indonesia
dengan dilema sampah juga energi bisa memanfaatkan potensi ini? Apakah ini
akan menjanjikan Indonesia agar bisa unggul dalam ketahanan energi khususnya
di Asia Tenggara? Bagaimana bisa? Jawabanya adalah Bisa!
Bioetanol sebagai Energi
Bioetanol terdiri dari kata bio (makhluk hidup) dan etanol (disebut pula
alkohol). Bioetanol (E100) adalah produk etanol yang dihasilkan dari bahan baku

hayati dan biomassa lainnya yang diproses secara bioteknologi (Dewan Energi
Nasional Republik Indonesia, 2014).
Bioetanol yang termasuk biofuels (bahan bakar bio) ini memang menarik
untuk diteliti dan diproduksi secara komersial setelah tahun krisis minyak dunia,
yakni tahun 1970-an. Etanol digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang bisa
dicampur dengan gasolin dalam beberapa persentase. Sebagai contoh untuk bahan
bakar mobil, biasanya digunakan ethanol-petrol dengan kandungan 15%
bioethanol yang dicampur petroleum/bensin (Saka, Afolabi, & Ogochukwu,
2015). Bioetanol sebagai bahan bakar (bioethanol as a fuel) merujuk pada EU
standard EN 228 dengan kandungan 5% dicampur bensin jika tanpa modifikasi
mesin dan lebih tinggi dari 85% jika dengan modifikasi mesin (Gerlach, 2012).
Biowaste sebagai Sumber Bioethanol
Etanol dihasilkan dari proses fermentasi dengan dilakukan proses pemecahan
berupa hidrolisis terlebih dahulu menjadi gula sederhana. Bioetanol pada generasi
pertama diproduksi dari tanaman pangan (food-crops) dengan kandungan gula,
pati, serta lemak. Kemudian pada generasi selanjutnya diperkenalkan tanaman
nonpangan (non food-crops) sebagai material bioethanol.
Intinya, bahan pangan dengan kandungan pati dan gula yang tinggi dapat
dikonversi menjadi etanol. Khusus untuk bahan baku dengan kandungan selulosa
yang tinggi, diperluan pengolahan awal (pre-treatment). Nilai daripada suatu
biomassa untuk etanol adalah seberapa mudah konversi suatu bahan baku menjadi
etanol (Demirbas, Balat, & Balat, 2011).
Sampah kota (municipal waste) khususnya sampah organik kini dapat
dijadikan bahan baku produksi bioetanol (Stichnothe & Azapagic, 2009).
Penerapan sampah menjadi bioetanol ini tentu saja dapat mengurangi
ketergantungan lahan untuk landfilling atau pengurugan sampah dan dapat
meminimalisasi emisi gas rumah kaca (GRK) dari landfill.
Hasil studi (Li, 2008) menunjukkan sampah organik kota memproduksi 52%
glukosa untuk produksi etanol. Optimasi studi terkini menunjukkan sekitar 90%
glukosa dihasilkan dengan mengoptimalkan kondisi (konsentrasi substrat rendah,
konsentrasi enzim tinggi, suhu 50C, dan pH 4.8). Dalam persamaan
kesetimbangan massanya dijelaskan 0.25 g biomassa tersisa setelah tahap prahidrolisis dan 0.1 g setelah proses hidrolisis enzimatik untuk 0.5 g sampah organik
sebagai bahan baku. Artinya, sekitar 80% dari fraksi sampah biodegradable
terkonversi dalam proses produksi ethanol.
Proses Pembentukaan Bioetanol dari Biomassa

Terdapat dua tahap proses pembentukan etanol dari biomassa: hidrolisis dari
karbohidrat (baik dalam bentuk selulosa maupun hemiselulosa) menjadi gula
sederhana dan xylose serta fermentasi dari gula menjadi alkohol. Berikut adalah
bagannya.

Gambar 1. Proses Pembentukan Etanol (Demirbas, 2011)

Adapun reaksi kimia pembentukan etanol dari glukosa ditunjukkan persamaan


1 berikut:
C6 H 12 O6 (aq) 2C O2(aq) +C 2 H 5 O H (aq)

(1)

Beragam Hal Positif dari Biowaste menjadi Bioethanol


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bioethanol merupakan salah satu
produk energi terbarukan yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
karbondioksida (in a net release of no carbon dioxide), nilai oktan tinggi,
kecepatan menyala (flame speed) lebih tinggi, waktu pembakaran lebih penek, dan
menghasilkan efisiensi pembakaan internal yang lebih baik dibanding bensin.
Selain itu, toksisitas emisi dari etanol lebih rendah dbanding.
Dilihat dari pemanfaatan bahan bakunya yang berupa sampah, hal ini akan
mengurangi ketergantungan terhadap lahan untuk landfilling. Teknologi ini dapat
menjadi alternatif solusi dari pengelolaan persampahan dan material or energy
recovery. Di samping itu, penggunaan sampah sebagai bahan baku bioetanol
menghindari pembuangan sampah secara tradisional (traditional waste disposal)
seperti open dumping yang tentu saja tidak ramah lingkungan. Pun demikian
dengan insenerasi yang dapat sedikit dikurangi karena insenerasi dapat mengemisi
gas rumah kaca, tidak seperti fermentasi.

Indonesia Nomor Satu Produsen Biomassa di ASEAN


Soerawidjaja (2010) dalam Lokakarya Gasifikasi Biomassa di ITB
menyebutkan bahwa biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang
merupakan sumber daya bahan bakar (alias mampu menggantikan bahan bakar
fosil di semua pasar energi) dikarenakan sumber daya lainnya seperti sinar surya,
tenaga air dan angin hanya mudah dikonversi menjadi listrik.
Konsumsi bioenergi akan terus meningkat bahkan kontribusinya hampir sama
besar dengan jumlah energi-energi terbarukan lain di tahun 2050 (International
Energy Agency, 2003). Di ASEAN, Indonesia merupakan produsen biomassa
terbesar (Saku Rantanen, 2009) tetapi pemanfaatannya masih relatif kecil. Dalam
buku Ketahanan Energi Indonesia 2014, disebutkan bahwa Indonesia merupakan
negara produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia dengan produksi CPO
mencapai 28 Mt per tahun dan sekaligus sebaai pengekspor produk kelapa sawit.
Sekarang mari kita ubah paradigma itu semua. Dari produksi CPO, tentu saja
ada hasil samping atau limbah. Limbah minyak kelapa sawit misalnya berupa
tandan buah segar (TBS), Kernel kelapa sawit (PKO) dapat dimanfaatkan menjadi
biodiesel. Bahkan, salah satu dosen Program Studi Teknik Kimia ITB, Prof.
Tjandra Setiadi, Ir., M. Eng., Ph.D. telah berhasil menerapkan pengolahan
biomassa limbah kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) secara
terpadu sehingga menjadi bioetanol dan bahan-bahan kimia yang bernilai.
Tidak ada hal terkecil di dunia ini yang Tuhan ciptakan tidak ada
manfaatnya. Begitu pula dengan sampah atau limbah. Indonesia dengan kekayaan
hayati dan sampah yang melimpah ruah, semestinya harus sudah membuat kita
sadar agar mau berparadigma berbeda. Cara pandang terhadap limbah merupakan
salah satu modal dasar bagi bangsa agar mau menjadi solutor dari setiap masalah,
minimal ya sampah. Di era MEA ini, Indonesia seharusnya harus sudah
menunjukkan kesiapan dan kontribusi terbaiknya demi ketahanan ekonomi-energi
nasional, regional, dan global.
Dari sampah menjadi etanol, memang akan terkonversi menjadi energi,
ditambah sampah tereduksi, pun menjanjikan ketahanan energi Indonesia di era
penuh tantangan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E. (2006). Teknologi dan Pengelolaan Sampah Kota di Indonesia. Workshop
Nasional Biokonversi Limbah, Universitas Brawijaya (p. 1). Bandung: Teknik
Lingkungan ITB.
Demirbas, M. F., Balat, M., & Balat, H. (2011, April). Biowaste-to-biofuels. Energy
Conversion and Management, 52, 1815-1828.
Dewan Energi Nasional Republik Indonesia. (2014). Outlook Energi Indonesia 2014.
Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Gerlach, M. (2012). Bioethanol Potential of Preserved Biowaste. Tampere: Tampere
University of Applied Sciences Environmental Engineering.
Li, A. (2008, July 14). Municipal Solid Waste Used as Bioethanol Sources and its Related
Environmental Impacts. International Journal of Soil, Sediment and Water, 1(5),
2. Retrieved from http://scholarworks.umass.edu/intljssw/vol1/iss1/5
Saka, A. A., Afolabi, A. S., & Ogochukwu. (2015, Juli 1). Production and
Characterization of Bioethanol from Sugarcane Bagasse as Alternative Energy
Sources. World Congress on Engineering 2015. II, p. 1. London: ISBN.
Soerawidjaja, T. H. (2010). Peran Bioenergi dan Arah-arah Utama LitBangRap-nya di
Indonesia. Lokakarya Gasifikasi Biomassa. Bandung: Ketua Ikatan Ahli
Bioenergi Indonesia (IKABI).
Stichnothe, H., & Azapagic, A. (2009). Bioethanol from waste: Life cycle estimation of
the greenhouse gas saving potential. Resources, Conservation and Recycling, 53,
624-630.

Anda mungkin juga menyukai