Definisi
Metabolik syndrome adalah sekelompok kelainan metbolik baik lipid
dengan
meningkatnya
glukosa
darah
puasa.
Disfungsi
B.
Epidemiologi
X.
(Reaven, 1988).
Berdasarkan tinjauan dari beberapa studi, didapatkan angka prevalensi
Sindrom Metabolik pada populasi urban laki-laki yaitu dari 8% (India) sampai
24% (Amerika Serikat), sedang untuk wanita dari 7% (Perancis) sampai 46%
(India) (Cameron, 2004). Sedangkan di Indonesia prevalensi Sindrom
Metabolik sekitar 13,13% (Soegondo, 2004).
C.Etiologi
Etiologi dari sindrom metabolik bersifat multifaktor. Penyebab primer yang
menyebabkan gangguan metabolik yang ditemukan pada sindrom metabolik
adalah resistensi insulin yang berhubungan dengan obesitas sentral yang
ditandai dengan timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan
pengukuran
lingkarpinggang.
Hubungan
antara
resistensi
insulin
dan
D.
Diagnosis
E.Patogenesis
Obesitas
Obesitas berkontribusi terhadap hiperglikemia, hipertensi, high serum
TGs, low HDL-kolesterol dan resistensi insulin, dan berhubungan dengan
risiko CVD yang lebih tinggi. Meskipun demikian, di negara maju,
sementara tingkat BMI telah meningkat, angka kematian CVD telah jatuh
atau tetap statis. Ada, Namun, sebuah asosiasi mencolok obesitas dengan
diabetes tipe 2.
Hipotesis yang berkaitan adiposity central pada metabolism sindrom
fokus pada pemahaman baru yang muncul bahwa jaringan adiposa
(jaringan adiposa viseral khususnya) adalah sumber faktor [termasuk
asam
lemak
bebas,
tumor
necrosis
factor-alpha
(TNF-)]
yang
mengganggu kerja insulin dalam rangka otot. Selain itu, lemak spesifik
kolagen
seperti
antidiabetes,
adiposa
molekul,
adiponektin,
anti-aterosklerosis
yang
berlebihan
dan
dikaitkan
telah
ditemukan
anti-inflamasi
dengan
fungsi.
penurunan
memiliki
Jaringan
produksi
sindrom
didukung
oleh
studi
Bruneck,
yang
meneliti
kurang
erat
terkait
dengan
hipertensi
dan
kondisi
prothrombotic.
Akhirnya, ada data yang mendukung konsep bahwa resistensi insulin atau
hiperinsulinemia yang terkait merupakan faktor risiko independen untuk
CVD, namun hubungan ini belum dapat dikonfirmasi dalam uji klinis skala
besar.
Faktor-faktor lain
Faktor
penting
metabolisme
lainnya
sindrom.
juga
Misalnya,
mempengaruhi
aktivitas
fisik
perkembangan
mempromosikan
Diabetes
Diabetes Melitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang bertalian
dengan defisiensi absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin.
Gejala gejala yang khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia (WHO, 2000)
Diabetes adalah masalah yang berkaitan dengan bagaimana tubuh
menggunakan gula. Diabetes Tipe 2 dihasilkan dari sel-sel dalam tubuh
seseorang
yang
gagal
menggunakan
insulin
dengan
benar.
Insulin
Gejala
Diabetes tipe 2 dapat ada dalam diri seseorang selama bertahun-tahun
sebelum teridentifikasi. Gejala yang paling umum dari diabetes terdeteksi
adalah meningkatnya rasa haus dan buang air kecil. Kelelahan juga sering
Stroke
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau
tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(Gofir, 2009).
Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan
stroke berlangsung sampai satu minggu (Misbach, 1999; dalam Bangun,
2009).
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau
tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. Defenisi ini mencakup
stroke akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS) non
traumatik, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan
subarakhnoid (PSA) (Gofir, 2009).
terkontrol
di
otak.
Sekitar
20%
stroke
adalah
stroke
hemoragik.
a. Perdarahan Intraserebral (PIS).
b. Perdarahan Subarachnoid (PSA).
2. Stroke Iskemik yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Sehingga dapat menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 85% dari
semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark.
a. Transient Ischemic Attack (TIA).
b. Trombosis Serebri.
c. Embolia Serebri.
Etiologi
Beberapa penyebab stroke, diantaranya :
1. Trombosis.
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2. Embolisme.
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Vasokonstriksi.
a. Vasospasma serebrum setelah peradarahan subaraknoid.
Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklassifikasikan
berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak ( non
modifiable, modiable, atau potentially modifiable ) dan bukti yang
kuat ( well documented atau less well documented ). ( Goldstein, 2006 )
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia
b. Jenis kelamian
c. Berat badan lahir rendah
d. Ras / etnis
e. Genetik
2. Modifiable riks factors :
Well documented and modifiable risk factors
a. Hipertensi
b. Paparan asap rokok
c. Diabetes
d. Atrial fibrilasi dan beberapa faktor jantung tertentu
e. Dislipidemia
f. Stenosis arteri karotis
g. Sickle cell disease
h. Terapi hormonal pasca menopause
i. Diet yang buruk
j. Inaktivitas fisik
k. Obesitas
Less well documented and modifiable risk factors
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Sindroma metabolic
Penyalahgunaan alcohol
Penggunaan kontrasepsi oral
Sleep disordered breathing
Nyeri kepala migren
Hyperhomosisteinemia
Peningkatan lipoproteinemia
Hypercoagulability
Inflamasi
Infeksi
Patogenesis
a. Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya
dapat berupa :
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah,
atau peradangan;
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok hiperviskositas darah;
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau
4. Ruptur vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan
dijabarkan dibawah ini menjadi :
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke.
Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau
memiliki gaya hidup yang mengakibatkan penderita menderita
penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi
patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak
disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini umumnya
mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang menetap.
Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami
pemulihan sampai taraf tertentu.
3. Stadium pasca patogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai
dengan defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang
lanjut,
yang
sering
mengalami
pembentukan
plak
kecil
(mikroangiopati)
dan
pembuluh
pembuluh
besar
(nefropati diabetic) dan saraf saraf perifer (neuropati diabetic), otot otot
serta kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran histopatologi berupa
arterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga
terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi
oleh ginjal maka timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang
(polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami
kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain
mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungan
dengan
proses
terjadinya
aterosklerosis
yang
selanjutnya
dapat