Anda di halaman 1dari 6

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Banyumas.

Disusun oleh :

Lio Permana

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengertian Usaha Kecil


Menengah berdasarkan kuantitas tenaga kerja, usaha kecil merupakan entitas
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99
orang. Sedangkan berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor
316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 pengertian Usaha Kecil Menengah
didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan
kegiatan usaha yang mempunyai penjualan atau omset per tahun setinggi-
tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp
600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari bidang
usaha ( Fa, CV, PT, dan koperasi ), perorangan ( Pengrajin/industri rumah
tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang
barang dan jasa ).
Semenjak Indonesia mengalami krisis pada tahun 1998 maka UKM
menjadi andalan bagi Indonesia. Meski diolah dengan manajemen yang
sederhana UKM ternyata memiliki peran besar dalam pembangunan di
Indonesia setelah terjadinya krisis. Demikian karena UKM dirasa memiliki
karakteristik yang lebih tahan banting, fleksibel, mandiri, efisien dan self
financing. Selain itu juga usaha mikro kecil dan menengah ternyata lebih
banyak menyerap tenaga kerja, usaha mikro kecil dan menengah sampai saat
ini telah mampu menyerap sekitar 89,3% tenaga kerja yang ada di indonesia
atau sekitar 83.647.711 tenaga kerja. Di banding usaha besar yang hanya
mampu menyerap sekitar 10.024.773 tenaga kerja maka UKM lebih banyak
menyerap tenaga kerja.
Di Banyumas sendiri saat ini juga sudah banyak UKM yang mulai
berkembang, hal tersebut tentunya didukung dengan kebijakan pemerintah
yang semakin pro dengan UKM sebagai kegiatan perekonomian masyarakat
agar dapat megurangi angka kemiskinan. Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan (BPMPP), Drs Asis Kusumandani M. Hum melalui
Humas BPMPP, Tasroh mengatakan, pertumbuhan Usaha Menengah Kecil
Mikro (UMKM) di Banyumas sebenarnya sangat pesat dan mencapai 25
persen per tahun. UMKM terbesar berada di sektor pertanian dengan lima ribu
UMKM yang asetnya di atas Rp 50 juta. Namun sebagai mana kita tahu bahwa
hal tersebut belum mampu mengentaskan kemiskinan secara signifikan yang
ada di Banyumas. Apalagi ditambah dengan kalahnya UMKM dengan
perusahaan-perusahaan sehingga kemungkinan besar adanya ketimpangan
persaingan antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan usaha-usaha yang
lebih besar. Selain itu, minat masyarakat terhadap produk-produk dalam negeri
yang masih rendah juga akan menghambat perkembangan UMKM di Indonesia
khususnya di Banyumas karena saat ini masyarakat lebih berminat dengan
produk-produk dari luar negeri. Namun UMKM merupakan sebuah kebijakan
bagi pemerintah yang seharusnya berjalan efisien sebagai usaha pengentasan
kemiskinan. Dengan UMKM juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi para
angkatan kerja sehingga dapat mengurangi indeks pengangguran di Banyumas.
Di Banyumas masih banyak hal yag membuat UMKM sulit
berkembang. Banyak masayarakat yang masih ragu untuk berwirausaha,
kemampuan manajemen yang kurang dan keterampila teknis yang belum
memadai menjadi penyabab kurang berkembangnya UMKM di Banyumas.
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini peneliti ingin membahas bagaimana
kontribusi UMKM dalam usaha pembangunan, khususnya dalam pengentasan
kemiskinan dan pengangguran.

Pembahasan

Pengangguran merupakan sebuah faktor penyumbang terbesar terhadap


kemiskinan. Jika jumlah angkatan kerja lebih banyak dari pada jumlah tenaga
kerja maka hal demikian dapat menyebabkan angka kemiskinan dapat
meningkat sehingga menghambat proses pembangunan. Oleh karena itu
faktor pengangguran harus di perhatikan dalam usaha pengentasan
kemiskinan.
Di Kabupaten Banyumas tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun
2011 sebesar 4,96 % menurun signifikan dari 8,05% pada tahun 2008, dan
angka sementara terjadi peningkatan kembali dari data bulan Agustus 2012
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Banyumas sebesar 5,06%. Berikut
perkembangan Pengangguran Terbuka Kabupaten Banyumas pada tahun
2008– 2012, dapat dilihat pada
gambar 2.14. dibawah ini :

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas.

Dari data diatas kita dapat melihat bahwa angka pengangguran telah
menurun drastis terutama pada tahun 2010-2011, namun terjadi kenaikan
kembali pada tahun 2011-2013. Berdasarkan dari data Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas, UMKM sendiri telah
menyerap sebanyak 876.227 tenaga kerja dari 581.351 UMKM yang ada di
banyumas, dengan demikian rata- rata setiap unit usaha mempekerjakan 1-3
orang pekerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha mikro kecil dan
menengah memberikan kontribusi yang positif terhadap penurunan jumlah
pengangguran di Kabupaten Banyumas, terutama terkait dengan penyerapan
tenaga kerja.
Namun dari 581.351 UMKM yang ada di Banyumas yang telah
mendapatkan bantuan berupa fasilitas permodalan dan pembinanaan atau
pelatihan kerja hanya 2.754 UMKM. Mayoritas pengusaha masih
menggunakan modalnya sendiri dalam menjalankan usahanya, pada umumnya
usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan yang mengggunakan
modal si pemilik yang sangat terbatas. Sementara peminjaman modal dari
bank dan pemerintah saat ini masih sulit diperoleh. Apalagi di tambah dengan
suku bunga bank yang masih tinggi dan juga pemberian modal yang belum
merata ke masyarakat pedesaan. Seandaianya UMKM mendapat perhatian
lebih dari pemerintah dalam hal permodalan dan pembinaan maka dapat
menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi sehingga angka kemiskinan di
kabupaten Banyumas dapat menurun.
Meskipun UMKM telah memiliki kontrobusi yang besar terhadap
penurunan angka pengangguran namun hal tersebut masih berlum berpengaruh
signifikan terhadap angka kemiskinan di Banyumas.

Persentase Penduduk Miskin Tahun 2008-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2013.

Banyumas masih memberikan kontribusi angka kemiskinan yang besar


untuk Jawa Tengah yaitu 14,98 persen. Lemahnya pengaruh UMKM terhadap
penurunan angka kemiskinan disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah
karena rendahnya UMK di Banyumas sehingga pendapatan pekerja usah kecil
dan menengah masih rendah, rendahnya produktivitas UMKM sehingga
mengurangi pendapatan usaha, jenis usaha kecil di Banyumas sebagian besar
adalah pertanian yang di kelola secara tradisional dimana hasil produksi
pertanian lebih rendah nilai pendapatannya daripada produksi barang lainnya.
Oleh karena itu sangat diperlukan sebuah kebijakan dari pemerintah yang
lebih pro terhadap Usaha mikro, kecil dan menengah agar pembangunan
dalam mengentaskan kemiskinan dapat berhasil.
Di pedesaan rata-rata jenis usaha kecil dan menengah adalah pertanian,
hal ini juga dapat kita lihat dari segi ketimpangan dimana ada pemerataan
pembangunan yang kurang merata. Permodalan dan pembinaan terhadap
usaha-usaha kecil dan menegah seharusnya juga dapat dialihkan ke
masyarakat desa sehingga masyarakat desa tidak hanya mengandalkan sektor
pertanian untuk usaha mereka. Karena sebenarnya di pedesaan memiliki
potensi yang memadai dari segi sumber daya alam walaupun dari sisi
sumberdaya manusia pedesaan masih dibawah rata-rata kemampuan
sumberdaya manusia perkotaan. Tapi dengan pembinaan yang intensif maka
dapat mengembangkan sumberdaya manusia di pedesaan.

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut diatas maka dapat kita ketahui bahwa usaha
mikro, kecil dan menengah sangat berkontribusi terhadap penurunan angka
pengangguran di banyumas. Dari tahun ke tahun angka pengangguran telah
turun drastis terutama pada tahun 2011 menurun signifikan dari 8,05% pada
tahun 2008. Namun UMKM masih belum berdampak besar dalam usaha
pengentas kemiskinan hal tersebut karena pendapatan para pekerja usaha kecil
dan menengah yang masih relatif kecil dan mayoritas usaha kecil dan
menengah adalah jenis usaha pertanian.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Banyumas juga masih
terkendala dalam hal perijinan usaha dan permodalan, ketrampilan
manajemen, dan penggunaan teknologi yang tepat guna dalam kegiatan usaha.
Keterbatasan tersebut menjadikan perkembangan omset usaha dan keuntungan
yang diperoleh sebagian besar UMKM masih kecil.
Oleh karena itu sangat diperlukan kebijakan dari pemerintah
Kabupaten Banyumas yang mendukung agar berkembangnya usaha mikro,
kecil dan menengah di Kabupaten Banyumas. Pemberian modal, pembinaan
usaha, pembelajaran manajemen usaha juga sangat diperlukan bagi usaha kecil
dan menegah. Sehingga dengan berkembangnya Usaha mikro, kecil dan
menegah di Kabupaten Banyumas dapat menurunkan angka kemiskinan dan
angka pengangguran agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

 Purnamayanti Ni Wayan Ana, Suwendra I Wayan, Yulianthini Ni


Nyoman. Jurnal. 2014. PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DAN
MODALTERHADAP PENDAPATAN UKM. Jurusan Manajemen,
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

 Bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai