Gadai atau al-rahn ( )الرهنsecara bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs)
yaitu penetapan dan penahanan. Istilah hukum positif di indonesia rahn adalah apa yang
disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran, dan tanggungan.
Azhar Basyir memaknai rahn (gadai) sebagai perbuatan menjadikan suatu benda yang
bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan uang, dimana adanya benda yang
menjadi tanggungan itu di seluruh atau sebagian utang dapat di terima. Dalam hukum adat
gadai di artikan sebagai menyerahkan tanah untuk menerima sejumlah uang secara tunai,
dengan ketentuan si penjual (penggadai) tetap berhak atas pengembalian tanahnya dengan
Al-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas pinjaman yang
ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Pemilik barang gadai disebut rahin
dan orang yang mengutangkan yaitu orang yang mengambil barang tersebut serta
Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an ataupun Hadits
ق هَّللا َ َربَّهُ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َدةَ ۚ َو َمن يَ ْكتُ ْمهَا فَإِنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِي ٌم
ِ َّاؤتُ ِمنَ أَ َمانَتَه َو ْليَت
ْ
ُ
Artinya: "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tidak tunai) sedangkan
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh piutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Anas r.a berkata:
لَقَ ْد َرهَنَ النَّبِ ُّى – صل هللا عليه وسلم – ِدرْ عًا لَهُ بِ ْال َم ِدينَ ِة: س – رضى هللا عنه – قال
ٍ َع َْن أَن
ى
Artinya: " Rasullulah SAW, telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang Yahudi di
Madina, sewaktu beliau menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu untuk keluarga
itu untuk keluarga beliau". (HR. Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah).
Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat gadai yang harus
dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan.
Sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus dipindahkan dan
dilakukan. Gadai atau pinjaman dengan jaminan benda memiliki beberapa rukun, antara lain :
3. Barang yang dijadikan jaminan (borg), syarat pada benda yang dijadikan jaminan ialah
keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji utang harus dibayar.
Tentang pemberi dan penerima gadai disyaratkan keduanya merupakan orang yang cakap
untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan syari'at Islam yaitu
2. Sighat
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa sighat dalam rahn tidak boleh memakai syarat atau
dikaitkan dengan sesuatu. Hal ini karena sebab rahn jual beli, jika memakai syarat tertentu,
Menyangkut adanya utang, bahwa utang tersebut disyaratkan merupakan utang yang tetap,
dengan kata lain utang tersebut bukan merupakan utang yang bertambah-tambah atau
utang yang mempunyai bunga, sebab seandainya utang tersebut merupakan utang yang
berbunga maka perjanjian tersebut sudah merupakan perjanjian yang mengandung unsur
riba, sedangkan perbuatan riba ini bertentangan dengan ketentuan syari'at Islam.
D. Ketentuan Umum Pelaksanaan Rahn dalam Islam
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan ar-rahn antara lain:
Selama ada di tangan pemegang gadai, maka kedudukan barang gadai hanya merupakan
Pada dasarnya barang gadai tidak boleh diambil manfaatnya baik oleh pemiliknya maupun
oleh penerima gadai. Hal ini disebabkan status barang tersebut hanya sebagai jaminan utang
dan sebagai amanat bagi penerimanya. Apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang
bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Oleh karena itu agar di dalam
perjanjian gadai itu tercantum ketentuan jika penggadai atau penerima gadai meminta izin
untuk memanfaatkan barang gadai, maka hasilnya menjadi milik bersama. Ketentuan ini
Ada beberapa pendapat mengenai kerusakan barang gadai yang di sebabkan tanpa
kesengajaan murtahin. Ulama mazhab Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa murtahin
(penerima gadai) tidak menanggung resiko sebesar harga barang yang minimum.
Penghitungan di mulai pada saat diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari
Para ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa biaya pemeliharaan barang gadai
menjadi tanggungan penggadai dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai
dan tetap merupakan miliknya. Sedangkan para ulama’ Hanafiyah berpendapat lain, biaya
yang diperlukan untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai menjadi
tanggungan penerima gadai dalam kedudukanya sebagai orang yang menerima amanat.
Jenis barang yang biasa digadaikan sebagai jaminan adalah semua barang bergerak dan
Apabila sampai pada waktu yang sudah di tentukan, rahin belum juga membayar kembali
utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhun untuk menjual barang gadaianya dan
Jumhur fukaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak boleh menjual atau
menghibahkan barang gadai, sedangkan bagi penerima gadai dibolehkan menjual barang
tersebut dengan syarat pada saat jatuh tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi
kewajibanya.
Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal, yaitu:
(jaminan/collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’al murabahah. Bank
Di beberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia, akad rahn telah dipakai
sebagai alternatif dari pegadaian konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn
nasabah tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan,
pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga
pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara
F. Manfaat Rahn
Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah:
1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas
2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito bahwa dananya
tidak akan hilang begitu saja. Jika nasabah peminjam ingkar janji, ada suatu asset atau
3. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, maka akan sangat membantu saudara
G. Risiko Rahn
Adapun resiko yang mungkin terdapat pada rahn apabila diterapkan sebagai produk
adalah:
1. Resiko tak terbayarnya hutang nasabah (wanprestasi)
3. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis , barang yang di gadaikan boleh di jual
atau di lelang
ِ ) َعلَى تَ ْف ِري.
ْج َمتَا ِعبِ ِه ْم
4. Mendatangkan kemaslahatan bagi mereka yang berhutang (صالِ ِح ِهم َ َ)ق.
َ ضاء َم
H. Problematika terkait Al-Qardh pada masa sekarang
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa akad qardh dikategorikan sebagai akad Ta’awuniy (akad
saling tolong menolong), bukan transaksi komersil. Maka, dalam perbankan syariah akad ini
dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan sosial bank syariah. Yaitu dengan memberi
pinjaman murni kepada orang yang membutuhkan tanpa dikenakan apapun. Meskipun
demikian nasabah tetap berkewajiban untuk mengembalikan dana tersebut, kecuali jika bank
mengikhlaskannya.1[19]
Jika dengan pinjaman ini nasabah berinisiatif untuk mengembalikan lebih dari pinjaman
pokok, bank sah untuk menerima, selama kelebihan tersebut tidak diperjanjikan di depan.
Bahkan jika terjadi hal yang demikian, maka hal tersebut merupakan wujud dari penerapan
hadits Rasulullah SAW berikut ini:
ِ ع َْن أَبِي ه َُر ْي– َرةَ َر،َ ع َْن أَبِي َس–لَ َمة،َ ع َْن َس–لَ َمة، ُ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان،َح َّدثَنَا أَبُو نُ َعي ٍْم
َك––انَ لِ َر ُج– ٍل َعلَى: قَ––ا َل،ُض– َي هَّللا ُ َع ْن–ه
فَلَ ْم،ُ فَطَلَبُ––وا ِس –نَّه،»ُ «أَ ْعطُ––وه:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َ فَ َجا َءهُ يَتَق،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِس ٌّن ِمنَ ا ِإلبِ ِل
َ فَقَا َل،ُاضاه َ النَّبِ ِّي
َ قَا َل النَّبِ ُّي،َ أَوْ فَ ْيتَنِي َوفَى هَّللا ُ بِك: فَقَا َل،»ُ «أَ ْعطُوه: فَقَا َل،يَ ِجدُوا لَهُ إِاَّل ِسنًّا فَوْ قَهَا
َ –َ «إِ َّن ِخي:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس –لَّ َم
–ار ُك ْم
)ضا ًء» (رواه البخاري َ َأَحْ َسنُ ُك ْم ق
“Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim dari Sufyan dari Salamah dari Abu Salamah
dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ada seorang laki-laki pernah dijanjikan
seekor anak unta oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu orang itu datang kepada Beliau
untuk menagihnya. Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah". Maka
orang-orang mencari anak unta namun mereka tidak mendapatkannya kecuali anak unta
yang lebih tua umurnya, maka Beliau bersabda: "Berikanlah kepadanya". Orang itu
berkata: "Anda telah memberikannya kepadaku semoga Allah membalas anda". Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang terbaik diantara kalian adalah
siapa yang paling baik menunaikan janji".
َ اس –تَ ْق َر
ض َ –ح ع َْن َسلَ َمةَ ْب ِن ُكهَ ْي ٍل ع َْن أَبِي َس–لَ َمةَ ع َْن أَبِي ه َُر ْي
ْ –رةَ قَ––ا َل ٍ ِصالَ ب َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع ع َْن َعلِ ِّي ْب ِن ٍ َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي
(رواه الترمذي.ضا ًء ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِسنًّا فَأ َ ْعطَاهُ ِسنًّا َخ ْيرًا ِم ْن ِسنِّ ِه َوقَا َل ِخيَا ُر ُك ْم أَ َح
َ َاسنُ ُك ْم ق َ ِ َرسُو ُل هَّللا
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki' dari
Ali bin Shalih dari Salamah bin Kuhail dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata;
“Rasulullah SAW meminjam (berhutang) kepada seseorang seekor unta yang sudah berumur
1
tertentu. Kemudian beliau mengembalikan pinjaman tersebut dengan unta yang telah
berumur yang lebih baik dari yang beliau pinjam. Dan beliau berkata, sebaik-baik kamu
adalah mereka yang mengembalikan pinjamannya dengan sesuatu yang lebih baik (dari
yang dipinjam).”
Hadits tersebut menunjukkan bahwa seorang peminjam sebaiknya mengembalikan
pinjamannya lebih dari apa yang dia pinjam.
Dalam perbankan syariah, akad ini dijalankan untuk fungsi sosial bank. Dananya bisa diambil
dari dana zakat, infaq, dan sedekahyang dihimpun oleh bank dari para aghniya’ atau
diambilkan dari sebagian keuntungan Bank. Bank kemudian membuat kriteria tertentu
kepada nasabah yang akan mendapatkan qardh. Kriteria tersebut berlandaskan berlandaskan
pada tingkat kemiskinan dan kekurang mampuan nasabah. Akan jauh lebih efektif jika
pinjaman yang diberikan adalah dipergunakan untuk kepentingan produktif, bukan untuk
konsumtif. Adapun cara pengembaliannya dengan cara diangsur, maupun dibayar sekaligus.
Jika pinjaman sudah dikembalikan, bank dapat memutar kembali secara bergulir