Anda di halaman 1dari 6

Pelajar Cerdas Anti Seks Bebas

Apa sih seks bebas? Pasti kalian sudah sering mendengar tentang seks bebas, tapi banyak
juga dari kalian yang belum begitu paham arti sebenarnya dari seks bebas. Di sini, saya
akan membahas tentang pertanyaan yang kalian baca di awal paragraf dan saya ingin
mengajak kalian belajar lebih banyak lagi tentang seks bebas. Mulai dari pengertian,
penyebab, dampak hingga solusi untuk kita dalam menghadapi seks bebas

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan, baik suka
sama suka atau dalam dunia prostitusi. Hidup di era globalisasi seperti saat ini kita dapat
menemukan masalah-masalah kehidupan yang berujung negatif. Salah satunya
adalah perilaku seks bebas. Ini bukanlah dampak positif dari globalisasi, melainkan adalah
dampak negatif globalisasi bagi kita para remaja khususnya pelajar. Kehidupan remaja
masa kini sudah tidak bisa terkontrol lagi, terutama pergaulannya. Banyak dari kita yang
bahkan di bawah usia kita sudah mulai berperilaku layaknya mereka yang sudah dewasa.
Penyebabnya tidak lain karena pergaulan bebas di kalangan remaja. Orangtua kita kini
sudah banyak yang membebaskan pergaulan kita, namun tak sedikit juga dari kita yang
masih menyalahartikannya. Pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan pelajar karena
pergaulan sangat berpotensi untuk pembentukan karakter
kita sebagai pelajar. Jika kita memilih bergaul dengan orang yang baik, otomatis
pertumbuhan karakter kita menjadi positif. Berbanding terbalik dengan kita yang memilih
untuk bergaul dengan orang-orang yang lebih membawa diri kita pada dampak yang
negatif, hal itu menyebabkan kita tumbuh menjadi orang yang berperilaku negatif.

Saya pribadi masih menganggap perilaku seks bebas di kalangan pelajar ini masih wagu dan
tidak sepantasnya dilakukan oleh kita para pelajar. Apalagi hanya karena pemenuhan hasrat
dan kebutuhan biologis. Sekarang kita bisa lihat lebih jauh lagi. Dampak yang diberikan dari
perilaku seks bebas ini sangat tidak menguntungkan. Kalau ada yang mengatakan, dengan
seks bebas kalian sudah masuk ke dalam kategori anak gaul masa kini, itu SALAH BESAR.
Gaul bukan berarti kalian harus menyerahkan diri kalian untuk hal yang merugikan.
Menurut survei yang saya lakukan terhadap lingkungan sekitar, utamanya sesama pelajar.
Ada banyak faktor yang menyebabkan
perilaku seks bebas di masyarakat. Pertama, faktor dari dalam yaitu dari diri kita sendiri
juga dari orangtua. Kita masih remaja labil yang punya keingintahuan tinggi, mencoba
mengenal kehidupan di luar sana dan mempelajarinya. Bisa dikatakan, manusia seusia
kita masih mencari jati diri dan proses itu perlu bimbingan dari orantua. Peran orangtua di
sini sangatlah penting, yakni memantau kegiatan anak mereka selama di luar sekolah
karena saat kita berada di sekolah sudah ada guru yang memantau. Ketika anak sudah
berada di rumah, itu sudah menjadi tanggung jawab orang tua apalagi saat kita berada di
luar rumah. Wajib bagi para orangtua memantau kegiatan sang anak di luar sana. Bukan
maksudnya untuk mengekang kita seperti membatasi teman bergaul kita, namun hanya
sekadar mengarahkan kita tentang baik-buruknya pergaulan kita.

Ada pun faktor dari luar, salah satunya teman dan lingkungan hidup kita. Semakin
berkembangnya zaman, semakin mudah pula kita mencari relasi dengan orang lain dari
berbagai negara sekalipun. Bersama teman, kita mendapat pengalaman hidup baru. Itu
juga tergantung dari teman yang bersama dengan kita. Tidak semua dari mereka yang akan
membawa kita pada perilaku yang positif melainkan malah membawa kita pada perilaku
negatif. Yang menyedihkannya lagi, perilaku negatif yang dimaksud di sini bukan lagi seperti
yang dilakukan oleh remaja pada tahun silam. Kenakalan remaja masa kini sudah bukan lagi
semacam bolos sekolah atau tawuran saja, tapi sudah menjurus pada hubungan
seksualitas.

Mari kita bandingkan terlebih dahulu, bagaimana pandangan masyarakat zaman dulu
dengan masyarakat zaman sekarang terutama pada kalangan pelajar. Pada masa yang lalu,
seks bebas itu sudah seperti aib yang harus kita tutupi dan jangan sampai diketahui oleh
orang lain. Bahkan mungkin untuk melakukannya saja kita sudah malu dan merasa sangat
berdosa ketika melakukannya. Mereka di zaman dulu sangat menghormati dan menjaga diri
mereka sendiri dari perbuatan itu. Banyak dari kita yang hidup di era globalisasi ini
menganggap seks bebas adalah hal yang lumrah. Memang tidak semuanya menganggap
seperti itu, namun banyak yang kita dengar di berita
bahkan di lingkungan kita sendiri kalau hal itu sudah bukan aib lagi. Banyak dari kita yang
masih duduk di tingkat sekolah menengah, baik itu SMP maupun SMA sudah dibebani
tanggung jawab besar dengan mengurus seorang anak kecil yang bisa dikatakan anak kecil
sudah mengurus anak kecil. Padahal untuk mengurus diri kita sendiri pun kita masih
meminta bantuan dari orangtua. Bisa kita bayangkan betapa
sulitnya menjadi orangtua yang harus ikut bertanggung jawab atas apa yang anaknya
lakukan. Pasalnya, tidak semua dari kita yang melakukan kesalahan itu akan bertanggung
jawab atas perilakunya, tetapi malah kabur dan melepaskan tanggung
jawabnya pada satu pihak.

Teknologi canggih masa kini yang dilengkapi dengan internet yang luas dan terjangkau
adalah kemajuan yang perlu kita syukuri karena dengan adanya teknologi yang dilengkapi
internet memudahkan kita untuk menambah wawasan kita. Tertapi kita juga harus bisa
secermat mungkin untuk menggunakan perkembangan satu ini. Perkembangan teknologi
tidak melulu berdampak positif di kalangan remaja seperti
kita. Dengan modal ingin tahu yang tinggi membuat kita menyalahgunakan teknologi, salah
satunya adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas. Bagi kita yang tinggal dengan budaya
Timur yang masih kental, pastinya seks bebas bukanlah hal yang dilazimkan. Berbeda
dengan mereka yang tinggal dengan budaya Barat, seks bebas bukan hal yang perlu
ditutupi bagi mereka. Nah, permasalahannya adalah dengan berkembangnya internet,
budaya Barat bisa dengan mudah masuk ke Timur melalui internet. Sementara pengguna
internet kebanyakan adalah remaja aktif yang masih berada di tingkat SD sampai SMA. Oleh
sebab itu, banyak remaja yang mulai tergiur dengan perilaku
tersebut.

Dewasa ini, seks bebas malah semakin menjamur di kalangan pelajar. Presentase atas
perilaku tersebut bukannya menurun, malah semakin meningkat. Faktanya, di kalangan
pelajar masa kini banyak pelajar yang seharusnya mendapatkan ijazah, tetapi malah harus
melakukan “ijap sah”. Hal itu menyebabkan remaja berperilaku layaknya orang yang sudah
dewasa. Masa remaja yang seharusnya kita habiskan dengan bersenang-senang bersama
teman-teman sebaya, menjadi berubah 1800 apalagi semenjak dimudahkannya internet
untuk semua usia. Dari penggunaan internet tersebut kita menjadi lebih cepat dewasa
karena semua berita dan informasi bisa masuk ke
dalamnya. Jika kita tidak bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk, maka jadilah
kita terjerumus ke dalamnya.

Ada pun faktor lain, yakni pacar. Hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dapat
dikategorikan sebagai cinta monyet kini juga berlaku untuk remaja. Banyak yang bilang,
nggak ada pacar berarti nggak laku, atau lo nggak gaul kalau belum pernah pacaran.
Kalimat-kalimat itulah yang menjadi doktrin bagi kita yang masih labil. Ketika teman-teman
kita sudah banyak yang berpacaran, pasti kita akan iri dan jatuhnya ikut-ikutan. Kecintaan
pada lawan jenis itu memang tidak salah, tapi berpacaran pun bukan perilaku yang tepat
untuk itu. Pergaulan bebas sudah berarti bahwa kita bisa bergaul tanpa batas-batas dan
pacaran termasuk dalam konteks tersebut. Banyak juga
pandangan orang tentang pacaran itu baik, tapi juga banyak yang menganggap itu buruk.
Sebagian orang beranggapan pacaran itu baik asalkan masih dalam batasan wajar. Ketika
dua manusia berbeda jenis saling jatuh cinta, mereka pasti akan bertanggung jawab untuk
saling menjaga satu sama lain. Tak ada niat untuk menyakiti atau pun merusak salah satu
diantaranya. Tapi terkadang kita dibodohi akan hal tersebut. Hanya karena kita sudah
terlalu percaya dan terlanjur tidak bisa berpisah dengan pasangan kita, kita akan melakukan
hal bodoh sekalipun untuk bisa terus bersama dengan dia. Melakukan perbuatan
seksualitas atas dasar rasa cinta kepada pasangan kita itu sudah di luar batas. Namun
masih banyak dari kita tertipu dengan kalimat yang menyatakan jika kita sayang/cinta
dengan dia, maka kita harus berbuat seks dengan dia.

Sikap mental yang tidak sehat seperti inilah yang membuat kita terjerumus ke dalam
pergaulan bebas. Jika kita memiliki mental yang sehat, dapat dipastikan kalau kita bisa
membatasi diri dan memahami arti bergaul yang sebenarnya. Hal ini juga bersangkutan
dengan relasi kita kepada Tuhan. Biasanya remaja yang mudah terjerumus ke dalam
pergaulan bebas adalah remaja yang kurang memiliki pegangan hidup dalam hal
keagamaan dan ketidakstabilan emosi yang menyebabkan perilaku tak terkendali seperti
terjerat pergaulan bebas yang mencakup narkoba dan seks bebas. Keduanya sama
merugikan dan lama-kelamaan berujung pada penyakit HIV/AIDS. Kembali lagi pada
peran orangtua di dalamnya yang berfungsi untuk memantau kegiatan sang anak. Jangan
sampai orangtua menyesal setelah mendapati sang anak terjerat dalam pergaulan bebas.
Pembentukan karakter seorang anak itu mendapat pengaruh besar dari didikan orangtua
juga tindakan keluarga yang sering kali mengabaikan keinginan kita, mengolok kita, sikap
acuh, memaksakan kehendak, juga mengajari hal yang salah tanpa membekali kita dengan
iman yang kuat.

Selain itu, alasan remaja masuk ke dalam pergaulan bebas karena rasa kecewa. Ini sering
terjadi. Ketika kita mengalami kekecewaan atas tekanan yang diberikan secara otoriter,
contohnya kepada orangtua dan keluarga, juga pengucilan dari teman dan lingkungan
sekitar, kita pasti mudah terpengaruh dengan perbuatan negatif. Pada akhirnya, masuklah
kita dalam lingkaran pergaulan bebas. Terlebih lagi, pengajaran tentang norma kehidupan
sudah tegeser dengan modernisasi yang sebenarnya adalah westernisasi.

Berbicara tentang dampak dari pergaulan bebas, pasti kita juga sudah mengetahuinya
secara garis bebas. Sudah pasti kita dosa karena melakukannya. Tapi lucunya, meski kita
tahu itu dosa, masih banyak dari kita yang tetap melakukannya. Mungkin karena dosa itu
tidak terasa dan tidak terlihat. Selain itu, masa depan kita hancur akibat pergaulan bebas.
Banyak kerugian yang kita tanggung, tertutama bagi seorang siswi yang masuk ke dalam
pergaulan bebas.

Kerugian yang utama untuk pelaku seks bebas pra nikah, yakni menciptakan kenangan
buruk. Dengan melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dapat dipastikan kita akan
menyesal. Penyesalan memang bukan muncul di awal, melainkan muncul di akhir ketika
kita sudah melakukannya. Perasaan bersalah itu akan kita hadapi sampai seumur hidup
kita. Terlebih lagi yang menanggung rasa malu tidak hanya kita sebagai pelaku, melainkan
orangtua dan keluarga. Seluruh keluarga besar menanggung rasa malu dari perbuatan kita
dan kita akan merasa lebih bersalah lagi terhadap hal tersebut.
Melakukan seks bebas punya risiko yang tinggi yaitu kehamilan. Atas perilaku kita tanpa
pikir panjang itu ternyata mempunyai dampak yang berkepanjangan. Kehamilan yang
terjadi dalam perilaku seks bebas ini menjadi beban mental yang luar biasa. Seperti yang
sudah saya tulis di atas, kalau kita akan menanggung beban yang seharusnya belum kita
tanggung pada masanya. Yang seharusnya kita masih menikmati masa remaja kita dengan
teman-teman sebaya, kita sudah harus memikirkan tentang kehidupan bayi yang nantinya
akan kita lahirkan. Kalau kita pikir lebih panjang lagi, “kecelakaan” ini mengakibatkan
kesusahan dan malapetaka untuk kita si pelaku bahkan keturunannya. Lingkungan sekitar
pasti akan membicarakan kita dan akhirnya keturunan kita akan merasakan dampaknya
seperti diejek, dipermalukan dan mendapat tekanan mental.

Tidak semua pelaku akan bertanggung jawab atas perilakunya. Kebanyakan kita hanya
menginginkan enaknya saja, tapi tidak ingin buruknya (baca:hasilnya). Akhirnya terlintas di
otak kita untuk menggugurkan bayi yang sudah kita kandung karena takut ketahuan dengan
orang sekitar atau bisa juga karena tidak diterima oleh pelaku. Padahal melakukan aborsi ini
mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim atau yang lebih buruknya adalah
kematian. Aborsi sendiri juga merupakan tindakan medis yang illegal dan melanggar hukum
serta norma agama.

Menurut survei yang ada, pelaku seks bebas bukan hanya dengan pasangan sendiri seperti
pacar dan teman, namun juga sebagai kontrak kerja seperti prostitusi. Biasanya pelaku
prostitusi tidak hanya melakukannya dengan satu pasangan saja, melainkan lebih dari satu.
Hal itu dapat menyebabkan kita terjangkit penyakit seperti HIV/AIDS. Tidak hanya itu,
psikologis kita pun akan terganggu setelahnya. Perasaan malu, marah, kesal, menyesal,
benci pada diri kita sendiri, benci terhadap pelaku yang telibat, ketakutan yang tidak jelas,
tidak bisa tidur, bingung, depresi, takut pada Tuhan, berduka, tidak bisa memaafkan diri
sendiri, hampa dan lain sebagainya akan kita rasakan.

Bagaimana cara menghindari pergaulan bebas? Katanya internet juga bisa membuat kita
terjerumus ke dalam pergaulan bebas? Kita garis bawahi bahwa internet membawa dampak
negatif. Tidak semua yang ada di internet berdampak negatif. Banyak yang mengedukasi
dan mengajak kita untuk mengenal dunia. Tergantung dari diri kita sendiri yang
memanfaatkan penggunaan internet tersebut. Cara meghindari pergaulan bebas tidak bisa
dikatakan mudah, juga tidak sulit untuk dilakukan. Yang utama sudah jelas, kita harus
mendekatkan relasi kita dengan Tuhan karena semua sudah diatur oleh-Nya. Tuhan adalah
pembuat skenario terbaik dan kita sebagai lakonnya. Kelancaran adegan itu tergantung dari
kita, menyelewengkah atau tetap pada benang merah? Tapi kalau kita memiliki relasi yang
baik dengan Tuhan, pasti adegan yang kita perankan akan terus berjalan dengan baik.

Masa remaja adalah masa dimana kita menjadi jati diri kita dan manfaatkanlah waktu
remaja kita ini dengan menyalurkan minat serta bakat kita ke dalam perilaku positif.
Dengan meyalurkan minat bakat kita secara positif inilah yang akan membuat kita sukses ke
depannya dan kita akan berada jauh dari pergaulan bebas. Perbaiki cara pandang hidup
kita dengan mencoba berpikir secara optimis dan hidup dalam “kenyataan”. Orangtua perlu
mendidik kita dari kecil untuk berpikir realistis dan jangan terlalu banyak pengandaian,
supaya kita bisa menanggapi sikap kekecewaan kita dengan cara positif. Selain itu, kita perlu
hidup secara disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran kita.
Memanfaatkan waktu luang yang ada untuk mengembangkan kreatifitas kita atau
menyalurkan hobi kita sehingga apa yang kita lakukan membuahkan hasil yang lebih
berguna.

Remaja seusia kita bisa dikatakan masih memiliki pemikiran yang labil dan hal itu membuat
kita berpikiran jangka pendek. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah memiliki
pemikiran yang matang, kita belum sampai pada pemikiran yang seperti itu. Namun, kita
bisa melatihnya dengan mulai berpikir secara logis dan berpikirlah sebelum bertindak. Itu
sangat membantu, karena jika kita sebelum bertindak sudah memikirkan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi, maka perbuatan kita yang berakhir negatif itu secara otomatis
akan terminimalisir. Dengan memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi bila kita masuk
ke dalam pergaulan bebas apalagi sampai melakukan seks bebas, maka keinginan kamu
sebelumnya yang ingin masuk ke dalam pergaulan bebas itu akan sirna perlahan.

Ingatlah orangtua kita di rumah yang selalu mengharapkan kita akan menjadi seorang yang
berguna di masa depan. Ingatlah wajah kecewa mereka bila kita masuk ke dalam pergaulan
bebas. Ingatlah betapa bahagianya mereka kalau kita menjadi anak yang lebih berguna lagi
dan meraih prestasi yang dapat membanggakan mereka. Perjalanan hidup kita masih
panjang. Nikamti masa muda kita dengan bermain dan belajar bersama teman dan
orangtua. Jangan biarkan masa muda kita harus kita lewati dengan beban yang tak
seharusnya kita tanggung saat ini.

Anda mungkin juga menyukai