Anda di halaman 1dari 14

Nama: Hikmatul Aliyah

Semester 1 (2015)
A. Pendahuluan
Kebutuhan akan dana segar bagi entitas ekonomi merupakan hal yang tidak
bisa dihindarkan. Tidak peduli industri besar maupun individu masyarakat akan
membutuhkan dana dalam rangka menstimulus pertumbuhan bisnisnya. Ada
berbagai macam alternatif sumber dana yang dapat diperolah, diantaranya adalah
permohonan pinjaman modal (Novriana Sumarti, Vina Fitriyani, dan Merisa
Damayanti, 2014). Berbagai macam lapisan sosial masyarakat menjadi latar
belakang bentuk dan sumber pinjaman yang bisa diperolah seseorang.
Ada berbagai macam lembaga keuangan formal yang menawarkan
ketersediaan modal bagi masyarakat. Industri perbankan dan pasar modal
misalnya merupakan salah satu lembaga formal intermediasi keuangan. Selain
memiliki fungsi menghimpun idle money juga berfungsi menyalurkan uang
menganggur tersebut ke sektor-sektor produktif (Nadia, 2010). Namun
adakalanya lembaga formal belum mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini maklum terjadi dinegara-negara berkembang dimana sebagian kawasan
ekonomi belum terorganisir dan terjangkau oleh kebijaksanaan ekonomi
pemerintah. Salah satu sektor informal penjual jasa yang secara kondusif tumbuh
dan berkembang diantara sektor informal lainnya adalah praktek pelepas uang
yang biasa dikenal sebagai rentenir atau money lender (Yoserizal, 2007).
Dalam pandangan umum, rentenir adalah seseorang yang meminjamkan
uang atau barang untuk memperoleh keuntungan yang tinggi melalui penarikan
uang yang besar dan kredit lunak jangka pendek. Hal ini menimbulkan stereotipe
yang lekat dalam masyarakat bahwa rentenir adalah lintah darat yang
mengeksploitasi rakyat miskin dengan cara menarik bunga yang sangat tinggi.
Meski begitu pandangan ini ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk
meminjam rentenir (Qodarini, 2013). Rentenir seolah menjadi pihak yang tidak
terpisahkan dari pasar-pasar tradisional sampai sekarang. Ia tetap bisa bertahan dengan
kelebihan yang dimiliknya. Kelebihan yang dimiliki rentenir antaralain, syarat yang

diberikan kepada para peminjam lebih fleksibel daripada lembaga keuangan resmi
lainnya. Pihak rentenir biasanya hanya meminta KTP (kartu tanda penduduk) atau
surat

berharga

peminjam.

lain

Para

yang

rentenir

dimiliki
seringkali

peminjam
terjun

atau

apapun

yang

langsung

ke

lapangan

dimiliki
untuk

mendapatkan nasabah, sehingga merekalah yang mendatangi para peminjam setiap


kali terjadi transaksi. Cara pembayaran pinjaman yang diterima oleh peminjam
dapat

diangsur

secara

harian. Prosedur ini dinilai lebih mudah dibandingkan

lembaga keuangan resmi dengan prosedur administrasi yang lebih berbelit-belit,


sehingga membuat masyarakat memilih meminjam uang kepada rentenir
(Yoserizal, 2007; Cahyadi, 2013).
Praktek rentenir terus bertambah dari waktu ke waktu. Diantara praktek
rentenir yang pernah terjadi antara lain ditunjukan dengan berbagai kasus yang
diliput dimedia cetak dan elektronik, antara lain;
1. 9 Oktober 2014, Republika memberitakan mengenai praktek rentenir
yang berujung kematian korban rentenir (Antara dan Julkifli Marbun,
2014).
2. 26 September 2014, Riau lantang.com Memberitakan bahwa satu
keluarga terjerat hutang dimana akumulasi utang yang semula hanya
Rp 10 jutaan, kini sudah membengkak menjadi Rp 250 jutaan. Gaji
kepala keluarga senilai Rp 8 jutaan sebulan tidak mencukupi untuk
mencicil bunga pinjaman dari 14 rentenir. Utang pokok Rp 1 juta dari
satu rentenir, harus dibayar bunganya Rp 200 ribu sebulan (Dan,
2014).
Selain fakta yang bersumber dari berita sebagaimana contoh tersebut, data
statistik dari World Bank (2013), Lembaga Penjamin Simpanan (2013) dan Bank
Indonesia (2007) juga menunjukan bahwa masih terdapat banyak masyarakat
yang belum tersentuh lembaga-lembaga keungan formal. Hal ini ditunjukan
dengan data jumlah seluruh akun rekening simpanan dalam rupiah dan valas
masyarakat pada bank-bank umum di Indonesia yaitu sebesar 155.762.285.
Sementara jumlah penduduk indonesia adalah 249.865.631 dengan populasi usia
produktif (15-64 tahun) sebesar 65,64%.

Tabel 1. Jumlah Akun Rekening Masyarakat di Bank Umum


Jumlah
Penduduk

Jumlah Usia
Produktif
15-64 tahun
(65,64%)

249.865.631

164.011.800

Jumlah
Akun
Rekening

Jumlah Usia
Produktif yang
memiliki Akun
Rekening (42%)

155.762.28

68.884.956
5
Sumber: www.worldbank.com, www.lps.go.id, dan www.bi.go.id.

Jumlah Usia
Produktif Tanpa
Akun Rekening
95.126.844

Fakta dan data statistik kepemilikan akun rekening di salah satu lembaga
keuangan formal yakni bank, menunjukan bahwa masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum terjangkau oleh lembaga-lembaga formal, pada poin ini kita
dapat menyimpulkanbahwa masyarakat yang belum tersentuh oleh lembaga
keungan formal berpotensi besar untuk bersinggungan dengan praktek rentenir.
Menurut Nasikun dalam Chriswardani Suryawati (2005) dalam Anggraini( 2012),
keberadaan penjual jasa rentenir menimbukkan suatu sifat ketergantungan
masyarakat, hal ini ditunjukan dengan keberadaannya yang seolah-olah menolong
(Exploatif inetrmediation) dalam rangka memenuhi kebutuhan yang mendesak.
Padahal, praktek-praktek rentenir dengan bunga yang tinggi, jelas mencekik
masyarakat (Yoserizal, 2007).
Sebagaimana fakta lapangan dalam media cetak dan elektronik dalam
uraian sebelumnya. Prektek rentenir menjadi transaksi/kontrak yang berkembang
bebas dimasyarakat. Padahal kebebasan berkontrak dapat mendatangkan
ketidakadilan karena prinsip ini hanya dapat mencapai tujuannya, yaitu
mendatangkan kesejahteraan seoptimal mungkin bila para pihak memiliki
bargaining power yang seimbang. Dalam kenyataannya hal tersebut sering tidak
terjadi demikian (Idris, 2007).
Sistem peminjaman yang adil akan ditunjukan dengan lahirnya
keuntungan baik bagi pihak yang meminjam maupun memberikan pinjaman.
(Pujiyono, 2012). Sehingga dalam Ilmu hukum dikenal

adanya istilah

unconscionability, yaitu doktrin yang mengajarkan bahwa suatu kontrak batal atau

dapat dibatalkan oleh pihak yang dirugikan manakala dalam kontrak tersebut
terdapat klausula yang tidak adil dan sangat memberatkan salah satu pihak,

sungguhpun kedua belah pihak telah menandatangani kontrak yang bersangkutan.


(Idris, 2007). Doktrin ketidakadilan ini mengacu kepada posisi tawar-menawar
dalam kontrak tersebut yang sangat berat sebelah karena tidak terdapat pilihan
dari pihak yang dirugikan disertai dengan klausula dalam kontrak yang sangat
tidak adil sehingga memberikan keuntungan yang tidak wajar bagi pihak yang
lainnya.
Praktik rentenir merupakan sebuah persoalan dalam banyak prespektif.
Dari sisi hukum, dalam Undang-undang nomor 21 Tahun 2008 tenteng perbankan
syariah dijelaskan bahwa prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran
Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam
adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya. dan menggunakan sistem antara
lain sistem bagi hasil (UU, 2008). Meski demikian, tidak terdapat sanksi baik
sanksi

perdata

maupun

pidana sebagaimana dalam UPS (undang-undang

perbankan syariah no 21 tahun 2008) tersebut.


mengundangkan

sanksi

administratif

pada

UPS

tersebut

hanya

pelanggaran-pelanggaran

administratif seperti pada pasal 56-58. Sedang sanksi pidana bukan untuk
yang berhubungan dengan masalah tersebut (Pasal 59-66) (UU, 2008). Apalagi
mengingat rentenir bukanlah suatu lembaga keuangan formal, sehingga sulit untuk
menjerat dengan UPS ini.
B. Uraian Masalah
a. Rentenir dan Masalah Ekonomi
- Penururnan produktifitas
Adanya pratik ini akan menyebabkan berkurangnya poduksi barang. Hal
ini karena transaksi yang terjadi tidak melibatkan barang secara langsung.
Yang berputar hanya uang tampa pertambahan barang. Berbeda dengan sistem
barter yang mana kedua belah pihak diharuskan untuk melakukan suatu
kegiatan produksi terlebih dahulu baru bisa melakuan transaksi. Sisitem ini
menjamin keberadaan barang.
Sedangkan sistem riba akan menghilangkan hal ini. Mengapa demikian
karena membuat uang lebih mudah daripada membuat sebuah barang. Apalagi

secara intrinsik nilainya jauh berbeda. Dengan begitu orang bisa saja berpikir,
buat apa susah susah memperoduksi. Lebih baik meminjamkan uang tidak
perlu produksi tapi untung tetap datang.
- Meningkatkan fix cost
Berbeda dengan bagi hasil. Penerapan riba pada sistem rentenir akan
secara langsung mempengaruhi produksi. Karena beban bunga yang pasti
harus dibayar kan menyebabkan naikknya fix cost. Peningkatan fix cost akan
menyebabkan kenaikan harga. Hal ini mengakibatkan kerugian di ihak
konsumen dan rodusen.
- Menyebabkan inflasi
Terjadinya penuruan produksi akan menyebabkan turunya jumlah barang
yang ada. Jika jumlah uang yang ada tetap atau bertambah sedang jumlah
barang berkurang maka terjadi ketidak seimbangan anatar jumlah uang dan
barang. Akibatnya nilai uang berkurang. Hal ini menyebabkan naiknya harga.
Kenaikan harga bila terjadi terus menerus bisa saja akan memporakporandakan perekonomian sebuah negara. Singkatnya riba ini akan
menyebabkan inflasi dua arah cost push inflation dan demand pull inflation
sebagaimana yang dijelaskan diatas.
b. Rentenir dan masalah Hukum
Dalam sistem hukum positif Indonesia, perjanjian pinjam-meminjam
yang disertai bunga merupakan suatu bentuk perjanjian yang lahir
berdasarkan atas kepakatan antara pemilik uang dan pihak peminjam.
Perjanjian semacam ini, di satu pihak dikenal atau diperbolehkan baik dalam
sistem Hukum Adat maupun dalam sistem Hukum Perdata. Hal ini merujuk
pada Dasar hukum perjanjian pinjam-meminjam uang adalah Pasal 1754
KUH Perdata, yang merumuskan sebagi berikut
"Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini
5

akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama
pula."
Adapun mengenai pinjam-meminjam uang yang disertai dengan
bunga dibenarkan menurut hukum, hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 1765
KUH

Perdata,

yang

merumuskan

"bahwa

adalah

diperbolehkan

memperjanjikan bunga atas pinjaman uang atau barang lain yang habis
karena pemakaian" (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Burgerlijk
Wetboek Voor Indonesie, ___).
Sementara dalam hukum perbankan, khususnya perbankan syariah
Bunga

yang

dapat

dikategorikan riba paling

jelas

adalah

dalam

pelipatgandaannya sebagaimana riba yang terjadi di zaman jahiliyah dan


pada rentenir yang tidak bertanggung jawab. Bunga yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga bisnis seperti asuransi, pasar modal, penggadaian,
koperasi dan

lainnya

yang didasarkan pada

indeks pasar uang dan

investasi pada zaman modern. Sementara Bunga yang diberlakukan dalam


praktek rentenir sangat identik dengan yang terjadi di zaman jahiliyah.
Dalam

urusan

pelanggaran tindakan transaksi yang mengakibatkan

terjadinya riba, MUI telah memfatwakan bunga merupakan bentuk yang


identik atau sama dengan riba (Firdaus, 2009). Meski demikian, tidak
terdapat sanksi baik sanksi perdata maupun pidana sebagaimana dalam
UPS (undang-undang perbankan syariah no 21/2008).
hanya mengundangkan
pelanggaran

sanksi

administratif

administratif seperti pada

pasal

pada
56-58.

UPS

tersebut

pelanggaranSedang

sanksi

pidana bukan untuk yang berhubungan dengan masalah tersebut (Pasal


59-66) (UU, 2008).
c. Rentenir dan masalah agama
Secara bahasa, istilah rentenir berasal dari kata rente, yang berarti
bunga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rentenir berarti orang
yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas
uang; lintah darat. Dalam syaraiat agama Islam hal ini jelas tidak

dibenarkan. Dalam kitab al-Mughni, Ibnu Qudamah dalam Cahyadi (2013)


mengatakan, para ulama sepakat bahwa jika orang yang memberikan utang
mensyaratkan kepada orang yang berutang agar memberikan tambahan atau
hadiah, lalu diapun memenuhi persyaratan tadi, maka pengembalian
tambahan tersebut adalah riba.
Jika melihat secara bahasa, istilah rentenir berasal dari kata rente,
yang berarti bunga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rentenir
berarti orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang
riba; pelepas uang; lintah darat. Dalam syaraiat agama Islam hal ini jelas
tidak dibenarkan. Dalam kitab al-Mughni, Ibnu Qudamah dalam Cahyadi
(2013) mengatakan, para ulama sepakat bahwa jika orang yang
memberikan utang mensyaratkan kepada orang yang berutang agar
memberikan tambahan atau hadiah, lalu diapun memenuhi persyaratan tadi,
maka pengembalian tambahan tersebut adalah riba.
Rentenir dengan praktik ribanya adalah musuh besar agama. Agama
islam melarang keras praktik ini. Dalam Al Baqarah 275:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdirimelainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu,adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jualbeli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual belidan mengharamkan riba. Orangorang yang telah sampai kepadanyalarangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba),maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datanglarangan); dan
urusannya

(terserah)

kepada

Allah.

Orang

yang

kembali(mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka;mereka kekal di dalamnya.
Mengenai tafsiran hadist ini Ibnu Abbas menyatkan: barang siapa yang
mengerjakan riba diperintkhan untuknya bertobat, jika ia bertobat maka ia

diampuni jika tidak maka penggllah lehernya. Ibnu Katsier dalam tafsirnya
juga menyebutkan hal yang serupa. Barang sipa yang jelas-jelas melakukan
riba maka wajib bagi pimpinan ummat islam untuk memintanya bertaubat,
jika ia bertobat maka ia dibebeskan jika tidak maka penggallah lehernya.
Tidak tanggung-tanggung disini disebutkan mereka yang kembali
mempraktikkan riba menjadi penghuni-penghuni neraka dan mereka kekal di
dalamnya. Bahkan ancaman akan siksaan ini tiak hanya diterima di akhirat
nanti. Bahkan Allah Talla mengancam akan mememerangi pelakunya di dunia
ini. Dalam al Albaqarah ayat 279. disebutkan:
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), makaketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jikakamu bertaubat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu;kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya
Pengaharaman hal ini memiliki hikmah yang sangat besar. Pertama
menjauhkan manusia dari kezoliman. Yang kedua menjamin kesemimbangan
perkonomian yang lebih baik. Semangat kerja yang lebih tinggi. Produktifitas
yang lebih baik. Menghilangkan sifat malas.
d. Rentenir dan masalah pendidikan
Adapun dalam maslah pendidikan penerapan sistem rentenir ini
mungkin memiliki dampak namun tidak langsung. Namun dampak ini tetap
berbahaya. Mengingat sistem ini saat ini masih diajarkan di perguruanperguruan tinggi. Bahkan masih menjadi salah satu instrumen penting dalam
pengendalian ekonomi negara. Pengajaran hal ini kepada generasi penerus
sama saja megajarkan mereka sebuah cara untuk menghancurkan diri
mereka sendiri.
Dampaknya terhadap pendidikan bisa dikatakan tidak langsung.
Karena sistem ini mengacaukan perekonomian maka ketika perekonomian
terganggu biaya-biaya jadi bertambah termasuk biaya penididkan akibatnya,

masyarakat yang bisa mengecap pendidikan makin sedikit. Selain itu hal ini
juga berpengaruh pada para pengajar. Ketika kehidupan mereka susah
konsenterasi mengajar bisa berkurang akibatnya pengajaran yang dilaukan
tidak maksimal. Selain itu pendidikan tetunya membuntukna instrumeninstrumen pendidikan seperti buku tempat belajar, alat peraga. Yang mana
kita ketahui semua hal ini disediakan oleh pemerintah. Jika keadaan negara
memburuk anggaran untuk pendidikan kan berkuran ini tentunya
menyebabakan menurunnya kualitas pendidikan yang berlansung.
C. Perdebatan Alternatif
a. Dilarang secara paksa pada pelaku bisnis rentenir dengan cara
dilakukan penangkapan oleh polisi.
Tindakan ini sangat baik dalam rangka menjaga ketertiban sosial
dan mengatasi tingkat kesewenag-wenangan pihak pemilik modal.
Namun point ini agaknya masih kurang relevan untuk saat ini kecuali
terjadi perombakan undang-undang. Karena saat ini praktik ini masih
dianggap legal secara hukum. yang bisa dikenakan ganjaran hukum
adalah prkatik bank gelap bukan rentenir.

berdasarkan ketentuan

Pasal 1765 KUH Perdata, yang merumuskan "bahwa adalah


diperbolehkan memperjanjikan bunga atas pinjaman uang atau barang
lain yang habis karena pemakaian" (Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata: Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie, ___).
b. Sosialisasi dan Edukasi
Pendekatan ini lebih relevan dan memungkinkan untuk dilakukan dan
paling mudah untuk dijalankan dibandingkan 2 pendekatan lainnya.
hanya saja solusi ini belum memberikan jawaban bagi mereka yang
membutuhkan

pinjaman,bagimana

untuk

memenuhi

kebutuhan

mereka. Selain itu pendidikan dan pengalman pelaku bisnis rentenir


telah lebih dulu berkembang, sehingga akan memiliki banyak jalan
untuk tetap menjalankan bisnis ini. Sebgaimana penelitian yang
dilakukan Yoserizal (2007), bahwa sebagian besar reponden rentenir
yang diamati, sebagian besar berlatarbelakang pendidikan sarjana.
c. Memperluas Jaringan Perbankan Syariah, Koperasi Syariah, dan BMT.
9

Ini pendapat yang paling bagus karena memiliki jarak jangka panjang
dan sekaligus memberikan jawban terhadap kebutuhan masyarakat
tehadap

dana

pinjaman.

Hanya

pelaksanaanya

tentu

lebih

membutuhkan waktu tenaga dan modal yang tidak sedikit.


Secara sederhana alternatif tindakan yang dapat ditempuh dalam
menghadapi praktek rentenir adalah sebagaimana tabel 2;

Tabel 2. Perdebatan Alternatif Tindakan


Alternatif Tindakan
Dilarang secara paksa

Kelebihan
a.Kuat secara hukum dalm

pada pelaku bisnis

rangka menjaga ketertiban

rentenir dengan cara

umum.

dilakukan penangkapan

b. Ada efek jera.

oleh polisi
Sosialisasi dan Edukasi

a.Waktu lebih cepat


b.Biaya yang tidak terlalu

dan di mana saja.

Perbankan Syariah,

pembentukan undangundang baru sebagai dasar


c.

mahal.
c.Bisa dilakukan kapan saja

Memperluas Jaringan

Kekurangan
a. Perlawanan dari pelaku.
b. membutuhkan

a. Memberikan jawaban
real bagi yang

tindakan.
membutuhkan waktu

yang lama
a. Tidak memberikan solusi
real kepada mereka yang
membutuhkan pinjaman.
b. Butuh berjuangan besar
dalam menghadapi
rentenir berpendidikan.
a. Memerlukan waktu yang
cukup lama untuk
10

Koperasi Syariah, dan


BMT.

b.

membutuhkan pinjamam.
membuka lapangan

kerja.
c. Menambah alternatif

pembentukannya.
b. Dibutuhkan SDA dan
SDM dan sumber dana
yang tidak sedikit.

lembaga peminjaman.
D. Penutup
a. Kesimpulan
Prakatik ini menyebabkan kerugian yang besar bagi masyarakat,
baik dari sudut pandang ekonomi, hukum, agama dan pendidikan. di
bidang ekonomi ini menyebabkan terjadinya inflasi dan kelangkaan
barang. dalam bidang agama dan ini yang paling berbahaya, pelaku
baik pemberi pinjaman dan peminjam di ancam dengan dosa besar.
Bahkan mereka yang tidak mau bertobat setelah diminta bertobat oleh
pimpinan kaum muslimin berdasarkan pendapat para ulama maka
dipenggal lehernya. Oleh karena itu sistem ini harus dirubah dan
dihilangkan dan diganti dengan sistem yang sesuai dengan syariah.
Meski begitu sistem praktek rentenir bukan tanpa payung hukum,
karena dilegalkan dalam KUHP.
Adapun dari ketiga solusi yang ditawarka maka setiap solusi memiliki
kelebihan dan kekurangan masingmasing. Untuk pencegahan awal
maka kita membutuhkan suatu pendekatan solusi yang bisa segera
dilaksanakan yaitu sosialisasi dan edukasi akan bahaya rentenir.
Pendekatan ini paling mungkin dilakukan. Harapannya masyarakat
mengetahui bagaimana dampak negatif hal ini. namun hal ini belum
menjawab satu masalah untma, yaitu kebutuhan masyarakat akan
pinjaman dana. penekatan ini hanya memberikan edukasi manun
kebutuhan mereka terhadap pinjaman belum terselesaikan.
Adapun saran pertama bisa saja dilakukan namun harus ada
perombakan undang-undang dan ini tentunya memakan waktu yang
tidak sedikit. belum lagi pasti akan ada hambatan dari mereka yang
tidak setuju karena sampai saat ini belum ada undang-undang yang
melarang praktik ini. artinya hal ini kurang relevan untuk dilakukan

11

segera karena membutuhkan proses pembentukan undang-ungdang dan


sosilaisai yang tidak sebentar.
Adapun pendirian BMT adalah jalan terbaik karena memberikan
jawaban real terhadap kebutuhan masyarakat akan pinjaman tampa
bunga. Selain itu solusi ini memberikan dampak jangka panjang dan
jangka pendek sekaligus. Namun untuk membuat program ini secara
masif tentunya membutuhkan SDA dan SDM yang tidak sedikit. dan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuknya.
b. Saran
Untuk mencegah praktik ini sejak dini harus diadakan sosialisasi
besar besaran akan besarnya dosa melakukan peraktik ini. Seperti
media Khutbah Jumat yang bisa dikatakan sebenaranya merupakan
media yang efektif dengan jangkuan yang luas. begitu juga ceramah
ceramah yang di sampaikan di majelis-majelis taklim harusnya juga
membahas hal ini. karena kebanyakan masyarakat sebenarnya belum
mengerti betul bagaimana bahayanya praktik ini dari segi agama,
ekonomi dan pendidikan. Namun sayang tidak banyak yang
mensosilaisasikannya. selain itu Partai-partai islam yang saat ini ada di
kursi dewan juga seharusnya sudah mulai melakukan pembahasan
undang-undang untuk pelarangan hal ini. karena tentu mereka
mengetahui bagimana dampak buruk hal ini.
A. Daftar Pustaka

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie. (___). Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Arsip Notaris Herman Adraiansyah Sh.
Anggraini, N. (2012). Hubungan Kausalitas Dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Dan
Konsumsi Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Tengah. Tidak
Dipublikasikan, 37.
Antara Dan Julkifli Marbun. (2014, 10 9). Dicurigai, Polisi Bongkar Makam Korban
Rentenir. Dipetik 3 11, 2015, Dari Republika Online:
Http://Www.Republika.Co.Id/Berita/Nasional/Daerah/14/10/08/Nd4g88Dicurigai-Polisi-Bongkar-Makam-Korban-Rentenir

12

Bi. (2007). Generic Model Tabunganku (Bank Umum). Dipetik 3 11, 2015, Dari Bank
Indonesia: Http://Www.Bi.Go.Id/Id/Iek/Produk-JasaPerbankan/Jenis/Documents/Tabunganku_Bank_Umum.Pdf
Cahyadi, M. A. (2013). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif Dan Kontrol Keperilakuan
Terhadap Niat Pedagang Pasar Untuk Memanfaatkan Fasilitas Pembiayaan Pada
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Di Yogyakarta . Tidak Dipublikasikan, 39.
Dan. (2014, 9 26). Korban Keganasan Rentenir, Utang 10 Juta Jadi 250 Juta, Gaji 8 Juta
Tak Cukup Bayar Bunga. Dipetik 3 11, 2015, Dari Riau Lantang.Com:
Http://Riaulantang.Com/Read-Korban-Keganasan-Rentenir-Utang-10-Juta-Jadi250-Juta-Gaji-8-Juta-Tak-Cukup-Bayar-Bunga.Html
Firdaus, E. (2009). Rib, Bunga Bank Dan Sanksi Pidana Pada Bank Syariah Tinjauan
Kritis Permasalahan Pasca Penetapan Undang-Undang Perbankan Syari'ah 2008.
Asy-Syariah: Forum Studi Hukum Islam Dan Pranata Sosial Uin Bandung, Vol.
13 No. 2 20.
Idris, I. (2007). Ketidak Adilan Dalam Kebebasan Berkontrak Dan Kewenangan Negara
Untuk Membatasinya. Lex Jurnalica Vol.4 No.2.
Lps (Samsu Adi Nugroho). (2014, 10). Siaran Pers Nomor: Press-25/Sekl/2014, Tentang:
Pertumbuhan Simpanan Dan Jumlah Rekening Pada Bank Umum Bulan Oktober
2014. Dipetik 03 11, 2015, Dari Lembaga Penjamin Simpanan:
Http://Lps.Go.Id/Web/Guest/SiaranPers/-/Asset_Publisher/1t0a/Content/Pertumbuhan-Simpanan-Dan-JumlahRekening-Pada-Bank-Umum-Bulan-Oktober2014;Jsessionid=1c6859a9b75bdcfd6537974a38d0a09f?Redirect=Http%3a%2f
%2flps.Go.Id%2fweb%2fguest%2fsiaran-Pers%3bjses
Maharani, S. (2013, 1 6). Tempo.Co Bisnis. Dipetik 3 11, 2015, Dari Kisah Pilu Ibu
Rumah Tangga Terjerat 70 Rentenir:
Http://Www.Tempo.Co/Read/News/2013/01/06/087452424/Kisah-Pilu-IbuRumah-Tangga-Terjerat-70-Rentenir
Nadia, S. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Bank
Syariah(Studi Kasus Bank Syariah Mandiri). Tidak Dipublikasikan, 11-12.
Novriana Sumarti, Vina Fitriyani, Dan Merisa Damayanti. (2014). A Mathematical Model
Of The Profit-Loss Sharing (Pls) Scheme. Procedia - Social And Behavioral
Sciences, 1.
Pujiyono, E. (2012). Penggunaan Klausula Baku Dalam Kontrak Konsumen. Tidak
Dipublikasikan.
Qodarini, A. (2013). Rentenir Dan Pedagang Muslim. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga.
Uu. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah .

13

World Bank. (2013). Population Ages 15-64 (% Of Total). Dipetik 3 11, 2015, Dari World
Bank: Http://Data.Worldbank.Org/Indicator/Sp.Pop.1564.To.Zs/Countries/Id?
Display=Graph
Yoserizal, Y. (2007). Hubungan Sosial Antara Rentenir Dan Nasabah (Suatu Studi
Tentang Rentenir Di Kota Pekanbaru). Perpustakaan Universitas Riau, 2.

14

Anda mungkin juga menyukai