Anda di halaman 1dari 4

6.

AKUNTANSI SALAM

6.1 Memahami konsep dasar Akuntansi Salam


Akuntansi Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan
oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syaratsyarat tertentu.
Pengertian Akad Salam
Definisi Salam dalam PSAK 103 tentang pengertian salam
adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu.1
Bai’ salam :
Pembelian brg yg diserahkan dikemudian hari
sementara pembayaran dilakukan di muka.
Rukun Bai’ as-Salam;
1. Salam atau pembeli,
2. Muslan ilaih atau penjual
3. Modal atau uang,
4. Muslam fihi atau barang, dan
5. Sighat atau ucapan (aqad/ijab qabul)2

SYARAT BAI’ AS-SALAM;

 Modal transaksi
Modal hrs diketuhui (jelas), Penerimaan pembayaran
salam.
1. Penyerahan brg dikemudian hari,
2. Boleh menentukan tgl waktu,
3. Tempat penyerahan & pergantian
barang.

1
Wiroso, Akuntansi Perbankan Syariah,Akuntansi Salam psak 103,(Bandung : 2011)
2
Afifudin, SE., M.SA., Ak., Akuntansi Salam, (Malang : april 2013)
Skema Salam

Skema Salam Pararel

Ketentuan pembayaran :
1. harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang
atau manfaat.
2. harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
3. tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Ketentuan Barang
 Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
 Penyerahan dilakukan kemudian
 Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
 Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.

Pembiayaan salam merupakan pembiayaan yang dengan prinsip syariah


dengan menggunakan akad jual bali barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli
sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual. Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan jangka waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti (Devi, 2009).
Dasar Hukum Jual Beli Salam
Jual beli salam ini diperbolehkan dalam Islam, hal ini
berdasarkan dalil al- Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ (kesepakatan
ulama) yaitu diantaranya:
a.Al-Qur’an
Firman Allah yang menjelaskan tentang diperbolehkannya
jual beli salam terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 282:

ٓ
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَْأ‬
‫ب َكاتِبٌ اَ ْن‬
ْ‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَبْخَ سْ ِم ْنهُ َش ْيـ ًۗٔا فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذي‬ ُّ ‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬
ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ َ ُ‫يَّ ْكت‬
‫ض ِع ْيفًا اَوْ اَل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن يُّ ِم َّل هُ َو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهٗ بِ ْال َع ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َدي ِْن ِم ْن‬َ ْ‫ق َسفِ ْيهًا اَو‬ ُّ ‫َعلَ ْي ِه ْال َح‬
‫ض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر‬ ۤ
ِ َ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَ َدا ِء اَ ْن ت‬ َ ْ‫ِّر َجالِ ُك ۚ ْم فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج ٌل وَّا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن تَر‬
ٓ
‫ص ِغ ْيرًا اَوْ َكبِ ْيرًا اِ ٰلى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم‬ َ ُ‫ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُد ُعوْ ا ۗ َواَل تَ ْسـَٔ ُم ْٓوا اَ ْن تَ ْكتُبُوْ ه‬ َ ‫اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ‬
‫هّٰللا‬
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ْيرُوْ نَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫اَ ْق َسطُ ِع ْن َد ِ َواَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً َحا‬
‫ق بِ ُك ْم ۗ َواتَّقُوا‬ ٌ ۢ ْ‫ض ۤا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاِنَّهٗ فُسُو‬ َ ُ‫ُجنَا ٌح اَاَّل تَ ْكتُبُوْ ه َۗا َواَ ْش ِهد ُْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ُ ۗ َو ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬

282. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang


piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana
Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan
hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit
pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau
lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka
hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua
orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di
antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika
yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan
janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu
bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun
besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan
kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali
jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan
ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit
dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh,
hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Al-Hadist
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rosulullah saw. Datang ke
madinah dimana penduduknya melakukan Salaf (salam) dalam
buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau
berkata,
“Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas
pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”3
Shuhaib r.a. bahwa Rosulullah saw. Bersabda,
“tiga hal yang didalamnya ada keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu
Majah).
Pendapat Uama’
Para imam mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali
sepakat tentang bolehnya jual beli secara salam. Untuk sahnya jual
beli dengan cara salam ini harus dipenuhi enam syarat yaitu jenis
barangnya sudah diketahui, mempunyai sifat yang diketahui,
kadarnya diketahui, temponya diketahui, harga barang harus
diketahui, harus menyerahkan harga barang waktu itu juga. Hanafi
menambahkan satu syarat lagi yaitu harus ditentukan tempat
penerimaan barang. Namun menurut para tiga imam mazhab
( Maliki, Syafi’i, dan Hambali) bahwa yang diajukan Hanafi sebagai
syarat yang ketujuh tidak termasuk syarat, tetapi merupakan suatu
keharusan dalam jual beli (ad-Dimasyqi, 2015).4

3
Wiwik Fitria Ningsih, INOVASI PRODUK PEMBIAYAAN SALAM DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PERLAKUAN AKUNTANSI, ( Jember : 2016) hlm 9

4
Wiwik Fitria Ningsih, op cit., hlm 10-11

Anda mungkin juga menyukai