Anda di halaman 1dari 36

Akad Ijarah, Akad Ijarah Maushufah Fi al-

Dzimma dan Akad IMFD KPR Inden


Agenda Materi
Fatwa terkait Ijarah
(yang akan dibahas)

1. Fatwa Nomor: 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad


Ijarah

2. Fatwa Nomor: 101/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad


Ijarah Maushufah fi al-Dzimmah

3. Fatwa Nomor: 102/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad


IMFD untuk Produk PPR Indent
Ragam Ijarah
.
Akad Ijarah

Objek Tujuan
(Mahall Manfa’ah)
Barang & Jasa

Tamlikiyyah
(al-Asykhash/

Tasyghiliyyah
(Multijasa)
(al-a’yan)
Barang

Al-’Amal)

(operating lease) Financial Lease)


Jasa

Maushufah fi
‘Ain Mu’ayyanah
al-Dzimmah
Musta’jir
Musta’jir
Mu’jir

Ajir

IMBT Muwazi
Fatwa tentang Akad Ijarah
Fatwa Nomor:
112/DSN-MUI/IX/2017
1-Ketentuan Umum
1. Akad ijarah adalah akad antara mu’jir dengan musta’jir atau antara
musta’jir dengan ajir yang mempertukarkan manfaat dan ujrah, baik
manfaat barang maupun jasa.
2. Mu’jir (pemberi sewa) adalah pihak yang menyewakan barang, baik
mu’jir yang berupa orang (syakhshiyah thabi’iyah/natuurlijke persoon)
atau badan hukum (syakhshiyah i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts
persoon) .
3. Musta’jir (penerima sewa) adalah pihak yang menyewa dalam akad
ijarah `ala al-a`yan atau penerima manfaat sewa dalam ijarah `ala al-
a`mal/ijarah `ala al-asykhash, baik musta’jir berupa orang (syakhshiyah
thabi’iyah/natuurlijke persoon) atau badan hukum (syakhshiyah
i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts persoon).
4. Manfa`at adalah manfaat barang sewa melalui proses penggunaan dan
pekerjaan ajir.
5. Ajir adalah pihak yang memberikan jasa dalam akad ijarah `ala al-
a`mal/ijarah `ala al-asykhash, baik ajir berupa orang (syakhshiyah
thabi’iyah/natuurlijke persoon) atau badan hukum (syakhshiyah
i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts persoon).
1-Ketentuan Umum
1. Akad ijarah adalah akad antara mu’jir dengan musta’jir atau antara
musta’jir dengan ajir yang mempertukarkan manfaat dan ujrah, baik
manfaat barang maupun jasa.
2. Mu’jir (pemberi sewa) adalah pihak yang menyewakan barang, baik
mu’jir yang berupa orang (syakhshiyah thabi’iyah/natuurlijke persoon)
atau badan hukum (syakhshiyah i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts
persoon) .
3. Musta’jir (penerima sewa) adalah pihak yang menyewa dalam akad
ijarah `ala al-a`yan atau penerima manfaat sewa dalam ijarah `ala al-
a`mal/ijarah `ala al-asykhash, baik musta’jir berupa orang (syakhshiyah
thabi’iyah/natuurlijke persoon) atau badan hukum (syakhshiyah
i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts persoon).
4. Manfa`at adalah manfaat barang sewa melalui proses penggunaan dan
pekerjaan ajir.
5. Ajir adalah pihak yang memberikan jasa dalam akad ijarah `ala al-
a`mal/ijarah `ala al-asykhash, baik ajir berupa orang (syakhshiyah
thabi’iyah/natuurlijke persoon) atau badan hukum (syakhshiyah
i’tibariah/ syakhshiyah hukmiyah/rechts persoon).
Lanjutan

6. Mahall al-manfa`ah adalah barang sewa/barang yang dijadikan media


untuk mewujudkan manfaat dalam akad ijarah `ala al-a`yan.
7. Ijarah `ala al-a`yan adalah akad sewa atas barang.
8. Ijarah `ala al-asykhash/ijarah `ala al-a`mal adalah akad sewa atas
jasa/orang.
9. Ijarah Muntahiyyah bi al-tamlik adalah perjanjian sewa-menyewa
yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa,
kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.
10. Ijarah maushufah fi al-dzimmah adalah akad sewa-menyewa atas
manfaat suatu barang (manfaat ‘ain) dan/atau jasa (‘amal) yang pada saat
akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan
kualitas).
11. Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan untuk memperoleh
memperoleh manfaat atas suatu jasa.
RUKUN DAN SYARAT IJARAH

1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa


pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad
(berkontrak), baik secara verbal atau dalam
bentuk lain.
2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas
pemberi sewa (mu’jir)/pemberi jasa (Ajir) dan
penyewa/pengguna jasa (musta’jir)
3. Obyek akad ijarah:
a. manfaat barang dan sewa; atau
b. manfaat jasa dan upah.
(FATWA No. 9/2000 tentang Pembiayaan Ijarah)
Shighat Akad
Mu’jir, Musta’jir, dan
Ajir
Mahall al-Manfa`ah dalam Ijarah `ala al-A`yan
Manfaat dan Waktu Sewa

 Manfaat harus berupa manfaat yang dibenarkan secara syariah


(mutaqawwam).
 Manfaat harus jelas sehingga diketahui oleh Mu’jir dan
Musta’jir/Ajir
 Tata cara penggunaan barang sewa serta jangka waktu sewa
harus disepakati oleh Mu’jir dan Musta’jir
 Musta‘jir dalam akad ijarah `ala al-a`yan, boleh menyewakan
kembali (al-ijarah min al-bathin) kepada pihak lain, kecuali
tidak mendapat izin dari Mu‘jir.
 Musta’jir dalam akad ijarah `ala al-a`yan, tidak wajib
menanggung risiko terhadap kerugian yang timbul karena
pemanfaatan, kecuali karena al-ta`addi, al-taqshir, atau
mukhalafat al-syuruth.
`Amal yang Dilakukan Ajir

 `Amal (pekerjaan atau jasa) yang dilakukan Ajir harus berupa


pekerjaan yang dibolehkan menurut syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 `Amal yang dilakukan ajir harus diketahui jenis, spesfifikasi,
dan ukuran pekerjaannya serta jangka waktu kerjanya.
 `Amal yang dilakukan Ajir harus berupa pekerjaan yang sesuai
dengan tujuan akad.
 Musta‘jir dalam akad ijarah `ala al-`amal, boleh menyewakan
kembali kepada pihak lain, kecuali tidak diizinkan (dilarang)
oleh Ajir atau peraturan perundang-undangan.
 Ajir tidak wajib menanggung risiko terhadap kerugian yang
timbul karena perbuatan yang dilakukannya, kecuali karena al-
ta`addi, al-taqshir, atau mukhalafat al-syuruth.
Ujrah
Kegiatan dan Produk
Konsep Ijarah
Maushufah Fi al-
Dzimmah
IMFD bersifat LEX SPESIALIS
(mustatsnayat)
 IMFD merupakan akad yang tergolong baru (al-’uqud al-
mustajaddah atau al-’uqud al-mustahdatsah) sebagaimana IMBT.
Bedanya, apabila IMBT pengembangan akad ijarah dari segi
pemindahan kepemilikan mahall al-manfa’ah, sedangkan IMFD
pengembangan akad ijarah dari segi barang sewa (mahall al-
manfa’ah).
 Dalam teori akad, akad ijarah serumpun dengan akad jual beli.
Penjelasan syarat-syarat ijarah selalu dibandingkan dengan syarat-
syarat jual-beli.
 Prinsip pokok dalam akad jual-beli adalah barang yang
diperjualbelikan (mutsman) harus wujud pada saat ijab-qabul
dilakukan, kecuali jual-beli yang dilakukan dengan akad salam dan
istishna’;
IMFD bersifat LEX SPESIALIS (mustatsnayat)
…..

 Mengingat akad ijarah secara teori sama dengan akad jual-beli,


maka dalam akad ijarah terdapat ketentuan yang kurang lebih
sama dengan ketentuan dalam jual-beli, yaitu barang sewa (mahall
al-manfa’ah) harus wujud pada saat ijab-qabul dilakukan, kecuali
akad ijarah maushufah fi al-dzimmah.
 Oleh karenanya, akad ijarah maushufah fi al-dzimmah dari segi
keharusan wujudnya objek akad, sama dengan akad istishna’ dan
akad salam dalam jual-beli, yaitu mahall manfa’ah-nya belum ada
atau tidak pasti pada saat akad.
 Jadi IMFD bersifat lex spesialis sebagaimana akad salam dan
istishna.
Pengertian

1. Kalimat Ijarah Maushufah fi Al-Dzimmah terdiri dari tiga kata


bahasa arab, yaitu ijarah, maushufah, dan al-Dzimmah.
2. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
antara mu’jir (pemberi sewa) dengan musta’jir (penerima sewa) atau
jasa antara ajir (pemberi jasa) dengan musta’jir (pengguna jasa) yang
mempertukarkan manfaat dan ujrah, baik manfaat barang maupun
jasa.
3. Al-Maushuf ‫لموصوف‬
[ ‫ ]ا‬artinya yang disifati. Sesuatu yang ditetapkan
dan dibatasi berdasarkan kriteria. Misal: pesan motor merk honda, cc
100, warna hitam, jenis revo. Motornya bisa jadi belum ada tapi
kriterianya sudah jelas, yaitu merk honda, cc 100, warna hitam, jenis
revo.
4. Fi al-dzimmah [‫ ]ف يا لذمة‬artinya dalam tanggungan/jaminan, karena
barang belum ada. Pemberi sewa atau penyedia jasa menjamin akan
mendatangkan benda yang dimaksud sesuai kriteria yang disebutkan.
Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah adalah akad
sewa-menyewa atas manfaat suatu barang (manfaat
‘ain) dan/atau jasa (‘amal) yang pada saat akad
barang/jasanya belum ada, namun telah disebutkan
sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan kualitas).
Mu’jir
Skema IMFD
Akad Ijarah antara Tuan A dan Tuan B atas
Barang yang belum wujud
Musta’jir

Barang Sewa belum


wujud; yang disepakati
adalah spesifikasinya
yang bersifat empiris
(washf zhahir) dan
terukur (washf
mundhabith) serta
kesepakatan mengenai
waktu serah terima
barang (imkinat al-
taslim);
Ketentuan Fatwa
Akad Ijarah antara Tuan A dan Tuan B 1. Ujrah boleh dalam bentuk uang dan selain uang;
atas Barang yang belum wujud 2. Jumlah ujrah dan mekanisme perubahannya harus
ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Ujrah 3. Ujrah boleh dibayar secara tunai, tangguh, atau
bertahap (angsur) sesuai kesepakatan; dan
4. Ujrah yang dibayar oleh penyewa setelah akad, diakui
Barang Sewa sebagai milik pemberi sewa.

Manfaat Uang Muka dan Jaminan


1. Kriteria barang sewa yang
dideskripsikan harus jelas dan 1. Dalam akad ijarah maushufah fi al-
terukur spesifikasinya; dzimmah dibolehkan adanya uang muka
Manfaat harus memenuhi 2. Barang sewa yang dideskripsikan (uang kesungguhan [hamisy jiddiyah])
boleh belum menjadi milik yang diserahkan oleh penyewa kepada
kriteria berikut:
pemberi sewa pada saat akad pihak yang menyewakan.
1.Diketahui dengan jelas dan 2. Uang muka dapat dijadikan ganti rugi (al-
dilakukan;
terukur spesifikasinya ta’widh) oleh pemberi sewa atas biaya-
3. Pemberi sewa harus memiliki
(ma`lum mundhabit) supaya biaya/kerugian yang timbul dari proses
kemampuan yang cukup untuk upaya mewujudkan barang sewa apabila
terhindar dari perselisihan mewujudkan dan menyerahkan penyewa melakukan pembatalan sewa,
dan sengketa (al-niza`). barang sewa; dan menjadi pembayaran sewa (ujrah)
2.Dapat diserah-terimakan 4. Barang sewa diduga kuat dap0at apabila akad ijarah maushufah fi al-
baik secara hakiki maupun diwujudkan dan diserahkan pada dzimmah dilaksanakan sesuai
secara hukum. waktu yang disepakati; kesepakatan.
3.Disepakati waktu 5. Para pihak harus sepakat terkait 3. Pemberi sewa dapat dikenakan sanksi
waktu serah-terima barang sewa; apabila menyalahi substansi perjanjian
penyerahan dan masa
dan terkait spesifikasi barang sewa dan jangka
ijarahnya; dan waktu.
4.Sesuai dengan prinsip 6. Apabila barang yang diterima
4. Apabila jumlah uang muka lebih besar
penyewa tidak sesuai dengan
syariah. dari jumlah kerugian, uang muka tersebut
kriteria pada saat akad dilakukan, harus dikembalikan kepada penyewa.
penyewa berhak menolaknya dan 5. Dalam akad ijarah maushufah fi al-
meminta ganti sesuai kriteria atau dzimmah dibolehkan adanya jaminan (al-
spesifikasi yang disepakati. rahn) yang dikuasai oleh pemberi sewa
baik secara hakiki (qabdh haqiqi) maupun
secara hukum (qabdh hukmi).
Ketentuan Hukum
Ketentuan terkait Manfaat
Ketentuan terkait Barang Sewa

1. Kriteria barang sewa yang dideskripsikan harus jelas dan


terukur spesifikasinya;
2. Barang sewa yang dideskripsikan boleh belum menjadi
milik pemberi sewa pada saat akad dilakukan;
3. Pemberi sewa harus memiliki kemampuan yang cukup
untuk mewujudkan dan menyerahkan barang sewa;
4. Barang sewa diduga kuat dapat diwujudkan dan diserahkan
pada waktu yang disepakati;
5. Para pihak harus sepakat terkait waktu serah-terima barang
sewa; dan
6. Apabila barang yang diterima penyewa tidak sesuai dengan
kriteria pada saat akad dilakukan, penyewa berhak
menolaknya dan meminta ganti sesuai kriteria atau
spesifikasi yang disepakati.
Implementasi Akad
Ijarah Maushufah Fi al-
Dzimmah
untuk Produk PPR Inden

Fatwa DSN No:102/DSN-MUI/IX/2017


Fatwa DSN No:102/DSN-MUI/IX/2017
tentang Ijarah Maushufah fi al-Dzimmah
Al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah PPR
Inden adalah produk PPR Inden yang
menggunakan akad Al-Ijarah al-Maushufah fi
al-Dzimmah dalam MMQ atau IMBT.
Ketentuan terkait Barang Sewa Inden (PPR-Inden)

1. Kriteria barang sewa yang dideskripsikan harus terukur


spesifikasinya;
2. Barang sewa yang dideskripsikan boleh belum menjadi milik
pemberi sewapada saat akad dilakukan;
3. Ketersediaan barang sewa wajib diketahui dengan jelas serta
sebagian barang sewa sudah wujud pada saat akad dilakukan;
4. Wujud barang sewa yang dimaksud pada angka 3, harus jelas,
siap dibangun, milik pemberi sewa atau pengernbang yang
bekerjasama dengan pemberi sewa, dan bebas sengketa;
5. Pemberi sewa harus memiliki kemampuan yang cukup untuk
mewujudkan barang sewa;
Ketentuan terkait Barang Sewa Inden (PPR-Inden) …

6. Para pihak harus meyakini bahwa barang sewa dapat


diwujudkan pada waktu yang disepakati;
7. Para pihak harus sepakat terkait waktu serah-terima barang
sewa; dan
8. Apabila pemberi sewa menyerahkan barang sewa namun tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati atau gagal serah
pada waktu yang disepakati, maka penyewa berhak:
a. Melanjutkan akad dengan atau tanpa meminta kompensasi
dari pemberi sewa, atau
b. Membatalkan akad dengan meminta pengembalian dana
sesuai dengan jumlah yang telah diserahkan.
Penjelasan DSN Ke Regulator Mei 2018
Sekian, salam….

Anda mungkin juga menyukai