Anda di halaman 1dari 42

BAB II

JUAL BELI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA

A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat,
karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa
berpaling untuk meninggalkan akad ini.1Menjual menurut bahasa artinya
memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan tertentu), sedangkan
menjual menurut istilah adalah pemberian harta karena menerima harta
dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab qabul) dengan cara
yang dibolehkan.2
Menurut istilah fiqh disebut dengan al-ba’i (‫ )البيع‬yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal
alba’i (‫ )البيع‬dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-syira (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i
berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.3 Jual beli adalah kontrak,
yang dibuat berdasarkan pernyataan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang
dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun lainnya yang bermakna
sama.4 Adapun beberapa definisi jual beli yang dikemukakan ‘ulama fiqih
adalah sebagai berikut:
a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar
saling merelakan.
b. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai
dengan aturan syara’.

1
Dimyauddin Djuwaini, Fiqih Muamalah, hlm... 69
2
Taqiyuddin ad-Damisqy, Kifayatul Ahyar, (Jeddah: Al-hadmin, tt), hlm. 239
3
Nasrun Harun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Utama, 2007), hlm. 111
4
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, hlm... 124
1
2

c. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab dan
qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara’.
d. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara
yang dibolehkan.
e. Tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus
(dibolehkan).
f. Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka
jadilah penukaran hak milik secara tetap.5
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
dikemukakan bahwa jual beli adalah sesuatu persetujuan dengan nama
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.6 Dari
beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli adalah suatu
perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela di antara kedua belah pihak yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerima sesuai perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan Syara’ dan disepakati.7
2. Dasar Hukum Jual Beli
Pada prinsipnya hukum jual beli dalam Islam adalah halal. Adapun
prinsip hukum ini sebagaimana ditegaskan di dalam himpunan firman-
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu
Al-Qur’an, dan di dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Adapun ayat yang
secara spesifik membahas permasalahan jual beli adalah antara lain:
a. Landasan dalam Al-Qur’an
1) Firman Allah SWT, Q.S Al-Baqarah ayat 275:

5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm... 67-68
6
R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.
Pradinya Paramita, 1992), hlm. 302
7
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm... 69
3

‫ان‬ُ َ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا الَ يَقُو ُمونَ إِالَّ َك َما َيقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيط‬
‫ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫وا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا َوأَ َح َّل ه‬
ْ ُ‫ك بِأَنَّهُ ْم قَال‬
َ ِ‫ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬
‫ال ِّربَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه فَانتَهَ َى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى‬
ِ َّ‫ك أَصْ َحابُ الن‬
َ‫ار هُ ْم فِيهَا َخالِ ُدون‬ َ ِ‫ّللاِ َو َم ْن عَا َد فَأُوْ لَـئ‬
‫ه‬
Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila . Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.8
Dalam tafsir Al Kanz Q.S Al-Baqarah ayat 275
menjelaskan bahwa, maksudnya, barang siapa yang sampai
kepadanya ayat-ayat hukum yang melarang dan mengharamkan
memungut riba atau memakannya, lalu ia hentikan dengan segera
tanpa mengulanginya kembali karena mematuhi larangan Allah,
maka ia tidak dibebani untuk mengembalikannya kepada orang
dari siapa ia pernah memungut riba.yang telah terlanjur dipungut
pada masa jahiliah itu, ya sudah tidak ada persoalan lagi, terserah
kepada Allah.9
2) Firman Allah SWT, Q.S An-Nisa ayat 29:

َ‫اط ِل إِالَّ أَن تَ ُكون‬ ْ ُ‫وا الَ تَأْ ُكل‬


ِ َ‫وا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
‫وا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن ه‬
ً ‫ّللاَ َكانَ ِب ُك ْم َر ِحيما‬ ْ ُ‫اض ِّمن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل‬
ٍ ‫تِ َجا َرةً عَن تَ َر‬
Artinya:

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S Al-Baqarah:
275
9
Bachtiar Surin, Al Kanz, (Bandung: Titian Ilmu, 2002), hlm.158
4

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.10

Dalam tafsir Ibnu Katsier Q.S An-Nisa ayat 29


menjelaskan bahwa, Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya
yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil
dan cara-cara mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar
syari’at seperti riba, perjudian dan yang serupa dengan itu dari
macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan sesuai
dengan hukum syari’at, tetapi Allah SWT mengetahui bahwa apa
yang dilakukan itu hanya suatu tipu muslihat dari si pelaku untuk
menghindari ketentuan hukum yang telah digariskan oleh syari’at
Allah. Misalnya sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Abbas s.r.
menurut riwayat Ibnu Jarir seorang membeli dari kawannya
sehelai baju dengan syarat bila ia tidak menyukainya dapat
mengembalikannya dengan tambahan satu dirham di atas harga
pembeliannya.
Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta
dengan jalan perniagaan yang dilakukan atas dasar suka sama
suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. Bersandar pada
ayat ini, Imam Syafi’i berpendapat bahwa jual beli tidak sah
menurut syari’at melainkan jika disertai dengan kata-kata yang
menandakan persetujuan, sedang menurut Imam Malik, Abu
Hanifah dan Imam Ahmad cukup dengan dilakukannya serah
terima barang yang bersangkutan.karena perbuatan yang

10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S An-Nisa: 29
5

demikian itu sudah dapat menandakan persetujuan dan suka sama


suka.11
b. Landasan dalam As-Sunnah
1) Hadits Rifa’ah ibnu Rafi

‫َع ْن ِرفَاعَة ب ِْن َرافِ ٍع اَ َّن انَّبِ ِّي صلى ّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم أي الكسسب‬
‫أطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬

Artinya:
“Dari Rifaah ibnu Rafi bahwa Nabi ditanya usaha apakah yang
paling baik? Nabi Menjawab Usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”.
(Diriwayatkan Oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-hakim)
3. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli
Jual beli merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah
memenuhi rukun dan syarat jual beli.12 Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli
Penjual dan pembeli, yaitu seorang yang melakukan jual beli. Penjual
adalah orang yang menawarkan atau menjual barang yang ia miliki,
sedangkan pembeli adalah seseorang yang mengiginkan suatu barang
yang dimiliki orang lain yang diperjualbelikan.
b. Objek transaksi, yaitu uang dan barang
Uang merupakan alat pembayaran yang digunakan untuk memebeli
suatu barang yang seseorang inginkan. Benda dibeli merupakan yang
dimiliki penjual.
c. Akad (transaksi)
Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah
pihak yang menunjukan mereka sedang melakukan transaksi.13 Dalam
akad ini terdiri dari dua perkara, yaitu:

11
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid II, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, t.t), hlm. 361-362
12
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 67
13
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 102
6

1) Perkataan dan apa yang dapat menggantikannya, seperti seorang


utusan atau sebuah surat, maka apabila seseorang kirim surat
kepada orang yang lain, dan dia berkata dalam suratnya:
“Sesungguhnya saya jual rumahku kepadamu dengan harga
sekian.” Atau dengan mengutus seorang utusan kepada temannya,
kemudian temannya menerima jual beli ini dalam majelis, maka
sah akad tersebut.

2) Serah terima, yaitu menerima dan menyerahkan dengan tanpa


disertai sesuatu perkataan pun. Misalnya seseorang membeli
suatu barang yang harganya sudah dimaklumi, kemudian ia
menerimanya dari penjual dan ia menyerahkan harganya
kepadanya, maka dia sudah dinyatakan memiliki barang tersebut
lantaran dia telah menerimanya.14
Adapun syarat-syarat sahnya dalam jual beli, diantaranya yaitu:
a. Pelaku akad (Penjual dan Pembeli) adalah orang yang dibolehkan
melakukan akad. Adapun syarat-syarat bagi penjual dan pembeli,
yaitu:
1) Berakal, orang yang bodoh atau gila tidak sah jual belinya. Setiap
orang yang hendak melakukan kegiatan tukar menukar barang
hendaknya memiliki akal pikiran yang sehat.
2) Dengan kehendak diri sendiri (bukan paksaan). Dengan niat
penuh kerelaan bagi setiap pihak untuk melepaskan hak miliknya
dan memperoleh takaran hak orang lain harus diciptakan suka
sama suka.
3) Baligh (berumur 15 tahun keatas/ dewasa). Anak kecil tidak sah
jual belinya. Adapun anak anak yang sudah mengerti tetapi belum

14
Abdurrahman al-Zajairy, Kitab al-Fiqh ‘Ala Madzhabil Arba’ah, Juz II, (Beirut: Al-
Maktabah Al-Tijarah, tt), hlm. 155-156
7

sampai umur dewasa, menurut pendapat sebagian ulama, mereka


diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-kecil.15
b. Syarat Uang dan Barang yang akan dibeli, yaitu:
1) Suci, barang yang diperjualbelikan harus suci dari najis besar
maupun kecil. Dan tidak diperbolehkan uang sebagai barang yang
diperjualbelikan karena uang merupakan salah satu alat
pembayaran yang sah. Rasulullah saw, bersabda:

َ ِ‫ع َْن َجابِ ٍر أَ َّن َرسُوْ َل ّللا‬


ُ‫ اِ َّن ّللاَ َو َرسُوْ لَه‬:‫صلَّى ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
‫َح َّر َم بَ ْي َع ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِزي ِْر َواالَصْ نَ ِام (رواه البخار ه‬
‫ي‬
)‫ومسلم‬
Artinya:
Dari Jabir r.a. Rasulullah saw. Bersabda: sesungguhnya Allah
dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi,
dan berhala. (Riwayat Bukhari dan Muslim).16
2) Ada manfaat dari barang yang akan diperjualbelikan menurut
syara’. Barang yang diperjualbelikan dapat bermanfaat terhadap
orang yang hendak membelinya.
3) Tidak boleh digantungkan dengan hal-hal yang lainnya.
4) Tidak dibatasi waktunya. Barang yang diperjualbelikan tidak
dibatasi kurun waktu tertentu.
5) Keadaan barang yang diperjulabelikan dapat diserahterimakan
kapanpun kepada pembeli, baik cepat maupun lambat.
6) Barang merupakan kepunyaan dari penjual bukan kepunyaan dari
orang lain.
7) Barang yang diperjualbelikan diketahui banyaknya, beratnya,
takarannya, ataupun ukuran-ukuran lainnya.
c. Shighat atau ijab qabul, hendaknya diucapkan oleh penjual dan
pembeli secara langsung dalam suatu majelis dan juga bersambung,

15
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, tt), hlm. 279
16
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 69
8

maksudnya tidak boleh diselang oleh hal-hal yang mengganggu


jalannya ijab qabul tersebut.17 Syarat-syarat sahnya ijab qabul, yaitu:
1) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah
penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan qabul.
3) Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam
benda-benda tertentu. Misalnya, seseorang dilarang menjual
hambanya yang beragama Islam kepada pembeli yang tidak
beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan
merendahkan abid yang beragama Islam. Sedangkan Allah
melarang orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang kafir
untuk merendahkan mukmin.18

4. Macam-Macam Jual Beli


Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi
hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut syara’ dan
batalmenurut syara’, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.19
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk,
yaitu:20
َّ ‫ف فِى‬
‫الذ َّم ِة َوبَ ْي ُع َعي ٍْن‬ ٍ ْ‫ع ثَالَ ثَةٌ بَ ْي ُع َع ْي ٍن ُم َشاهَ َد ٍة َوبَ ْي ُع َش ْي ٍء َموْ صُو‬ ُ ْ‫ْالبُيُو‬
‫َغا ِءبَ ٍة لَ ْم تُ َشا ِه ْد‬
“Jual beli itu ada tiga macam: 1) jual beli benda yang kelihatan, 2) jual
beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, 3) jual beli benda yang
tidak ada.”
Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad,
benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli.
Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti

17
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 68-70
18
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm... 71
19
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm... 75
20
Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, (Bandung: Alma’arif, t.t), hlm. 329
9

membeli beras di pasar. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam


perjanjian ialah jual beli salam (pesanan). Menurut kebiasaan para
pedagang, salam jual dilakukan untuk jual beli yang tidak tunai (kontan).
Salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu,
maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya
ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah
ditetapkan ketika akad.21 Dalam salam, berlaku semua syarat jual beli dan
syarat-syarat tambahannya sebagai berikut:
a. Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin
dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar,
ditimbang, maupun diukur.

b. Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi


dan memperendah harga barang itu, umpamanya benda tersebut
berupa kapas, sebutkan jenis kapas saclarides nomor satu, nomor dua,
dan seterusnya, jika kain, sebutkan jenis kainnya. Pada intinya,
sebutkan semua identitas yang dikenal oleh orang-orang ahli di bidang
yang menyangkut kualitas barang tersebut.
c. Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang biasa
didapatkan di pasar.
d. Harga hendakya dipegang di tempat akad berlangsung.22
Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat, ialah jual
beli yang dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau
masih gelap, sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian
atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kecurigaan salah
satu pihak. Sementara itu, merugikan dan menghancurkan harta benda

21
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 71
22
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, hlm... 178-179
10

seseorang tidak diperbolehkan.23 Seperti yang dijelaskan oleh Muhammad


al-Syarbini Khatib24 bahwa penjualan bawang merah dan wortel serta yang
lainnya yang berada di dalam tanah adalah batal sebab hal tersebut
merupakan perbuatan gharar, Rasulullah Saw. bersabda:

ِ َ‫ى ص م نَهَى ع َْن بَي ِْع ْال ِعن‬


‫ب َحتَّى يَ ْس َو َّد َو َع ِن ال َحبِّ َحتَّى يَ ُش َّد‬ َّ ِ‫اِ َّن النَب‬
“Sesungguhnya Nabi Saw. melarang penjualan anggur sebelum hitam dan
dilarang penjualan biji-bijian sebelum mengeras.”25
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan.
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang
dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat,
karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakkan
kehendak. Hal yang dipandang dalam akad adalah maksud atau kehendak
dan pengertian, bukan pembicaraan dan pernyataan.26
Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau
surat-menyurat sama halnya dengan ijab qabul dengan ucapan, misalnya
via Pos dan Giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak
berhadapan dalam satu majelis akad, tetapi melalui Pos dan Giro, jual beli
seperti ini dibolehkan menurut syara’. Dalam pemahaman sebagian
Ulama, bentuk ini hampir sama dengan bentuk jual beli salam, hanya saja
jual beli salam antara penjual dan pembeli saling berhadapan dalam satu
majelis akad, sedangkan dalam jual beli via Pos dan Giro antara penjual
dan pembeli tidak berada dalam satu majelis akad.
Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan
istilah mu’athah, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan
qabul, seperti seseorang mengambil rokok yang sudah bertulisakan label
harganya, dibandrol oleh penjual dan kemudian diberikan uang

23
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 72
24
Muhammad al-Syarbini Khatib, al-Iqna’ fi Hall al-Alfadz Abi Syuja’, (Indonesia: Dar al-
Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.t), hlm. 6
25
Al-Kahlani, Subul al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.t), hlm. 47
26
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), hlm. 127
11

pembayarannya kepada penjual. Jual beli dengan cara demikian dilakukan


tanpa sighat ijab qabul antara penjual dan pembeli, menurut sebagian
Syafi’iyah tentu hal ini dilarang sebab ijab qabul sebagai rukun jual beli.
Tetapi sebagian Syafi’iyah lainnya, seperti Imam Nawawi membolehkan
jual beli barang kebutuhan sehari-hari dengan cara yang demikian, yakni
tanpa ijab qabul terlebih dahulu.27 Jual beli juga ada yang dibolehkan dan
ada yang dilarang. Juga ada yang batal, adapula yang terlarang tetapi sah.
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:28
a. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi,
berhala, bangkai dan khamar, Rasulullah Saw. bersabda:

‫ع َْن َجابِ ٍر رض اَ َّن َرسُوْ َل ّللاِ ص م قَا َل اِنَّاهللَ َو َرسُوْ لَهُ َح َّر َم بَ ْي َع ال َخ ْم ِر‬
)‫والَصْ نَ ِام (رواه البخارى ومسلم‬ ْ ‫َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِزي ِْر‬
“Dari Jahir r.a, Rasulullah Saw. bersabda, sesuangguhnya Allah dan
Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi, dan
berhala” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba
jantan dengan betina agar dapat memperoleh keturunan. Jual beli ini
haram hukumnya karena Rasulullah Saw. bersabda:

‫ب الفَحْ ِل (رواه‬
ِ ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر رض قَا َل نَهَى َرسُوْ ُل ّللاِ ص م ع َْن َع ْس‬
)‫البخارى‬
“Dari Ibnu Umar r.a., berkata: Rasulullah Saw. telah melarang
menjual mani binatang” (Riwayat Bukhari).
c. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual
beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak
tampak, juga Rasulullah Saw. bersabda:

‫َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر رض اَ َّن َرسُوْ ُل ّللاِ ص م نَهَى ع َُن بَي ِْع َح ْب َل ال َح ْبلَ ِة (رواه‬
)‫البخارى ومسلم‬

27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...77-78
28
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...72-73
12

“Dari Ibnu Umar r.a Rasulullah Saw. telah melarang penjualan


sesuatu yang masih dalam kandungan induknya” (Riwayat Bukhari
dan Muslim).
d. Jual beli dengan muhaqallah. Baqalah berarti tanah, sawah, dan
kebun, maksud muhaqallah disini adalah menjual tanam-tanaman
yang masih di ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada
persangkaan riba di dalamnya.29
e. Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang
belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih
hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya. Hal ini
dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam artian mungkin
saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang atau yang lainnya
sebelum diambil oleh si pembelinya.
f. Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh
menyentuh, misalkan seseorang menyentuh sehelai kain dengan
tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang
menyentuh berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini dilarang
karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak.
g. Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar-melempar,
seperti seseorang berkata, “lemparkan kepadaku apa yang ada
padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku”.
Setelah terjadi lempar-melempar, terjadilah jual beli. Hal ini dilarang
karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab dan qabul.30
h. Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan
buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi
basah, sedangkan ukurannya dengan dikilo sehingga akan merugikan
pemilik padi kering. Hal ini dilarang oleh Rasulullah Saw. dengan
sabdanya:

29
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...79-80
30
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...79-80
13

َ ‫ّللا ع َِن ال ُم َحاقَلَ ِة َو ْال ُم َحا‬


‫ض َر ِة‬ ِ ‫س رض قَا َل نَهَى َرسُوْ ُل‬ ٍ َ‫َع ِن اَن‬
)‫َو ْال ُمالَ َم َس ِة َو ْال ُمنَابَ َذ ِة َو ْال ُم َزابَنَ ِة (رواه البخارى‬
“Dari Anas r.a, ia berkata; Rasulullah Saw. melarang jual beli
muhaqallah, mukhadharah, mulammassah, munabazah dan
muzabanah” (Riwayat Bukhari).
i. Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan
menurut Syafi’i penjualan seperti ini mengandung dua arti, yang
pertama seperti seseorang berkata “Kujual buku ini seharga $ 10,-
dengan tunai atau $ 15,- dengan cara utang”. Arti kedua ialah seperti
seseorang berkata. “Aku jual buku ini kepadamu dengan syarat kamu
harus menjual tasmu padaku.” Rasulullah Saw. bersabda:

ُ ‫ال َرسُوْ ُل ّللاِ ص م َم ْن بَا َع بَ ْي َعتَي ِْن فِى بِ ْي َع ٍة فَلَه‬


َ َ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ رض ق‬
)‫اَوْ َك َسهُ َما اَ ِوال ِّربَا (رواه ابوداود‬
“Dari Abi Hurairah, ia berkata; Rasulullah Saw. bersabda,
barangsiapa yang menjual dengan dua harga dalam satu penjualan
barang maka baginya ada kerugian atau riba.” (Riwayat Abu
Dawud).31

j. Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini, hampir
sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga, hanya saja di
sini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang berkata, “aku jual
rumahku yang butut ini kepadamu dengan syarat kamu mau menjual
mobilmu padaku”. Lebih jelasnya, jual beli ini sama dengan jual beli
dengan dua harga arti yang kedua menurut al-Syafi’i.32
k. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan
terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang masih di kolam atau
menjual kacang tanah yang atasnya kelihatan bagus tetapi di

31
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...73-74
32
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...74
14

bawahnya jelek. Penjualan seperti ini dilarang, karena Rasulullah


Saw. bersabda:

َ ‫الَتَ ْشتَرُوْ اال َّس َم‬


)‫ك فِى ال َما ِء فَإِنَّهُ َغ َر ٌر (رواه أحمد‬
“Janganlah kamu membeli ikan di dalam air, karena jual beli seperti
ini termasuk gharar, alias nipu” (Riwayat Ahmad).
l. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual, seperti
seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang dikecualikan salah
satu bagiannya, misalnya A menjual seluruh pohon-pohonan yang ada
dikebunnya, kecuali pohon pisang. Jual beli ini sah sebab yang
dikecualikannya jelas. Namun, bila yang dikecualikannya tidak jelas
(majhul), jual beli tersebut batal. Rasulullah Saw. bersabda:

‫أَ َّن َرسُوْ َل ّللاِ ص م نَهَى ع َِن ال ُم َحاقَلَ ِة َو ْال ُم َزابَنَ ِة َوالثُ ْنيَا إِالَّ أَ ْن تُ ْعلَ َم‬
)‫(رواه النَساىء‬
“Rasulullah Saw. melarang jual beli dengan muhaqallah,
mudzabanah, dan yang dikecualikan, kecuali bila ditentukan”
(Riwayat Nasai)

m. Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar. Hal ini


menunjukkan kurangnya saling percaya antara penjual dan pembeli.
Jumhur ulama berpendapat bahwa seseorang yang membeli sesuatu
dengan takaran dan telah diterimanya, kemudian ia jual kembali, maka
ia tidak boleh menyerahkan kepada pembeli kedua dengan takaran
yang pertama sehingga ia harus menakarnya lagi untuk pembeli yang
kedua itu. Rasulullah Saw. melarang jual beli makanan yang dua kali
15

ditakar, dengan takaran penjual dan takaran pembeli (Riwayat Ibnu


Majah dan Daruquthni).33
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi sah
hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat dosa.
Jual beli tersebut antara lain sebagai berikut:34
a. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk ke pasar untuk
membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya,
sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga
yang setinggi-tingginya. Perbuatan ini sering terjadi di pasar-pasar
yang berlokasi di daerah perbatasan antara kota dan kampung. Tetapi
bila orang kampung sudah mengetahui harga pasaran, jual seperti ini
tidak apa-apa. Rasulullah Saw. bersabda:

ِ ‫قَا َل َرسُوْ ُل ّللاِ ص م الَيَبِ ْي ُع َحا‬


)‫ض ٌرلِبَا ٍد (رواه البخارىومسلم‬
“Tidak boleh menjualkan orang hadir (orang di kota) barang orang
dusun (baru datang)” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti
seseorang berkata, “Tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku yang
membeli dengan harga yang lebih mahal”. Hal ini dilarang karena
akan menyakitkan orang lain. Rasulullah Saw. bersabda:

)‫الَيَسُوْ ُم ال َّرج َُل عَلى َسوْ ِم أَ ِخ ْي ِه (رواه البخارى ومسلم‬


“Tidak boleh seseorang menawar di atas tawaran saudaranya”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)35
c. Jual beli dengan Najasy, ialah seseorang menambah atau melebihi
harga temannya dengan maksud memancing-macing orang agar orang
itu mau membeli barang kawannya. Hal ini dilarang agama.
Rasulullah Saw. bersabda:

ِ ‫نَهَى َرسُوْ ُل ّللاِ ص م َع ِن النَّ َج‬


)‫ش (رواه البخارى ومسلم‬
“Rasulullah Saw. telah melarang melakukan jual beli dengan
najasyi” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

33
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...74
34
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...82
35
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...75
16

d. Menjual di atas penjualan orang lain, umpamanya seseorang berkata:


“Kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja
kau beli dengan harga yang lebih murah dari itu. Rasulullah Saw.
bersabda:

‫قَا َل َرسُوْ ُل ّللاِ ص م َوالَيَبِ ْي ُع ال َّر ُج َل َعلَى بَي ِْع أَ ِخ ْي ِه (رواه البخارى‬
)‫ومسلم‬
“Rasulullah Saw. bersabda; seseorang tidak boleh menjual atas
penjualan orang lain” (Riwayat Bukhari dan Muslim).36
Demikianlah macam-macam jual beli dan hal-hal yang dilarang
oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai pegangan kaum muslimin, agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pedagang akan
meraih keuntungan yang hakiki, jika mampu meraih dua kebaikan, yaitu
memadukan antara mencari rizki dengan ibadah kepada Allah SWT.,
melangsungkan akad jual beli pada waktunya, dan menghadiri shalat pada
waktunya.
5. Khiyar dalam Jual Beli
Makna khiyar berarti boleh memilih antara dua, apakah akan
meneruskan jual beli atau mau menggugurkannya (membatalkannya).37
Menurut ulama fiqih seperti dikutip oleh Rachmat Syafi’i, pengertian
khiyar adalah: “Suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak
untuk memutuskan akadnya (menjadikan atau membatalkannya) jika
khiyar tersebut berupa khiyar syarat, aib, atau ru’yah, atau hendaknya
memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin”.38
Fungsi khiyar menurut Syara’ adalah agar kedua orang yang
berjual beli dapat memikirkan dampak positif negatif masing-masing
dengan pandangan ke depan supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian
hari yang disebabkan merasa tertipu atau tidak adanya kecocokkan dalam
membeli barang yang telah dipilih.

36
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...75
37
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm.
219
38
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 103
17

Khiyar terbagai menjadi tiga, yaitu khiyar majlis, khiyar syarat,


dan khiyar ‘aib, berikut adalah uraiannya:
a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis adalah antara penjual dan pembeli boleh memilih akan
mlanjutkan jual beli atau membatalkannya. Selama keduanya masih
ada dalam satu tempat (majlis). Khiyar majlis boleh dilakukan dalam
berbagai jual beli, Rasulullah Saw. bersabda:

ِ َ‫اَ ْلبَ ْي َعا ِن بِ ْال ِخي‬


)‫ار َمالَ ْم يَتَفَ َّرقَا (رواه البخار ى و مسلم‬
“Penjual dan pembeli boleh khiyar selama belum terpisah.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bila keduanya telah berpisah dari tempat akad tersebut, maka khiyar
majlis tidak berlaku lagi, atau batal. Menurut Ulama fiqih, khiyar
majlis adalah: “Hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk
membatalkan akad, selagi masih berada di tempat akad dan kedua
pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga muncul
kelaziman dalam akad.39
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat, yaitu penjualan yang didalamnya disyaratkan sesuatu,
baik oleh penjual maupun pembeli, seperti seseorang berkata, “Saya
jual rumah ini dengan harga Rp. 100.000.000,00. dengan syarat khiyar
selama tiga hari. Rasulullah Saw. bersabda:40
َ ‫ار فِى ُكلِّ ِس ْل َع ٍة اِ ْبتَ ْعتَهَا ثَ َال‬
)‫ث لَيَ ٍل (رواه البيهقى‬ ِ َ‫ت بِ ْال ِخي‬
َ ‫أَ ْن‬
“Kamu boleh khiyar pada setiap yang telah dibeli selama tiga hari
tiga malam.” (Riwayat Baihaqi)
Pengertian khiyar syarat menurut ulama fiqih adalah suatu keadaan
yang membolehkan salah seorang yang berakad atau masing-masing
yang berakad atau selain kedua pihak yang berakad memiliki hak atas
pembatalan atau penetapan akad selama waktu yang ditentukan.41

39
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, hlm... 103
40
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...83-84
41
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, hlm... 104-105
18

Misalnya, seorang pembeli berkata: “ Saya beli dari Anda barang ini,
dengan catatan saya ber-khiyar (pilih-pilih) selama sehari atau tiga
hari”.
c. Khiyar ‘Aib
1) Arti dan landasan khiyar ‘aib
Arti khiyar ‘aib (cacat) menurut ulama fiqih adalah keadaan yang
membolehkan salah seorang yang berakad memiliki hak untuk
membatalkan akad atau menjadikannya ketika ditemukan aib
(kecacatan) dari salah satu yang dijadikan alat tukar-menukar
yang tidak diketahui pemiliknya waktu akad. Dengan demikian,
penyebab khiyar ‘aib adalah adanya cacat pada barang yang
dijualbelikan (ma’qud ‘alaih) atau harga (tsaman), karena kurang
nilainya atau tidak sesuai dengan maksud, atau orang yang akad
tidak meneliti kecacatannya ketika akad berlangsung.
2) ‘Aib mengharuskan khiyar
Ulama Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat, bahwa ‘aib pada
khiyar adalah segala sesuatu yang menunjukkan adanya
kekurangan dari aslinya. Misalnya, berkurang nilainya menurut
adat, baik berkurang sedikit atau banyak.
Menurut ulama Syafi’iyah, khiyar adalah segala sesuatu yang
dapat dipandang berkurang nilainya dari barang yang dimaksud
atau tidak adanya barang yang dimaksud, seperti sempitnya
sepatu, potongannya tidak sesuai, atau adanya cacat pada bina
yang hendak dipotong.

3) Syarat tetapnya khiyar


Disyaratkan untuk tetapnya khiyar ‘aib setelah diadakan
penelitian yang menunjukkan hal-hal berikut ini:42

42
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...78
19

a) Adanya ‘aib setelah akad atau sebelum diserahkan, yakni


‘aib tersebut telah lama ada. Jika adanya setelah penyerahan
atau ketika berada di tangan pembeli, ‘aib tersebut tidak
tetap.
b) Pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad
berlangsung dan penerimaan barang. Sebaliknya, jika
pembeli sudah mengetahi adanya cacat ketika menerima
barang, maka tidak ada khiyar, sebab ia dianggap telah ridha.
c) Pemilik barang tidak mensyaratkan agar pembeli
membebaskan jika ada cacat. Dengan demikian, jika penjual
mensyaratkannya, gugurlah hak khiyar. Jika
pembelimembebaskannya, gugurlah hak dirinya. Hal ini
sesuai dengan pendapat ulama Hanafiyah.
Ulama Syafi’iyah, Malikiyah serta salah satu riwayat dari
Hanabilah berpendapat bahwa seorang penjual tidak sah minta
dibebaskan kepada pembeli kalau ditemukan ‘aib, apabila ‘aib
tersebut sudah diketahui oleh keduanya, kecuali jika ‘aib tidak
diketahui oleh pembeli, maka boleh komplain kepada penjual.43

B. Harga
1. Pengertian Harga
Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.
Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan;
ciri-ciri produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak
waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan
perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk dan mereknya.44
Harga juga dapat diartikan sebagai jumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan

43
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...78
44
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) Jilid 2, hlm...139
20

sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.45 Menurut Rachmat


Syafei, harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam
akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang.
Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak
yang akad.46
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan
sesuatu kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang/jasa di mana
kesepakatan tersebut diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut
haruslah direlakan oleh kedua belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit,
lebih besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa yang ditawarkan oleh
pihak penjual kepada pihak pembeli.
Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi:
“Penentuan harga mempunyai dua bentuk; ada yang boleh dan ada yang
haram. Tas’ir ada yang zalim, itulah yang diharamkan dan ada yang adil,
itulah yang dibolehkan.”Selanjutnya Qardhawi menyatakan bahwa jika
penentuan harga dilakukan dengan memaksa penjual menerima harga
yang tidak mereka ridai, maka tindakan ini tidak dibenarkan oleh agama.
Namun, jika penentuan harga itu menimbulkan suatu keadilan bagi seluruh
masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk tidak menjual di
atas harga resmi, maka hal ini diperbolehkan dan wajib diterapkan.
Menurut Qardhawi, jika pedagang menahan suatu barang, sementara
pembeli membutuhkannya dengan maksud agar pembeli mau membelinya
dengan harga dua kali lipat harga pertama. Dalam kasus ini, para pedagang
secara suka rela harus menerima penetapan harga oleh pemerintah. Pihak
yang berwenang wajib menetapkan harga itu. Dengan demikian,
penetapan harga wajib dilakukan agar pedagang menjual harga yang sesuai
demi tegaknya keadilan sebagaimana diminta oleh Allah.47 Sedangkan

45
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2005),
hlm. 241
46
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 87
47
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 257
21

menurut Ibnu Taimiyah ” Harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan


penawaran”.48
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa yang menentukan harga
adalah permintaan produk/jasa oleh para pembeli dan pemasaran produk
/jasa dari para pengusaha/pedagang, oleh karena jumlah pembeli adalah
banyak, maka permintaan tersebut dinamakan permintaan pasar. Adapun
penawaran pasar terdiri dari pasar monopoli, duopoli, oligopoli, dan
persaingan sempurna. Apapun bentuk penawaran pasar, tidak dilarang
oleh agama Islam selama tidak berlaku zalim terhadap para konsumen.
Jadi harga ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar yang
membentuk suatu titik keseimbangan. Titik keseimbangan itu merupakan
kesepakatan antara para pembeli dan para penjual yang mana para pembeli
memberikan ridha dan para penjual juga memberikan ridha. Jadi para
pembeli dan para penjual masing-masing meridhai. Titik keseimbangan
yang merupakan kesepakatan tersebut dinamakan dengan harga.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas
tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan
demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk
memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis
barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai
alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang
dikehendaki.

48
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, hlm...224
22

b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik


konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami
kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara
objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal
mencerminkan kualitas yang tinggi.49
2. Tujuan Penetapan Harga
a. Tujuan Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan
selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi.
Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era
persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan banyak
variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan.
Maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat
memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai
pada tingkat harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu
perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat
menghasilkan laba maksimum.
b. Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan harga-harga berdasarkan tujuan yang berorientasi pada
volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing
objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai
target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m³, dan lain-lain), nilai
penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupun relatif). Tujuan ini
banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga
pendidikan, perusahaan tour and travel, pengusaha bioskop dan

49
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152
23

pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta penyelenggaraan seminar-


seminar.

c. Tujuan Berorientasi pada Citra


Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi
penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk
membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu
harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah
bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
d. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila
suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus
menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari
terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu
yang produknya sangat terstandarisasi (misalnya minyak bumi).
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan
dan harga pemimpin industri (industry leader).50
e. Tujuan-tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan
ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-
profit juga dapat menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda,

50
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152-153
24

misalnya untuk mencapai partial cost recovery, full cost recovery,


atau untuk menetapkan social price.51

3. Metode Penetapan Harga


Di dalam menetapkan harga, terdapat berbagai macam metode.
Metode mana yang digunakan, tergantung kepada tujuan penetapan harga
yang ingin dicapai. Penetapan harga biasanya dilakukan dengan
menambah persentase di atas nilai atau besarnya biaya produksi bagi usaha
manufaktur, dan di atas modal atas barang dagangan bagi usaha dagang.
Sedangkan dalam usaha jasa, penetapan harga biasanya dilakukan dengan
memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dan pengorbanan tenaga dan
waktu dalam memberikan layanan kepada pengguna jasa. Menurut Fandy
Tjiptono, metode penetapan harga dikelompokkan menjadi empat macam
berdasarkan basisnya, yaitu berbasis permintaan, biaya, laba, dan
persaingan.
a. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi
selera dan preferensi pelanggan daripada factor-faktor biaya, laba dan
persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai
pertimbangan, di antaranya yaitu; kemampuan para pelanggan untuk
membeli (daya beli), kemauan pelanggan untuk membeli, posisi suatu
produk dalam gaya hidup pelanggan, manfaat yang diberikan produk
tersebut kepada pelanggan, harga produk-produk substitusi, pasar
potensial bagi produk tersebut, sifat persaingan non-harga, perilaku
konsumen secara umum, segmen-segmen dalam pasar. Adapun
metode penetapan harga berbasis permintaan terdiri dari; skimming

51
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152-153
25

pricing, penetration pricing, prestige pricing, price lining pricing,


odd-even pricing, demand-backward pricing, dan bundle pricing.52

b. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya


Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek
penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan
berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan
jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya
overhead, dan laba. Termasuk dalam metode ini adalah :standard
markup pricing, cost plus percentage of cost pricing, cost plus fixed
fee pricing dan experience curve pricing.
c. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam
penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target
volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase
terhadap penjualan atau investasi. Termasuk dalam metode ini:target
profit pricing, target return on sales pricing dan target return on
investment pricing.
d. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba,
harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang
dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis persaingan
terdiri atas empat macam, yaitu customary pricing, above, at, or below
market pricing, loss leader pricing, dan sealed bid pricing.53

52
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...157-164
53
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...157-164
26

C. Air
1. Pengertian Air
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.54 Sedangkan pengertian air minum
adalah air yang diperlukan untuk kebutuhan hidup rumah tangga, yang
meliputi air untuk masak dan minum, air mandi, air cuci, dan air untuk
membersihkan rumah.55
2. Manfaat Air bagi Kehidupan Manusia
Adapun berbagai macam manfaat air yang dapat dirasakan dalam
aktivitas sehari-hari antara lain manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu:
a. Membantu Pekerjaan Rumah Sehari-hari
Kita tidak dapat membayangkan apabila tidak ada air dalam
kehidupan sehari-hari. Mungkin hanya beberapa hari saja hidup akan
terasa sangat repot. Air sangat mempunyai fungsi yang dibutuhkan
dan juga fungsi yang banyak. Jika dilihat dalam kehidupan dalam
rumah, maka contohnya perihal kebersihan.
b. Menjaga Kesehatan Tubuh

54
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
55
L. Widarto, Membuat Alat Penjernih Air, (Yogyakarta, Kanisius, t.t) hlm, 9
27

Bagaimanapun juga, air juga dapat menjaga kondisi kesehatan pada


tubuh manusia. Maka dari itulah air sangat berguna untuk menjaga
kesehatan tubuh. Orang yang kurang minum akan terlihat lebih pucat
daripada orang yang cukup minum air. Selain itu, dengan banyak
mengkonsumsi air, maka badan kita akan lebih tahan terhadap virus
sehingga penyakit yang sedang mendera kita pun menjadi mudah
untuk hilang.

c. Memenuhi Kebutuhan Cairan dalam Tubuh


Salah satu dari tubuh yang harus dijaga dan dipelihara adalah bahwa
tubuh tidak boleh sampai kehabisan cairan. Jika tubuh tidak
mempunyai cairan sama sekali maka tubuh akan mengalami dehidrasi,
lemas, pingsan atau bahkan kematian. Oleh karena itulah, tubuh
sangat membutuhkan adanya cairan ini. Selama ini kita memenuhi
kebutuhan cairan sehari-hari melalui air minum.
d. Membersihkan Badan
Selain digunakan untuk membersihkan perabotan rumah tangga, air
juga dapat digunakan untuk membersihkan badan. Kebersihan akan
anggota badan merupakan hal sangat penting. Hal ini dikarenakan
badan merupakan bagian dari tubuh manusia. Apabila kebersihan
badan tidaklah dirawat dengan baik, maka hal ini akan menyebabkan
kesehatan jasmani akan terganggu.
e. Menjaga Kelestarian Lingkungan
Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia yang bersifat intern, air
juga mempunyai manfaat ekstern. Salah satu contohnya adalah
menjaga kelestarian lingkungan yang ada di sekitar manusia.
Misalnya, dengan adanya air yang cukup maka akan banyak
28

pepohonan yang tumbuh subur mengelilingi rumah. Dengan


demikian, udara yang ada di sekitar rumah pun menjadi sejuk dan
terhindar dari polusi udara.
f. Membantu Kesuksesan Bercocok Tanam
Masyarakat Indonesia sebagian besar penduduknya bekerja sebagai
petani maupun di sektor perkebunan. Maka dari itulah kehidupan
ekonomi mereka ditopang oleh keberhasilan bercocok tanam. Dan
dalam hal ini peranan air sangat dibutuhkan. Air menjadi kebutuhan
pokok bagi para petani, karena tanpa adanya air maka petani tidak
akan pernah bisa berhasil bercocok tanam.56

g. Melancarkan Perekonomian Masyarakat


Air juga bermanfaat untuk dapat melancarkan perekonomian
masyarakat. Karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai
pekerjaan sebagai penggarap lahan di bidang cocok tanam yang
ditopang oleh ketersediaan air. Dan tidak hanya bagi penggarap lahan
saja, namun juga profesi lainnya. Pekerjaan lainnya membutuhkan air
seperti di bidang industri produksi maupun pengolahan. Di pabrik-
pabrik yang menggunakan mesin besar pun, air sangat berfungsi untuk
dapat mendinginkan mesin setelah digunakan.57
3. Dasar Hukum Air
a. Landasan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 10

َ‫هُ َو الَّ ِذي أَن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء لَّ ُكم ِّم ْنهُ َش َرابٌ َو ِم ْنهُ َش َج ٌر فِي ِه تُ ِسي ُمون‬
Artinya:
Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu.58
56
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/manfaat-air-bagi-kehidupan-manusia.html Di
askes pada tanggal 11/02/2017 Pukul 20:00 WIB
57
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/manfaat-air-bagi-kehidupan-manusia.html
Diaskes pada tanggal 11/02/2017 Pukul 20:00 WIB
58
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S An-Nahl: 10
29

Dalam tafsir Ibnu Katsier Q.S An-Nahl ayat 10 menjelaskan bahwa,


setelah Allah SWT menyebutkan tentang hewan ternak dan binatang
lainnya sebagai karunia-Nya buat mereka, maka hal itu diiringi-Nya
dengan menyebutkan nikmat lainnya yang Dia limpahkan kepada
mereka, yaitu penurunan hujan, nikmat yang datang dari atas. Hujan
dapat memberikan bekal hidup dan kesenangan bagi mereka, juga
bagi ternak mereka. Dan air hujan itu dijadikan oleh Allah berasa
tawar dan mudah diminum oleh kalian, Dia tidak menjadikannya
berasa asin. Dari pengaruh air hujan itu Allah menjadikan tumbuh-
tumbuhan sehingga dapat kalian jadikan sebagai tempat untuk
menggembalakan ternak kalian.59

b. Landasan dalam As-Sunnah


Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫ (أَ َّن النَّبِ َّي‬,ُ‫ض َي ّللاُ َع ْنه‬


‫صلَّى ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى‬ ِ َ‫ع َْن إي‬
ِ ‫اس ب ِْن َع ْب ٍد َر‬
ُّ‫ص ِّح َحهُ التِّرْ ِم ِذي‬ َ ‫ع َْن بَي ِْع فَضْ ِل ْال َما ِء) َر َواهُ ْال َخ ْم َسةُ إالَّ ا ْبنَ َما َج ْه َو‬
“dari Iyas bin Abdin r.a, bahwa Nabi SAW melarang jual beli
kelebihan air.” (HR. Khamsah, kecuali Ibnu Majah. Dan hadits ini di
shahihkan oleh Imam Tarmidzi)
Hadits riwayat Khamsah artinya, hadits diriwayatkan oleh 5
Imam Hadits, mereka adalah: Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Abu
Daud, dan Ibnu Majah. Imam Syaukani mengemukakan, bahwa hadits
di atas menggambarkan tentang “haramnya” menjual kelebihan air,
yaitu kelebihan air dari kebutuhan si pemiliknya. Disebut sebagai
kelebihan air, maksudnya adalah bahwa pemiliknya lebih berhak
terhadap air yang terdapat dalam sumber air tersebut, namun ketika ia
telah memenuhi kebutuhannya dan dapat dimanfaatkan oleh orang
lain yang membutuhkannya, maka ia tidak boleh menjualnya kepada
mereka.

59
www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-nahl-ayat-10-11.html Diakses pada tanggal
26 Februari 2017 Pukul 16:00 WIB
30

Adapun air yang sudah ada “usaha” dari pemiliknya, seperti


air yang sudah dikemas dalam botol, atau sudah diisikan ke dalam
galon, atau diangkut dengan menggunakan gerobak lalu diantar ke
rumah-rumah, maka hukumnya adalah boleh untuk diperjualbelikan.
Karena sudah ada “usaha” dari pemiliknya dalam memprosesnya dan
atau mengantarkannya ke rumah-rumah penduduk. Adapun jika ia
menjual air untuk kemudian orang-orang mengambil sendiri di dalam
sumur, di sungai atau di danau, maka hukumnya tidak boleh.60

D. Monopoli
1. Pengertian Monopoli
Monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada
satu penjual, sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. 61 Ciri-ciri
monopoli adalah:62
a. Produsen sebagai price maker;
b. Adanya hambatan untuk masuk (barries to entry);
c. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai ciri khas
yang tidak terdapat pada produk lain.
d. Produksi produsen bagian besar dari volume transaksi total.
Menurut M.N. Siddiqi (1992), monopoli adalah “...as a firm
producing as product whose cross-elasticity of demand is small”.63
Sementara, Qardhawi (1997) mengartikan monopoli adalah menahan

60
www.dakwatuna.com/2015/03/09/65336/hukum-jual-beli-air.html Diakses pada tanggal
11/02/2017 Pukul 21:03 WIB
61
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. Ke-18, hlm... 125
62
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm. 266
63
M.N. Siddiqi, Monopoly and Monopolistic Competition dalam Sayid Tahir, et.al.cd, Reading
in Microeconomics: an Islamic Perspective, (Selangor: Longman Malaysia, 1992), hlm. 167
31

barang untuk tidak berardar di pasar supaya naik harganya. Dari definisi
ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas dorongan untuk
mendapatkan laba maksimal.64
Pada dasarnya Islam menghendaki harga pasar timbul sebagai
akibat keseimbangan harga yang terjadi di pasar. Namun, jika dalam suatu
kasus terjadi, maka boleh jadi berlaku pasar monopoli. Meskipun
Qardhawi (1997) menegaskan bahwa tindakan monnopoli adalah haram
jika dilihat dari pandangan Islam. Sebab, monopoli merupakan salah satu
dari unsur penopang kapitalisme selain riba.65

Lebih khusus, M.A. Mannan (1997) menguraikan masalah


monopoli dilihat dari aspek harga monopoli sebagai akibat dari perilaku
pasar yang tidak sempurna. Menurut Mannan, meskipun ada kompetisi
potensial, kemungkinan konsumsi dari barang pengganti dan risiko dari
campur tangan negara, namun menurut pendapat umum harga monopoli
lebih tinggi daripada harga harga kompetisi. Sementara itu, hasil yang
diperoleh seorang yang melakukan monopoli lebih rendah daripada yang
dibuat apabila pada kondisi persaingan sempurna. Oleh karena itu,
produksi monopoli akan lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi
kompetitif dan harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa akan ada situasi yang menyebabkan
terjadinya struktur pasar monopoli.66
Dalam Islam, siapa pun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia
satu-satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Struktur pasar yang
bersifat monopoli bukanlah suatu hal yang haram apabila situasi dan

64
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robani Press,
1997), hlm. 321
65
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, hlm...322
66
M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktik, (Jakarta: Intermasa, 1992), hlm. 153
32

kondisi perekonomian mengarah pada struktur pasar monopoli seperti


pada kasus monopoli alamiah. Namun, yang tidak diperkenankan adalah
perilaku monopolistik (monopolistic behaviour) seperti menetapkan harga
di atas harga pasar demi menarik keuntungan yang sebanyak-banyaknya
atau menurunkan kuantitas produksi agar dapat menaikan harga yang
tinggi.
Yang dilarang adalah ihtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga
yang lebih tinggi, atau istilah ekonominya disebut monopoly’s rent. Jadi,
dalam Islam, monopoli boleh, sedangkan monopoly’s rent tidak boleh.67
Ada diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak
menimbun melainkan pendosa”. Terutama sekali monopoli atas bahan
makanan atau barang kebutuhan sehari-hari, semuanya itu dilarang oleh
Islam. Barang dan jasa yang menjadi kebutuhan rakyat banyak tidak
pernah dibenarkan untuk dimonopoli. Barang-barang penting yang
dibutuhkan oleh setiap orang seharusnya ditaruh di dalam pemilikan
masyarakat. Dengan demikian, kepentingan konsumen dan pekerja
menjadi terlindungi dan ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi
tak pernah dibiarkan.68
2. Faktor-Faktor yang Memungkinkan Terjadinya Monopoli
Suatu perusahaan dapat memperoleh keadaan seperti ciri-ciri di atas
disebabkan oleh banyak hal. Hal-hal yang memungkinkan timbulnya pasar
monopoli pada umumnya adalah:69
a. Produsen mempunyai hak paten untuk output yang dihasilkan. Seperti
hak pengarang, merk dagang, nama dagang.
b. Produsen memiliki salah satu sumber daya yang penting dan
merahasiakannya atau produsen memiliki pengetahuan yang lain
daripada yang lain tentang teknis produksi.

67
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana, 2010) hlm.243
68
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, hlm... 358-359
69
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 174
33

c. Pemberian ijin khusus oleh pemerintah pada produsen tertentu untuk


mengelola suatu usaha tertentu pula. Contoh kongkrit adalah hak
pengusahaan hutan, perusahaan kereta api, bis, listrik, dan PDAM.
d. Ukuran pasar begitu kecil untuk dilayani lebih dari satu perusahaan
yang mengoperasikan skala perusahaan optimum. Dalam
kenyataannya kadang-kadang didapatkan pasar yang hanya mungkin
untuk dilayani oleh suatu perusahaan saja yang mengoperasikan skala
produksi optimum. Contohnya, dalam bidang transportasi, listrik dan
komunikasi. Pasar monopoli yang muncul sering disebut dengan
monopoli alami (natural monopoli).
e. Produsen mengetrapkan kebijaksanaan pembatasan harga (limit
pricing policy). Kebijaksanaan pembatasan harga (penetapan harga
sampai pada satu tingkat yang serendah mungkin) dimaksudkan agar
supaya perusahaan baru tidak ikut memasuki pasar.kebijaksanaan
harga biasanya dibarengi juga dengan kebijaksanaan promosi
penjualan secara besar-besaran dan juga kebijaksanaan diferensiasi
output.
3. Macam-Macam Monopoli
Pada umumnya pengelompokkan diperolehnya monopoli oleh
suatu organisasi atau perusahaan adalah sebagai berikut:70
a. Monopoli Menurut Kenyataan
Dalam hal ini perusahaan memperoleh monopoli karena untuk
memperoleh suatu barang tertentu diperlukan peralatan yang mahal,
sehingga masuknya perusahaan lain dihalangi oleh kebutuhan modal
dan investasi yang sangat besar.
b. Monopoli Alamiah
Maksudnya adalah monopoli tercipta karena menguasai bahan dasar
tertentu.
c. Monopoli Yuridis

70
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, hlm... 174-175
34

Dalam hal ini, monopoli tercipta karena adanya penetapan oleh


pemerintah. Bisa disebabkan oleh pemerintah menginginkan
mensukseskan program tertentu yang lebih menekankan pada
mementingkan kepentingan rakyat atau karena alasan lainnya.
d. Monopoli Buatan
Dalam hal ini, monopoli tercipta karena memang dibuat menjadi
monopoli. Pada umumnya banyak timbul di negara maju, seperti
dalam bentuk Kartel, Concern, majpun Trust.71
4. Aspek-Aspek Monopoli
Adapun monopoli dapat terjadi pada beberapa aspek, diantaranya
yaitu:
a. Monopoli Usaha
Yaitu, monopoli yang dilakukan perusahaan karena menguasai
produksi dan penjualan suatu produk atau jasa secara sendir atau tanpa
saingan di suatu pasar.

b. Monopoli Perusahaan
Yaitu, monopoli yang dilakukan oleh satu kelompok usaha yang
terdiri atas beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
relatif sama.
c. Monopoli Pangsa Pasar
Yaitu, monopoli yang dilakukan oleh perusahaan yang telah
menguasai pangsa pasar di atas 50% dan perusahaan tersebut menjadi
pemimpin harga untuk produk yang sama dihasilkan dan dijual di
pasaran.72
5. Dampak Negatif dan Positif dari Monopoli

71
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, hlm... 174-175
72
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 233
35

Monopoli juga terdapat dampak positif dan negatifnya terhadap


implikasi kesejahteraan masyarakat yang perlu diperhatikan. Berikut
kebaikan dan keburukan dari monopoli, antara lain:73
a. Dampak Negatif Monopoli
1) Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen, hal
ini terjadi karena volume produksi lebih kecil dari volume output
yang optimum, efisiensi ini menimbulkan kesejahteraan
konsumen yang semakin berkurang.
2) Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pemilik faktor
produksi. Konsumen dirugikan karena harga jual di atas harga
keseimbangan yang seharusnya terjadi bila berdasarkan
mekanisme pasar. Sementara bagi pemilik faktor produksi
dirugikan oleh dengan dibayarnya faktor produksi dengan harga
yang lebih rendah dari nilai pasar dari output yang dihasilkan.
3) Memburuknya kondisi mikroekonomi nasional, sebab jumlah
output riil industri lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya.
Karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan
kapasitas produksi, maka akan menimbulkan pengangguran
maupun faktor-faktor produksi yang lain. Selanjutnya hal ini akan
berdampak buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.
4) Memburuknya kondisi perekonomian internasional, hal ini terjadi
karena munculnya inefisiensi. Sebab sesuai dengan tuntutan
dalam perdagangan bebas dimana efisiensi adalah faktor penentu.
Maka monopoli yang menimbulkan inefisiensi adalah buruk bagi
kondisi perekonomian internasional.74
b. Dampak Positif Monopoli75

73
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, hlm... 293
74
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, hlm... 293
75
Zubair Hasan, Introductions to Microeconomics: An Islamic Perspective, (Selangor: Prentice
Hall, 2007), hlm. 215
36

1) Monopoli mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi baru


dalam produknya. Sebab keuntungan monopoli yang didapatkan
oleh mereka digunakan untuk tujuan penelitian dan
pengembangan. Seperti yang dikemukakan oleh Joseph
Schumpeter bahwa faktor pengusaha yang cenderung untuk
selalu melakukan inovasilah yang mendorong pertumbuhan
menjadi lebih baik.
2) Dalam kasus monopoli alamiah, dimana luas pasar terbatas dan
skala ekonomis yang besar, maka sangat tidak efisien bila
diharapkan dalam bentuk industri persaingan sempurna. Sebab
bila dilakukan, yang terjadi justru timbulnya banyak perusahaan
kecil, dimana masing-masing prusahaan kecil ini tidak bisa
memanfaatkan skala ekonomis yang besar, hal ini akan
menyebabkan industri menjadi tidak efisien.
6. Kebijakan Pemerintah terhadap Monopoli
Ada beberapa kebijaksanaan yang ditempuh pemerintah untuk
mengurangi efek negatif dari monopoli, yaitu sebagai berikut:
a. Melalui penetapan Undang-Undang Anti-Trust
b. Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar tersebut
dengan tujuan untuk memberi persaingan kepada si monopolis untuk
membatasi kekuasaan monopolinya.
c. Membuka kran impor sehingga barang buatan luar negeri bisa
memberikan persaingan kepada barang dalam negeri.
d. Dengan membuat ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan
monopoli tersebut, misalnya dengan menetapkan harga yang
seharusnya dibawah harga monopolis, atau dengan penetapan tingkat
output yang optimum bagi masyarkat. Dapat pula dengan mengenakan
pajak kepada monopolis.76

76
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm... 131
37

E. Elastisitas Permintaan
Elastisitas yaitu untuk mengukur kepekaan dari satu variabel terhadap
yang lainnya.77 Secara spesifik, elastisitas adalah suatu bilangan yang
menginformasikan kepada kita persentase perubahan yang terjadi pada satu
variabel sebagai reaksi terhadap perubahan 1% pada variabel lain, apakah ia
akan bereaksi cukup signifikan ataukah tidak.78
Salah satu karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan ialah
derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini disebut elastisitas. Elastisitas
permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli
sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ada
beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan.79
1. Elastisitas Harga
Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang diminta
yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1%, atau
dapat dituliskan sebagai berikut:
∆ 𝑄𝑑/𝑄𝑑
Eh =
∆ Qp/d
Dimana:
Qd = jumlah barang yang diminta
P = harga barang tersebut
Angka elastisitas harga yaitu:80
a. Inelastis (Eh < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada
perubahan harga. Jika harga naik 10% menyebabkan permintaan
barang turun sebesar, misalkan 5%.

77
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm... 31
78
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 55
79
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi), (Jakarta: LPFE-UI, 2008), hlm. 55
80
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56
38

b. Elastis (Eh > 1)


Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan
harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar.
Misalkan, bila harga turun 10% menyebabkan permintaan barang naik
20%. Karena itu, nilai Eh lebih besar dari satu, barang mewah seperti
mobil umumnya permintaan elastis.
c. Elastis unitary (Eh = 1)
Jika harga naik 10%, maka permintaan barang turun 10%.
d. Inelastis Sempurna (Eh = 0)
Berapa pun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah
yang dibutuhkan.
e. Elastis Tak Terhingga (Eh = ∞)
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak
terhingga besarnya.81

harga

Eh = 0
45º

81
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
39

Eh = ∞
Makin elastis

Eh = 1
kuantitas
Gambar 2.1
Bentuk-bentuk Elastisitas Kurva Permintaan

Secara grafis, tingkat elastisitas harga terlihat dari slope


(kemiringan) kurva permintaan. Bila kurva permintaan tegak lurus,
permintaan inelastis sempurna (perfect inelastic); perubahan harga, tidak
mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Bila kurva sejajar sumbu
datar, permintaan elastis tak terhingga (perfect elastic); perubahan harga
sedikit saja menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta tak
terhingga besarnya. Permintaan dikatakan elastis unitary (unitary elastic)
bila slope kurvanya minus satu (kurvanya membentuk sudut 45º). Dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin datar kurva permintaan makin elastis
permintaan suatu barang.
Faktor-faktor yang menentukan elastisitas harga, yaitu:82
a. Tingkat Substitusi
Makin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaannya semakin
inelastis.
b. Jumlah Pemakai
Makin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatu barang makin
inelastis.
c. Proporsi Kenaikan Harga terhadap Pendapatan Konsumen
Bila proporsi tersebut besar, maka permintaan cenderung lebih elastis.
d. Jangka Waktu

82
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
40

Jangka waktu permintaan atas suatu barang mempunyai pengaruh


terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada apakah
barangnya durable atau non-durable.83
2. Elastisitas Silang
Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah yang diminta
akan suatu barang yang diakibatkan oleh perubahan harga barang lain
(yang mempunyai hubungan) dengan 1%, atau secara umum.84 Atau
besarnya perubahan jumlah permintaan ke atas barang X akibat perubahan
harga barang Y disebut elastisitas silang (cross elasticity) dengan simbol
Eᵪᵧ. Ada dua jenis barang, yang apabila harganya berubah dapat
mempengaruhi permintaan ke atas barang lain. Kedua jenis barang
tersebut antara lain barang substitusi dan barang komplementer. Elastisitas
dapat dihitung dengan rumus:85
Perubahan jumlah permintaan ke atas barang X (%)
Elastisitas Silang =
Perubahan harga barang Y (%)

atau dengan menngunakan notasi matematik yaitu sebagai berikut:


∆Qdx/Qdx
𝐸𝑠 =
∆QPy/Py
Dimana:
Qdx = jumlah barang X yang diminta
Py = harga barang Y

Bila hubungan antara X dan Y ialah substitusi (yaitu saling


mengganti), biasanya Es ialah positif. Kenaikan harga barang Y berakibat

83
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
84
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34
85
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm. 43-44
41

berkurangnya permintaan akan barang Y dan bertambahnya permintaan


barang X.
Bila hubungan antara X dan Y ialah komplementer (saling
melengkapi), maka Es ialah negatif.86 Untuk membedakan kedua jenis
barang pada elastisitas silang lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 2.1
berikut:87
Harga Barang Jumlah Permintaan ke Es Jenis Barang
Y (Rp) Atas Barang X (Unit)
10.000 100 -
8.000 250 -7,5 Komplementer
6.000 150 1,6 Substitusi
Tabel 2.1
Perbedaan Jenis Barang pada Elastisitas Silang
3. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah perubahan permintaan akan suatu
barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil
konsumen dengan 1%.88 Atau perbandingan antara perubahan jumlah
permintaan ke atas suatu berang dengan perubahan pendapatan masyarakat
disebut sebagai elastisitas pendapatan (income elasticity). Perubahan
jumlah permintaan ke atas suatu barang tertentu akibat perubahan
pendapatan masyarakat terdiri dari dua bentuk sifat barang, yaitu barang
normal dan barang inferior.
Untuk mengetahui besarnya perubahan jumlah permintaan ke atas
suatu barang akibat perubahan pendapatan masyarakat, dapat dilihat
dengan menggunakan rumus berikut:
Perubahan jumlah permintaan ke atas barang (%)
Elastisitas Pendapatan =
Perubahan Pendapatan (%)
atau dengan menggunakan rumus:

86
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34
87
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm...44
88
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34-35
42

∆Qd/Qd
𝐸𝑝 =
∆Y/Y
Dimana:
Qdx = Jumlah barang yang diminta
Y = Pendapatan riil konsumen
Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang normal bernilai
positif, karena bertambahnya pendapatan masyarakat akan bertambah pula
jumlah permintaan ke atas suatu barang, dan sebaliknya. Pendapatan
masyarakat bertambah, maka jumlah pakaian, atau makanan yang diminta
juga akan semakin tinggi. Berbeda dengan barang inferior, koefisien
elastisitas pendapatan adalah negatif. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat, maka semakin rendah jumlah permintaan ke atas barang yang
kualitasnya rendah. Untuk membedakan kedua bentuk sifat barang pada
elastisitas pendapatan lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 2.2 berikut:89
Pendapatan Jumlah Barang yang Ep Jenis Barang
(Rp) Diminta (Unit)
1 juta 500 -
2 juta 750 0,5 Normal
3 juta 600 -0,4 Inferior
Tabel 2.2
Perbedaan Jenis Barang pada Elastisitas Pendapatan

89
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm...44-45

Anda mungkin juga menyukai