Anda di halaman 1dari 14

A.

Definisi
Metabolik syndrome adalah sekelompok kelainan metbolik baik lipid

maupun non-lipid yang merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner


yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigleserida
tinggi dan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) rendah, hipertensi
dan kadar glukosa plasma abnormal, keadaan tersebut berkaitan erat
dengan suatu kelianan sistemik yang dikenal dengan resistensi insulin (NCEP
ATP III, 2011).
Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen faktor risiko
yang terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia (meningkatnya trigliserida dan
menurunnya kolesterol HDL), hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa
yangditandai

dengan

meningkatnya

glukosa

darah

puasa.

Disfungsi

metabolik ini dapat menimbulkan konsekuensi klinik yang serius berupa


penyakit kardiovaskuler,diabetes mellitus tipe 2, sindrom ovarium polikistik
dan perlemakan hati non-alkoholik.
Sindrom metabolik adalah sekelompok faktor risiko serangan jantung
paling berbahaya: diabetes dan mengangkat glukosa puasa plasma, obesitas
abdominal, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi. Diperkirakan sekitar
20-25 persen dari populasi orang dewasa di dunia memiliki sindrom
metabolik dan mereka dua kali lebih mungkin untuk meninggal akibat dan
tiga kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung atau stroke
dibandingkan dengan orang-orang tanpa sindrom. Selain itu, orang dengan
sindrom metabolik memiliki lima kali lipat lebih besar risiko terkena diabetes
tipe 2 (International Diabetes Federation, 2006)

B.

Epidemiologi

Pada tahun 1988, Reaven menunjukkan berbagai faktor resiko: dislipidemi,


hiperglikemi dan hipertensi secara bersamaan dikenal sebagai multiple risk
factor untuk penyakit kardiovaskuler dan disebut dengan sindrom

X.

Selanjutnya sindrom X ini dikenal dengan sindrom resistensi insulin. Dan

kemudian NCEP-ATP III menamakan


Konsep Sindrom Metabolik

dengan istilah Sindrom Metabolik.

ini telah banyak diterima secara Internasional

(Reaven, 1988).
Berdasarkan tinjauan dari beberapa studi, didapatkan angka prevalensi
Sindrom Metabolik pada populasi urban laki-laki yaitu dari 8% (India) sampai
24% (Amerika Serikat), sedang untuk wanita dari 7% (Perancis) sampai 46%
(India) (Cameron, 2004). Sedangkan di Indonesia prevalensi Sindrom
Metabolik sekitar 13,13% (Soegondo, 2004).

C.Etiologi
Etiologi dari sindrom metabolik bersifat multifaktor. Penyebab primer yang
menyebabkan gangguan metabolik yang ditemukan pada sindrom metabolik
adalah resistensi insulin yang berhubungan dengan obesitas sentral yang
ditandai dengan timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan
pengukuran

lingkarpinggang.

Hubungan

antara

resistensi

insulin

dan

penyakit kardiovaskular diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang


menimbulkan disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular
dan pembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi
perubahan hormonal yang mendasari adalah terjadinya obesitas abdominal.
Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang mengalami peningkatan
kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan oleh stres kronik) mengalami
obesitas abdominal, resistensi insulin dan dislipidemia.

D.

Diagnosis

E.Patogenesis

Obesitas
Obesitas berkontribusi terhadap hiperglikemia, hipertensi, high serum
TGs, low HDL-kolesterol dan resistensi insulin, dan berhubungan dengan
risiko CVD yang lebih tinggi. Meskipun demikian, di negara maju,
sementara tingkat BMI telah meningkat, angka kematian CVD telah jatuh
atau tetap statis. Ada, Namun, sebuah asosiasi mencolok obesitas dengan
diabetes tipe 2.
Hipotesis yang berkaitan adiposity central pada metabolism sindrom
fokus pada pemahaman baru yang muncul bahwa jaringan adiposa
(jaringan adiposa viseral khususnya) adalah sumber faktor [termasuk
asam

lemak

bebas,

tumor

necrosis

factor-alpha

(TNF-)]

yang

mengganggu kerja insulin dalam rangka otot. Selain itu, lemak spesifik
kolagen

seperti

antidiabetes,
adiposa

molekul,

adiponektin,

anti-aterosklerosis

yang

berlebihan

dan

dikaitkan

telah

ditemukan

anti-inflamasi
dengan

fungsi.

penurunan

memiliki
Jaringan
produksi

adiponektin yang dapat merusak sensitivitas insulin. Namun, masih


banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjelaskan interaksi
kompleks antara obesitas sentral dan Mets lainnya faktor risiko.
Resistensi insulin
Bukti untuk peran utama resistensi insulin dalam pengembangan
metabolism

sindrom

didukung

oleh

studi

Bruneck,

yang

meneliti

prevalensi resistensi insulin pada subyek berusia 40-79 tahun dengan


menggunakan metode model penilaian homeostasis (HOMA). Dalam studi
ini, tingkat resistensi insulin berkorelasi dengan jumlah kelainan metabolik
dan ketika beberapa kelainan dikelompokkan bersamaan, resistensi
insulin hampir selalu hadir. Resistensi insulin secara luas diyakini menjadi
ciri utama dari metabolism sindrom, meskipun hubungan mekanistik
antara resistensi insulin dan sebagian besar komponen dari metabolism
sindrom tidak sepenuhnya dipahami. Meskipun resistensi insulin sangat
terkait dengan dislipidemia aterogenik dan keadaan proinflamasi, hal itu

kurang

erat

terkait

dengan

hipertensi

dan

kondisi

prothrombotic.

Akhirnya, ada data yang mendukung konsep bahwa resistensi insulin atau
hiperinsulinemia yang terkait merupakan faktor risiko independen untuk
CVD, namun hubungan ini belum dapat dikonfirmasi dalam uji klinis skala
besar.
Faktor-faktor lain
Faktor

penting

metabolisme

lainnya

sindrom.

juga

Misalnya,

mempengaruhi
aktivitas

fisik

perkembangan
mempromosikan

perkembangan obesitas dan memodifikasi sensitivitas insulin otot.


Penuaan umumnya disertai dengan hilangnya massa otot dan dengan
peningkatan lemak tubuh, terutama di bagian perut; kedua perubahan ini
dapat meningkatkan resistensi insulin.

Diabetes
Diabetes Melitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang bertalian
dengan defisiensi absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin.
Gejala gejala yang khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia (WHO, 2000)
Diabetes adalah masalah yang berkaitan dengan bagaimana tubuh
menggunakan gula. Diabetes Tipe 2 dihasilkan dari sel-sel dalam tubuh
seseorang

yang

gagal

menggunakan

insulin

dengan

benar.

Insulin

memungkinkan sel-sel dalam tubuh untuk menggunakan glukosa (sejenis


gula) untuk mengubahnya menjadi energi. Pada diabetes tipe 2, kadar
glukosa meningkat dilihat dalam aliran darah merupakan indikator bahwa
tubuh tidak menggunakan insulin dengan baik. Kelebihan berat badan,
terutama di sekitar area tengah dan perut, adalah penyebab yang paling
umum dari diabetes pada orang dewasa. Memiliki riwayat keluarga adalah
risiko lain penderita diabetes. Dengan menjadi lebih aktif dan terlibat dalam
program penurunan berat badan, mungkin dapat menghentikan dan bahkan
dapat melawan diabetes pada dewasa.
Banyak, tapi tidak semua, pasien dengan DM tipe 2 yang ada juga
memiliki sindrom metabolik. Pasien-pasien ini perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk pengelolaan intensif hiperglikemia dan faktor risiko sindrom
metabolik lain untuk mengurangi risiko dari kedua mikrovaskuler dan
makrovaskuler komplikasi. Pada pasien dengan tipe coexisting 2 DM dan
sindrom metabolik, tujuan utama terapi antihiperglikemik adalah untuk
mengurangi hemoglobin A1C kurang dari 7%.
Orang-orang non-diabetes dengan metabolsme sindrom berada pada
risiko yang sangat tinggi untuk pengembangan diabetes tipe 2. Risiko
diabetes adalah sampai lima kali lipat lebih tinggi pada pasien dengan
sindrom. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa disregulasi glukosa
yang sering sudah ada (IFG atau IGT). Dampak terbesar dari diabetes adalah
risiko 2-4 kali lebih besar dari PJK dan stroke

International Diabetes Federation metabolic syndrome world-wide


definition

Menurut definisi baru, bagi seseorang yang didefinisikan memiliki


metabolic sindrom, mereka harus memiliki central obesity ditambah dua dari
empat faktor tambahan. Keempat faktor tersebut adalah:

Tingkat TG mengangkat: 1.7 mmol / l (150 mg / dl)


Mengurangi HDL-kolesterol: <1,03 mmol / l (40 mg / dl) pada laki-laki
dan <1,29 mmol / l (50 mg / dl) pada wanita (atau spesifik pengobatan

untuk kelainan lipid)


Peningkatan tekanan darah (sistolik BP 130 atau diastolik BP 85

mmHg) (atau pengobatan sebelumnya didiagnosis hipertensi)


mengangkat glukosa plasma puasa [FPG 5.6 mmol / l (100 mg / dl)]
(atau sebelumnya didiagnosis diabetes tipe 2).

Gejala
Diabetes tipe 2 dapat ada dalam diri seseorang selama bertahun-tahun
sebelum teridentifikasi. Gejala yang paling umum dari diabetes terdeteksi
adalah meningkatnya rasa haus dan buang air kecil. Kelelahan juga sering

terjadi. Tanda-tanda lainnya termasuk kulit kering dan gatal, pandangan


kabur dan penyembuhan luka melambat.

Stroke
Menurut WHO (World Health Organization) stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau
tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(Gofir, 2009).
Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan
stroke berlangsung sampai satu minggu (Misbach, 1999; dalam Bangun,
2009).
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau
tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. Defenisi ini mencakup
stroke akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS) non
traumatik, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan
subarakhnoid (PSA) (Gofir, 2009).

Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya

1. Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang


tidak

terkontrol

di

otak.

Sekitar

20%

stroke

adalah

stroke

hemoragik.
a. Perdarahan Intraserebral (PIS).
b. Perdarahan Subarachnoid (PSA).
2. Stroke Iskemik yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Sehingga dapat menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 85% dari
semua stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark.
a. Transient Ischemic Attack (TIA).
b. Trombosis Serebri.
c. Embolia Serebri.

Etiologi
Beberapa penyebab stroke, diantaranya :
1. Trombosis.
a. Aterosklerosis (tersering).
b. Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa.
c. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
d. Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2. Embolisme.
a. Sumber di jantung : fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,
penyakit jantung reumatik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertrebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3. Vasokonstriksi.
a. Vasospasma serebrum setelah peradarahan subaraknoid.

Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklassifikasikan
berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak ( non
modifiable, modiable, atau potentially modifiable ) dan bukti yang
kuat ( well documented atau less well documented ). ( Goldstein, 2006 )
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia

b. Jenis kelamian
c. Berat badan lahir rendah
d. Ras / etnis
e. Genetik
2. Modifiable riks factors :
Well documented and modifiable risk factors
a. Hipertensi
b. Paparan asap rokok
c. Diabetes
d. Atrial fibrilasi dan beberapa faktor jantung tertentu
e. Dislipidemia
f. Stenosis arteri karotis
g. Sickle cell disease
h. Terapi hormonal pasca menopause
i. Diet yang buruk
j. Inaktivitas fisik
k. Obesitas
Less well documented and modifiable risk factors
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Sindroma metabolic
Penyalahgunaan alcohol
Penggunaan kontrasepsi oral
Sleep disordered breathing
Nyeri kepala migren
Hyperhomosisteinemia
Peningkatan lipoproteinemia
Hypercoagulability
Inflamasi
Infeksi

Patogenesis
a. Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis
interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang cabangnya.
Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya
dapat berupa :
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah,
atau peradangan;
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok hiperviskositas darah;
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau
4. Ruptur vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan
dijabarkan dibawah ini menjadi :
1. Stadium prapatogenesis, yaitu stadium sebelum terjadi gejala stroke.
Stadium ini umumnya penderita sudah mempunyai faktor risiko atau
memiliki gaya hidup yang mengakibatkan penderita menderita
penyakit degeneratif.
2. Stadium patogenesis, yaitu stadium ini dimulai saat terbentuk lesi
patologik sampai saat lesi tersebut menetap. Gangguan fungsi otak
disini adalah akibat adanya lesi pada otak. Lesi ini umumnya
mengalami pemulihan sampai akhirnya terdapat lesi yang menetap.
Secara klinis defisit neurologik yang terjadi juga mengalami
pemulihan sampai taraf tertentu.
3. Stadium pasca patogenesis, yaitu stadium ini secara klinis ditandai
dengan defisit neurologik yang cenderung menetap. Usaha yang

dapat dilakukan adalah mengusahakan adaptasi dengan lingkungan


atau sedapat mungkin lingkungan beradaptasi dengan keadaan
penderita.
Sehubungan dengan penalataksanaanya maka stadium
patogenoesis dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
1. Fase hiperakut atau fase emergensi. Fase ini berlangsung selama 0
3 / 12 jam pasca onset. Penatalaksanaan fase ini lebih ditujukkan
untuk menegakkan diagnosis dan usaha untuk membatasi lesi
patologik yang terbentuk.
2. Fase akut. Fase ini berlangsung sesudah 12 jam 14 hari pasca
onset. Penatalaksanaan pada fase ini ditujukkan untuk prevensi
terjadinya komplikasi, usaha yang sangat fokus pada
restorasi/rehabilitasi dini dan usaha preventif sekunder.
3. Fase subakut. Fase ini berlangsung sesudah 14 hari kurang dari 180
hari pasca onset dan kebanyakan penderita sudah tidak dirawat di
rumah sakit serta penatalaksanaan lebih ditujukkan untuk usaha
preventif sekunder serta usaha yang fokus pada neuro restorasi /
rehabilitasi dan usaha menghindari komplikasi.
b. Patogenesis stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan
oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak
atau pembuluh organ distal kemudian bekuan dapat terlepas pada
trombus vaskular distal, atau mungkin terbentuk didalam suatu organ
seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak
sebagai suatu embolus.
Pangkal arteria karotis interna (tempat arteria karotis komunis
bercabang menjadi arteria karotis interna dan eksterna) merupakan
tempat tersering terbentuknya arteriosklerosis. Sumbatan aliran di

arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang


berusia

lanjut,

yang

sering

mengalami

pembentukan

plak

arteriosklerosis di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau


stenosis.
c. Patogenesis stroke haemoragik
Stroke haemoragik terjadi akibat tekanan darah yang sangat tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah otak atau
stroke haemoragik yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu,
perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral.
1. Perdarahan subaraknoid
Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari dinding
pembuluh darah menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan
cepat melalui aliran cairan otak ke dalam ruangan di sekitar otak.
Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak
atau pada sirkulasi willisii. Perdarahan subaraknoid timbul spontan
pada umumnya dan sekitar 10 % disebabkan karena tekanan darah
yang naik dan terjadi saat aktivitas
2. Perdarahan intraserebral
Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya struktur
vaskular yang sudah lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh
kenaikan darah atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan
darah, atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah
yang melebihi toleransi (Yatsu dkk). Menurut Tole dan Utterback,
penyebab perdarahan intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma
Charcot-Bouchard akibat kenaikan tekanan darah.

Patofisiologi Diabetes dengan Komplikasi Stroke


Komplikasi jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh
pembuluh

kecil

(mikroangiopati)

dan

pembuluh

pembuluh

besar

(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang


menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetic), glomerulus ginjal

(nefropati diabetic) dan saraf saraf perifer (neuropati diabetic), otot otot
serta kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran histopatologi berupa
arterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga
terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi
oleh ginjal maka timbullah glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien
mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang
(polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami
kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain
mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungan
dengan

proses

terjadinya

aterosklerosis

yang

selanjutnya

dapat

menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak (Price


dan Wilson, 2006).

Anda mungkin juga menyukai