Istilah Kepailitan :
1. Kata pailit berasal dr bahasa Perancis “ failite “ : kemacetan pembayaran.
2. Dlm bhs Belanda digunakan istilah ”failliet”
3. Dlm hkm Anglo Amerika, uu nya ” Bankcruptcy Act ”.
Kepailitan/Pailit (black law): Henry Campbell: 1968:186) adalah Seseorg pedagang yg bersembunyi
atau melakukan tindakan tertt yg cenderung utk mengelabui pihak kediturnya. Pailit menurut kamus
ekonomi keuangan & perdagangan (Abdurrachman A: 1991) a/: Seseorg yg oleh suatu penga- dilan
dinyatakan bankcruptcy & yg aktivanya / warisannya telah diperuntukkan utk membayar hutang-
hutangnya. Dlm psl 1 (1) Peraturan Kepailitan atau FV (falllissement Verordening) stb. 1905 - 217 jo
1906 -348, m’nyatakan : Setiap berutang (debitur) yg ada dlm keadaan berhenti mem- bayar,baik atas
laporan sendiri maupun atas permohonan sese -org/lebih berpiutang (kreditur), dgn putusan hakim
dinyatakan dlm keadaan pailit. Kepailitan menurut UU No.4/98 psl 1(1) a/: Debitur yg have dua/ lebih
kreditur & tdk membayar sedikitnya satu utang yg telah jatuh wkt & dpt di tagih dinyatakan pailit dgn
putusan pengadilan yg berwe -nang sbgmn di maksud dlm psl 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun
atas perminta- an seorg / lebih krediturnya.
Kepailitan menurut UU No. 37 / 2004, Psl 1(1) adalah : sita umum atas semua ke kayaan
debitor pailit yg pe ngurusan & pemberesannya dilakukan oleh curator di bawah pengawasan Hakim
pengawas sbgmana diatur dlm UU ini. Pailit/Bangkrut secara umum a/ : Suatu sitaan umum
atas seluruh harta debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur & para kreditur /agar harta tersbt dpt
di bagi2 secara adil di antara para kreditur.
Jadi Kesimpulan kepailitan a/: sita umum atas harta kekayaan debitur, baik yg ada pada wkt
pernyataan pailit maupun yg di -peroleh selama kepailitan ber- langsung utk kepentingan semua kreditur yg
pd waktu kreditur di nyatakan pailit have hutang, yg dilakukan dgn pengawasan pihak yg berwajib.
a. Semua hasil pendapatan dr pe - kerjaan sendiri, gaji suatu jbtan /jasa, upah pensiun.
b. Uang yg diberikan utk meme -nuhi kewjban pemberian nafkah.
c. Sejumlah uang yg ditetapkan oleh hakim pengawas.
d. Tunjangan dr pendptan anak2- nya yg diterima o/debitur pailit.
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Buku ketiga yang berjudul Van de
Voorzoeningen in geval van onvermogen van kooplieden (tentang peraturan ketidakmampuan
pedagang) yang diatur dalam Pasal 749 sampai dengan Pasal 910 WvK,
b. Reglement op de Rechtsvordering (Rv), Buku ke III Bab ketujuh, berjudul Van de staat van
kennelijk onvermogen (tentang keadaan nyata-nyata tidak mampu membayar bagi orang yang
bukan pedagang), yang diatur dalam Pasal 899 dengan Pasal 915 Rv .
Adanya 2 (dua) peraturan ini, ternyata menimbulkan banyak kesulitan antara lain yaitu : (H.M.N
Purwostjipto)
1) Banyaknya formalitas yang ditentukan, menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaan ;
2) Biaya tinggi;
3) Pengaruh kreditur yang sedikit terhadap jalannya kepailitan;
4) Pelaksanaan kepailitan harus melalui waktu yang lama.
Pada Tahun 1893 dibelanda terjadi perubahan karena hapusnya Buku ketiga maka Undang-
Undang Kepailitan diganti dengan Failissement verordening
Kemudian diundangkan Faillisements verordening (Staatsblad 1905 No. 217) atau
lengkapnya disebut sebagai Verordening op het Faillisements en de Surseance van Betaling
voor Euro peanenin Nederlands Indie (Peraturan Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang untuk orang-orang Eropa), yang sejalan dengan dengan ketentuan Pasal
163 Indische Staatsregeling (IS) dan diberlakukan juga di HINDIA BELANDA (Indonesia)
Dengan berlakunya FV maka mencabut seluruh ketentuan Buku III WvK, Buku III, Bab VII
Pasal 899-915.
Failissement verordening ini mulai berlaku bagi semua orang tanpa membedakan antara yang
pedagang dan yang bukan pedagang, baik perseorangan maupun yang badan hukum
Fase Kemerdekaan;
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Maka setelah proklamasi kemerdekaan, untuk
kepailitan berlaku Faillissement verordening S. 1905-217 jo S. 1906-348 yang dalam Bahasa
Indonesia disebut sebagai “Peraturan Kepailitan”.
(Actio Pauliana adalah pembatalan segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Debitur terhadap
harta kekayaannya melalui Pengadilan berdasarkan permohonan Kreditur (Kurator apabila dalam
Kepailitan) yang diketahui oleh Debitur perbuatan tersebut merugikan Kreditur).
KUHPerdata :
Pasal 1131
Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.
Pasal 1132
Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil penjualan barang-
barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali bila di antara para kreditur itu ada
alasan-alasan sah untuk didahulukan.
Sebagai lembaga pemberi jaminan kpd kreditornya bhw debitur tidak akan berbuat curang, dan
tetap bertanggung jawab atas semua utang-utangny kpd semua kreditur.
Memberi jaminan perlindungan kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi masal oleh
kreditur-krediturnya.
Psl 1132 :
kebendaan tersbt menjd jaminan bersama2 bagi semua org yg mengutangkan pdnya, pendapatan penjualan
benda2 itu dibagi2 menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang msg2, kecuali apabila pr
berpiutang itu ada alasan2 yg sah utk didahulukan.
Kedua psl sbt mrpkan perwujud- an adanya asas jaminan kepasti -an pembayaran kpd krditur atas
transaksi2 yg tlah diadakan. ---- Hubungan kedua psl sbt adalah bhw kekayaan debitur (psl 1131)
mrupakan jaminan bersama bagi semua krediturnya (psl 1132) secara proporsional, kecuali bagi kreditur
dgn hak mendahului (hak preferensi). ---- Dr kedua psl tersbt, mk timbul lembaga kepailitan, yg berusaha
utk mengadakan tata yg adil mengenai pemba- yaran utang terhdp semua kreditur dgn cara seperti yg
diperintahkan oleh kedua psl tersbt. Jadi kedua psl tersbt mrupakan dasar hk kepailitan. ---- Bertolak dari
asas tersebut diatas sebagai lex generalis, maka ketentuan kepailitan mengaturnya dalam urutan yang lebih
rinci dan operasional.
Asas-Asas dalam Hukum Kepailitan :
- Keseimbangan
Undang-undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas
keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalah
gunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan
yang dapat mencegah terjadinya penyalah gunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang
tidak beritikad baik.
- Kelangsungan Usaha
Dalam undang-undang ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif
dapat dilangsungkan.
- Keadilan
1. Bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang
berkepentingan.
2. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenangwenangan pihak penagih yang
mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitor, dengan tidak
memedulikan kreditor lain.
- Integrasi
Asas intergrasi dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum
formil dan materiil merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum
acara perdata nasional.
Menarik asas keseimbangan dan keadilan secara tidak langsung mengatur pencegahan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) dan menyelesaikan perbuatan melawan
hukum dengan seadil-adilnya bagi para pihak yang berkepentingan.
Undang-Undang kepailitan secara expressis verbis menyatakan bahwa sumber hukum tidak tertulis
termasuk pula prinsip-prinsip hukum dalam kepailitan dapat dijadikan sebagai dasar hakim untuk memutus
suatu perkara. Dalam pasal 8 ayat (5) UU No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa putusan pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memuat pula:
a. Pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dan/atau sumber hukum tidak
tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili; dan
b. Pertimbangan dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau ketua majelis.
1. Paritas Creditorium
Prinsip paritas creditorium (kesertaan kedudukan para kreditur) menentukan bahwa para kreditur
mempunyai hak yang sama terhadap semua harta benda debitur. Filosofi dari prinsip paritas
creditorium adalah bahwa merupakan suatu ketidakadilan jika debitur memiliki harta benda sementara
utang debitur terhadap krediturnya belum terbayarkan.
2. Prorata Parte
Prinsip pari passu prorata parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut merupakan jaminan bersama
untuk para kreditur dan hasilnya harus dibagikan secara proposional antara mereka, kecuali jika antara
para kreditur itu ada yang menurut undang-undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran
tagihannya.
3. Structured Creditors
Apabila kreditur yang memegang jaminan kebendaan disamakan dengan kreditur yang tidak
memegang jaminan kebendaan adalah sebuah ketidakadilan.
Pada dasarnya dengan adanya jaminan tertentu sesuai dengan UU mendapatkan perlindungan
hukum dari lembaga jaminan.
UU memberikan keistimewaan yang berupa hak preferensi dalam pelunasan piutangnya.
4. Prinsip Utang
Utang merupakan “raison d'etre” dari suatu kepailitan. ---- Dasar utama untuk mempailitkan subjek
hukum sangat penting sekali untuk dikaji lebih lanjut prinsip yang mendasari norma utang tersebut.
6. Debt Pooling
Prinsip debt pooling merupakan prinsip yang mengatur bagaimana harta kekayaan pailit si debitur
dibagi diantara para krediturnya.
7. Debt Forgiveness
Implementasi dari prinsip debt forgiveness ini dalam norma hukum kepailitan adalah diberikannya
moratorium terhadap debitur atau yang dikenal dengan nama penundaan kewajiban pembayaran utang
untuk jangka waktu yang ditentukan, dikecualikannya beberapa aset debitur dalam budel pailit
diberikan status fresh staring sehingga memungkinkan debitur bisa melakukan usaha baru tanpa
dibebani utang-utang lama.
Pernyataan Kepailitan
1. Syarat-syarat untuk dinyatakan Pailit
Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga merupakan hal
yang sangat penting karena apabila permohonan pernyataan pailit tidak memenuhi syarat-syarat yang
terdapat dalam UUK-PKPU maka pengadilan niaga tidak akan mengabulkan permohonan pernyataan pailit
tersebut. Pengaturan ttg syarat kepailitan diatur secara tegas, ini semata2 utk menghindari :
a. Perebutan harta debitor bl dlm wkt yg sama ada bbrp kreditor yg menagih piutang dr debitor.
b. Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yg menuntut haknya dgn cara menjual brg milik debi tor
tanpa memperhatikan kepen tingan debitor/pr kreditor lain.
Syarat pernyataan pailit pertama kali dimuat dalam Faillissement Veroderning (FV) yang
menyatakan : Setiap berutang yang berada dalam keadaan berhenti membayar utang-utangnya dengan
putusan Hakim, baik atas pelaporan sendiri, baik atas permintaan seorang atau lebih para berpiutangnya,
dinyatakan dalam keadaan pailit. Dari ketentuan tersebut, terlihat adanya satu syarat untuk dapat
dikabulkannya permohonan pernyataan pailit, yaitu Debitor yang berada dalam keadaan berhenti
membayar utang-utangnya. Kelemahan ini coba dikoreksi oleh ketentuan Pasal 1 ayat (1) jo Pasal 6 ayat
(3) Undang Undang No. 4 Tahun 1998 jo Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Undang No. 37 tahun 2004,
yang menyatakan, Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas
permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih Kreditornya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUK-PKPU di atas maka syarat-syarat untuk mengajukan
permohonan pernyataan pailit terhadap debitor adalah sebagai berikut:
Bila debitor hanya memiliki satu kreditor, maka seluruh harta kekayaan debitor otomatis
menjadi jaminan atas pelunasan utang debitor tersebut dan tidak diperlukan pembagian
secara pari passu pro rata parte Terhadap debitor tidak dapat dituntut pailit karena hanya
mempunyai satu kreditor.
Ada 3 macam kreditor yang dikenal dalam KUH Perdata yaitu:
Kreditor konkuren adalah para kreditor yang memperoleh pelunasan berdasarkan pada
besarnya piutang masing-masing. Para kreditor konkuren mempunyai kedudukan yang sama
atas pelunasan utang dari harta debitor tanpa ada yang didahulukan.
Kreditor preferen adalah kreditor yang oleh undang-undang diberikan hak istimewa
untuk mendapatkan pelunasan piutang terlebih dahulu dibandingkan kreditor lainnya. Hak
istimewa ini diberikan berdasarkan sifat piutangnya yang harus didahulukan.
Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yaitu hipotek,
gadai, hak tanggungan dan fidusia. Kreditor separatis ini dipisahkan dan tidak termasuk dalam
pembagian harta debitor pailit. Kreditor ini dapat mengeksekusi sendiri haknya seolah-olah
tidak terjadi kepailitan.
2) Syarat harus adanya “UTANG”
concursus creditorium adalah sebagai bentuk konsekuensi berlakunya ketentuan Pasal 1131
BW. Rasio kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas semua harta benda debitor untuk
kemudian setelah dilakukan rapat verifikasi utang-piutang tidak tercapai perdamaian atau
accoord, dilakukan proses likuidasi atas seluruh harta benda debitor untuk kemudian dibagi-
bagikan hasil perolehannya kepada semua kreditor sesuai urutan tingkat kreditor yang telah
diatur oleh undang-undang. Debitor tidak membayar utang-utangnya kepada para kreditornya
tidak memerlukan klasifikasi apakah debitor benar-benar tidak mampu melakukan
pembayaran utang atau karena tidak mau membayar kendati debitor memiliki kemampuan.
Dalam praktik pengadilan niaga muncul beberapa kriteria debitor tidak membayar utangnya,
antara lain :
Ketika debitor tidak membayar utang karena berhenti membayar utangnya,
Debitor tidak membayar utang ketika debitor tidak membayar dengan seketika dan
sekaligus lunas kepada para kreditornya,
Debitor tidak membayar utang ketika debitor berhenti melakukanpembayaran
terhadap angsuran yang telah disepakati sehingga debitordapat dikatakan tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana telah diperjanjikan,
Debitor tidak melakukan pembayaran atas utangnya meskipun terhadap perjanjian
awal telah dilakukan amandemen. Tindakan ini menunjukkan bahwa debitor
bersikap ingkar janji kepada kreditornya.
Debitor tidak pernah membayar utangnya yang terakhir meskipun tersebut di
dalamnya.
Berapa jumlah nilai nominal utang di dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit ?
3) Syarat adanya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu baik karena telah diperjanjikan,
karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi
atau denda oleh instansi yang berwenang maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau
majelis arbitrase. (Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004)
2. Syarat-syarat Pengajuan Pailit
a. Adanya Hutang
b. Minimal Satu dari Hutang Sudah Jatuh Tempo
c. Minimal Satu dari
d. Hutang Dapat di Tagih
e. Adanya Debitur & Ada Kreditur
f. Kreditur Lebih Dari Satu
g. Pernyataan Pailit dilakukan oleh Pengadilan Khusus (Pengadilan Niaga)
c. Kejaksaan
Jika menyangkut dgn kepentingan umum. Dalam UUK dan PKPU Terdapat beberapa kewenangan
kejaksaan dalam kepailitan.
Pertama, Pasal 2 ayat (2) UUK dan PKPUjuncto Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2000, bahwa kejaksaan dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit demi kepentingan
umum.
Kedua, Pasal 10 ayat (1) UUK dan PKPU, bahwa kejaksaan dapat mengajukan permohonan
agar pengadilan meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor
dalam perkara kepailitan.
Ketiga, Pasal 93 ayat (1) dan Pasal 93 ayat (2) UUK dan PKPU, bahwa pengadilan dengan
putusan pernyataan pailit atau setiap waktu setelah itu, atas usul hakim pengawas, permintaan
kurator, atau atas permintaan seorang kreditor atau lebih setelah mendengar hakim pengawas
dapat memerintahkan supaya debitor pailit ditahan, baik ditempatkan di rumah tahanan
maupun di rumahnya sendiri, dibawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas.
Perintah penahanan dilaksanakan oleh Kejaksaan yang ditunjuk oleh hakim pengawas.
Yang dimaksud dengan “kepentingan umum” adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau
kepentingan masyarakat luas, misalnya:
d. Bank Indonesia
Permohonan pernyataan pailit terhadap debitor yang merupakan BANK hanya dapat diajukan oleh
Bank Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) UUK dan PKPU. Kewenangan
Bank Indonesia untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit ini tidak menghapuskan kewenangan
Bank Indonesia terkait dengan ketentuan mengenai pencabutan izin usaha bank, pembubaran badan
hukum, dan likuidasi bank sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
Perbankan yaitu keadaan suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya bila berdasarkan penilaian Bank Indonesia, keadaan usahanya semakin memburuk antara lain
ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas dan rehabilitasi, serta pengelolaan
bank yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat.
Dengan adanya ukuran yang jelas ini, maka Bank Indonesia akan aman dalam menggunakan
kewenangannya dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga. Hadirnya
Pasal 2 ayat (3) UUK dan KPU tersebut secara ideal dimaksudkan antara lain untuk :
Menjaga citra perbankan di mata masyarakat dan dunia, serta menghindarkan efek beruntun
terhadap keberadaan bank lainnya.
Memaksimalkan fungsi dari Bank Indonesia dalam melakukan tugas pengawasan dan
pembinaan.
Menghindari permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab terhadap bank, seperti pihak-pihak yang sebenarnya bukan kreditor,
ataupun pihak-pihak yang sebenarnya hanyalah untuk mempermalukan ataupun untuk
menghancurkan citra bank tersebut di dalam maupun di luar negeri, atau termasuk juga pihak-
pihak dari bank itu sendiri yang ingin melakukan penekanan terhadap para kreditornya untuk
tunduk kepada langkah yang diinginkan oleh bank ataupun grup bank tersebut dengan
ancaman akan mempailitkan bank tersebut jika para kreditornya tetap memaksa bank tersebut
untuk membayar utang-utangnya.
CONTOH : Perkara yang berkaitan dengan diajukannya permohonan pernyataan pailit terhadap
bank adalah perkara Bank IFI sebagai pemohon pailit terhadap Bank Danamon sebagai termohon
pailit. Dalam perkara tersebut, pengadilan niaga menolak untuk memeriksa dan memutuskan
permohonan pernyataan pailit tersebut karena tidak diajukan melalui Bank Indonesia. Hal ini
berarti, selama Bank Indonesia tidak memohonkan pailit terhadap bank yang tidak membayar
utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, maka terhadap bank tersebut tidak dapat
dipailitkan.
f. Menteri Keuangan
Berkaitan dengan debitor yang merupakan perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun,
atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan sebagaimana yang dimaksud dalam
ketentuan Pasal 2 ayat (5) UUK dan PKPU.
6. PENGADILAN NIAGA
Menurut UU Kepailitan, pengadilan yg berwenang utk mengadili perkara per- mohonan kepailitan a/:
pengadilan yg daerah hukum nya meliputi daerah tempat kedudukan hk DEBITUR. Yg di maksud
pengadilan ini adalah Pengadilan Niaga yg merupakan pengkhusus- an pengadilan di bidang perniagaan
yang di bentuk dalam lingkupan Peradilan Umum.
Tugas dan Wewenang Pengadilan Niaga
Mengenai tugas dan wewenang Pengadilan Niaga ini pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 diatur
dalam Pasal 280, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 diatur pada Pasal 300.
Pengadilan Niaga merupakan lembaga peradilan yang berada di bawah lingkungan Peradilan Umum yang
mempunyai tugas sebagai berikut (Rahayu Hartini, 2008 : 258 ) :
Memeriksa dan memutusakan permohonan pernyataan pailit;
Memeriksa dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;
Memeriksa perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya ditetapkan dengan undang-
undang, misalnya sengketa di bidang HaKI.
Sampe’ saat ini PNiaga di Ind, baru ada di Jakarta , Surabaya, Medan, Makassar, Semarang Pembtukan PN
ini dilakukan secara berthap berdsrkan Keppres dgn memperhati kan kebutuhan d kesiapan Smber Daya yg
diperlukan.
a. PENGADILAN NIAGA
Kata Pengadilan secara etimologi berasal dari kata “adil” yang menunjukkan kata sifat, namun apabila
mendapat imbuhan menjadi kata Pengadilan yang menunjukkan kata benda dan menurut salah satu
kamus berarti dewan atau majelis yang mengadili perkara, mahkamah, proses mengadili, keputusan
Hakim, sidang Hakim ketika mengadili perkara, rumah (bangunan) tempat mengadili perkara.
Sedangkan niaga adalah segala bentuk kegiatan jual beli dan sebagainya, untuk memperoleh untung
dagang.
b) Pembentukan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan
Keputusan Presiden, dengan memperhatikan kebutuhan dan kesiapan sumber daya yang
diperlukan.
Menurut Pasal 300 ayat (1) UU No 37 Tahun 2004, pengadilan niaga memeriksa dan memutus permohonan
Pernyataan pailit dan PKPU dan berwenang pula memeriksa dan memutus perkara lain di bidang
perniagaanya yang penetapannya dilakukan dengan undang-undang.
Kewenangan yang dimiliki oleh Pengadilan Niaga merupakan kewenangan absolut untuk memeriksa dan
memutus permohonan pailit dan hal-hal yang berkaitan dengan perniagaan, dimana wilayahnya meliputi
tempat tinggal atau kedudukan Debitor. Sehingga ketentuan Undang Undang No. 37 Tahun 2004
merupakan ketentuan yang bersifat lex specialis di bidang kepailitan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pengadilan niaga berwenang pula mengadili perkara perniagaan
lainnya. Seperti masalah yang berkaitan dengan HAKI yang mengalokasikan proses beracara kepada
pengadilan niaga.
Perkara Niaga yang tidak termasuk kompetensi absolut Pengadilan Niaga dapat juga diartikan
sebagai berikut :
Sengketa yang tidak termasuk kompetensi absolut Pengadilan Negeri, Peradilan Agama, Peradilan
Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Anak-Anak, Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan Daerah (P4D), Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP);
Sengketa mengenai status perorangan (personen),termasuk warisan yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, dan;
Sengketa yang berhubungan dengan perjanjian dimana para pihak telah membuat perjanjian
arbitrase tertulis, dimana para Pihak telah membuat kesepakatan tentang cara penyelesaian
sengketa perdata diluar Peradilan umum.
B. KEWENANGAN RELATIF
Mengenai kewenangan realtif pengadilan diatur dalam Pasal 118 HIR yang mengatur pembagian kekuasan
untuk mengadili antar pengadilan yang serupa, tergantung dari TEMPAT TINGGAL TERGUGAT atau
dikenal dengan asas Actor Secuitor Forum Rei. Berkaitan dengan kewenangan relatif sesuai dengan “asas
actor secuitor forum rei”, maka ketentuan Pasal 3 menentukan :
Putusan pernyataan pailit diputus oleh pengadilan niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah
tempat kedudukan debitor.
Dalam hal debitor meninggalkan wilayah Indonesia, pengadilan yang berwenang adalah
pengadilan niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan terakhir.
Dalam hal debitor adalah pesero suatu firma, pengadilan niaga yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan firma berwenang memutuskan.
Dalam hal debitor tidak berkedudukan di Indonesia, namun menjalankan profesinya atau usahanya
di wilayah negara RI, pengadilan niaga yang berwenang adalah pengadilan niaga yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitor menjalankan profesinya atau
usahanya di wilayah negara RI.
Dalam hal debitor merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya sebagaimana dimaksud
dalam Anggaran Dasar.
NOTE : KEWENANGAN RELATIF
Pada saat pengadilan niaga pertama kali terbentuk, otomatis asas di atas tidak dapat diterapkan karena
pada saat ini hanya ada 1 pengadian niaga, yaitu pengadilan niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Sehingga kewenangan relatif tersebut ada pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk perkara
kepailitan dan PKPU seluruh Indonesia.
Namun sejak berlakunya Perpres No. 97 tahun 1999 dimana dibentuk pengadilan niaga lain selain
pengadilan niaga yang beroperasi di : Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yaitu Pengadilan Niaga Ujung
Pandang, Medan, Surabaya dan Semarang.
Pada prinsipnya yang dipakai adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku secara umum, yaitu Hukum Acara
Perdata berdasarkan HIR dan RBg.
AKIBAT-AKIBAT KEPAILITAN
1. Akibat Kepailitan Terhdp Debitur Pailit Dan Hartanya
Kepailitan mliputi seluruh kekayaan debitur pada saat pernyataan pailit itu diputuskan berserta
semua kekayaan yg diperoleh slama kepailitan
Pengecualian : Benda, Termasuk hewan yg dibutuhkan o/ debitor sehubungan dgn job nya, alat
medis yg digunakan utk kesehatan, t4 tidur & perlengkapan yg digunakan, bahan makanan utk 30 hari
bg debitor & keluarganya. Segala sesuatu yg diperoleh debitor dr job nya sendiri sbg penggajian dr
suatu jabatan / jasa, sbg upah, pensiun, uang tunggu / tunjangan. Uang yg diberikan kepada debitor utk
memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut UU.
Yg dinyatakan pailit a/ seluruh harta kekayaan debitur, bukan pribadinya. Oleh krn itu dgn
dinyatakan- nya pailit, si pailit demi hk ke hilangan haknya utk berbuat bebas terhdp kekayaannya yg
termasuk dalam kepailitan.
Tp ketentuan ini tdk berlaku bg kreditor sbgmn yg di -maksud dgn psl 55 UUK, bhw kreditor
pemegang gadai,HT, jaminan fidusia, hipotik atau hak agunan atas kebendaan lainnya dpt
mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.
3. Akibat Kepailitan Terhadap Perjanjian Timbal Balik Yang Dilakukan Sebelum Kepailitan.
Kepailitan meliputi seluruh utang & piutang debitur pd saat pernyataan pailit di -lakukan. Dgn
adanya pernya taan pailit, maka selanjut- nya pengurusan harta pailit dilakukan oleh kurator.
Bagaimana halnya dgn hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur pailit sebelum
pernyataan pailit dilakukan ????
Menurut kettan UUK, apabila pd saat putusan pernyataan pailit diucapkan, terdpt perj. timbal
balik yg belum/baru sebagian di -penuhi, mk pihak yg mengadakan perj dg debitor dpt meminta kpd
kreditor utk memberi kepastian ttg kelanjutan pelaksanaan perj. tersbt dlm jgk wkt yg disepakati oleh
kurator & pihak tsb. Kalo’ kesepakatan mengenai jgk wkt tdk tercapai, mk Hakim Pengawas yg
menetapkan jgka wkt tersbt.
Apabila kurator tdk mem- beri jawaban/tdk bersedia melanjutkan pelaksanaan perj, mk perj
berakhir & pihak kre- ditor dpt menuntut ganti rugi & akan diperlakukan sbg kre-ditor konkuren.Tapi
kalo’ kura- tor menyatakan kesanggupan- nya, mk kurator wajib memberi jaminan atas kesanggupan
utk melaksanakan perj. tsb.
4. Akibat Kepailitan Terhdp Kewenangan Berbuat Debitur Pailit Dlm Bidang Hkm Harta Kekayaan.
Setelah ada putusan pernyataan pailit, debitur dlm batas2 tertentu masih dpt melakukan perbuatan
hk dlm bidg hk kekayaan sepanjang perbuatan tsb akan mendtg- kan untung bg harta pailit.
Sebaliknya apabila perbuatan hk tsb akan merugikan harta pailit, kurator dpt meminta pem batalan
atas perbuatan hk yg dilakukan oleh debitor Pailit. Pembatalan tersebut bersifat relatif, artinya hal itu
hanya dpt digunakan utk kepentingan harta pailit.
Org yg mengadakan tran -saksi dgn debitur tdk dapat mempergunakan alasan itu utk minta
pembatalan. Tindakan kurator tersebut disebut ACTIO PAULIANA (psl 1341 BW dan psl 41-55
UUK).
NOTE* : Putusan kepailitan bersifat SERTA MERTA & KONSTITUTIF yaitu meniadakan keadaan &
menciptakan ke -adaan hukum baru.
Dalam putusan hakim tentang kepailitan ada 3 hal yg esensial, yaitu :
STAY ’ dlm hk kepailitan a/ : Dlm masa2 tertentu, sungguh pun HAK utk mengeksekusi jaminan hutang ada
ditangan kreditr separitis (kreditur dgn hak jaminan), ttp kreditur separitis tsb tdk dpt mengeksekusinya.
Kreditur Separatis adalah kreditur yang memiliki jaminan utang kebendaan (hak jaminan), seperti pemegang hak
tanggungan, hipotik, gadai, fidusia. Jadi, Kreditur Separatis berada dlm ’masa tunggu’ utk masa tertentu, dimana
stelah masa tunggu lewat, dia baru dibenarkan utk mengeksekusi jaminan hutangnya.
Akibat stay :
Selama stay berlangsung debitur tidak dapat dituntut ke pengadilan untuk melunasi utangnya.
Pihak kreditur separatis maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan harta debitur tidak dibenarkan
mengeksekusi atau memohon sita atas barang jaminan tersebut
Kurator dapat menggunakan atau menjual boedel pailit yang termasuk sebagai barang persediaan
(inventory) atau barang-barang bergerak (current asset) meskipun harta tersebut dibebani dengan hak
tanggungan.
Pihak2 Tertangguh Eksekusi “STAY”
Kedudukan kreditur separatis dipisahkan dari kreditur lainnya dlm arti dia dpt menjual sendiri & mengambil sendiri
dari hasil penjualan yg terpisah dgn harta pailit umumnya. Dlm masa kepailitan, mk yg berwng menjual harta
jaminan hutang a/sbb :
1. Kurator, yakni : Dlm masa stay, dgn alasan utk kelangsungan usaha debitur; Stelah lewat 2 bln sejak
insolvensi.
2. Kreditur Separatis, yakni : Dlm masa sebelum jatuhnya putus an pailit; Dlm masa stelah berakhirnya stay;
Dlm masa 2 bln sejak insolvensi.
Cara penjualan aset di lakukan dgn mengajukan lelang di Kantor Pelelangan. Tata cara pelelangan dilakukan sesuai
dgn aturan yg berlaku utk lelang tsb. Tetapi, penjualan harta pailit dpt juga dilakukan o/ kurator secara di bawah
tangan, asal telah mendpt izin dari Hakim Pengawas. Ini dilakukan kurator utk menghemat biaya lelang dan
penjualan langsung akan menghasilkan yang lebih.