Anda di halaman 1dari 27

Tugas Akhir Jaringan Komputer

Optimalisasi Multicasting di Internet dengan


Teknik Balanced Multicast

Disusun Oleh :
ASTRI ATRIDA PURBA (09061002028)

Dosen Pembimbing :
Deris Setiawan, M.kom

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008/2009

ABSTRAK
Ketika teknologi internet berkembang kebutuhan komunikasi yang baru
juga meningkat. Pertama muncul, e-mail dan FTP cukup memenuhi kebutuhan
banyak penggunanya. Kemudian munculnya WWW ( World Wide Web ) dan
keintaginan masyarakat tidak hanya melihat plaintext tetapi juga bentuk grafik.
Bahkan saat ini grafik statis tidak cukup, real-time video dan audio adalah
menjadi jawaban keinginan pengguna.
Sebagai imbas kebutuhan komunikasi yang meningkat, paradigma
komunikasi yang selalu berhubungan dengan e-mail dan FTP juga mengalami
peningkatan. Komunikasi yang terbaru untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dinamakan multicast.
Multicasting adalah istilah teknis yang berarti User dapat mengirim data
potong (paket) ke beberapa situs pada saat yang sama. (Seberapa besar paket
yang tergantung pada protokol-terlibat dapat mulai dari beberapa byte sampai
beberapa ribu.) Yang bisa bergerak pada internet dengan menggunakan protokol
unicast - alat yang mengirimkan paket ke satu situs di waktu.
Teknik balanced multicast adalah suatu teknik yang mengoptimalkan
aktivitas multicast yang dilakukan di atas suatu jaringan.
Kata kunci : multicast, balanced multicast, kapasitas bandwith, achievable
bandwith.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Judul
Multicast adalah jaringan untuk menangani metode penyampaian
informasi ke sekelompok tujuan sekaligus menggunakan strategi yang paling
efisien untuk menyampaikan pesan melalui setiap link jaringan yang hanya
sekali, membuat salinan hanya ketika link ke beberapa tujuan split.

Kata "multicast" biasanya digunakan untuk merujuk ke IP Multicast,


yang sering digunakan untuk streaming media dan televisi Internet aplikasi.
Dalam IP Multicast pelaksanaan konsep multicast terjadi pada tingkat IP routing,
dimana routers membuat jalur distribusi optimal untuk datagrams dikirim ke
alamat multicast tujuan mencakup pohon secara real-time.

"Multicast" juga

digunakan untuk menjelaskan data link lapisan satu-ke-banyak distribusi seperti


alamat multicast Ethernet, ATM point-to-multipoint VCs atau Infiniband multicast.
Banyak aplikasi Grid yang harus tranfer data dalam kapasitas yang
sangat besar ke beberapa tujuan split dalam suatu lingkup daerah. Jaringan
Heterogen dalam lingkup ini membuat throughput optimisasi dalam transfer data
ke tujuan split (multicast) dengan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Teknik
balancaed multicasting adalah teknik yang menggunakan informasi monitoring
antara kapasitas bandwith dan bandwith achievable untuk menghitung pohon
seimbang multicast pada saat runtime yang menggunakan traffic level aplikasi
pada sender side.

1.2 Tujuan Penelitian


Membuka wawasan pembaca khususnya penulis mengenai teknik
Balanced Multicasting yang dapat meningkatkan optimisasi multicast
pada jaringan khususnya WAN.
Memenuhi tugas akhir matakuliah jaringan komputer

1.3 Metode Penelitian


Metode penlitian yang dilakukan adalah dengan menganalisa literature
yang telah ada dan merangkumnya menjadi sebuah kesimpulan yang diharapkan
dapat meningkatkan wawasan pembaca.

2. LANDASAN TEORI

Salah satu isu yang paling mendapat sorotan di Internet adalah


keandalan interface multicast.

Keandalan, dalam konteks transmisi digital,

memiliki tiga aspek: yang menjamin paket data tiba di tempat tujuan:
(a) uncorrupted;
(b) urutan;
(c) pada waktu yang tepat.

Namun, dalam hubungan model Internet, paket yang disampaikan pada


"usaha terbaik" dasar, dan tidak ada jaminan tentang kapan, atau bahkan jika,
setiap paket akan sampai pada tujuan.

Bagaimana bisa lebih tinggi-lapisan

mekanisme untuk membuat kurangnya keandalan yang lebih rendah di jaringan


lapisan? Pada kesempatan kali ini penulis mencoba membahas suatu teknik
yang dapat meningkatkan aktivitas multicasting yang semakin banyak digunakan
dalam berkomunikasi.
Multicasting adalah istilah teknis yang berarti User dapat mengirim data
potong (paket) ke beberapa situs pada saat yang sama. (Seberapa besar paket
yang tergantung pada protokol-terlibat dapat mulai dari beberapa byte sampai
beberapa ribu.) Yang bisa bergerak pada internet dengan menggunakan protokol
unicast - alat yang mengirimkan paket ke satu situs di waktu.
Jika transfer data dilakukan melalui internet dan multicast tidak tersedia
untuk melakukan hal ini, maka transfer akan gagal terlaksana. Sebuah komputer
yang menjadi sumber informasi dihubungkan ke internet dan camera video dan
Linus mikrophone bertemu, jalur transfer multimedia ke beberapa host melalui
internet. Tentu saja pengiriman harus se-efisien mungkin untuk mengurangi
penggunaan bandwith.
User dapat mengira multicasting sebagai internet versi penyiaran.

multicasts informasi situs yang mirip dengan berbagai cara untuk sebuah stasiun
televisi yang siaran-nya adalah sinyal. Sinyal yang berasal dari satu sumber,
tetapi dapat menjangkau semua orang di daerah sinyal dari stasiun.

Sinyal

memakai sebagian dari bandwidth yang tersedia terbatas, dan siapa saja yang
berhak dapat peralatan tune in.
Multicast pada suatu jaringan, User dapat mengirim satu paket informasi
dari satu komputer untuk distribusi ke beberapa komputer lain, selain harus
mengirimkan paket yang sekali untuk setiap tujuan.

Karena 5, 10, atau 100

mesin yang sama dapat menerima paket, bandwidth conserved. Selain itu, bila
User menggunakan multicasting untuk mengirimkan paket, User tidak perlu tahu
alamat semua orang yang ingin menerima multicast; sebagai gantinya, User
hanya "broadcast" untuk siapa saja yang tertarik.

(Selain itu, User dapat

mengetahui siapa yang menerima multicast - sesuatu eksekutif televisi niscaya


mereka ingin memiliki kemampuan untuk melakukannya.)
Hal diatas menyebebkan penurunan kinerja bandwith dalam transfer data
akibat penggunaanoleh user yang tak terbatas. Lama transfer data tergantung
kepada besar bandwith dari jaringan yang terkoneksi. Multicasting pada
umumnya diimplementasikan dengan mengatur node node di dalam suatu
pohon pengiriman data. Metode ini sangat efisien pada daerah dimana suatu
jaringan berada, dimana perbedaan kapasitas bandwith antara 2 lokasi harus
diperhitungkan untuk mencapai throughput.
Beberapa tahun terakhir, beberapa sistem monitoring telah dikembangkan
oleh para pakar untuk menyediakan informasi pengukuran

aplikasi untuk

membuat ' network-aware'. Dalam jurnal ini penulis menggunakan informasi


tentang bandwith achievable dan kapasitas bandwith.
Berdasarkan informasi Ini, pohon multicast dibangun antar lokasi jaringan
sebagai panduan dalam memanfaatkan bandwith yang tersedia selama tidak
melebihi kapasitas bandwith.Teknik balanced multicasting menerima input dari
penggunaan traffic level aplikasi, hal hal yang digunakan dan pohon
keseimbangan. Hasil dari pohon multicast adalah penghitungan pada saat
runtime dan optimisasi throughput.
Hasil evaluasi penulis dari berbagai sumber menunjukkan bahwa strategi
perkiraan outperforms multicast dipengaruhi oleh large margin.

Balanced

multicasting terbagi atas 2 bagian yaitu :


1. Untuk delapan lokasi yang diteliti oleh Jaringan Eropa - laboratorium Project,
dibandingkan tingkat balanced multicasting antara 3 lokasi multicasting yang
strategis. Hasil perbandingan dari option yang terbaik menunjukan yaitu alat
yang tercepat untuk me-replikasi file mempunyai balanced multicasting
hingga 50%.
2.

Untuk cluster yang ada di daerah Belanda, Distributed ASCI

Supercomputer
(DAS), diterapkan multicasting seimbang untuk membatasi kapasitas dari
node individu interface jaringan card : dikombinasikan interface jaringan dari

berbagai

host

menggunakan

untuk
jaringan

komunikasi
kecepatan

WAN
tinggi

yang

mendistribusikan

(Myrinet)

yang

data

terpisah.

Penggunaan balanced multicasting antara 2 cluster dapat meningkatkan


throughput rencapai 550% hingga semua wide-area yang menggunakan
bandwith.
Telah dijelaskan sebelumnya bagaimana multicasting yang seimbang dalam
pendekatan yang sederhana mengenai multicasting pada lingkungan jaringan
dan internet. Selanjutnya penulis akan menguraikan mengenai model dari
kemampuan jaringan dan mengidentifikasi kelemahan yang ada

dan teknik

optimisasi multicasting.
Selanjutnya akan dibahas factor factor yang dimiliki multicasting hingga
menjadi primadona dalam transfer data melalui jaringan khususnya internet.

2.1 Lapisan multicasting


Multicasting pada Internet dimulai dengan pengembangan tentang IP
multicast, yang menggunakan router untuk mengirim paket data. Sejak Ip
multicast tidak pernah secara luas menyebar, lapisan multicasting menjadi
populer, di mana hanya host terakhir menjadi suatu peran aktip. Saat ini, lapisan
multicasting juga diteliti dalam komunitas high-performance networking dari
Forum Jaringan Global.
Di beberapa pusat atau algoritma yang pencarian yang mencari lapisan
pohon multicast yang tunggal dengan maksimum throughput. Pemisahan data
melalui penggunaan berbagai pohon dapat meningkatkan throughput.
Sebuah topik yang membahas lapisan multicast dari jalur media
memungkinkan bagi host hanya untuk menerima bagian data. Contoh : pada
video hal ini mengakibatkan penurunan mutu video. Untuk melakukan hal ini
dibutuhkan sebuah pohon multicast yang tunggal. Split stream menggunakan
banyak pohon untuk mendistribusikan alur media pada konteks sebuah P2P.
Banyak data yang diterima host dari total data yang mengalir akan tergantung
dengan bandwith pada setiap host . jumlah maksimum throughput dibatasi oleh
permintaan alur bandwith. Kontrasnya , usaha multicasting yang seimbang untuk
menggunakan kapasitas bandwith yang maksimum dari setiap host yang ada
dan jaringan yang dapat mengirim paket data.

Munisocket adalah suatu middleware lapisan yang teratas pada TCP


yang menjelaskan mengenai pemisahan data melalui berbagai interface jaringan
seperti optimisasi yang dilakukan untuk multiple cluster. Bagaimanapun,
muniSocket hanya dapat dikombinasikan dengan mesin tunggal sedangkan
optimisasi multi cluster dapat menggunakan inteface network dari seluruh mesin
pada sebuah cluster.
Pendekatan Munisocket dapat dilakukan oleh karena itu ditambahkan ke
MuniSocket untuk meningkatkan kapasitas bandwith dari mesin mesin yang
ada dalam sebuah cluster untuk menyatakan bahwa MuniSocket memiliki
interface multiple network.

2.2 Model kemampuan jaringan


Algoritma multicasting yang Seimbang harus didasarkan pada model
kemampuan jaringan dan penetapan dari data yang harus dimonitoring. Model
kemampuan jaringan dapat dibangun berdasarkan tujuan yang dikehendaki,
yang memperkecil keseluruhan waktu penyelesaian pengiriman sejumlah besar
data dari satu host ke seluruh host yang ada pada sistem. Pada besar volume
data masalah optimisasi didominasi oleh bandwith network.
Di bawah ini adalah istilah yang akan sering digunakan dalam penulisan
jurnal ini yaitu kapasitas dan achievable bandwith.

Kapasitas bandwith adalah jumlah maksimum data per satuan waktu yang
merupakan hop atau path yang dapat dibawa.

Achievable bandwith adalah jumlah maksimum data persatuan waktu


yang merupakan hop atau path yang disediakan untuk sebuah aplikasi,
memberikan utilisasi, penggunaan protocol dan sistem operasi, dan
pencapian kemampuan host terakhir.
Semua pengguna tertarik untuk memaksimalkan achievable bandwith dari

seluruh aliran data yang digunakan untuk sebuah operasi multicast. Untuk widearea network pada sebuah grid, evaluasi yang dilakukan mengindikasikan bahwa
achievable bandwith didominasi oleh host terakhir dan kapasitas yang efisien dari
host tersebut yang menggunakan protocol TCP. Oleh karena itu, banyak
experiment yang berusaha untuk meningkatkan achievable bandwith dengan
tuning TCP buffer dan aliran pararel TCP. Cross traffic dengan user yang lain

terlihat

sepele,

karena

backbone

internet

sebagai

penghubung

yang

menyediakan bandwith yang cukup. Dengan adanya hal ini, koneksi optical widearea maka hal ini akan dapat lebih dimaksimalkan kembali.
Dalam multicasting, sharing effek dapat diamati ketika sebuah host
tunggal mengirim atau menerima paket data dari berbagai multiple host. Dalam
hal ini kapasitas bandwith dari network local dapat menjadi bottleneck. Kapasitas
local ini dapat disebabkan oleh interface network siapapun ( contoh :
FastEthernet card, koneksi ke gigabit network) atau oleh akses yang
menghubungkan ke internet yang digunakan oleh semua mesin yang ada pada
suatu site.

Gambar 1 adalah sebuah model jaringan

Kotak merepresentasikan host,

Panah merepresentasikan 2 arah link dengan bandwith tertentu.


Sebuah

panah

dihubungkan

dengan

sebuah

host

yang

merepresentasikan koneksi dengan internet, yang lain menyimbolkan jaringan


WAN. Sebuah lingkaran dilihat sebagai node pada network dimana berbagai
aliran keluar dan masuk dari dan ke setiap host berbeda dan memusat secara
berturut turut. Hal ini adalah ciri router yang terhubung dengan internet.
Dengan begitu, data dikirim dari host X ke Y selalu berjalan sepanjang panah
yang terhubung dengan X, jaringan WAN X Y dan liran masuk untuk Y.
Untuk akses jaringan lokal, pemodelan merecord kapasitas bandwith
local, sedangkan WAN merekam achievable bandwith. Diasumsikan bandwith

WAN dan akses jaringan lokal terpisah pada directori masing masing : data
dikirm dari X ke Y tidak sharing bandwith dengan data dikirm dari Y ke X.
Lagipula bandwith di kedua diretori dapat berbeda. Hal ini sesuai dengan
internet WAN dan network card yang berangkap.
Secara keseluruhan pada model network ini, balanced multicasting
didasarkan pada

sebuah sisem monitoring network external seperti Network

Weather Service atau Delphoi. Yang terakhir digunakan khusus untuk sebagai
alat pengukur seperti PathRate dan PathChip untuk mengukur kapasitas dan
besar bandwith yang tersedia untuk jaringan WAN.
Selain monitoring network, System Remos menggunakan ukuran
tersendiri untuk menjawab aliran queri yang terkait dengan aplikasi.
Bagaimanapun hal ini terfokus pada monitoring LAN dan hanya
mempertimbangkan

unicast

flow.

Pengguna

dapat

mengevaluasi

throughput dari sebuah pohon multicast dengan memodelkannya


sebagai aliran dan REMOS akan menghitung kombinasi throughputnya,
tetapi pohon yang optimal tidak dapat dicaei dengan hal ini.

2.3 Optimisasi pohon multicast


Optimisasi komunikasi multicast telah dipelajari secara ekstensif dalam
konteks sistem pesan dan operasi kolektif. Pendekatan paling mendasar pada
multicasting adalah mengabaikan informasi jaringan secara bersamaan dan
mengirim secara langsung dari host root keseluruh host. Magple menggunakan
pendapat ini dengan memisahkan sebuah multicast menjadi 2 layar : yang satu
dengan cluster dan satu pohon diantara cluster cluster. Pada sebuah pohon
multicast akan menggunakan beban yang tinggi pada kapasitas aliran keluar
lokal pada sebuah node root yang akan menyebabkan bandwith menjadi
bottleneck.
Sebagai peningkatan pengguna dapat meminta host untuk memforwad
data yang diterima kepada host lainnya. Hal ini memungkinkan untuk menyusun
seluruh host pada sebuah pohon spanning dimana data dikirim. MPICH-G2
mengikuti ide tersebut dengan membangun sebuah multicast yang multi layer
untuk mendefinisikan wide area, LAN dan komunikasi local. Untuk meningkatkan
lebih baik bagi set data yang besar , data harus dipisah menjadi pesan - pesan

kecil yang diforward dengan host lintermediate secepat pesan diterima untuk
menciptakan suatu saluran high-throughput dari suatu root ke setiap daun
pada pohon.
Masalah yang terjadi dengan tindakan ini adalah mencari pohon spanning
yang paling optimal. Jika bandwith berada di antara seluruh host yang
homogeneous, maka dapat menggunakan pohon yang dibentuk seperti sebuah
rantai atau pohon binomial yang sering menggunakan cluster. Sebagai optimisasi
yang pertama untuk jaringan yang heterogen dapat menggunakan achievable
bandwith diantara semua host. Throughput suatu pohon multicast kemudian
ditentukan melalui koneksi terkecil achievable bandwith nya. Memaksimalkan
bottleneck bandwith ini dapat dilakukan dengan menggunakan varian dari
algoritma Prim yang menghasilkan bottleneck pohon yang maksimum
Bagaimanapun, bottleneck pohon [yang] maksimum ini tidaklah perlu
optimal sebab masing-masing host juga mempunyai suatu kapasitas lokal
tertentu. Sebuah host yang bertindak sebagai forwading harus mengirim data ke
seluruh n anak yang rata rata sama dengan keseluruhan multicast throughput t.
Jika kapasitas lokal yang keluar kurang dari n * t , hal ini tidak sesuai dengan
kondisi ini dan multicast throughput yang nyata akan kurang dari yang
diharapkan. Hal ini akan menyebabkan masalah yang disebut dengan NP
complete problem.
Permasalahan dalam memaksimalkan throughput

dari suatu lapisan

pohon multicast telah diteliti secara teoritis. pencarian solusi yang optimal dapat
dinyatakan sebagai program linier tetapi jumlah terbatas meningkat secara
exponensial dengan jumlah host. Walaupun secara teori hal ini dapat dikurangi
menjadi batas bilangan kuadrat, pada kenyataanya menemukan solusi yang
pasti dapat dilakukan tetapi dengan lambat dan mahal. Solusi real time yang
dapat diterapkan harus selalu berdasarkan pada heuristic.
Pendekatan multiple pohon

yang menggunakan program linier untuk

menentukan maksimum throughput multicast

menyatakan bandwith diantara

host host , tetapi hal ini membutuhkan algoritma yang sangat rumit untuk
memperoleh satuan multicast dalam pencapai throughput. Oleh karena itu, solusi

program linier hanya dapat digunakan untuk mengoptimalkan throughput sebuah


pohon multicast yang bersifat tunggal.
Sebuah tool yang disebut Fast Parallel File Replication (FPFR) adalah
alat yang mengimplementasikan multiple termasuk menggunakan pohon
multicast. FPFR menggunakan pencarian depth first search untuk mencari
sebuah pohon spanning seluruh host. Untuk setiap pohon bottleneck bandwith
nya

dilakukan reserved pada seluruh link yang digunakan pada pohon

tersebut. Link tanpa menyisakan bandwith tidak lagi digunakan untuk pohon
baru. Pencarian ini dilanjutkan sampai tidak ada lagi pohon memutardari semua
host yang ditemukan. Pada file ini

kemudian

multicast yang diperbaiki

digumpalkan menggunakan seluruh pohon yang ditemukan.


FPFR tidak mengambil kapasitas bandwith lokal dari masing masing
host. Hal ini tidak akan menjadi masalah ketika menggunakan alir TCP regular,
sejak throughput TCP melalui alur WAN menjadi selalu lebih rendah.
Bagaimanapun, dengan tuning dari ukuran buffer TCP dan menggunakan
multiple alir TCP pada pararel, throughput wide area dapat ditingkatkan secara
dramatis. Secepatnya teknik dipakai untuk seluruh koneksi WAN ( yang dapat
dipakai pertamakali untuk meningkatkan seluruh troughput multicasting),
kapasitas lokal dari sebuah host dapat dipenuhi dengan mudah. Hal ini
menyebabkan throughput dari FPFR pohon multicast menjadi lebih rendah dari
yang diharapkan.

Masalah FPFR digambarkan menggunakan contoh jaringan pada gambar


2a. Jaringan ini terdiri dari 3 host masing masing terhubung ke network melalui
access line yang ada pada setiap host. Router terhubung ke access line dengan
WAN . Access line disimbol dengan kapasitas lokal mereka, misalnya kapasitas
LAN. Koneksi wide-area disimbolkan dengan achievable bandwith nya. Untuk
menyederhanakan contoh, dapat diasumsikan seluruh koneksi simetris untuk
kedua arah.
Pada

contoh ini, FPFR akan menciptakan ketiga pohon multicast

ditunjukkan oleh gambar 2b yang diasumsikan bahwa total throughput adalah 12.

Bagaimanapun karena semua host memiliki arus masuk dan keluar kapasitas
lokal dari total jumlahnya 10, kapasitas lokal alur keluar dari root dapat menjadi
bottleneck. Karena 4 aliran data berbagi kapasitas lokal ini tanpa koordinasi
lebih lanjut maka masing masing hanya mendapat 25%. Hal ini menghasilkan
throughput 2.5% per pohon dan total throughput 7,5 yang menggantikan 12.
Sekalipun begitu, ketika kapasitas lokal akan diperhitungkan, pengguna sudah
bisa menciptakan pohon yang ditunjukkan oleh gambar 2c, dengan total
throughput 9. Menguatkan perbedaan yang ada pada kapasitas alur keluar
membutuhkan bentuk traffic pada sisi pengirim yang menghasilkan apa yang
dikenal luas sebagai pohon balanced multicast.

3. PEMBAHASAN
BALANCED MULTICASTING
Pada bagian ini dibahas algoritma untuk menciptakan pohon balanced
multicast. Yang pertama adalah mempertimbangkan kasus individu host sebelum
membahas lebih jauh algoritma untuk komputer cluster. Kemudian diuraikan
secara singkat bagaimana menghitung pohon dan system runtime yang
digunakan.

3.1 Algoritma
Suatu set pohon balanced multicast dapat dihitung menggunakan
pemrograman liniar ( LP). Untuk sebuah solusi yang pasti, semua pohon
multicast yang mungkin ada dengan achievable bandwith dan kapasitas
bandwith local harus diterjemahkan ke batas variable dan batas program linier.
Gambar 3 menunjukan penerjamahan dari contoh yang ada pada gamabar 2a
menjadi sebuah problem LP. Sebagai contoh, batas pertama adalah a + 2b + c
<= 10 sebagai model kapasitas alir keluar pada host root, yang mengirim satu
aliran data pada setiap awal dan pohon ketiga dan 2 airan data dari pohon
kedua. Penyelesaian masalah LP secara langsung menghasilkan throughput
yang optimal per pohon.
Suatu throughput yang berjumlah nol akan berarti bahwa suatu pohon
dapat dibuang. Solusi untuk contoh dapat dilihat di Gambar 2(c).

Gambar 3: Jaringan di (dalam) Gambar 2(a) yang diterjemahkan untuk


suatu pemrograman liniar masalah
Karena total jumlah dari pohon pohon yang berbeda adalah n n 2 untuk
setiap n diberikan host, metode ini adalah komputasi infeasible bahkan juga
untuk jumlah host yang kecil. Sebagai contoh, pada eksperimen di bagian 4.1,
tepatnya menghitung

set yang optimal dari pohon antara 8 host yang

menggunakan waktu sekitar 20 menit .


Sebuah solusi yang diperkirakan dibutuhkan untuk mengurangi program
linier yang signifikan. Hal ini dapat dicapai dengan pemilihan hanya satu set
pohon yang kecil, diharapkan agar kombinasi ini akan menghasilkan throughput
yang dekat dengan jumlah optimum. Pada algoritma ini pengguna dapat memilih
untuk menggunakan satuan pohon yang dihasilkan oleh heuristik FPFR sebagai
input untuk program linier. FPFR sesungguhnya menghasilkan suatu yang baik
karena memiliki properti berikut :
a) Ketika bottleneck terjadi pada WAN ( kapasitas bandwith lokal lebih besar dari
achievable bandwith), kemudian kemudian FPFR menghasilkan set pohon
yang optimal.
b) Kebalikan dari masalah space adalah ketika semua bandwith lokal dan WAN
achievable bandwith berstatus sama. Kemudian, bottleneck adalah kapasitas
lokal

yang mendapatkan aliran data tunggal. Dalam hal ini, FPFR

menghasilkan tunggal, rantai linier dari host yang juga optimal.

c) Pada kasus antara a) dan b) ( kapasitas adalah sedikit lebih besar daripada
achivable bandwith), menggunakan pencarian heuristik depth-first-search
FPFR cenderung menghasilkan pohon dengan penyebaran rata rata yang
rendah yang menurunkan beban pada suatu kapasitas potensi bottleneck.
Dalam evaluasi ini digunakan set pohon yang dicari oleh menggunakan
satuan pohon sebagai input yang ditemukan oleh FPFR, program linier selalu
kurang satu detik dan mengakibatkan suatu throughput yang sering dioptimalkan.
Saat ini dapat diringkas algoritma untuk menghitung pohon balanced multicast
sebagai berikut:
1)

Kembali memonitoring performance data pada kapasitas bandwith dan


achievable bandwith kelompok host host, contoh dari suatu sistem yang
monitoring seperti Delphoi.

2)

Jalankan algoritma FPFR untuk menghasilkan suatu satuan awal calon


pohon, hanya berdasarkan pada informasi achievable bandwith

3)

Dari hasil langkah 2, bangun suatu program linier untuk memaksimalkan


throughput yang menjumlahkan througput masing masing nilai individu
untuk seluruh pohon yang dihasilkan pada langkah ke 2.

4) Menyelesaikan program yang linier, merekam nilai throughput yang dihitung


untuk semua pohon, dan memindahkan pohon itu dengan nol throughput dari
solusi.
Tidak sama dengan dengan pendekatan lain tidaklah perlu untuk
membangun pohon dari hasil program linier. Hal ini disebabkan input yang terdiri
dari satu set pohon dan dihitung oleh FPFR algoritma. Pengguna harus selalu
menggunakan hasil program linier untuk penentuan yang mengoptimalkan rata
rata pengiriman pada setiap pohon, menguatkan runtime oleh bentuk traffik yang
dilakukan oleh node root dari operasi multicast.

Gambar 4 : model jaringan yang mencakup cluster

3.2 Komputer cluster


Lokasi Grid adalah cluster dari host host atau super komputer dengan
kemampuan komunikasi lokal yang cepat pada sebuah pemisah, jaringan
berkecepatan tinggi. Antara lokasi manapun interface network reguler dan
internet atau pengkhususan, digunakan pada optical high performance.
Kapasitas Bottleneck yang diantara cluster cluster kemudian lebih mudah
ditentukan melalui interfaces individual network wide area dari setiap node
cluster. Sebagai contoh mengenai arsitektur tersebut yaitu sistem DAS-2.
Bagaimanapun sebuah bottleneck dapat dihindari dengan pembagian multicast
dalam 3 langkah berikut :
1)

Kirimkan data dari host root kepada seluruh host pada cluster dengan
network lokal yang kemampuan transfer cepat.

2) Perintahkan sebagian host untuk menforward bagian bagian data kepada


cluster lain dengan menggunakan interface network wide area pada pararel.

3) Pada setiap host tujuan lakukan forward bagian bagian forward data yang
diterima dari WAN kepadeluruh node cluster yang lain dengan network lokal.
Pada langkah yang pertama dan yang terakhir dapat digunakan metode
multicast yang optimal untuk network lokal yang berkemampuan transfer tinggi.
Multicasting pada wide area dapat dioptimalkan dengan menggunakan balanced
multicasting degan melakukan pemodelan untuk setiap cluster sebagai sebuah
host tunggal. Dengan cara tersebut, kapasitas lokal dari sebuah cluster dapat
diperluas dari kapsitas interface network tunggal menjadi penjumlahan kapasitas
seluruh interface network yang ada, atau kapasitas yang digunakan bersama
pada access link ke WAN dapat berkurang.
Gambar 4 melukiskan model jaringan yang digunakan oleh berlaku untuk
komputer cluster. Dengan menyediakan informasi kapasitas pada basis cluster
yang menggantikan node basis

maka dapat kasus ini berlaku juga kasus

balanced multicasting.

3.3 Implementasi
Sebagai contoh kasus balanced multicasting diterapkan pada puncak Ibis, Javabased Grid yang memprogram lingkungan yang menyediakan komunikasi local
dan wide area yang cepat. Dengan sebuah cluster, Ibis dapat menggunakan
Myrinet untuk mencapai throughput yang sangat tinggi selama diantara cluster
cluster nya terdiri dari banyak bagian data, alur TCP pararel untuk meningkatkan
achievable bandwith wide area.
Implementasi terdiri dari tiga bagian yang dibuat selama program
dijalankan :
1) sebuah Pool dan Gauge Obyek yang menyediakan suatu interface abstrak ke
informasi mengenai lingkungan itu. Objek Pool menggambarkan bagaimana
host pada cluster yang ada ketika aplikasi dijalankan. Objek Gauge
menggambarkan suatu interface yang uniform ke pengukuran network antara
host host yang ada. Gauge dapat diterapkan secara banyak berkisar antara
membaca deskripsi XML statis dari lingkungan, untuk memperoleh data dari
suatu system monitoring yang terpisah. Pada bagian 4.1 di eksperimen
menggunakan sebuah Gauge yang memperoleh pengukuran dari Delphoi.

2) Suatu objek Multicastmethodfactory yang mengimplementasikan algoritma


menghasilkan pohon. Menggunakan informasi lingkungan pada objek Pool
dan Gauge, setiap algoritma menghasilkan sebuah MulticastMethod yang
berisi satu atau lebih pohon multicast. Untuk sebuah bagian program linear
dari algoritma pohon balanced multicast dapat digunakan perpustakaan
QSopt.
3) Suatu objek Multicastchannel untuk menciptakan seluruh tingkat

channel

komunikasi yang rendah, menggunakan Multicastmethod untuk memperoleh


konstruktor.
Komunikasi dasar Ibis' yang primitif adalah suatu saluran searah yang
mengirimkan pesan dari sebuah port send kepada receive port. Selama setup
koneksi
multicast

pada konstruktor channel, setiap busur pada pohon dari metode


diterjemahkan

menghubungkan

ke

pasangan

send/receive

port.

Jika

busur

cluster cluster yang menggantikan host host tunggal,

berbagai pasangan send/receive port akan dibuat diantara host host pada
cluster. Untuk setiap koneksi WAN TCP digunakan sebagai pengangkut protocol.
Untuk multicast dengan sebuah cluster, dapat digunakan sebuah rantai
yang menghubungkan seluruh host, menyediakan throughut multicast pada level
aplikasi tertinggi melalui Myrinet. Pada cluster root hanya membutuhkan satu hal
seperti rantai tetapi pada cluster lainnya sebuah rantai yang dimulai pada setiap
host dibutuhkan distribusi lokal pada setiap potongan data yang diterima melalui
WAN. Gambar 5 menunjukan sebuah contoh setup koneksi dari 2 cluster dengan
masing masing 3 host,

setiap panah adalah pasangan send/receive port.

Cluster root mendistribusikan data lokal melalui sebuah rantai, setelah setiap
host mengirimkan 1 hingga 3 bagian data ke cluster lain. Tiga rantai lokal
kemudian menggunakannya untuk mengirim potongan data kepada seluruh
anggota cluster lainnya.

Gambar 5: hubungan dan aliran data antara 2 cluster


Setelah seluruh koneksi diciptakan, data dapat dibauat menjadi multicast
dengan menggunakan beberapa metode pada objek MulticastChannel di setiap
host. Implementasi multicasting dari array byte dari seluruh objek Java dan tipe
primitive Kita hanya harus lebih dulu menerapkan multicasting byte yang
dijadikan serial ke aliran byte dalam serialisasi lapisan yang terpisah sebelem
dikirim melalui network. Hal ini mengijinkan memisahkan multicast data array ke
dalam gumpalan dengan ukuran yang sesuai untuk throuhput dari setiap pohon
multicast.
Setiap pohon multicast kemudian mentransfer gumpalannya secara
sekuensial dalam pesan pesan kecil, menggunakan metode pengiriman zerocopy yang ada pada Ibis. Dalam sebuah cluster, pesan yang berukuran besar
digunakan untuk mencapai throughput yang optimal. Pada cluster root , setiap
host harus menerima persediaan data yang baik dari root untuk dikirim kembali
melalui WAN. Root harus diiterasi dengan round-robin pada gumpalan yang akan
disampaika host pada melalui host yang berbeda ketika ada pesan yang
berukuran besar di multicasting secara local. Setiap host diiterasi secara
sekuensial melalui gumpalannya ketika mengirimkan pesan yang beukuran kecil
pada WAN.
Host pada cluster yang kedua menerima pesan sampai data lengkap
setelah diterima untuk diisi pada suatu pesan lokal yang berukuran besar yang

kemudian akan dikirm ke seluruh host yang lain. Jumlah yang ada pada gambar
6 menunjukan dimana order host root pada gambar 5 mengirimkan pesan local
dan WAN.

Gambar 6: Order pesan lokal dan WAN dikirm melalui host root pada gambar 5
Selain memisahkan array data di gumpalan dengan ukuran yang sesuai,
multicasting juga harus memastikan bahwa setiap pohon mengirim dengan
throughput yang precomputed, sedangkan interference di antara berbagai aliran
yang harus dihindarkan. Pencapaian yang terakhir menggunakan suatu
pemisahan thread per koneksi yang keluar. Pemisahan thread juga mengijinkan
untuk pengimplementasian bentuk traffik. Dalam hal ini dapat menerapkan teknik
yang dikembangkan oleh D.M. Chiu, M. Kadansky, J. Provino, dan J. Wesley
dalam judul Experiences in Programming a Traffic Shaper, Tech yang
dipublikasikan dalam Report TR-99-77, Sun Microsystems, September 1999 di
mana thread berhenti setelah mengirimkan pesan, setelah jeda beberapa saat
untuk pengiriman dilanjutkan untuk pengiriman selanjutnya.

3.4 Implementasi
Dahulu sudah dibahas mengenai balanced multicasting menggunakan 2
kasus : menggunakan host tunggal dari testbed GridLab dan menggunakan
berbagai cluster dari Distributed ASCI Supercomputer (DAS). Dahulu telah
dibandingkan balanced multicasting dengan perkiraan yang ada memakai

lingkungan bandwith yang heterogen. Pengujian yang terakhir menambahkan


nilai optimisasi throughput di antara berbagai cluster. Selanjutnya akan dibahas
batas batas pendekatan yang digunakan.

3.4.1 Single host test case ( Gridlab)


Testbed Gridlab terdiri dari beberapa lokasi titik yang terletak di Eropa
dan AS. Lokasi ini berbagi di antara berbag tidak dapat memperoleh akses
eksklusive buat setiap titik tersebut. Untuk membuat suatu perbandingan
diantara berbagai teknik multicasting maka dapat digunakan pengujian testbed
GridLab pada salah satu cluster DAS. Untuk memperoleh tujuan ini, maka
terlebih

dahulu

harus

merecord

informasi

performance

network

untuk

menentukan banyak waktu dari sistem Delphoi. Informasi ini dapat digunakan
untuk seluruh teknik multicasting yang membandingkan performance network
dengan perluasan implementasi bentuk traffik. Perluasan ini meniru achievable
bandwith per link WAN dan kapasitas masuk dan keluar per host. Dengan setup
ini, dapat memakai beberapa kondisi yang sama untuk seluruh teknik
multicasting tanpa interference oleh user lainnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan diantara beberapa titik di daerah
GridLab dibuat tanpa koneksi sama sekali yang berarti tanpa konfigurasi firewall.
Delphoi melaporkan suatu zero achievble bandwith untuk suatu dead link yang
dirancang pada model network (bentuk sederhana yang tidak pernah dipilih
untuk menjadi bagian dari pohon multicast). Bagaimanapun, pengguna juga ingin
membandingkan metoda multicast yang diperoleh menjadi sebuah bentuk pohon
tunggal bentuk paling sederhana yang digunakan dalam implementasi. Karena
sebuah pohon dapat mengandung dead link maka harus digunakan pengganti
pohon semi-flat yang merupakan pohon yang memutar dengan tinggi minimum
yang tidak menggunakan dead link. Jika ada berbagai pohon semi-flat maka
harus menggunakannya minimal satu throughput tertinggi.
Pada sebuah eksperimen dilakuakan multicast 200 MB dari salah satu
titik GridLab dibandingkan ke yang lain menggunakan 4 metode multcast : pohon
semi-flat, pohon dengan bottlenek maksmimum, pohon FPFR dan pohon
keseimbangan. Hal ini dilakukan selama 8 kali, 1 kali untuk setiap titik lokasi yang
menjadi root dari multicast. Satu set optimal pohon multicast dapat dihitung

secara teoritis untuk setiap root yang diterjemahkan menjadi 262, 144
kemungkinan pohon multicast untuk sebuah program linier.
Gambar 7 menunjukan setiap throughput root dari 4 metode multicast
yang berbeda dan throughput maximun secara teoritis. Hal in dapat dilihat
dengan tampilan balanced multicasting dari metode multicast lainnya pada
seluruh host root. Hal ini menunjukan kelemahan FPFR yang pada beberapa
kasus terjadi kesalahan dibandingkan menggunakan pohon multicast yang
tunggal. Akibatnya yang lebih parah adalah balanced multicasting tidak selalu
dapat mendapat throughput maximum yang secara teoritis mungkin. Walaupun
perhitungan secara teoritis set yang optimal pohon multicast membutuhkan
waktu 20 menit per root, sedangkan pohon balanced multicast dapat
melakukannya kurang dari satu detik.

3.4.2 Cluster test case( DAS)


Pengujian yangkedua melibatkan multicasting di antara cluster cluster
yang ada

pada Distributed ASCI Supercomputer (DAS) yang dihubungkan

dengan backbone SURFnet yang berkecepatan 10 Gb / s. Setiap node yang


dihitung dilengkapi dengan Myrinet card komunikasi lokal yang cepat dan 100
Mbit FastEthernet card untuk komnikasi wide area.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh pakar yang ada di Belanda
yaitu Mathijs den Burger, Thilo Kielmann, Henri E. Bal dilaksanakan di 2 tempat
yaitu dua cluster berada di Amsterdam dan Leiden dan 3 cluster lainnta ada di
Amsterdam, Leiden dan Delft. Pada percobaan ini digunakan balanced multicast
untuk menngirim data sebesar 600 MB dari cluster yang ada di Amsterdam ke
yang lain menggunakan node hingga 8 buah per cluster.
Gambar 8 menunjukan pada kedua percobaan didapat hasil bahwa
throughput meningkat secara linier dari satu hingga enam node per cluster.
Dengan satu node per cluster mencapai 112 MB/s untuk FastEthernet card,
tetapi dengan enam node per cluster di dapat total throughput hingga 62 MB/s
dari Amsterdam sampai Leiden : throughput meningkat hingga 550%.
Kedua percobaan menunjukan bahwa kombinasi berbagai interface
network, throughput dapat ditingkatkan diantara cluster cluster dengan beban
pengiriman relative lebih kecil. Karena peningkatan diawali dengan membahas

batas dari well provisioned network wide ara, informasi monitoring network
dibutuhkan untuk menghindari kebuntuan self-induced.

Gambar 7 : Throughput Multicast diantara delapan 8 lokasiGridlab yang


diperbandingkan, setiap lokasi saat 200MB multicast ke yang
lainnya yang menggunakan 4 metode yang berbeda

Gambar 8: Throughput multicast diantara dua cluster dan tiga cluster DAS

4. KESIMPULAN
Optimisasi dalam komunikasi graffik multicasting menjadi masalah NPhard karena heterogenitas network. Pada tulisan ini telah menyarankan
penggunaan balanced multicasting,

suatu teknik heuristik baru untuk

membangun komunikasi graph multicasting pada run time.


Balanced multicasting mengombinasikan informasi kedua achievable
bandwith diantara lokasi jaringan dan kapasitas bandwith lokal dari lokasi tunggal
untuk membangun berbagai set yang menggunakan pohon multicasting. Pohon
balanced muticasting menggunakan bandwith tanpa kerugian dari kebuntuan self
induced yang disebabkan subscribing kapasitas bandwirh lokal. Pembentukan
traffik level aplikasi dilakukan oleh node root yang disesuaikan pada pohon
multicast yang tunggal. Di antara cluster cluster yang ada, throughput dapat

ditingkatkan dengan menggunakan network lokal dan berbagai interface network


dari beberapa node cluster dalam pararel.
Hasil evaluasi antara testbed proyek GridLab dan antara cluster cluster
yang berada di sistem DAS menunjukan pencapian kemampuan balanced
multicasting. Hal ini menyatakan efisiensi balanced multicasting pada optimisasi
node node jaringan yang bersifat tunggal dan akumulasi kapasitas bandwith
lokal dari berbagai node cluster yang ada. Kombinasi dari 2 kasus pohon
keseimbangan aplikasi ke bentuk aplikasi lainnya ke subjek yang sedang
berjalan

Daftar Pustaka
Tanembaum, Andrew.S . 2003. Computer Networks 4th Editon. Prentice Hall :
New Jersey
Stallings, William. 2000. Komunikasi Data dan Komputer Jaringan Komputer.
Salemba Teknika : Jakarta
http://en.wikipedia.org
http://www.cisco.com
http://www.cs.vu.nl
http://gnosis.cx

Anda mungkin juga menyukai