Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AVERTEBRATA AIR FILUM ECHINODERMATA

BULU BABI

Disusun oleh :

1. Ika Taukhida (26010118130052)


2. Yenti Agustina Sianturi
3. Dea Agripa Novianti Liunesi (26010118130074)
4. Hastari Wahyuningtyas (26010118130080)
5. Naufal Farhan Kamil (26010118140077)

MSP-B

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunianya sehingga
makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan begitu banyak
terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak yang telah bersedia berkontribusi
bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan maupun materi sehingga
“MAKALAH AVERTEBRATA AIR FILUM ECHINODERMATA BULU BABI” dapat
terselesaikan dengan baik. Terutama kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen kami
Dr. Ir. Suryanti, M.Pi, yang telah memberikan tugas ini sehingga kami semakin berpengetahuan
tentang kehidupan avertebrata air, terutama filum Echinodermata dan bulu babi.

Kami semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para
pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isikan
makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami percaya tetap banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 08 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya
kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki
kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua
hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya radial simetris dan kebanyakan
mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan me-miliki tonjolan berupa duri. Kelompok
utama Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh:
Archas-ter typicus, kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas
Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh:
Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut) contoh: Holothuriascabra.
Filum Echinodermata secara umum hidup di laut dengan ciri utama memiliki kulit
yang berduri. Tubuh bersimetri radial, hampir selalu pentamerous atau terbagi menjadi lima
bagian. Tubuhnya triploblastik selomata dengan permukaan oral dan aboral yang jelas tanpa
kepala dan tidak bersegmen. Ukuran tubuh filum Echinodermata sedang namun ada yang
besar.
Bulu babi adalah hewan avertebrata laut. Para ahli mengelompokkan organisme ini
dalam Filum Echinodermata. Menurut Aziz (1993) di Perairan Indonesia terdapat sekitar 84
jenis bulu babi. Organisme ini memiliki beragam fungsi. Sebagian dapat berfungsi sebagai
bahan pangan, ada yang berguna dalam ekologi, ekonomi dan sifat racun. Sebagian lain
berfungsi sebagai organisme model, untuk pengobatan penyakit pada manusia dan digunakan
sebagai hewan hias.
Bulu babi atau landak laut (dalam Bahasa Inggris disebut sea urchin atau dalam
Bahasa Jepang disebut uni) adalah hewan avertebrata laut. Para ahli mengelompokkan bulu
babi dalam Klas Echinoidea, Filum Echinodermata (echinos = landak; derma = kulit).
Organisme ini sangat banyak, menurut Aziz (1999) in Dahuri (2003) dikenal sekitar 800
spesies di dunia. Sedangkan di Perairan Indonesia terdapat sekitar 84 jenis bulu babi (Aziz,
1993).
Tubuh bulu babi memiliki bentuk setengah bulat dan terlindung oleh suatu struktur
berupa cangkang dan duri yang bervariasi. Di dalam cangkang terdapat beberapa organ
termasuk organ reproduksi berupa gonad yang dapat dikonsumsi. Secara umum variasi tersebut
dianggap sebagai respon tiap individu terhadap fluktuasi lingkungan lokal, ketersediaan
makanan, dan faktor lingkungan perairan lainnya.
Bulu babi memiliki beragam manfaat. Sebagian memiliki manfaat sebagai bahan
pangan, ekologi, ekonomi dan sifat racun. Sebagian lain telah dimanfaatkan sebagai organisme
model, hewan hias dan digunakan dalam bidang kesehatan terutama untuk pengobatan
penyakit pada manusia. Bahkan beberapa ahli biologi, biokimia, biologi molekul, lingkungan
telah memanfaatkan bulu babi untuk berbagai kepentingan.

1.2 Tujuan
Mengetahui organ-organ tubuh bulu babi dan sistem organ tersebut, serta peran,
potensi, dan manfaat dari bulu babi dalam kehidupan manusia dalam tingkat konsumsi maupun
ekonomi.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk morfologi bulu babi?
2. Bagaimana anatomi bagian dalam bulu babi?
3. Sistem apa saja yang terdapat dalam hewan bulu babi?
4. Bagaimana proses dari sistem organ yang terdapat dalam bulu babi?
5. Bagaimana peran ekologis bulu babi terhadap lingkungan?
6. Apa potensi serta manfaat dari bulu babi?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Bulu Babi


Bulu babi merupakan fauna dari filum Echinodermata yang paling melimpah dan tersebar
di seluruh perairan Indonesia. Secara taksonomi bulu babi termasuk dalam phylum
echinodermata yaitu hewan yang kulitnya tersusun atas rangka duri. Menurut Suryanti
dan Ruswahyuni (2014), secara morfologi, bulu babi (Echinoidea) terbagi dalam dua
kelompok yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan
(irregular sea urchin). Bentuk tubuh bulu babi regularia adalah simetri pentaradial hampir
berbentuk bola sedangkan bulu babi iregularia memperlihatkan bentuk simetri bilateral
yang bervariasi. Selanjutnya Suwignyo dan Sugiarti (2005) juga menyebutkan bahwa
tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri
panjang yang dapat digerakkan.
A. Bulu Babi Beraturan (Regular sea urchin)
Umumnya bulu babi beraturan memiliki lima gonad yang tergantung sepanjang bagian
dalam interambulaklar pada daerah aboral dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi.
Ciri-cirinya adalah :
 Berbentuk bulat atau setengah bulat
 Madreporit terletak pada aboral dan ambulacral
 Anus terletak di tengah pada ujung ambulacral
Contohnya adalah Diadema saxatile (Diadema setosum)
B. Bulu Babi Tak Beraturan (Irregular sea urchin)
Ciri-cirinya adalah :
 Anus terletak marginal pada oral dan aboral
Contohnya adalah Echinodiscus sp (Sand dollar)

Semua organ pada bulu babi umumnya terletak di dalam tempurung (test sceleton) yang
terdiri atas 10 keping pelat ganda, biasanya bersambungan dengan erat, yaitu pelat
ambulakra, disamping itu terdapat pelat ambulakra yang berlubang-lubang tempat
keluarnya kaki tabung.

2.2 Anatomi Bulu Babi

Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian
diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada
bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat
sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara
sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial
termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk
diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang
berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste
vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam
pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat
pada selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera aristotle”, yakni semacam rahang
yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu
memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis 1987 dalam
Ratna 2002). Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima
pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Hyman 1955 dan Barnes 1987 dalam Ratna
2002).

Hewan ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat diantara duri-
durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di dasar laut. Ada
yang mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula yang durinya pendek dan tumpul.
Mulutnya terletak dibagian bawah menghadap kedasar laut sedangkan duburnya
menghadap keatas di puncak bulatan cangkang. Makanannya terutama alga, tetapi ada
beberapa jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji, 2005).
Singkatnya, Struktur anatomi Echinoidea secara umum adalah :
a. Mulut i. Cincin saraf
b. Faring j. Ampula
c. Esofagus k. Duri
d. Usus
e. Anus
f. Kelenjar aksial
g. Madreporit
h. Gonad
2.3 Sistem dalam Bulu Babi dan Prosesnya
a. Sistem Ambulakral
Sistem ambulakral merupakan sistem saluran air yang terdapat di alam tubuh
Echinoidea. Sistem ambulakral terdiri atas: madreporit (terletak di daerah periproct),
saluran batu (dikelilingi oleh kelenjar aksial), saluran cincin (mengelilingi esofagus), lima
saluran radial yang tersebar sepanjang daerah interiol dan berhubungan dengan kaki
tabung. Menurut Rusyana (2011), ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian
yang menjulur keluar tubuh. Kaki tabung dilengkapi dengan alat penghisap. Menurut
Vimono (2007), hal tersebut berguna bagi bulu babi untuk menempel pada substrat dan
berjalan di permukaan substrat. Melalui kaki tabung ini, partikel makanan juga dapat
ditangkap dan dipindahkan melalui kaki-kaki tabung sebelum akhirnya sampai di bagian
oral.

Sistem sirkulasi air atau sistem ambulakral Echinodermata adalah sebagai berikut.

a. Air masuk melalui madreporit


b. Menuju saluran batu
c. Menuju saluran cincin, berputar searah jarum jam
d. Menuju saluran radial
e. Menuju saluran lateral yang bermuara ke ampula, kemudian berkontraksi, sehingga
Echinodermata dapat bergerak.
f. Kelompok Tiedman, merupakan tempat berkembangnya amebosit dan alat
keseimbangan.
g. Gelembung polian, merupakan tempat untuk mengatur tekanan air didalam tubuh
Echinodermata.

Kaki ambulakral akan mendorong air sehingga akan terjadi pertukaran gas yang
berlawanan dengan arah sistem vaskular air. Bentuk kaki ambulakral untuk bernapas ini
panjang, rendah, datar, dan terletak pada alur konjugasi yang membentang dari satu pori
ke pori lain. Tabung memanjang jauh dari permukaan tubuh dan dilengkapi dengan bulu-
bulu atau rambut yang teratur.
b. Sistem Pencernaan
Bulu babi marga Diadema sebagaimana kelompok regularia pada umumnya adalah
pemakan tumbuhan atau herbivora. Makanannya bisa berupa daun lamun dan algae. Tidak
semua jenis bulu babi melakukan grazing, karena jenis-jenis tertentu juga bersifat predaor
atau lebih tepat dikatakan sebagai pemakan segala (omnivora).Menurut Aziz (1987),
berdasarkan analisis isi lambung dan percobaan akuarium ternyata bahwa bulu babi marga
Diadema cenderung sebagai pemakan segala atau omnivora. Bulu babi marga Diadema
sebagaimana bulu babi kelompok regularia lainnya menggunakan organ lentera Aristoteles
secara aktif untuk memotong dan mengunyah makanannya. Selanjutnya menurut Lawrence
(1975) melaporkan bahwa bulu babi jenis Diadema antillarum dan Diadema setosum
mengkonsumsi lamun, algae coklat, krustaea, foraminifera, karang, dan algae benang
sebagai makanannya.
Saluran pencernaan lengkap, terdiri atas mulut, esofagus, perut, usus yang panjang
dan melingkar, rectum dan anus. Pada saat mencerna makanan, bulu babi membutuhkan
berbagai macam enzim. Menurut Supardi dan Sugiarto (1995), dalam pencernaan
makanan, pada bulu babi terdapat semacam kelenjar penghasil enzim, yaitu proteinase,
amylase dan lipase yang membantu sistem pencernaan. Absennya enzim selulose diduga
digantikan fungsinya oleh aktifitas bakteri lambung.

c. Sistem Reproduksi
- Jenis Kelamin
Tanda kelamin penting artinya untuk mengetahui jenis kelamin suatu individu.
Telah sering dikemukakan bahwa bulu babi mempunyai kelamin terpisah, ada individu
jantan dengan kelamin jantan (testis) dan ada individu betina dengan gonad betina (ovari).
Kedua jenis kelamin ini tidak memberikan kenampakan morfologi luar yang
berbeda nyata. Sampai saat ini tanda kelamin sekunder yang dapat memberi petunjuk
adalah bentuk papila genitalia.
- Telur/Gonad
Struktur gonad bulu babi menempel pada lapisan "perisvisceral epithelium lempeng
interambulakral" yang mengisi lebih dari separuh rongga badan pada sisi apikal. Bila
diperhatikan, organ gonad terlihat 13-15 pasangan percabangan "racemose" pada sisi-sisi
gonaduct. Terdapat perbedaan warna pada gonad jantan dan gonad betina. Menurut
Darsono (1968), ovari yang matang (mature) berwarna merah kecoklatan (raddish
brown), testes matang berwarna putih kekuningan. Telur bulu babi yang sudah matang
telah mencapai fase tingkat kematangan gonad (TKG) IV dan V atau telah siap dipijahkan
oleh seekor induk betina dengan ukuran diameter cangkang minimal 60 mm. Bulu babi
yang mencapai matang gonad berisi beberapa juta butir telur yang mempunyai warna putih
kekuning-kuningan dan dalam perkembangannya sangat cepat. Dalam proses
matang gonad nya, biota ini membutuhkan periode yang sangat panjang. Menurut
Reverberi (1071), Periode matang gonad bulu babi sangat panjang yaitu antara bulan
Oktober sampai dengan bulan Mei bahkan bisa sampai sepanjang tahun.
- Pemijahan
Bulubabi dapat memijah seperti biota laut lainnya, pada umumnya induk jantan
mengeluarkan sperma terlebih dulu baru kemudian diikuti oleh induk betina yang
mengeluarkan telur. Pembuahan terjadi di luar tubuh, yaitu didalam air laut, dimana
induk jantan terlebih dahulu mengeluarkan sperma yang berwarna putih susu,
selang beberapa menit (biasanya 0,5 - 3 menit), biota yang berkelamin betina
mengeluarkan telur-telur yang berwarna kuning (apabila telurnya matang) namun apabila
telur yang tidak matang maka akan berwama putih dan apabila diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran kuat maka telur yangbelum matang ini terbungkus oleh
semacam albumin yang relatif tebal sehmgga mungkin mengakibatkan telur sulit
ditembusi oleh sperma.
- Pembuahan
Pembuahan terjadi di luar tubuh dimana sperma yang berasal dari induk jantan
membuahi telur-telur yang berasal dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus
dengan semacam gelatinous yang biasa disebut "jelly coat". Beberapa penulis
menyatakan bahwa pembuahan terjadi oleh molekul-molekul yaitu interaksi antara
sperma dan telur. Menurut Giuidice (1986), Jelly coat sangat berpengaruh terhadap
aktifitas sperma namun daya tembus sperma cukup kuat.
- Embrio, anakan, hingga dewasa
Pada peristiwa pembuahan telur-telur bulu babi membelah dengan frekuensi yang
tinggi pada pembelahan dan pergerakan mengikuti formasi seperti umumnya biota
echinodermata. Telur yang telah dibuahi akan membelah secara cepat
menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini
berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral
simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga
menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah
dewasa bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri. Bulu babi dewasa telah
memiliki organ yang lengkap. Menurut Radjab (2001), bulu babi dewasa telah
mempunyai organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada
organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas.

d. Sistem Pernafasan
Pernafasan Bulu Babi menggunakan paru- paru kulit atau dermal branchiae(papulae) yaitu
penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini dilindungi silia dan
pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula
beberapa jenis Echinodermata yang bernafas menggunakan kaki tabung. Sisa –sisa
metabolism yang terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh amobacyte (sel-sel
ameboid) ke dermal branchie untuk selanjutnya dilepas keluar tubuh. Menurut Bullock
(1965), bahwa bulu babi memiliki dermal branchiae atau insang, biasa disebut dengan
papulae.

e. Sistem Peredaran Darah


f. Sistem Saraf

2.4 Peran Ekologis Bulu Babi


2.5 Potensi dan Manfaat Bulu Babi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://andihaerul.blogspot.com/2014/06/mengenal-bulu-babi-seaurchinechinoidea.html

Suwignyo dan Sugiarti. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61386/2/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

https://www.adisucipto.com/pengaruh-steroid-terhadap-perkembangan-gonad-dan-gametogenesis-
benih-bulu-babi/

https://marineresourcesdatabase.wordpress.com/2013/12/29/bulu-babi/

Nontji, Anugerah., 2005. Laut Nusantara. Cetakan Keempat. Djambatan. Jakarta.


Ratna, 2002, Pengaruh Penambahan Gula dan Lama Fermentase terhadap Mutu Pasta Fermentasi
Gonad Bulu Babi Diadema setosum dengan Lactobacillus plantarum sebagai Kultur Starter, Skripsi
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Adun Rusyana, 2011., Zoologi Invertebrata, Bandung: Alfabeta.

Indra Banyu Vimono, 2007., “Sekilas Mengenai Landak Laut”. Jurnal oseana, Vol. XXXII, No. 3.

https://materi78.files.wordpress.com/2012/10/echi_bio1_2.pdf

Sugiarto, Herri dan Supardi. 1995. Beberapa Catatan Tentang Bulu Babi Marga Diadema. Oseana, 20(4) :
35-41.

Suryanti dan Ruswahyuni. 2014. Perbedaan Kelimpahan Bulu Babi (Echinoidea) Pada Ekosistem Karang
dan Lamun di Pancuran Belakang, Karimun Jawa Jepara. Jurnal Saintek Perikanan, 10(1) : 62-67.

Aziz, A. 1987. Makanan dan cara makan berbagai jenis bulu babi. Oseana. 12 (4) : 91–100.

Lawrence, J.M. 1975. On the relationships between marine plants and sea urchins. Oseanogr. Mar. Biol.
Ann. Rev. 13 : 213–286.

Supardi dan Sugiarto, H. 1995. Beberapa Catatan Tentang Bulu Babi Marga Diadema. Jurnal Oseana.
20(4) : 35-41.

Darsono, P. 1986. Gonad bulu babi. Oseana. 11 (4): 151 - 162.

Reverberi, G. 1971. Experimental embrology at marine and fresh-water invertebrates. North Holland
Publishing Company Amsterdam and London : 506 pp.

Giudice. G. 1986. The Sea Urchin Embryo. Journal of a Developmental Biological System: 1- 77.

Radjab, A. W. 2001. Reproduksi dan Siklus Bulu Babi (Echinoidea). Jurnal Oseana. 26(3) : 25-36.

Bullock, T. H. 1965. Comparative Spect of Superficial Conductionsystems on Echinoids and Asteroids.


Journal of Zoologist. 5 : 545-562.

Anda mungkin juga menyukai