Anda di halaman 1dari 34

ZOOLOGI INVERTEBRATA

[Type the document title]


[Type the document subtitle]
ACARA IX
IDENTIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA DI ZONA INTERTIDAL

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktkum : Identifikasi anggota filum Cnidaria,
Molusca, Arthropoda, dan Echinodermata di
Pantai Pelangan – Sekotong, Lombok Barat.
2. Hari, tanggal praktikum : Senin, 24 Desember 2017
3. Tempat : Pantai Pelangan, Lombok Barat.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Sarung tangan,
b. Penjepit kue,
c. Ember,
d. Masker, dan
e. Snorkel.
2. Bahan
a. Hewan – hewan echinodeermata

C. Prosedur Kerja
Pelaksanaan praktikum lapangan ini menggunakn metode koleksi
bebas. Teknik kerja yang digunakan sangat sederhana dimana masing –
masing kelompok praktikum mengumpulkan 20 jenis hewan invertebrate
yang berbeda. Koleksi bebas tersebut kemudian didokumentasi dan
diidentifikasi jenis spesiesnya.
D. Deskripsi
1. Diadema setosum
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadmatoida
Family : Didematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum

Struktur tubuh hewan ini terlihat berbentuk membulat dengan warna


hitam. Pada bagian luar tubuh terlindungi dengan duri – duri yang
panjang. Berdasarkan pengmatan tersebut maka praktikan menduga
bahwa hewan ini merupakan jenis spesies bulu babi dengan nama
Diadema setosum. Diadema setosum merupakan jenis hewan yang
termasuk filum Echinodermata klas echinoidea (Hickman et al. 2008).
Hewan ini biasanya ditemukan pada daerah intertidal dan hidup
berkelompok (Rumahlatu, 2012).
Secara umum bagian eksternal tubuh Diadema setosum dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian oral dan aboral. Pada bagian aboral
tubuh Diadema setosum terdapat anus, dimana disekeliling anus
terdapat pori – pori yang berfungsi sebagai alat reproduksi (genital
pore). Lebih lanjut dijelaskan dalam Integrated Principles of Zoology
(2008) oleh Hickman et al., kompleks anus dan genital pore tersebut
disebut dengan periproct.
Bagian oral tubuh Diadema setosum merupakan bagian tubuh yang
bersentuhan langsung dengan tanah atau substrat tempat hidupnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, bagian oral terlihat rata. Tepat pada
bagian tengah oral terdapat struktur tubuh yang sedikit menonjol, bagian
merupakan bagian mulut dari Diadema setosum. Diadema setosum
memiliki lima gigi konvergen pada bagian mulutnya (Hickman et al.
2008). Bentuk giginya ini mengikuti fungsi fisiologinya yaitu memakan
alga dan karang, dimana diperlukan alat pemotong dan pengerus untuk
makanannya (Sugiarto et al. 1995). Pada bagian oral juga terdapat kaki
tabung seperti halnya yang terdapat pada klas Asteroidea, yang
berfungsi sebagai alat gerak (Hickman et al. 2008).
Hewan dari Filum Echinodermata memiliki kelamin terpisah, alat
perkembang-biakan sederhana. Telur dan spermatozoa ditebar langsung
keluar tanpa bantuan kelenjar-kelenjar tambahan, penis vesikula
seminal (kandungan semen) dan reseptakel seminal. Perkembangan
Echinodermata, dalam sebagian besar kelompok hewan ini, telur
berkembang melalui suatu fase blastula yang berbulu getar, suatu fase
glastula dan suatu fase larva, yang dalam waktu antara dua minggu
sampai dua bulan bermetamorfosis ke dewasa (Dahuri, 2005).
2. Echinotrix calamaris
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Echinoida
Family : Echinometridae
Genus : Echinoidae
Spesies : Echinotrix calamaris

Secara umum, tubuh dari Echinotrix calamaris ini tidak bedanya


dengan Diadema setosum. Hal ini dikarenakan Echinotix dan Diadema
masih termasuk kedalam filum dan klas yang sama. Perbedaan paling
mencolok yaitu terlihat pada bagian duri yang melindungi tubuhnya.
jika pada Diadema setosum berwarna hitam, meruncing dan panjang
sedangkan Echinotrix calamaris memiliki duri dengan warna yang
belang hitam dan putih, selain itu bentuknya tidak runcing.

3. Atergatis floridus
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Xanthidae
Genus : Atergatis
Spesies : Atergatis floridus

Kepiting merupakan salah satu jenis hewan yang termasuk ke dalam


subfilum crustacea. Tubuh kepiting terbagi menjadi dua bagian yaitu
cephalothorak dan abdomen. Pada bagian abdomen tubuh kepiting dapat
digunakan sebagai alat untuk membedakan jantan dan betina. Pada
kepiting jantan, bagian penutup abdomen berbentuk kerucut, sedangkan
betina berbentuk oval. Tubuh kepiting ditutupi kerangka eksternal yang
keras yang disebut carapace. Kepiting memiliki 5 pasang kaki dimana
sepasang kaki di bagian depan berbentuk cheliped (Hickman et al.
2008).
Kepiting yang ditemui pada saat pelaksanaan praktikum memiliki
ciri yang khas, dimana pada bagian carapace terdapat corak yang terlihat
seperti buih – buih air dan berwarna hijau kehitaman. Pada bagian
abdomen terdapat sebuah spesimen yang terlihat seperti telur dan terjeit
pada bagian abdomennya. Praktikan tidak dapat memastikan spesimen
apa yang terjepit pada bagian abdomen tersebut namun berdasarkan
pengamatan praktikan kepiting yang ditemukan berjenis jantan. Pada
bagian belakang tubuh kepiting praktikan tidak menemukan adanya kaki
renang, praktikan hanya menenmukan sepasang kaki jalan dimana pada
bagian ujungnnya meruncing.

Gambar: Bagian abdomen dengan spesimen X

Berdasarkan hasil pengamatan dan kajian pustaka praktikan


menduga bahwa hewan ini adalah Atergatis floridus karena memiliki
ciri – ciri karapas berwarna hijau pudar kecokelatan, serta memiliki
corak yang khas. Lebih jelas lagi dijelaskan oleh Holthuis (1968), bahwa
Atergatis floridus memiliki corak pada bagian karapasnya. Atergatis
floridis merupakan salah satu jenis kepiting yang termasuk kedalam
famili Xanthidae. Kepiting yang termasuk ke dalam family Xanthiae ini
kebanyakan merupakan jenis kepiting yang beracun (Holthuis, 1968).
Oleh karena itu, penting bagi seseorang agar mengetahui bentuk dan ciri
dari kepiting beracun ini, khususnya mahasiswa biologi.

4. Atergatis integerimus
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Xanthidae
Genus : Atergatis
Spesies : Atergatis integerimus

Spesimen keempat yang diamati dan teridentifkasi oleh praktikan


adalah kepiting dengan family dan genus yang sama dengan kepiting
pada spesimen ketiga. Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah pada
spesimen ini tidak terdapat corak sperti buih pada bagian carapace tubuh
kepiting. Bentuk carapace baru terlihat jelas ketika praktikan
membersihkan lumut yang menempel pada bagian tubuh kepiting.
5. Trachyacardium subrugosum
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroidea
Family : Cardiidae
Genus : Trachacardium
Spesies : Trachyacardium subrugosum

Hewan ini merupakan hewan yang umum dijumpai pada daerah


pinggir pantai dan laut dangkal (Razak, 2002), namun yang biasa di
temui hanya bagian cangkang saja. Hewan ini memiliki bentuk
cangkang dengan bentuk segitiga dan memiliki guratan – guratan
panjang pada bagian tubuhnya. Berdasarkan ciri – ciri tersebut, maka
praktikan menduga bahwa hewan ini adalah Trachyacardium
subrugosum.
Trachyacardium subrugosum merupakan salah satu jenis hewan
yang masuk kedalam kelas bivalvia dimana hewan yang berada pada
kelas ini memiliki dua buah cangkang yang menutup tubuhnya.
Terdapat bagiann tubuh yang bernama umbo, berfungsi sebagai titik
konsentris pertumbuhan cangkang (Hickman et al. 2008). Bentuk
cangkan hewan ini sangat khas, dimana terdapat rib – rib yang tersusun
kearah radial (Razak, 2002).

UMBO

Gambar: Letak UMBO


Menurut Setyono (2006), hewan ini senang membenamkan dirinya
kedalam pasir atau lumpur dan dapat tumbuh dewasa hingga mencapai
panjang 4 sampai 5 cm. Kerang ini dapat membuka kedua cangkangnya
dengan menggunakan otot adductor yang terletak tepat dibawah umbo.
6. Coenobita cavipes
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Coenobitidae
Genus : Coenobita
Spesies : Coenobita cavipes

Hewan keenam yang berhasil teridentifikasi oleh praktikan adalah


kelomang. Hewan ini masih termasuk ke dalam kelas malacostraca,
namun hewan ini tidak memiliki carapace yang berfungsi untuk
melindungi tubuhnya. Sebagai gantinya kelomang menggunakan,
cangkang molusca untuk melindungi tubuhnya (Hickman et al. 2008).
Kelomang yang teridentifikasi oleh praktikan memiliki tubuh berwarna
cokelat dengan bentuk mata yang memipih. Bagian bawah mata terlihat
lebih gelap daripada bagian mata yang lainnya. Berdasarkan ciri – ciri
ini, maka praktikan menduga bahwa hewan ini termasuk ke dalam
spesies Coenobita cavipes.

7. Indothais gradate
Penyusun: (Anugrah Aprian Ademullah)

Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Subkelas : Caenogastropoa
Ordo : Neogastropoda
Famili : Muricidae
Genus : Indothais
Spesies : Indothais gradate

Gastropoda ini memiliki bentuk ukuran cangkang kecil, spire


cembung berduri, pendek, permukaan bagian bawah whorl licin dan
memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar ke arah kanan).
Aperture berbentuk oval dan siphonal canal memanjang dan runcing.
Warna cangkang hijau muda pada bagian atas, pada bagian bawah
berwarna putih sedikit coklat, aperture berwarna putih dan columella
kuning kecoklatan. Ukuran panjang cangkang 2,83-1,81 cm dan lebar
cangkang 1,63-1,01 cm.
Gastropoda ini memiliki banyak whorl berduri pendek. Aperture
berbentuk oval memanjang. Warnanya hijau terlihat pada setiap garis
spiral. Habitatnya dapat ditemukan pada batang dan akar pohon
mangrove, di substrat berlumpur dan daerah berbatu di sekitar tepi laut
hutan mangrove (Karyanto, Maridi dan Indrowati, 2004). Namun
berdasarkan hasil pengamatan, praktikan hanya menemukan
cangkangnya saja dan telah di tempati / digunakan oleh kelomang
Caenobita cavipes.

8. Lambis chiraga
Hairunnadawiah
paraktikum lapangan zoologi invertebrate yang dilakukan oleh paraktitan,
praktikan menemukan suatu spesies yang temasuk dalam filum Mollusca dan dalam
kelas Gastropoda, dengan cirri-ciri memilki rumah cangkang berbentuk kumparan,
pada bibir mulut cangkangnyaterdapat tonjolan-tonjolan yang meruncing sebanyak
6 buah. Warna cangkang kuning kecoklatan, yang dihiasi lurik-lurik coklat,
disekitar mulut cangkang warna jingga, coklat muda, yang berwarna mengkilat.
Setelah diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri ekternal yang dapat dilihat maka dapat
disimpulkan bahwa spesies yang ditemukan oleh praktikan adalah jenis Lambis
chiraga. Lambis chiraga merupakan filum Molusca, kelas Gastropoda, superfamili
Stromboidea, famili Strombidae, dan genus Lambis. Lambis chiraga merupan jenis
lambis terbesar dan dagingnya dapat dimakan. Panjang cangkang biasanya antara
150-250 mm. Lambis dikelompokkan berdasarkan bentuk dan jumlah tonjolan yang
dimiliki. Tonjolan atau proyeksi circumapertural (CAPS), berbentuk seperti jari,
berfungsi untuk bertahan atau melindungi diri dari predator. Penyebaran kerang
Lambis di laut tropis daerah Indo-Pasifik.
9. Laganum laganum
Hairunnadawiah

Jenis hewan lain yang ditemukan oleh praktikan adalah Sand dollar, yang termasuk
dalam filum Echinodermata, kelas Echinodea, ordo Clypeasteroida. Ciri yang dapat
diidentifikasi pada Sand dollar yaitu bentuk tubuh/cangkang pentagonal, bagian
tepi relative tipis. Pada sisi bagian abdoral bagian tengah lebih tinggi sedangkan
bagian oral relative rata. Ukuran tubuhnya rata-rata lebih dari 3 cm. petaloids
terlihat jelas dan jumlah lebih dari 30 pasang. Mempunyai 5 gonopores, hydropores
yang terdapat pada sinous groove. Periproct terdapat pada bagian oral dan
berbentuk agak elips terletak diantara peristome dan pinggiran tubuh. Food grooves
terlihat jelas, swimpel pada bagian oral. Berdasarkan ciri yang telah diidentifikasi,
maka dapat diketahui jenis Sand dollar yang ditemukan oleh praktikan adalah Sand
dollar jenis Laganum laganum. Karakteristik habitat Sand dollar yaitu rataan pasir
yang relative dangkal dengan kondiosi lingkungan, suhu, dan pH berada pada
kisaran normal. Sand dollar merupan biota kerangka keras dan tersusun dari
lempeng kalsiumkarbonat. Tubuh Sand dollar mempunyai dua lubang yaitu
peristome dan peripproct. Pada permukaan tubuh bagian atas terdapat pola seperti
bunga denga 5 kelopak yang disebut dengan petals. Peristome terletak ditengah-
tengah permukaan bawah tubuhnya dan di dalamnya terdapat mulut. Letak
periproct bervariasi ada yang dipermukaan bawah tubuh, atau ada yang di bagian
pinggiran tubuhnya. Anus merupakan bagian dari periproct. Sand dollar hidup
secara berkelompok di dasar laut. Habitat Sand dollar secara umum adalah daerah
intertidal sampai subtidal.

10. Tripneustes gratila


Hairunadawiah
Jenis hewan lain yang ditemukan oleh oleh praktikan yaitu bulu babi dengan filum
Echinodermata, kelas Echinoidea, ordo Camarodonata, superfamili Odontophora,
famili Taxopneustidae, genus Tripneustes, dengan nama spesies Tripneustes
gratilla. Bulu babi jenis Tripneustes gratilla dapat ditemukan pada di kedalaman
2 sampai 30 meter (7 sampai 100 kaki) di perairan Indo-Pasifik, Hawaii, Laut
Merah, dan Bahama. Ukurannya bisa mencapai 10 sampai 15 cm (4 sampai 6
inci). Sistem vaskuler pada Tripneustes gratilla adalah vaskular air. Sistem ini
terdiri dari kanal coelmic yang terhubung ke kaki tabung outpockets kecil yang
didukung oleh tekanan hidrolik. Hal ini memungkinkan pergerakan dengan
memaksa air masuk ke kaki tabung sehingga memungkinkan untuk
memperpanjang dan merelaksasi otot-otot. Sistem vaskular air di echinoderms
digunakan untuk penggerak, makan, transportasi internal dan pernapasan.
Tripneustes gratilla memiliki struktur kerangka eksternal yang unik yang dikenal
sebagai tes. Tes ini terdiri dari kalsium karbonat dan digunakan sebagai alat
perlindungan organ dalam serta mempertahankan struktur tubuh. Tes adalah duri
pendek yang dapat dipindah-pindahkan dan membantu dalam gerakan dan
pertahanan. Bulu babi merupakan hewan dioecious yang memilki individu jantan
dan betina. Secara umum sistem pencernaan bulu babi terdiri8 dari mulut,
pharynx, esophagus, lambung, oral intestine, ceacum, aboral intestine dan anus.
Mulut biasanya terletak pada bagian tengah dari sisi oral. Mulut bersambungan
dengan saluran pencernaan kea rah anus yang biasanya terletak pada sisi apical di
sisi aboral.

11. Cyprea annulus

Hairunnadawiah

Spesies lain yang juga ditemukan oleh praktikan yaitu Cypraea annulus yaitu
filum Mollusca, kelas Gastopoda, subkelas Littorinimorpha, ordo Cypraeoidea,
superpamili Cypraeidae, family Cypraeinae, genus Cypraea. Cypraea annulus
memiliki gigi besar yang memanjang dibagian tengah tubuhnya. Basis dan sisi
krim, bagian atas putih kebiruan dengan pita oranye melingkar. Memilki Ukuran
panjang sampai 50 mm, biasanya berkisar 20 mm. dapat ditemukan diseluruh
wilayah Indo-Pasifik Barat, dari Afrika timur hingga Samudra Pasifik tengah,
termasuk Australia utara. Habitat intertidal, bawah batu dan rumput laut.

12. Wardatul Uyun


a. Acropora formosa

Radial coralit Axial coralit


13. Acropora branching (Acropora millepora)

Radial koralit

Axial koralit
14. Coeloseris mayeri
Deskripsi

Karang skleraktin merupakan anthozoan terbesar. Berbeda dengan anemone


laut, karang berbatu menghasilkan kerangka kalsium karbonat. Kerangka pada
scelerentina terdiri dari kristal karbonat kalsium dan disekresikan oleh epidermis.
Proses sekresi mereka menghasilkan secangkir skeletal, kalsium karbonat terus
diendapkan oleh epidermis basal. Pertumbuhan karang sangat bervariasi tergantung
pada spesies dan temprature air (Barnes, 1983).

Merujuk pada Nybakken (1992) , mengatakan bahwa satu individu karang


atau disebut polip karang memunyai ukuran yang beranekaragam dimulai dari polip
yang berukuran kecil (± 1 mm) sampai yang berukuran besar (>50 cm). Pada
umunya ukuran polip karang berukuran kecil walaupun ada beberapa yang
berukuran besar yakni polip pada jenis mushroom (jamur) ukurannya cukup besar.
Adapun bagian-bagian karang yaitu, 1) koralit merupakan merupakan keseluruhan
rangka kapur yang terbentuk dari satu polip. Bagian diameter koralit yang diukur
dari bagian atas septa yang berbentuk lekukan mengikuti bentuk bibir koralit
disebut dengan kalik.dibagian tengah koralit terdapat kolumel. kolumela yang
sering dijumpai adalah kolumela bentuk padat, berpori, memanjang dan tanpa
kolumela, 2) septa merupakan suatu lempeng vertikel yang tersusun secara radial
dari tengah tabung. Bagian septa yang yang tumbuh hingga mencapai dinding luar
dari koralit disebut kosta. Sedangkan bagian dalam sebelah bawah dari septa yang
melebar membentuk tonjolan sekitar kolumela. Membentuk struktur paliform
disebut pali, 3) konestum adalah lempeng horisontal yang menghubungkan antar
koralit, 4)koralum, merupakan keseluruhan rangka kapur yang dibentuk oleh
keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni 5) dan lempeng dasar,
merupakan bagian dasar atau fondasi dari septa yang muncul membentuk struktur
yang tegak dan melekat pada dinding.

Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan


kondisi lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, hydrodinamis (gelombang dan arus),
ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor genetik.
(English et.al., 1994). Bentuk Bercabang (branching), memiliki cabang lebih
panjang dari pada diameter yang dimiliki, banyak terdapat di sepanjang tepi
terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau setengah terbuka.
Bersifat banyak memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata
tertentu. Bentuk percabangan acropora sangat bervariasi dari bentuk karimbosa,
arboresen, kapitosa dan lain-lainnya. Ciri khas dari acropora adalah menpunyai
koralit axial koralit dan radial. Bentuk koralit radial juga bervariasi dari bentuk
tabular nariform dan tenggelam. Acropora ini mempunyai sekitar 113 jenis yang
tersebar diseluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008).
Gambar pertama termasuk dalam acropora yaitu, Acropora formosa.
Acropora farmosa memiliki percabgangan ramping dan gemuk. Radial koralit
berbentuk tabung dengan bukaan membulat atau oval tersusun merata dan rapat, di
tempat yang tenang percabangan lebih terbuka dan lebih memanjang. Acropora
formosa memiliki warna Coklat muda, coklat tua dan kadang-kadang biru. Jenis ini
adalah acropora yang paling banyak ditemukan, biasa ditemukan ditempat dangkal,
di seluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008).

Merujuk pada Suharsono (2008) dalam bukunya yang berjudul Jenis-jenis


karang di Indoseia mengatakan bahwa karang (Gambar no.2) adalah karang yang
termasuk dalam suku Acroporidae, yaitu Acropora millepora. Adapun ciri-ciri
acropora adalah hampir sama dengan anacropora dan mantipora. Ciri khas acropora
adalah ukuran koralitnya lebih besar, septa berkembang dengan baik dan memiliki
kolumella yang sederhana. Acropora millepora adalah koloni dengan bentuk
korimbosa dengan percabangan tegak pendek-pendek. Axial koralit bentuk tabung
pendek dengan bukaan kecil, radial koralit mebentuk roset yang teratur sehingga
memberikesan seragam dari ujung hingga pangkal. Radial koralit dengan bukaan
relatif besar seperti sarang lebah dan konesteum retikulit. Acropora millepora
memiliki warna bermacam-macam warna mulai dari hijau, putih kemerahan dan
coklat muda. Jenis karang ini dapat ditemukan diseluruh perairan Indonesia,
Biasanya hidup ditempat dangkal atau bagian tubir,terutama ditempat yang relatif
tenang.
Merujuk pada Suharsono (2008) dalam bukunya Jenis-Jenis Karang di
Indonesia mengatakan bahwa Coeloseris mayeri (Gambar no.3) adalah karang yang
termasuk dalam suku agariciidae. Ciri-ciri suku agariciidae adalah karang dengan
koloni massive, berbentuk lembaran atau daun dengan koralit yang menyatu dengan
dinding yang tidak berkembang. Septokosta berkembang dan kebanyakan adalah
kelanjutan koralit yang berada disebelahnya. Coeloseris mayeri memiliki warna
kuning pucat atau keputihan dan umumnya ditemukan di rataan terumbu dan
tersebar diseluruh perairan indonesia. Ciri khas dari spesies ini adalah septa antara
koralit yang berdekatan sering menjadi satu atau disebut tipe cerioid. Septa
coeloseris mayeri menuju kolumela mempunyai kemiringan yang tajam dan tidak
mempunyai kolumela.
15. Teripang Hitam (Holothuria edulis)
Riska Apriyanti

Keterangan gambar :

a. Tentakel (Rumbai-
rumbai), sebagai alat
peraba dan pengambil
makanan berjumlah
b sekitar 10 buah,
b. Mulut,
c c. Sistem vaskuler air,
d d. Anus ,
e. Podium.
e

Merujuk pada buku yang berjudul Budi Daya Teripang oleh Ir. Joko Martoyo, dkk
pada tahun 2006, mengatakan bahwa badan teripang hitam berbentuk bulat panjang
dan akan seger mengkerut bila diangkat dari permukaan air. Diseluruh permukaan
badan teripang hitam terdapat bintil-bintil halus. Teripang hitam mudah dikenali
karena warnanya yang indah. Bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan
atau kebiru-biruan. Sementara bagian perut, sisi sekitar mulut dan duburnya
berwarna kemerahan. Teripang hitam hidup didaerah perairan berkarang atau
berpasir yang ditumbuhi ilalang (sea grass). Ciri-ciri umum dari teripang ini yaitu
sebagai berikut:

Tubuh simetri bilateral, biasanya memanjang, mulut terletak pada satu ujung dan
anus pada ujung lain (posterior), dekat mulut ada tentakel, tubuh kesat, tidak ada
spina (duri) dan pedicellaria, ada osikula yang mikroskopis, podia (kaki tabung)
ada, untuk pergerakan, jenis kelamin terpisah, respirasi dengan pohon respirasi,
saluran pencernaan berbentuk panjang dan berliku- liku, kelenjar gonat berupa
berkas tubulus tunggal atau berpasangan, bergerak dengan bantuan kaki buluh dan
kontraksi otot.

Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan dari
tubuhnya. Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling di
sepanjang tubuhnya. Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga
tubuhnya. Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral. Sistem
respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua saluran
utama yang bercabang pada rongga tubuhnya. Keluar dan masuknya air melalui
anus.
16. Teripang Kasur/Kolong (Muelleria lecanora)
Riska Apriyanti
a. Bagian oral

Keterangan gambar :

a. Mulut ,
b. anus

b. Bagian aboral

b Keterangan gambar :

a. Anus ,
b. Mulut,
c. System vaskuler
air.

c
Merajuk pada buku dari M. Ghufran H. kordi K pada tahun 2010 yang berjudul A
to Z Budi Daya Biota Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik dan Obat-obatan yang
mengatakan bahwa, Teripang kasur atau teripang kolong (Muelleria lecanora) jenis
Holonthuria scarba ini banyak dimanfaatkan di Indonesia. Tubuh dari timun laut
ini berukuran sekitar 25 cm dan berwarna cokelat kemerah-merahan atau abu-abu.
Pada bagian punggung terdapat bercak-bercak kecil tak teratur yang berwarna
kecoklatan, sedangkan sekitar lubang duburnya kekuningan. Bercak-bercak bagian
perutnya coklat kemerahan dan bagian punggungnnya coklat tua. Disekitar dubur
terdapat bagian berwarna putih.

Merajuk kepada buku yang berjudul Budi Daya Perairan buku kedua dari M.
ghufran H. kirdi K. pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa, teripang dibagi
kedalam dua kelompok. Kelompok pertama ialah golongan Holothuria yang dapat
makan terus-menerus sepanjang hari dan biasa hidup di atas permukaan pasir atau
pasir berlumpur. Sedangkan kelompok yang kedua adalah golongan Stichopus
yang biasa makan selama dua sampai tiga hari sekali. Teripang jenis ini hidup
diantara karang atau menggali lubang pada pasir. Kebiasaan berkembang biak
setiap jenis teripang berbeda-beda. Teripang jenis Holonthuria scabra biasanya
memijah pada bulan April-Juni . Teripang memijah pada musim kemarau di mana
suhu air diperairan cukup tinggi dan stabil. Atas dasar ini, maka pada pemijahan
buatan, salah sastu cara yang diterapkan adalah kejutan suhu, dan dengan cara ini
berhasil dengan baik. Teripang memijah pada malam hari. Seekor induk betina
berukuran 600gram dapat mengeluarkan telur 4 juta sampai dengan 5 juta butir
dengan ukuran bervariasi. Pembuahan terjadi secara diluar tubuh. Teripang betina
dimana biasanya mengeluarkan telur-telurnya terlebih dahulu kemudian langsung
dibuahi oleh sperma.
17. Teripang Kapuk/Batu (Actinopya lecanora)
Riska Apriyanti

Merujuk pada buku yang berjudul Budi Daya Teripang oleh Ir. Joko
Martoyo, dkk pada tahun 2006 , mengatakan bahwa Badan teripang ini memanjang
dan lunak. Apabila diraba, terasa adanya bintil-bintil bulat, terutama di bagian atas
dan sisi badan. Sedangkan di bagian bawah, bintil-bintil tersebut terasa lebih halus
dan membentuk tiga jalur. Warna badan cokelat tua agak kekuning-kuningan dan
di bagian bawah warnanya tampak lebih jelas. Bagian duburnya berwana kekuning-
kuningan atau putih. Berukuran lebih pendek daripada jenis lain, teripang kapuk
kalau dikeringkan tampak lonjong atau bulat seperti batu.

DARI ORANG YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB

No. Gambar Keterangan

18 a. Dorsal a. Dorsal
b. Ventral
b. ventral

19. a. Dorsal a. Dorsal


b. Ventral

b. Ventral
20 a. Dorsal a. Dorsal
b. Ventral

b. Ventral

Deskripsi

Merujuk pada Diajeng (2017), bintang laut chocolate chip sea star
(Protoreaster nodosus) adalah bintang laut yang memiliki morfologi yang unik
yakni memiliki tanduk berwarna hitam-coklat yang digunakannya sebagai alat
pertahanan diri. Bintang laut ini biasa ditemukan di perairan dangkal Indo-
Pasifik, namun ada beberapa yang dipelihari di akuarium air laut. Biasanya
bintang laut ini memangsa spon, karang keras, siput, udang, dan landak laut
(bulu babi).bintang laut ini juga memiliki 5 lengan dengan kaki tabung dua baris
di sepanjang lengannya dan dilengkapi dengan penghisapnya. Bintang laut ini
termasuk dalam ordo Valvatida.
Merujuk pada Jasin (1992), bintang mengular memiliki cakram tengah
yang terlihat jelas dari lengannya yang panjang sebagai alat bantu untuk
bergerak. Tidak seperti bintang laut pada umumnya, bintang mengular tidak
memiliki kaki tabung dan alat penghisap. Biasanya bintang lmengular bergerak
dengan cara mencambukkan lengannya. Bintang mengular dapat dijumpai di
perairan dangkal maupun dalam, biasanya bersembunyi pada batuan, rumput
laut, atau kadang mengubur diri di dalam pasir. Bintang mengular adalah hewan
nocturnal atau biasa dikenal dengan hewan yang aktif beraktivitas di malam
hari. Mulut terletat di bagian pusat tubuh yang dikelilingi lima kelompok
lempeng kapur dan tidak memiliki anus. Bersifat biseksual dan fertilisasi
terjadi di luar dengan larva bersilia.

Merujuk pada DosenBiologi.com, bintang laut ini dikenal dengang


Asterias rubens merupakan salah satu spesies dari ordo Forcipulatida. Bintang
laut ini banyak dijumpai pada perairan laut terbentang dari utara sampai ke
timur samudra atlantik. Memiliki ciri dengan tubuh memiliki 5 lengan yang
semakin meruncing kea rah ujungnya. Pada bagian bawah (ventral) dari bintang
laut ini dapat di jumpai mulut yang agak menonjol keluar yang berfungsi
sebagai alat untuk makan dan membantu dalam pergerakan. Pada bagian dorsal
terdapat organ pedicellaria berupa katup yang dikelilingi duri berbentuk seperti
cakar dan dapat bergerak seperti rahang berfungsi sebagai aseftor rangsangan
dan respon spontan sebagai organ pencernaan. Memiliki garis putih sepanjang
duri kecil pada bagian anus.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. 7 Klasifikasi Bintang Laut Beserta Karakteristiknya.


DosenBiologi.com

Barnes, Robbert D. 1983. Invertebrate Zoology. United States of America.

Campbell, Neil A dan Jane B. Reece. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid Dua.
Jakarta: Erlangga

English, S., Wilkinson, C., Baker,V,. 1994. Survey Manual For Tropical Marine

Ghufran. 2009. Budi Daya Perairan. Yogyakarta: Lily Publisher.

Ghufran. 2010. A to Z Budi Daya Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-
obatan. Yogyakarta : Lily Publisher.

Gramedia.
Hickman et al. 2008. Inregrated Principles of Zoology. New York: Mc-Graw Hill.
Holthuis. 1968. Are There Poisonous Crabs?. CRUSTACEANA. 15(2). P 215-222.
Karyanto, P., Maridi dan Indrowati, M. 2004. Variasi Cangkang Gastropoda
Ekosistem Mangrove Cilacap Sebagai Alternatif Sumber Pembelajaran
Moluska: Gastropoda. Bioedukasi. 1 (1). P 1- 6.
Lekha, Diajeng. 2017. Nama Latin Bintang Laut dan 19 Jenisnya Yang Aneh dan
Penuh Warna.

Martoyo, Joko, dkk. 2006. Budi Daya Teripang. Jakarta : Penebar Swadaya.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:


Razak, A. 2002. Dinamika Karakteristik Fisika – Kimia Sedimen dan
Hubungannya dengan Struktur Komunitas Molusca hentik di Muara
Bandar Bakali Padang. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor.
Resources. ASEAN – Australia Marine Science Project Living Coastal

Resources. Australia.
Retno, Hartati, dkk. 2005. Identifikasi Sand Dollar Dan Karakteristik
Habittnya di Pulau Cemara Besar, Kepulauan Karimunjawa Jepara. Ilmu
Kelautan. Voi 10(1).

Rumahlatu, D. 2007. Hubungan antara Faktor Fisik-Kimia Lingkungan dengan


Keanekaragaman dan Pola Distribusi Echinodermata pada Daerah
Pasang Surut Kabupaten Seram Bagian Barat Sebagai Sumber
Pembelajaran Ekologi Kelautan. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang..
Setyono, D. E. D. 2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut. Jurnal
Oseana. 31(1). P 1-7.
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Lipi Press.

Supono dan Ucu, Yanu A. 2012. Kelimpahan Dan Keanekaragaman Echinodermata


Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis.
Vol 4(1).

Anda mungkin juga menyukai

  • ZOIN
    ZOIN
    Dokumen9 halaman
    ZOIN
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Acara Iv
    Acara Iv
    Dokumen6 halaman
    Acara Iv
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • XXXX
    XXXX
    Dokumen7 halaman
    XXXX
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Acara Iv
    Acara Iv
    Dokumen6 halaman
    Acara Iv
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kerja Peserta Didik
    Lembar Kerja Peserta Didik
    Dokumen11 halaman
    Lembar Kerja Peserta Didik
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Otot Polos
    Fisiologi Otot Polos
    Dokumen13 halaman
    Fisiologi Otot Polos
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Kerja Peserta Didik
    Lembar Kerja Peserta Didik
    Dokumen11 halaman
    Lembar Kerja Peserta Didik
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Soal KD 3.10
    Soal KD 3.10
    Dokumen14 halaman
    Soal KD 3.10
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Isbd Kelompok 5
    Tugas Isbd Kelompok 5
    Dokumen11 halaman
    Tugas Isbd Kelompok 5
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen49 halaman
    Bab I
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Arthropoda
    Laporan Praktikum Arthropoda
    Dokumen11 halaman
    Laporan Praktikum Arthropoda
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Kelompok PPD
    Kelompok PPD
    Dokumen15 halaman
    Kelompok PPD
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • RPP
    RPP
    Dokumen18 halaman
    RPP
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Aves Kelompok 2
    Makalah Aves Kelompok 2
    Dokumen59 halaman
    Makalah Aves Kelompok 2
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Arthropoda
    Laporan Praktikum Arthropoda
    Dokumen11 halaman
    Laporan Praktikum Arthropoda
    Anugrah Aprian Ademullah
    Belum ada peringkat