Anda di halaman 1dari 20

SEMUA URUSAN

SEJALAN
DENGAN
TUJUANNYA
Dosen Pengampu : H.Ade Mujaddid, M,Ag
KELOMPOK 4

Ana Naila Rochaniah Ach. Luqi Ila Nurin Naja Ardian Ainur Roziq

2205026044 2205026065 2205026070


APA SAJA YANG AKAN KITA BAHAS?

01
KAIDAH

02 03
BA’IL AL-’INAH TAWARRUQ
01 KAIDAH
DASAR KAIDAH
‫األمور بمقاصدها‬
(Semua urusan sejalan dengan tujuannya)
1. Dasar Al-Qur’an
Firman Allah Qs. Ali Imran : 145
‫اب اآْل ِخ َر ِة نُْؤ تِ ِه ِم ْنهَا‬
َ ‫اب ال ُّد ْنيَا نُْؤ تِ ِه ِم ْنهَا َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو‬
َ ‫“ۚ َو َم ْن ي ُِر ْد ثَ َو‬
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu.” (Qs. Ali
Imran : 145)
MAKSUD DARI KAIDAH

Setiap urusan dinilai berdasarkan tujuan/niatnya. Secara eksplisit, qaidah


tersebut menjelaskan bahawa setiap pekerjaan yang ingin dilakukan oleh
seseorang perlu disertai dengan tujuan/niat. Oleh karena itu, maka setiap
perbuatan mukallaf amat bergantung kepada apa yang diniatkannya, bahkan
para ulama fiqh sepakat bahwa sesuatu perbuatan yang telah diniatkan,
namun perbuatan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena sesuatu
kesukaran (masyaqqah) ia tetap diberikan pahala/ganjaran. Dari aspek yang
lain, orang yang mempunyai niat untuk melakukan dosa besar seperti
membunuh, namun tidak sempat melakukannya maka niatnya itu tetap dikira
berbuat.
PENERAPAN KAIDAH DALAM BIDANG MUAMALAH

1 Orang memeras/membeli anggur

2 Memberi kepada orang lain

4 Menabung di Bank konvensional


JUAL BELI

02 BA’I
AL-‘INAH
JUAL BELI BA’I AL -‘INAH
Jual beli ba’i al-‘inah yaitu seorang penjual menjual barangnya
dengan cara ditangguhkan, kemudian ia membeli kembali barangnya
dari orang yang telah membeli barangnya tersebut dengan harga yang
lebih sedikit dari yang ia jual, namun ia membayar harganya dengan
kontan sesuai dengan kesepakatan.
Hukum ba’i al-‘inah menurut mayoritas ulama adalah tidak
diperbolehkan karena ba’i al-‘Inah ini merupakan cara (zariah) atau
alasan pembenar (hilah) untuk meligitimasi riba. Pendapat utama dari
para ahli syariah di Timur Tengah dan bagian dunia yang lain
berpendapat tidak bolehnya ba’i al-‘inah.
LADASAN HUKUM JUAL BELI BA’I
AL-‘INAH
Dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:

َ َّ‫ع َوتَ َر ْكتُـ ُم ْال ِجهَا َد َسل‬


‫ط‬ ِ ‫اب ْالبَقَ ِر َو َر‬
ِ ْ‫ض ْيتُ ْم بِال َّزر‬ َ َ‫َذا تَبَايَ ْعتُ ْم بِ ْال ِع ْينَ ِة َوَأ َخ ْذتُ ْم َأ ْذن‬
ْ ‫هللاُ َعلَ ْي ُك ْم ُذالًّ الَيَ ْن ِز ُعهُ َشيٌْئ َحتَّى تَرْ ِجع‬.
‫ُوا ِإلَى ِد ْينِ ُك ْم‬
“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada
ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan
jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang
tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari
kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Abu Dawud
dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma].
STUDI KASUS JUAL BELI BA’I AL- ‘INAH
Seseorang membeli sebuah mobil dengan
maksud ingin menjual kembali mobil tersebut
kepada si penjual agar ia bisa memanfaatkan harga
yang didapat. Lalu si penjual membeli kembali mobil
tersebut darinya dengan harga yang lebih sedikit,
namun dibayar dengan cara kontan, dan hal itu
dilakukan atas dasar kesepakatan dengannya.
03 TAWARRUQ
TAWARRUQ

Tawarruq adalah bentuk akad jual beli yang melibatkan


tiga pihak, ketika seseorang membeli sebuah produk dengan
cara kredit (pembayaran dengan cicilan) dan menjualnya
kembali kepada orang ketiga yang bukan pemilik pertama
produk tersebut dengan cara tunai, dengan harga yang lebih
murah. Harga kredit lebih tinggi dari harga tunai, sehingga
pembeli pertama seperti mendapatkan pinjaman uang dengan
pembayaran tunda.
HUKUM TAWARRUQ

1. Ulama yang tidak membolehkan umumnya


menyamakan konsep tawarruq ini sama dengan bai’i
al-‘inah

2. Pandangan ulama yang membolehkan tawarruq


ini didasarkan pada penelitian terhadap QS Al-
Baqarah: 275
HUKUM TAWARRUQ
َ ِ‫ ٰ َذل‬، ِّ‫ان ِم َن ْال َمس‬
‫ك بَِأنَّهُ ْم قَالُوا ِإنَّ َما‬ ُ ‫ط‬َ ‫ون ِإاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْي‬
َ ‫ون ال ِّربَا اَل يَقُو ُم‬ َ ُ‫ين يَْأ ُكل‬
َ ‫الَّ ِذ‬
ُ‫ف َوَأ ْم ُره‬ َ َ‫ظةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَ ٰى فَلَهُ َما َسل‬َ ‫ فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع‬،‫ َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬،‫ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا‬
َ ‫ هُ ْم فِيهَا َخالِ ُد‬،‫ار‬
‫ون‬ ِ َّ‫ك َأصْ َحابُ الن‬ َ ‫ َو َم ْن َعا َد فَُأو ٰلَِئ‬،ِ ‫ِإلَى هَّللا‬

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.” (QS. A-baqarah : 275)
HUKUM TAWARRUQ
Pada dasarnya, meskipun secara dhahir tampak berbeda,
namun pada dasarnya para ulama salaf adalah sepakat bahwa
konsep tawarruq ini adalah boleh. Akan tetapi, ada catatan
yang membuat bahwa konsep tawarruq ini menjadi boleh,
yaitu:

1.Ada kebutuhan riil untuk bertransaksi.


2. Kontrak tawarruq harus berbeda dengan kontrak ribawi.
3. Si pembeli harus benar-benar sudah menerima barang yang
dibelinya, sebelum ia menjual kepada konsumen lain.
STUDI KASUS TAWARRUQ

Suatu ketika Pak Abdul membutuhkan uang untuk biaya


pendidikan anaknya. Kemudian ia mendatangi toko elektroniknya Pak
Ahmad, dengan niat ia mahu membeli sebuah komputer kepadanya
seharga Rp 4.500.000 secara kredit dengan jangka waktu cicilan
selama 12 bulan. Pak Ahmad menyanggupinya, lalu memberikan
komputer sebagaimana yang dipesan oleh Pak Abdul tersebut.
Setelah Pak Abdul mendapatkan komputer pesanannya, lalu komputer
tersebut ia jual ke pasar dengan harga Rp3.000.000 secara kontan.
KESIMPULAN
Setiap urusan tergantung pada tujuan atau niat orang yang melaksanakannya. Kalau niat karena
Allah atau untuk ibadah, maka akan memperoleh pahala dan keridhaan Allah. Sebaliknya jika
niatnya untuk mengerjakan suatu perbuatan hanya karena terpaksa, atau karena ria, maka ia tidak
mendapat pahala. Bahkan, niat dalam melakukan sesuatu juga dapat menjadi hukum boleh atau
tidaknya perbuatan itu dilakukan. Seperti halnya kontrak jual beli Ba'i al inah dan tawarruq. Ba'i al
inah adalah pembelian barang dengan harga cicilan kemudian barang itu dijual kembali kepada
penjual awal secara tunai dengan harga lebih rendah. Sedangkan tawarruq sebenenarnya hampir
sama dengan bai al inah tetapi menjualnya ke pihak ke 3. Keduanya memiliki perbedaan pendapat
hukum, ada yang mengatakan boleh dan tidak boleh berdasarkan dalil yang digunakan
Hal ini ada kaitannya dengan qaidah "segala urusan sejalan dengan tujuan " Bahwa setiap
perbuatan itu tergantung niat/tujuannya. Bahkan jika perbuatan baik itu masih berupa niat di
dalam hati, akan tetap mendapat pahala.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Duwaisy, Syaikh ‘Isa bin Ibrahim, 2015. Jual Beli ‘Inah, Jual Beli Dengan Najasy diakses
melalui https://almanhaj.or.id/4035-jual-beli-inah-jual-beli-dengan-najasy.html pada tanggal 2
Maret 2023 pukul 22.30.
Azhari, Fathurrahman, 2015. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Banjarmasin : Lembaga
Pemberdayaan Kualitas Ummat (LPKU).
Ghofur, Ruslan Abd, 2010. Akibat Hukum dan Terminasi Akad dalam Fiqh Jurnal ASAS, Vol. 2,
No. 2. Diakses pada 5 Maret 2023 pukul 14.47. Dari ASAS.
Kaidah Fiqh Ekonomi : Semua Urusan Sejalan dengan Tujuan, 2017. Diakses melalui
https://educationworld505.wordpress.com/2017/04/29/kaidah-fiqh-ekonomi-islam-semua-
urusan-sejalan-dengan-tujuannya/ pada tanggal 2 Maret 2023 pukul 13.40
Zaki, Muhammad, 2019. Bentuk Dan Jenis Kontrak Jual Beli:Al-Wafa’, Al-‘Inah, Al-Tawarruq,
Dan Al-Dayn dalam Jurnal Istikhlaf Vol.1 No. 2. Diakses pada 3 Maret 2023 pukul 13.46. Dari
Institut Agama Islam (IAI) Yasni Bungo.
TERIMA
KASIH
“Orang dengan tujuan hidup akan sukses
karena mereka tahu kemana tujuan
mereka.”

Anda mungkin juga menyukai