Anda di halaman 1dari 35

MATERI

Definisi Vernalisasi
Sejarah Vernalisasi
Letak Vernalisasi
Faktor Yang Mempengaruhi Vernalisasi
Hipotesis Vernalisasi
Keuntungan Vernalisasi
Review Jurnal
VERNALISASI

   Vernalisasi (dari Bahasa Latin vernus, yang berarti ”Musim


semi”) 

Vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan


tumbuhan seperti musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan
sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang selama musim
semi (Gardner, dkk, 1991).
VERNALISASI

          Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan


oleh tumbuhan sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya
tidak khusus untuk perbungaan, tetapi diperlukan pula oleh biji-biji
tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon terhadap suhu
dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi
atau pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin
haruslah beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung
spesiesnya.
Sejarah Vernalisasi
• Pada tahun 1857 John Hancock Klippart : menunjukkan efek suhu musim
dingin terhadap perkecambahan.
• Tahun 1918 Gustav Gassner menebitkan sebuah artikel untuk membedakan
persyaratan khusus musim dingin dari tanaman musim panas.
• Tahun 1928 Lysenko memperkenalkan proses pendinginan pada biji sereal dan
diberi istilah vernalisasi.
• Pada tahun 1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan
panjang siang dan malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu
siang dua puluh empat jam
Sejarah Vernalisasi
• Pada tahun 1960 Chourad Vernalisasi didefinisikan sebagai proses percepatan
pembungaan pada tanaman dengan perlakuan dingin. Banyak kontributor
memberikan teori dan pendekatan berbeda untuk menggambarkan fenomena
vernalisasi. Dengan demikian, dapatlah dibuat kesimpulan bahwa panjang
waktu gelap yang mengakibatkan pembungaan, bukannya panjang waktu
pencahayaan.
Letak Vernalisasi
Bukti-bukti bahwa rangsangan dingin dihasilkan di dalam meristem atau
kuncup dan bukan didalam daun diperoleh dari empat fenomena:
1. Biji yang telah mengalami imbibisi mudah divernalisasi
2. Pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak efektif.
3. Biji yang sedang berkembang pada tanaman induk dapat dan seringkali
sudah tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung
sebelum biji menjadi kering.
4. Tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu daun yang sudah
tervernalisasi telah tergalakkan untuk berbunga.
Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi

• Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat


bervariasi yaitu biji, akar, embrio, pucuk batang.

• Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan


dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka tumbuhan
tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi).

• Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari


beberapa proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di
dalam biji dan semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem
yang tervernalisasi. Pada Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi
pada meristemnya.
Hilangnya Vernalisasi (Devernalisasi)

Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan


kondisi yang parah, seperti kekeringan atau temperatur
tinggi (30-35̊C) selama periode beberapa hari. Pada
percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet,
mengenai biji serealia musim dingin yang divernalisasi
dan dipertahankan biji dalam keadaan kering
menyebabkan proses devernalisasi (penghilangan
vernalisasi).
Faktor Vernalisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi vernalisasi meliputi:

1. Suhu rendah: Teknik vernalisasi membutuhkan suhu rendah berkisar antara 0-


10 derajat Celcius. Setelah ini, bibit diikuti oleh suhu tinggi 40 derajat Celcius. Ini
adalah proses umum yang harus diikuti untuk menumbuhkan tanaman yang sehat.

2. Periode waktu: Periode waktu vernalisasi tergantung pada jenis tanaman, dan
dapat bervariasi dari beberapa hari hingga minggu atau bahkan beberapa bulan.
Faktor Vernalisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi vernalisasi meliputi:

3. Membagi sel secara aktif: Proses vernalisasi terjadi pada benih yang
berkecambah, yang terdiri dari embrio aktif. Dengan demikian, proses tidak dapat
terjadi dalam biji kering, dan benih harus dibasahi dengan sel meristematik aktif
yang diperlukan.

4. Air dan Oksigen: Hidrasi protoplasma yang tepat merupakan kebutuhan awal
bagi bibit untuk mengenali stimulus. Vernalisasi membutuhkan keberadaan
oksigen yang memadai karena merupakan proses aerobik yang mengatur energi
metabolisme di dalam sel tanaman.
Proses Vernalisasi

Proses vernalisasi melibatkan langkah-langkah berikut:

1.Pelembab biji: Pertama-tama, rendam benih dalam air, dan kemudian


biarkan berkecambah di ruang pemrosesan pada 10-12 derajat Celcius.

2.Perlakuan dingin: Paparkan benih yang berkecambah pada suhu rendah


(3-5 derajat Celcius) untuk periode waktu yang diinginkan.

3.Mengeringkan dan menabur : Benih kemudian dikeringkan dan


ditaburkan di ladang dengan persediaan air dan oksigen yang tepat.
Hipotesis Vernalisasi

Hipotesis Keterlibatan Fisik

Menurut Lysenko, metode vernalisasi selesai dalam dua tahap


1. Thermostage: Ini dapat didefinisikan sebagai tahap utama, di mana biji yang sedikit berkecambah terkena
suhu rendah 0-5 derajat Celcius di hadapan oksigen dan kelembaban. Selama tahap ini, struktur seperti
akar, batang dan daun berkembang dan juga disebut sebagai fase vegetatif. Di sini benih kehilangan
dormansi dan mulai berkecambah.
2. Foto: Ini adalah tahap sekunder, di mana pembibitan setelah vernalisasi dilakukan fase penyinaran yang
benar atau suhu tinggi hingga 40 derajat Celcius. Ini dapat didefinisikan sebagai tahap reproduksi, di mana
bibit menumbuhkan struktur reproduksi seperti bunga dan buah
Hipotesis Vernalisasi

Hipotesis keterlibatan hormon


Menurut Chailakhyan, metode vernalisasi memiliki dua kemungkinan:

1. Pada tanaman lama: Hormon berbunga “Anthesins” hadir yang mengubah hormon vernalin
menjadi hormon pengatur pertumbuhan asam giberelat, yang akhirnya menginduksi pembungaan
dalam tanaman.

2. Pada tanaman pendek: Ini tidak memiliki hormon berbunga “Anthesins” yang mengubah vernalin
menjadi asam giberelat, dan tidak menginduksi pembungaan. Contoh: Tanaman pangan (gandum,
gandum hitam, dll.) Memiliki varietas musim semi dan musim dingin. Varietas musim semi dan
musim dingin ditabur di musim semi dan musim gugur, masing- masing.
Keuntungan Vernalisasi

• Vernalisasi memberi waktu yang cukup bagi tanaman untuk menjadi


dewasa dan mencegah sebelum jatuh tempo selama musim tanam mereka.
• Mengurangi fase vegetatif dan mempercepat periode reproduksi.
• Vernalisasi meningkatkan hasil pertumbuhan.
• Tanaman lebih mudah beradaptasi dengan memungkinkan mereka untuk
tumbuh di daerah-daerah di mana mereka biasanya tidak tumbuh.
• Proses ini tidak hanya berlaku untuk tanaman beriklim sedang tetapi juga
beberapa tanaman tropis seperti gandum, beras, millet dll.
• Judul : Pengaruh Vernalisasi Terhadap
Pertumbuhan dan Pembungaan Sedap Malam
(Polianthes tuberosa. L) Pada Berbagai
Kedalaman
• Penulis : Zelby meutia, karuniawan puji
wicaksono dan Sitawati.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan dua faktor, faktor
pertama adalah vernalisasi dengan 3 taraf :
V0 = Tanpa vernalisasi
V1 = Vernalisasi 50C
V2 = Vernalisasi 100C
Perlakuan selama 30 hari
Faktor kedua yaitu kedalaman tanam,
D0 = 5 cm
D1 = 10 cm
D3 = 15 cm
Pengamatan meliputi saat muncul tunas, panjang tanaman, jumlah daun, luas daun
dan inisiasi bunga.
Hasil Penelitian
• Analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata pada saat muncul tunas yaitu
dapat mempercepat hingga 12 hari.
• Vernalisasi 50C dengan kedalaman 10 cm mampu meningkatkan jumlah daun
hingga 366,67% dan mengalami inisiasi bunga lebih cepat dari perlakuan
lainnya sebesar 63, 25%.
Hasil Penelitian

Interaksi antara vernalisasi dan kedalaman


tanam 6 mst panjang tanaman tertinggi pada
perlakuan vernalisasi 50C dan kedalaman 10 cm
semakin panjang 69,95% dibandingkan tanpa
vernalisasi dan kedalaman 15 cm.
Pertambahan panjang tanaman dipengaruhi
oleh vernalisasi dan kedalaman tanam,
vernalisasi memicu hormon pembungaan berupa
vernalin yang meningkatkan perpanjangan dan
pembelahan sel.
Kesimpulan
Terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan dengan faktor
pengamatan yang dilakukan. Perlakuan vernalisasi dengan
kedalaman berpengaruh terhadap inisiasi bunga dibandingkan
tanpa vernalisasi.
• Judul : Peningkatan Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Putih (Allium sativum L.)
melalui aplikasi Vernalisasi dan Pemberian BAP
(Benzil Amino Purin)
• Penulis : Edi Siswadi , Sekar Utama Putri , Refa
Firgiyanto dan Clara Fajarsyah Putri.
• Tujuan : untuk mempelajari pengaruh lama
vernalisasi dan aplikasi BAP terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
bawanag putih serta mengetahui interkasi dari
kedua perlauan tersebut.
Metode Penelitian

• Rancanga percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok
(RAK) pola faktorial dengan tiga ulangan.
• Faktor yang di coba terdiri dari atas lima taraf lama vernalisasi dan konsentrasi BAP. Lama
vernalisasi meliputi 0 minggu, 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu dan 8 minggu, sedangkan
konsentrasi BAP meliputi 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm. Total
kombinasi perlakuan dari kedua faktor adalah 25 kombinasi dengan setiap unit percobaan
terdiri atas tiga tanaman sehingga total tanaman yang digunakan berjumlah 225 tanaman.
• Variabel yang diamati pada percobaan ini meliputi jumlah daun, panjang daun, lebar daun,
tinggi tanaman dan diameter batang yang diukur menggunakan alat bantu berupa penggaris
dan jangka sorong. Variabel produksi yang diukur meliputi diameter umbi, jumlah siung,
berat basah, dan berat kering umbi.
 
Hasil Penelitian
Adanya pengaruh nyata dari perlakuan lama vernalisasi
terhadap jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi
tanaman, diameter batang , jumlah siung, berat basah (gr),
berat kering (gr), dan diameter umbi (mm), akan tetapi
tidak berpengaruh nyata pada lebar daun 6 MST, lebar
daun 10 MST, tinggi tanaman 10 MST. Pemberian BAP
dengan beberapa konsentrasi tidak berpengaruh nyata pada
semua parameter pertumbuhan dan perkembangan bawang
putih varietas Lumbu Hijau . Begitu juga pada interaksi
lama vernalisasi dan konsentrasi BAP tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan
dan perkembangan bawang putih varietas Lumbu Hijau
Hasil Penelitian
Adanya peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih
varietas Lumbu Hijau setelah adanya
perlakuan lama vernalisasi. Rerata
jumlah daun tanaman bawang putih
pada pengamatan umur 2 MST
mendapati rerata tertinggi pada
perlakuan vernalisasi 4 minggu yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan
vernalisasi 8 minggu, sedangkan ada
pengamatan 4 dan 8 MST rerata jumlah
daun terbaik diperoleh pada perlakuan
vernalisasi 4 Minggu dengan jumlah
daun lebih banyak.
Hasil Penelitian
Rerata panjang daun terbaik diperoleh
pada perlakuan vernalisasi 4 Minggu pada
pengamatan 1 MST, sedangkan pada
pengamatan 4 MST dan 8 MST rerata
panjang daun terbaik diperoleh pada
perlakuan vernalisasi 8 minggu yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 4 minggu
Hasil Penelitian

Rerata lebar daun terbaik pada pengamatan 2, 4 dan 8 MST


diperoleh pada perlakuan vernalisasi 4 minggu yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan vernalisasi 8 minggu.
Hasil Penelitian

Rerata tinggi tanaman terbaik terdapat pada perlakuan vernalisasi 8 minggu


pada 2, 4 dan 8 MST
Hasil Penelitian

Rerata diameter batang bawang putih pada pengamatan 4 dan 8 MST


rerata tertinggi didapati pada perlakuan vernalisasi 4 minggu.
Pengamatan hasil panen meliputi jumlah siung, berat basah, berat
kering dan diamater umbi terbaik terdapat pada perlakuan 8 minggu
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 minggu.
Hasil Penelitian

Rerata jumlah siung pada perlakuan 8 minggu lebih tinggi 75%


dibandingkan dengan tanpa vernalisasi, sedangkan rerata berat basah,
berat kering dan diamater umbi pada perluan 8 minggu lebih tinggi
masingmasing 32,7 % (berat basah), 69,9% (berat kering) dan 50,67%
(diamter umbi).
Hasil Penelitian
B. Pengaruh Konsentrasi BAP (Benzil Amino Purin)
Pemberian konsentrasi BAP pada tanaman bawang putih varietas Lumbu Hijau belum mampu memberikan
pengaruh atau peningkatan terhadap semua variabel pertumbuhan dan perkembangan secara nyata. Hasil
tersebut juga didukung oleh penelitian Rosniawaty et al. (2018), dimana pemberian BAP tidak berpengaruh
nyata pada diamter batang tanaman teh. Hal tersebut diduga karena kandungan hormon endogen pada
tanaman sudah dalam dalam kondisi optimal dalam memacu pertumbuhan tanaman dan peran dari
sitokinin endogen hanya sebagai signal jarak jauh dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

C. Pengaruh interaksi antara lama vernalisasi dan konsentrasi BAP (Benzil Amino Purin)
Terdapatnya interaksi antara lama vernalisasi dan konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bawang putih varietas Lembu Hijau secara signifikansi. Hal tersebut diduga karena
pengaruh dari faktor pelakuan secara mandiri yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan interaksinya
seperti yang yang dilaporkan oleh Steel dan Torrie (1991); Firgiyanto et al. (2019) bahwa bila interaksi tidak
berbeda nyata maka faktor dari lama vernalisasi dan Konsentrasi BAP lebih berpengaruh secara mandiri.
Kesimpulan
• Pemberian perlakuan lama vernalisasi berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah siung, berat basah, berat kering,
dan diameter umbi, akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada lebar
daun 6 MST. Lama vernalisasi terbaik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi bawanag putih diperoleh pada perlakuan
4 minggu dan 8 minggu.
• Pemberian perlakuan konsentrasi BAP (Benzil Amino Purin) serta
interaksinya dengan lama vernalisasi masih belum mampu
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bawang putih
varietas Lumbu Hijau.
Gardner, dkk., 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Harahap, Fauziyah. 2011.Panduan Teori Fisiologi Tumbuhan. Medan:FMIPA
Unimed
Salisbury Frank and Rose.1987. FisiologiTumbuhan. Bandung: ITB Press
Sasmita mihardja, Dardjat. 1996. Fisisologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA- ITB
Silvia

Anda mungkin juga menyukai