A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat,
karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa
berpaling untuk meninggalkan akad ini.1Menjual menurut bahasa artinya
memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan tertentu), sedangkan
menjual menurut istilah adalah pemberian harta karena menerima harta
dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab qabul) dengan cara
yang dibolehkan.2
Menurut istilah fiqh disebut dengan al-ba’i ( )البيعyang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal
alba’i ( )البيعdalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-syira (beli). Dengan demikian, kata al-ba’i
berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.3 Jual beli adalah kontrak,
yang dibuat berdasarkan pernyataan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang
dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun lainnya yang bermakna
sama.4 Adapun beberapa definisi jual beli yang dikemukakan ‘ulama fiqih
adalah sebagai berikut:
a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar
saling merelakan.
b. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai
dengan aturan syara’.
1
Dimyauddin Djuwaini, Fiqih Muamalah, hlm... 69
2
Taqiyuddin ad-Damisqy, Kifayatul Ahyar, (Jeddah: Al-hadmin, tt), hlm. 239
3
Nasrun Harun, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Utama, 2007), hlm. 111
4
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, hlm... 124
1
2
c. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab dan
qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara’.
d. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara
yang dibolehkan.
e. Tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus
(dibolehkan).
f. Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka
jadilah penukaran hak milik secara tetap.5
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
dikemukakan bahwa jual beli adalah sesuatu persetujuan dengan nama
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan
dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.6 Dari
beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli adalah suatu
perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
sukarela di antara kedua belah pihak yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerima sesuai perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan Syara’ dan disepakati.7
2. Dasar Hukum Jual Beli
Pada prinsipnya hukum jual beli dalam Islam adalah halal. Adapun
prinsip hukum ini sebagaimana ditegaskan di dalam himpunan firman-
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu
Al-Qur’an, dan di dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Adapun ayat yang
secara spesifik membahas permasalahan jual beli adalah antara lain:
a. Landasan dalam Al-Qur’an
1) Firman Allah SWT, Q.S Al-Baqarah ayat 275:
5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm... 67-68
6
R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.
Pradinya Paramita, 1992), hlm. 302
7
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm... 69
3
انُ َالَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا الَ يَقُو ُمونَ إِالَّ َك َما َيقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيط
ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم
وا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا َوأَ َح َّل ه
ْ ُك بِأَنَّهُ ْم قَال
َ ِِمنَ ْال َمسِّ َذل
ال ِّربَا فَ َمن َجاءهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ِه فَانتَهَ َى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى
ِ َّك أَصْ َحابُ الن
َار هُ ْم فِيهَا َخالِ ُدون َ ِّللاِ َو َم ْن عَا َد فَأُوْ لَـئ
ه
Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila . Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.8
Dalam tafsir Al Kanz Q.S Al-Baqarah ayat 275
menjelaskan bahwa, maksudnya, barang siapa yang sampai
kepadanya ayat-ayat hukum yang melarang dan mengharamkan
memungut riba atau memakannya, lalu ia hentikan dengan segera
tanpa mengulanginya kembali karena mematuhi larangan Allah,
maka ia tidak dibebani untuk mengembalikannya kepada orang
dari siapa ia pernah memungut riba.yang telah terlanjur dipungut
pada masa jahiliah itu, ya sudah tidak ada persoalan lagi, terserah
kepada Allah.9
2) Firman Allah SWT, Q.S An-Nisa ayat 29:
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S Al-Baqarah:
275
9
Bachtiar Surin, Al Kanz, (Bandung: Titian Ilmu, 2002), hlm.158
4
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S An-Nisa: 29
5
َع ْن ِرفَاعَة ب ِْن َرافِ ٍع اَ َّن انَّبِ ِّي صلى ّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم أي الكسسب
أطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور
Artinya:
“Dari Rifaah ibnu Rafi bahwa Nabi ditanya usaha apakah yang
paling baik? Nabi Menjawab Usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”.
(Diriwayatkan Oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-hakim)
3. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli
Jual beli merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila telah
memenuhi rukun dan syarat jual beli.12 Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli
Penjual dan pembeli, yaitu seorang yang melakukan jual beli. Penjual
adalah orang yang menawarkan atau menjual barang yang ia miliki,
sedangkan pembeli adalah seseorang yang mengiginkan suatu barang
yang dimiliki orang lain yang diperjualbelikan.
b. Objek transaksi, yaitu uang dan barang
Uang merupakan alat pembayaran yang digunakan untuk memebeli
suatu barang yang seseorang inginkan. Benda dibeli merupakan yang
dimiliki penjual.
c. Akad (transaksi)
Akad (transaksi), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah
pihak yang menunjukan mereka sedang melakukan transaksi.13 Dalam
akad ini terdiri dari dua perkara, yaitu:
11
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid II, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, t.t), hlm. 361-362
12
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 67
13
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 102
6
14
Abdurrahman al-Zajairy, Kitab al-Fiqh ‘Ala Madzhabil Arba’ah, Juz II, (Beirut: Al-
Maktabah Al-Tijarah, tt), hlm. 155-156
7
15
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, tt), hlm. 279
16
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 69
8
17
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 68-70
18
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm... 71
19
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm... 75
20
Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, (Bandung: Alma’arif, t.t), hlm. 329
9
21
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 71
22
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, hlm... 178-179
10
23
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm... 72
24
Muhammad al-Syarbini Khatib, al-Iqna’ fi Hall al-Alfadz Abi Syuja’, (Indonesia: Dar al-
Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.t), hlm. 6
25
Al-Kahlani, Subul al-Salam, (Bandung: Dahlan, t.t), hlm. 47
26
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), hlm. 127
11
ع َْن َجابِ ٍر رض اَ َّن َرسُوْ َل ّللاِ ص م قَا َل اِنَّاهللَ َو َرسُوْ لَهُ َح َّر َم بَ ْي َع ال َخ ْم ِر
)والَصْ نَ ِام (رواه البخارى ومسلم ْ َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِزي ِْر
“Dari Jahir r.a, Rasulullah Saw. bersabda, sesuangguhnya Allah dan
Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi, dan
berhala” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
b. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba
jantan dengan betina agar dapat memperoleh keturunan. Jual beli ini
haram hukumnya karena Rasulullah Saw. bersabda:
ب الفَحْ ِل (رواه
ِ َع ِن اب ِْن ُع َم َر رض قَا َل نَهَى َرسُوْ ُل ّللاِ ص م ع َْن َع ْس
)البخارى
“Dari Ibnu Umar r.a., berkata: Rasulullah Saw. telah melarang
menjual mani binatang” (Riwayat Bukhari).
c. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual
beli seperti ini dilarang, karena barangnya belum ada dan tidak
tampak, juga Rasulullah Saw. bersabda:
َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر رض اَ َّن َرسُوْ ُل ّللاِ ص م نَهَى ع َُن بَي ِْع َح ْب َل ال َح ْبلَ ِة (رواه
)البخارى ومسلم
27
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...77-78
28
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...72-73
12
29
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...79-80
30
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...79-80
13
j. Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini, hampir
sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga, hanya saja di
sini dianggap sebagai syarat, seperti seseorang berkata, “aku jual
rumahku yang butut ini kepadamu dengan syarat kamu mau menjual
mobilmu padaku”. Lebih jelasnya, jual beli ini sama dengan jual beli
dengan dua harga arti yang kedua menurut al-Syafi’i.32
k. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan
terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang masih di kolam atau
menjual kacang tanah yang atasnya kelihatan bagus tetapi di
31
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...73-74
32
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...74
14
أَ َّن َرسُوْ َل ّللاِ ص م نَهَى ع َِن ال ُم َحاقَلَ ِة َو ْال ُم َزابَنَ ِة َوالثُ ْنيَا إِالَّ أَ ْن تُ ْعلَ َم
)(رواه النَساىء
“Rasulullah Saw. melarang jual beli dengan muhaqallah,
mudzabanah, dan yang dikecualikan, kecuali bila ditentukan”
(Riwayat Nasai)
33
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...74
34
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...82
35
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...75
16
قَا َل َرسُوْ ُل ّللاِ ص م َوالَيَبِ ْي ُع ال َّر ُج َل َعلَى بَي ِْع أَ ِخ ْي ِه (رواه البخارى
)ومسلم
“Rasulullah Saw. bersabda; seseorang tidak boleh menjual atas
penjualan orang lain” (Riwayat Bukhari dan Muslim).36
Demikianlah macam-macam jual beli dan hal-hal yang dilarang
oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai pegangan kaum muslimin, agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pedagang akan
meraih keuntungan yang hakiki, jika mampu meraih dua kebaikan, yaitu
memadukan antara mencari rizki dengan ibadah kepada Allah SWT.,
melangsungkan akad jual beli pada waktunya, dan menghadiri shalat pada
waktunya.
5. Khiyar dalam Jual Beli
Makna khiyar berarti boleh memilih antara dua, apakah akan
meneruskan jual beli atau mau menggugurkannya (membatalkannya).37
Menurut ulama fiqih seperti dikutip oleh Rachmat Syafi’i, pengertian
khiyar adalah: “Suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak
untuk memutuskan akadnya (menjadikan atau membatalkannya) jika
khiyar tersebut berupa khiyar syarat, aib, atau ru’yah, atau hendaknya
memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin”.38
Fungsi khiyar menurut Syara’ adalah agar kedua orang yang
berjual beli dapat memikirkan dampak positif negatif masing-masing
dengan pandangan ke depan supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian
hari yang disebabkan merasa tertipu atau tidak adanya kecocokkan dalam
membeli barang yang telah dipilih.
36
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...75
37
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm.
219
38
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 103
17
39
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, hlm... 103
40
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm...83-84
41
Rachmat Syafi’i, Al-Hadits, hlm... 104-105
18
Misalnya, seorang pembeli berkata: “ Saya beli dari Anda barang ini,
dengan catatan saya ber-khiyar (pilih-pilih) selama sehari atau tiga
hari”.
c. Khiyar ‘Aib
1) Arti dan landasan khiyar ‘aib
Arti khiyar ‘aib (cacat) menurut ulama fiqih adalah keadaan yang
membolehkan salah seorang yang berakad memiliki hak untuk
membatalkan akad atau menjadikannya ketika ditemukan aib
(kecacatan) dari salah satu yang dijadikan alat tukar-menukar
yang tidak diketahui pemiliknya waktu akad. Dengan demikian,
penyebab khiyar ‘aib adalah adanya cacat pada barang yang
dijualbelikan (ma’qud ‘alaih) atau harga (tsaman), karena kurang
nilainya atau tidak sesuai dengan maksud, atau orang yang akad
tidak meneliti kecacatannya ketika akad berlangsung.
2) ‘Aib mengharuskan khiyar
Ulama Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat, bahwa ‘aib pada
khiyar adalah segala sesuatu yang menunjukkan adanya
kekurangan dari aslinya. Misalnya, berkurang nilainya menurut
adat, baik berkurang sedikit atau banyak.
Menurut ulama Syafi’iyah, khiyar adalah segala sesuatu yang
dapat dipandang berkurang nilainya dari barang yang dimaksud
atau tidak adanya barang yang dimaksud, seperti sempitnya
sepatu, potongannya tidak sesuai, atau adanya cacat pada bina
yang hendak dipotong.
42
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...78
19
B. Harga
1. Pengertian Harga
Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.
Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan;
ciri-ciri produk, saluran, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak
waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan
perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk dan mereknya.44
Harga juga dapat diartikan sebagai jumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
43
Sohari Sahrani, dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah, hlm...78
44
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) Jilid 2, hlm...139
20
45
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2005),
hlm. 241
46
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 87
47
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 257
21
48
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, hlm...224
22
49
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152
23
50
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152-153
24
51
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...152-153
25
52
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...157-164
53
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, hlm...157-164
26
C. Air
1. Pengertian Air
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.54 Sedangkan pengertian air minum
adalah air yang diperlukan untuk kebutuhan hidup rumah tangga, yang
meliputi air untuk masak dan minum, air mandi, air cuci, dan air untuk
membersihkan rumah.55
2. Manfaat Air bagi Kehidupan Manusia
Adapun berbagai macam manfaat air yang dapat dirasakan dalam
aktivitas sehari-hari antara lain manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu:
a. Membantu Pekerjaan Rumah Sehari-hari
Kita tidak dapat membayangkan apabila tidak ada air dalam
kehidupan sehari-hari. Mungkin hanya beberapa hari saja hidup akan
terasa sangat repot. Air sangat mempunyai fungsi yang dibutuhkan
dan juga fungsi yang banyak. Jika dilihat dalam kehidupan dalam
rumah, maka contohnya perihal kebersihan.
b. Menjaga Kesehatan Tubuh
54
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
55
L. Widarto, Membuat Alat Penjernih Air, (Yogyakarta, Kanisius, t.t) hlm, 9
27
َهُ َو الَّ ِذي أَن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء لَّ ُكم ِّم ْنهُ َش َرابٌ َو ِم ْنهُ َش َج ٌر فِي ِه تُ ِسي ُمون
Artinya:
Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu.58
56
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/manfaat-air-bagi-kehidupan-manusia.html Di
askes pada tanggal 11/02/2017 Pukul 20:00 WIB
57
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/manfaat-air-bagi-kehidupan-manusia.html
Diaskes pada tanggal 11/02/2017 Pukul 20:00 WIB
58
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal, 2010) Q.S An-Nahl: 10
29
59
www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-nahl-ayat-10-11.html Diakses pada tanggal
26 Februari 2017 Pukul 16:00 WIB
30
D. Monopoli
1. Pengertian Monopoli
Monopoli adalah suatu keadaan dimana di dalam pasar hanya ada
satu penjual, sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya. 61 Ciri-ciri
monopoli adalah:62
a. Produsen sebagai price maker;
b. Adanya hambatan untuk masuk (barries to entry);
c. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai ciri khas
yang tidak terdapat pada produk lain.
d. Produksi produsen bagian besar dari volume transaksi total.
Menurut M.N. Siddiqi (1992), monopoli adalah “...as a firm
producing as product whose cross-elasticity of demand is small”.63
Sementara, Qardhawi (1997) mengartikan monopoli adalah menahan
60
www.dakwatuna.com/2015/03/09/65336/hukum-jual-beli-air.html Diakses pada tanggal
11/02/2017 Pukul 21:03 WIB
61
Boediono, Ekonomi Mikro Cet. Ke-18, hlm... 125
62
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm. 266
63
M.N. Siddiqi, Monopoly and Monopolistic Competition dalam Sayid Tahir, et.al.cd, Reading
in Microeconomics: an Islamic Perspective, (Selangor: Longman Malaysia, 1992), hlm. 167
31
barang untuk tidak berardar di pasar supaya naik harganya. Dari definisi
ini terlihat bahwa tindakan monopoli dilakukan atas dorongan untuk
mendapatkan laba maksimal.64
Pada dasarnya Islam menghendaki harga pasar timbul sebagai
akibat keseimbangan harga yang terjadi di pasar. Namun, jika dalam suatu
kasus terjadi, maka boleh jadi berlaku pasar monopoli. Meskipun
Qardhawi (1997) menegaskan bahwa tindakan monnopoli adalah haram
jika dilihat dari pandangan Islam. Sebab, monopoli merupakan salah satu
dari unsur penopang kapitalisme selain riba.65
64
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robani Press,
1997), hlm. 321
65
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, hlm...322
66
M.A. Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktik, (Jakarta: Intermasa, 1992), hlm. 153
32
67
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana, 2010) hlm.243
68
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, hlm... 358-359
69
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 174
33
70
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, hlm... 174-175
34
b. Monopoli Perusahaan
Yaitu, monopoli yang dilakukan oleh satu kelompok usaha yang
terdiri atas beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
relatif sama.
c. Monopoli Pangsa Pasar
Yaitu, monopoli yang dilakukan oleh perusahaan yang telah
menguasai pangsa pasar di atas 50% dan perusahaan tersebut menjadi
pemimpin harga untuk produk yang sama dihasilkan dan dijual di
pasaran.72
5. Dampak Negatif dan Positif dari Monopoli
71
Tati Suhartati Joesron, Teori Ekonomi Mikro, hlm... 174-175
72
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 233
35
73
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, hlm... 293
74
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi Cet. Ke-18, hlm... 293
75
Zubair Hasan, Introductions to Microeconomics: An Islamic Perspective, (Selangor: Prentice
Hall, 2007), hlm. 215
36
76
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm... 131
37
E. Elastisitas Permintaan
Elastisitas yaitu untuk mengukur kepekaan dari satu variabel terhadap
yang lainnya.77 Secara spesifik, elastisitas adalah suatu bilangan yang
menginformasikan kepada kita persentase perubahan yang terjadi pada satu
variabel sebagai reaksi terhadap perubahan 1% pada variabel lain, apakah ia
akan bereaksi cukup signifikan ataukah tidak.78
Salah satu karakteristik penting dari kurva atau fungsi permintaan ialah
derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini disebut elastisitas. Elastisitas
permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli
sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ada
beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan.79
1. Elastisitas Harga
Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang diminta
yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1%, atau
dapat dituliskan sebagai berikut:
∆ 𝑄𝑑/𝑄𝑑
Eh =
∆ Qp/d
Dimana:
Qd = jumlah barang yang diminta
P = harga barang tersebut
Angka elastisitas harga yaitu:80
a. Inelastis (Eh < 1)
Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada
perubahan harga. Jika harga naik 10% menyebabkan permintaan
barang turun sebesar, misalkan 5%.
77
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm... 31
78
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 55
79
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan
Makroekonomi), (Jakarta: LPFE-UI, 2008), hlm. 55
80
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56
38
harga
Eh = 0
45º
81
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
39
Eh = ∞
Makin elastis
Eh = 1
kuantitas
Gambar 2.1
Bentuk-bentuk Elastisitas Kurva Permintaan
82
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
40
83
Muhammad Nur Rianto Al-Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, hlm... 56-58
84
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34
85
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm. 43-44
41
86
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34
87
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm...44
88
Boediono, Ekonomi Mikro, Cet. Ke-18, hlm...34-35
42
∆Qd/Qd
𝐸𝑝 =
∆Y/Y
Dimana:
Qdx = Jumlah barang yang diminta
Y = Pendapatan riil konsumen
Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang normal bernilai
positif, karena bertambahnya pendapatan masyarakat akan bertambah pula
jumlah permintaan ke atas suatu barang, dan sebaliknya. Pendapatan
masyarakat bertambah, maka jumlah pakaian, atau makanan yang diminta
juga akan semakin tinggi. Berbeda dengan barang inferior, koefisien
elastisitas pendapatan adalah negatif. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat, maka semakin rendah jumlah permintaan ke atas barang yang
kualitasnya rendah. Untuk membedakan kedua bentuk sifat barang pada
elastisitas pendapatan lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 2.2 berikut:89
Pendapatan Jumlah Barang yang Ep Jenis Barang
(Rp) Diminta (Unit)
1 juta 500 -
2 juta 750 0,5 Normal
3 juta 600 -0,4 Inferior
Tabel 2.2
Perbedaan Jenis Barang pada Elastisitas Pendapatan
89
Wilson Bangun, Teori Ekonomi Mikro, hlm...44-45