Anda di halaman 1dari 27

KETENTUAN PINJAM-

MEMINJAM DAN UTANG-


PIUTANG

MAPEL:FIKIH

Disusun oleh:
Kelompok 1
1.Niken Sefran Alexa
2.Efran Wijaya
3.Adewa
4.Hairil Akbar
5.Febri Rafael
MTS ADABIYAH ISLAMIYAH LAIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah Penelitian
Kualitatif dengan judul “Ketentuan Pinjam-Meminjam dan
Utang-Piutang” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Secara umum makalah ini menjelaskan tentang penelitian


kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Penulis
berharap makalah ini bisa memberikan sumbangsih bagi
pengetahuan setiap orang dalam bidang keperawatan yaitu
khususnya untuk pemahaman terhadap penelitian kualitatif.
Sekalipun demikian penulis menyadari bahwa proses
penyusunan makalah ini merupakan pekerjaan yang tidak
ringan sehingga memungkinkan adanya kekurangan maupun
kesalahan baik dalam hal teknis penulisan, tata bahasa
maupun isinya. Oleh karena itu guna penyempurnaan makalah
ini penulis sangat mengharapkan saran, masukan maupun
kritikan yang membangun dari pembaca makalah ini.

Demikianlah makalah ini disusun. Akhir kata, penulis


mengucapkan terima kasih.
Lais, Januari 2024

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................

KATA PENGANTAR..........................................................

DAFTAR .............................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................
B. Tujuan...........................................................................
C. Rumusan masalah.........................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hukum Pinjam-Meminjam.................


B. Rukun dan Syarat Pinjam-Meminjam.........................
C. Kewajiban Peminjam..................................................
D. Berakhirnya Masa Pinjaman.......................................
E. Pengertian dan Dalil Utang-Piutang...........................
F. Hukum Utang-Piutang................................................
G. Manfaat Utang-Piutang...............................................
H. Kewajiban Orang Yang berhutang..............................
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................
B. Saran.......................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih
dikenal Sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam
kehidupan Bermasyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat
utama dalam Pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua
masyarakat telah Menjadikan pinjam meminjam uang sebagai sesuatu
yang sangat diperlukan Untuk mendukung perkembangan kegiatan
ekonominya dan untuk Meningkatkan taraf kehidupannya.1Pinjam-
meminjam atau utang-piutang merupakan suatu perbuatan Hubungan
hukum antara seorang manusia dengan manusia yang lainnya yang
Sering dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini yang
menjadi Obyek pokok dari utang piutang adalah uang, dengan artian
bahwa uang yang Dipinjam/diutang tersebut memberikan kewajiban
kepada pihak yang berutang Untuk mengembalikan apa yang sudah
diterimanya dengan kondisi/jumlah Yang sama dan apabila
diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan Demikian
suatu utang-piutang harus didasarkan pada persetujuan atau
Kesepakatan atau dengan istilah lain harus didahului dengan adanya
suatu Perjanjian untuk mengikatnya.
B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan Hukum Pinjam-Meminjam?


2. Apa Rukun dan Syarat Pinjam-Meminjam?
3. Apa Kewajiban Peminjam?
4. Kapan berakhirnya masa pinjaman?
5. Apa Pengertian dan Dalil Utang-Piutang?
6. Apa Hukum Utang-Piutang?
7. Apa Manfaat Utang-Piutang?
8. Apa Kewajiban Orang Yang Berutang?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan hukum pinjam-


meminjam
2. Untuk mengetahui rukun dan syarat pinjam-meminjam
3. Untuk mengetahui kewajiban peminjam
4. Untuk mengetahui berakhirnya masa pinjaman
5. Untuk mengetahui pengertian dan dalil utang-piutang
6. Untuk mengetahui hukum utang-piutang
7. Untuk mengetahui manfaat utang-piutang
8. Untuk mengetahui kewajiban orang yang berutang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hukum Pinjam-Meminjam
Pinjam-meminjam merupakan salah satu
bentuk tolong-menolong dari seseorang Kepada
orang lain. Pengertian meminjam adalah agad
untuk menberikan manfaat Dari suatu benda halal
milik seseorang kepada orang lain tanpa ada
tukaran atau
Syarat tambahan tertentu dan tidak menqurangi
atau merusak zat benda itu. Pinjam-Meminjam
hukumnya mubah bagi peminjam dan sunah bagi
pemberi pinjaman Karena ada unsur tolong-
menolong. Firman Allah swt.
.... ‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِب ِّر َو الَّتْق َو ى “ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم‬
٢ : ‫َو اْلُع ْد َو اِن َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب المائدة‬
Artinya:. Dan tolong-menolonglah kamu dalom
(mengerjakan) kebajikan dan Taqua, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan Bertaqualah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan Nya (Q.S.Al-Mäidah
5: 2) Hukum pinjam-meminjam dalam keadaan
tertentu dapat berubah. Apabila Pinjam-
meminjam itu untuk hal yang sangat penting,
maka hukum peminjam adalah Sunah dan
memberi pinjaman adalah wajib. Misalnya pada
saat terjadi bencana alam Dan ditambah musibah
kelaparan bagi para pengungsi, maka
memberikan pinjaman Kepada mereka adalah
suatu kewajiban. Contoh lain adalah kebutuhan
pakaian untuk menutup aurat, maka bagi yang
memiliki kelebihan harta memberikan pinjaman
yang akan digunakan untuk kebutuhan pokok,
menutup aurat juga merupakan kewajiban.
Namun, sebaliknya bisa juga memberikan
pinjaman kepada pihak lain akan menjadi suatu
perbuatan yang haram. Misalnya seseorang sudah
mengetahui tabiat dan rencana calon peminjam
adalah untuk kemaksiatan, seperti untuk berbuat
kejahatan mencelakai orang lain, maka
memberikan pinjaman untuk kemaksiatan
hukumnya adalah haram.

B. Rukun dan Syarat Pinjam-Meminjam


a. Rukun pinjam-meminjam:
1) Orang yang meminjamkan
2) Peminjam
3) Barang yang dipinjamkan
4) Aqad/ijab qabul

b. Syarat orang yang meminjamkan:


1) Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang
menghalangi, sehingga orang
Yang dipaksa atau anak kecil tidak sah memberikan
pinjaman.
2) Benar-benar pemilik barang yang dipinjamkan.

c. Syarat peminjam:
1) Mampu berbuat kebaikan.
2) Menjaga barang yang dipinjam agar tidak rusak.
3) Akan mengembalikan barang yang dipinjam.

d. Syarat barang yang dipinjamkan:


1) Ada manfaatnya.
2) Barang itu kekal/bersifat tetap, tidak habis
setelah diambil manfaatnya
(makanan yang setelah dimanfaatkan menjadi habis
atau berkurang
Zatnya tidak sah dipinjamkan).
3) Barang tersebut halal

C. Kewajiban Peminjam
a. Mengembalikan barang itu kepada pemiliknya jika
telah selesai. Sebagaimana sabda Rasulullah saw..

)‫ (رواه الترمذي‬.... ‫اْلَع اِر َيُة ُم َؤ َّد اُة َو الَّر ِع يُم َغاِر ٌم‬

Artinya: Barang pinjaman itu wajib dikembalikan, dan


orang yang menjamin wajib membayar jaminannya. (H.R.
Tirmidzi)

b. Mengganti apabila barang itu hilang atau rusak.


Rasulullah saw. Bersabda ‫َع ْن َص ْفَو اَن ْبِن ُأَم َّيَة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْسَتَع اَر ِم ْن ُه َي ْو َم ُح َنْيِن َأْد َر اًع ا َفَق اَل َأَغْص ًبا َي ا‬
‫ُمَحَّم ُد َقاَل َبْل َعاِر َيٌة َم ْض ُم وَنٌة َقاَل َفَض اَع‬
‫َبْعُض َها َفَعَر َض َع َلْيِه َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن ُيَض ِّم َنَها َل ُه‬
‫َقاَل َأَنا‬

)‫اْلَيْو َم َيا َر ُسوَل ِهللا ِفي اِإْل ْس اَل م َأْر َغ ُب (رواه احمد‬
Artinya: Shafwan bin Umayyah berkata, Rasulullah
saw meminjam baju besi darinya pada waktu
perang Hunain, maka dia berkata, “Apakah kamu
telah mengambilnya wahai Muhammad?” Beliau
bersabda: “Bahkan aku meminjamnya dengan
jaminan. Dia berkata, “Lalu sebagian (baju besinya)
ada yang hilang, sehingga Rasulullah saw
menerangkan kepadanya dan membayar uang
jaminan, maka Umayyah pun berkata, “Wahai
Rasulullah, pada hari ini aku lebih mencintai
Islam.” (H.R. Ahmad)

c. Merawat barang pinjaman dengan baik. Nabi


Muhammad saw bersabda: ‫َع َلى اْلَيِد َم ا َأَخ ْذ ُت َح َّتى ُيَؤ ِدَي ُه‬
)‫( رواه احمد‬

Artinya: Kewajiban peminjam merawat apa yang


dipinjamnya, hingga la mengembalikan barang itu.
(H.R. Ahmad)

D. Berakhirnya Masa Peminjam

Pinjam meminjam berakhir apabila barang yang dipinjam


telah diambil manfaatnya dan harus segera dikembalikan kepada
pemiliknya. Pinjam-meminjam juga berakhir apabila satu dari
dua belah pihak telah membatalkan aqad ijab qabul pinjam
meminjam tersebut. Barang yang dipinjam dapat diminta
kembali sewaktu-waktu sesuai dengan kesepakatan aqad
ijab/qabul dalam mu'amalah tersebut. Namun, jika pinjam-
meminjam tersebut merupakan perjanjian yang tetap dan telah
tertulis ijab/ qabulnya, maka pembatalan pinjam-meminjam
hanya dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat antara peminjam dan yang memberikan pinjaman. Jika
terjadi perselisihan pendapat antara yang meminjam dan yang
memberikan pinjaman, tentang barang yang dipinjam sudah
dikembalikan atau belum, maka yang dibenarkan adalah yang
memberikan pinjaman dikuatkan dengan sumpah atau bukti
lainnya. Hal ini didasarkan pada hukum asalnya yaitu belum
dikembalikan.

E. Pengertian dan Dalil Utang-Piutang

Utang-plutang adalah aqad yang dilakukan untuk memberikan


sesuatu benda atau uang, dengan perjanjian akan dibayar kembali
dalam jumlah dan nilai yang sama Utang plutang merupakan salah
satu bentuk transaksi yang memerlukan waktu yang lama. Agar tidak
terjadi lupa atau keliru, maka hendaknya dibuatkan catatan tertulis
bahkan bila perlu diadakan saksi. Firman Allah swt
‫ َو ْلَيْك ُتْب بْيَنُك ْم َك اِتٌب بالعدل “ وال‬، ‫يَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا َتَداَيُتُك ْم ِبَد ْيِن ِإَلى َأَجٍل ُمَس ًّم ى َفاْك ُتُبوُه‬
‫يأب كاِتٌب َأْن ُيْك َتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ُهللا َفْلَيْك ُتْب‬

‫َو ْلُيْمِلِل اَّلِذ ي َع َلْيِه الَح ِّق َو ْلَيَّتِق َهللا َر َّبُه َو اَل َيْبَخْس ِم ْنُه َشْيًئا * َفِإْن َك اَن اَّلِذ ي َع َلْيِه اْلَح ُّق َس ِفيَها‬
‫َأْو َض ِع يًفا َأْو اَل َيْسَتِط يُع َأْن ُيِم ُّل ُهَو َفْلُيْمِلْل َو ِلُّيُه‬

۲۸۲ : ‫ البقرة‬..... ‫بالعدل‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan


ulang-plutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar Janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya,
maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang
itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah,
Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah
(keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. (Q.S. Al-Baqarah
2: 282)

F.Hukum Utang-Piutang
A Hukum orang yang berutang adalah mubah (boleh)
sedangkan orang yang memberikan utang hukumnya sunah
sebab ia termasuk orang yang menolong sesama

b. Hukum orang yang berutang menjadi wajib dan hukum


orang yang mengutangi juga menjadi wajib, jika peminjam ini
benar-benar dalam keadaan terdesak, misalnya utang beras
bagi orang yang kelaparan, utang uang untuk biaya
pengobatan, dan lain sebagainya, maka Rasulullah saw
bersabda:

)‫َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم ُيْقِرُض ُم ْس ِلًم ا َقْر ًضا َم َّرَتْيِن ِإاَّل َك اَن َك َص َد َقتها َم َّر ًة (رواه ابن ماجه‬

Artinya: Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman


kepada orang lain dua kalt, kecuali seperti shadaqahnya yang
pertama (H.R. Ibnu Majah)
G.Manfaat Utang-Piutang
Utang-piutang sangat besar manfaatnya, karena
dengan utang piutang, seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Olleh sebab itu hagi orang yang mampu sebaiknya
memberikan utang kepada orang yang memerlukan sehingga
tercipta sikap Gotong royong sesama manusia

H.Kewajiban Orang Yang Berutang


Orang yang berutang wajib mengembalikan
utangnya sesuai dengan jumlah dan nilai yang diutang serta
waktu yang telah dijanjikan. Apabila sampai batas waktu
tersebut belum dapat mengembalikan, dia harus
menyampaikan hal tersebut kepada pemberi utang

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Pinjam-meminjam merupakan salah satu
bentuk tolong-menolong dari seseorang Kepada
orang lain. Pengertian meminjam adalah agad untuk
menberikan manfaat Dari suatu benda halal milik
seseorang kepada orang lain tanpa ada tukaran atau
Syarat tambahan tertentu dan tidak menqurangi atau
merusak zat benda itu. Pinjam-Meminjam
hukumnya mubah bagi peminjam dan sunah bagi
pemberi pinjaman Karena ada unsur tolong-
menolong. Firman Allah swt.
.... ‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِب ِّر َو الَّتْق َو ى “ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن‬
٢ : ‫َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب المائدة‬
Artinya:. Dan tolong-menolonglah kamu dalom
(mengerjakan) kebajikan dan Taqua, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan Bertaqualah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan Nya (Q.S.Al-Mäidah 5:
2) Hukum pinjam-meminjam dalam keadaan
tertentu dapat berubah. Apabila Pinjam-meminjam
itu untuk hal yang sangat penting, maka hukum
peminjam adalah Sunah dan memberi pinjaman
adalah wajib. Misalnya pada saat terjadi bencana
alam Dan ditambah musibah kelaparan bagi para
pengungsi, maka memberikan pinjaman Kepada
mereka adalah suatu kewajiban. Contoh lain adalah
kebutuhan pakaian untuk menutup aurat, maka bagi
yang memiliki kelebihan harta memberikan
pinjaman yang akan digunakan untuk kebutuhan
pokok, menutup aurat juga merupakan kewajiban.
Namun, sebaliknya bisa juga memberikan pinjaman
kepada pihak lain akan menjadi suatu perbuatan
yang haram. Misalnya seseorang sudah mengetahui
tabiat dan rencana calon peminjam adalah untuk
kemaksiatan, seperti untuk berbuat kejahatan
mencelakai orang lain, maka memberikan pinjaman
untuk kemaksiatan hukumnya adalah haram.

B. Rukun dan Syarat Pinjam-Meminjam


a. Rukun pinjam-meminjam:
1) Orang yang meminjamkan
2) Peminjam
3) Barang yang dipinjamkan
4) Aqad/ijab qabul

b. Syarat orang yang meminjamkan:


1) Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang
menghalangi, sehingga orang
Yang dipaksa atau anak kecil tidak sah memberikan
pinjaman.
2) Benar-benar pemilik barang yang dipinjamkan.

c. Syarat peminjam:
1) Mampu berbuat kebaikan.
2) Menjaga barang yang dipinjam agar tidak rusak.
3) Akan mengembalikan barang yang dipinjam.

d. Syarat barang yang dipinjamkan:


1) Ada manfaatnya.
2) Barang itu kekal/bersifat tetap, tidak habis setelah
diambil manfaatnya
(makanan yang setelah dimanfaatkan menjadi habis
atau berkurang
Zatnya tidak sah dipinjamkan).
3) Barang tersebut halal

C. Kewajiban Peminjam
a. Mengembalikan barang itu kepada pemiliknya
jika telah selesai. Sebagaimana sabda Rasulullah
saw..

)‫ (رواه الترمذي‬.... ‫اْلَع اِرَيُة ُم َؤ َّد اُة َو الَّر ِع يُم َغ اِرٌم‬

Artinya: Barang pinjaman itu wajib dikembalikan,


dan orang yang menjamin wajib membayar
jaminannya. (H.R. Tirmidzi)

b. Mengganti apabila barang itu hilang atau


rusak. Rasulullah saw. Bersabda ‫َع ْن َص ْفَو اَن ْبِن ُأَم َّيَة َأَّن‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْسَتَع اَر ِم ْنُه َيْو َم ُحَنْيِن َأْد َر اًعا َفَقاَل‬
‫َأَغْص ًبا َيا ُمَح َّم ُد َقاَل َبْل َع اِرَيٌة َم ْض ُم وَنٌة َقاَل َفَض اَع‬
‫َبْعُض َها َفَعَر َض َع َلْيِه َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن ُيَض ِّم َنَها َلُه‬
‫َقاَل َأَنا‬

)‫اْلَيْو َم َيا َر ُسوَل ِهللا ِفي اِإْل ْس اَل م َأْر َغ ُب (رواه احمد‬

Artinya: Shafwan bin Umayyah berkata, Rasulullah


saw meminjam baju besi darinya pada waktu perang
Hunain, maka dia berkata, “Apakah kamu telah
mengambilnya wahai Muhammad?” Beliau
bersabda: “Bahkan aku meminjamnya dengan
jaminan. Dia berkata, “Lalu sebagian (baju besinya)
ada yang hilang, sehingga Rasulullah saw
menerangkan kepadanya dan membayar uang
jaminan, maka Umayyah pun berkata, “Wahai
Rasulullah, pada hari ini aku lebih mencintai
Islam.” (H.R. Ahmad)

d. Merawat barang pinjaman dengan baik. Nabi


Muhammad saw bersabda: ‫َع َلى اْلَيِد َم ا َأَخ ْذ ُت َح َّتى‬
)‫ُيَؤ ِدَيُه ( رواه احمد‬

Artinya: Kewajiban peminjam merawat apa yang


dipinjamnya, hingga la mengembalikan barang itu.
(H.R. Ahmad)

D. Berakhirnya Masa Peminjam


Pinjam meminjam berakhir apabila barang
yang dipinjam telah diambil manfaatnya dan harus
segera dikembalikan kepada pemiliknya. Pinjam-
meminjam juga berakhir apabila satu dari dua belah
pihak telah membatalkan aqad ijab qabul pinjam
meminjam tersebut. Barang yang dipinjam dapat
diminta kembali sewaktu-waktu sesuai dengan
kesepakatan aqad ijab/qabul dalam mu’amalah
tersebut. Namun, jika pinjam-meminjam tersebut
merupakan perjanjian yang tetap dan telah tertulis
ijab/ qabulnya, maka pembatalan pinjam-meminjam
hanya dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat antara peminjam dan yang
memberikan pinjaman. Jika terjadi perselisihan
pendapat antara yang meminjam dan yang
memberikan pinjaman, tentang barang yang
dipinjam sudah dikembalikan atau belum, maka
yang dibenarkan adalah yang memberikan pinjaman
dikuatkan dengan sumpah atau bukti lainnya. Hal
ini didasarkan pada hukum asalnya yaitu belum
dikembalikan.

E. Pengertian dan Dalil Utang-Piutang


Utang-plutang adalah aqad yang dilakukan
untuk memberikan sesuatu benda atau uang,
dengan perjanjian akan dibayar kembali dalam
jumlah dan nilai yang sama Utang plutang
merupakan salah satu bentuk transaksi yang
memerlukan waktu yang lama. Agar tidak terjadi
lupa atau keliru, maka hendaknya dibuatkan catatan
tertulis bahkan bila perlu diadakan saksi. Firman
Allah swt

‫ َو ْلَيْك ُتْب‬، ‫يَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا َتَد اَيُتُك ْم ِبَد ْيِن ِإَلى َأَج ٍل ُمَس ًّم ى َفاْك ُتُبوُه‬
‫بْيَنُك ْم َك اِتٌب بالعدل “ وال يأب كاِتٌب َأْن ُيْك َتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ُهللا َفْلَيْك ُتْب‬
‫َو ْلُيْمِلِل اَّلِذ ي َع َلْيِه الَح ِّق َو ْلَيَّتِق َهللا َر َّبُه َو اَل َيْبَخ ْس ِم ْنُه َشْيًئا * َفِإْن َك اَن‬
‫اَّلِذ ي َع َلْيِه اْلَح ُّق َسِفيَها َأْو َض ِع يًفا َأْو اَل َيْسَتِط يُع َأْن ُيِم ُّل ُهَو َفْلُيْمِلْل َو ِلُّيُه‬

۲۸۲ : ‫ البقرة‬..... ‫بالعدل‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila


kamu melakukan ulang-plutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar Janganlah penulis
menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia
menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu
mendiktekan, dan hendaklah dia bertaqwa kepada
Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi
sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu
orang yang kurang akalnya atau lemah
(keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan
sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya
dengan benar. (Q.S. Al-Baqarah 2: 282)

F.Hukum Utang-Piutang
A Hukum orang yang berutang adalah mubah
(boleh) sedangkan orang yang memberikan utang
hukumnya sunah sebab ia termasuk orang yang
menolong sesama

b. Hukum orang yang berutang menjadi wajib dan


hukum orang yang mengutangi juga menjadi wajib,
jika peminjam ini benar-benar dalam keadaan
terdesak, misalnya utang beras bagi orang yang
kelaparan, utang uang untuk biaya pengobatan, dan
lain sebagainya, maka Rasulullah saw bersabda:
‫َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم ُيْقِرُض ُم ْس ِلًم ا َقْر ًضا َم َّرَتْيِن ِإاَّل َك اَن َك َص َد َقتها َم َّر ًة (رواه‬
)‫ابن ماجه‬

Artinya: Tidaklah seorang muslim memberikan


pinjaman kepada orang lain dua kalt, kecuali seperti
shadaqahnya yang pertama (H.R. Ibnu Majah)
G.Manfaat Utang-Piutang
Utang-piutang sangat besar manfaatnya,
karena dengan utang piutang, seseorang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Olleh sebab itu
hagi orang yang mampu sebaiknya memberikan
utang kepada orang yang memerlukan sehingga
tercipta sikap Gotong royong sesama manusia

H.Kewajiban Orang Yang Berutang


Orang yang berutang wajib
mengembalikan utangnya sesuai dengan jumlah dan
nilai yang diutang serta waktu yang telah dijanjikan.
Apabila sampai batas waktu tersebut belum dapat
mengembalikan, dia harus menyampaikan hal
tersebut kepada pemberi utang
Minimum 200 words required
Summary ratio:
Original length:
Summary length:
64.0%
7862
2827
Pinjam-meminjam merupakan salah satu bentuk
tolong-menolong dari seseorang Kepada orang lain.
Syarat tambahan tertentu dan tidak menqurangi atau
merusak zat benda itu. Apabila Pinjam-meminjam
itu untuk hal yang sangat penting, maka hukum
peminjam adalah Sunah dan memberi pinjaman
adalah wajib. Namun, sebaliknya bisa juga
memberikan pinjaman kepada pihak lain akan
menjadi suatu perbuatan yang haram. A. B. Syarat
orang yang meminjamkan:. C. D. A.
Mengembalikan barang itu kepada pemiliknya jika
telah selesai. Artinya: Barang pinjaman itu wajib
dikembalikan, dan orang yang menjamin wajib
membayar jaminannya. B. Mengganti apabila
barang itu hilang atau rusak. Artinya: Shafwan bin
Umayyah berkata, Rasulullah saw meminjam baju
besi darinya pada waktu perang Hunain, maka dia
berkata, “Apakah kamu telah mengambilnya wahai
Muhammad?” Beliau bersabda: “Bahkan aku
meminjamnya dengan jaminan. C. Merawat barang
pinjaman dengan baik. Nabi Muhammad saw
bersabda: )‫َع َلى اْلَيِد َم ا َأَخ ْذ ُت َح َّتى ُيَؤ ِدَيُه ( رواه احمد‬.
Artinya: Kewajiban peminjam merawat apa yang
dipinjamnya, hingga la mengembalikan barang itu.
D. Berakhirnya Masa Peminjam. Barang yang
dipinjam dapat diminta kembali sewaktu-waktu
sesuai dengan kesepakatan aqad ijab/qabul dalam
mu’amalah tersebut. Hal ini didasarkan pada hukum
asalnya yaitu belum dikembalikan. E. Pengertian
dan Dalil Utang-Piutang. Utang-plutang adalah aqad
yang dilakukan untuk memberikan sesuatu benda
atau uang, dengan perjanjian akan dibayar kembali
dalam jumlah dan nilai yang sama Utang plutang
merupakan salah satu bentuk transaksi yang
memerlukan waktu yang lama. Agar tidak terjadi
lupa atau keliru, maka hendaknya dibuatkan catatan
tertulis bahkan bila perlu diadakan saksi. Dan
hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan,
dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah,
Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit
pun daripadanya. Al-Baqarah 2: 282). B. Hukum
orang yang berutang menjadi wajib dan hukum
orang yang mengutangi juga menjadi wajib, jika
peminjam ini benar-benar dalam keadaan terdesak,
misalnya utang beras bagi orang yang kelaparan,
utang uang untuk biaya pengobatan, dan lain
sebagainya, maka Rasulullah saw bersabda:.
Artinya: Tidaklah seorang muslim memberikan
pinjaman kepada orang lain dua kalt, kecuali seperti
shadaqahnya yang pertama (H.R. Utang-piutang
sangat besar manfaatnya, karena dengan utang
piutang, seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Olleh sebab itu hagi orang yang mampu
sebaiknya memberikan utang kepada orang yang
memerlukan sehingga tercipta sikap Gotong royong
sesama manusia. Orang yang berutang wajib
mengembalikan utangnya sesuai dengan jumlah dan
nilai yang diutang serta waktu yang telah dijanjikan.
Apabila sampai batas waktu tersebut belum dapat
mengembalikan, dia harus menyampaikan hal
tersebut kepada pemberi utang.

B.Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga


bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami
mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai