Abstrak
Kawasan mangrove Teluk Pangpang merupakan hasil rehabilitasi yang dilakukan sejak tahun 2000. Saat ini
luas seluruh kawasan mangrove 571.6 hektar. Tingginya biodiversitas di kawasan mangrove berpotensi
untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Tujuan penelitian ini adalah menghitung indeks
kesesuaian dan daya dukung kawasan di ekosistem mangrove Teluk Pangpang. Penelitian dilakukan pada
bulan Desember 2017 sampai Februari 2018 dengan delapan titik stasiun pengamatan. Kesesuaian
ekowisata mangrove mempertimbangkan lima parameter yaitu ketebalan mangrove, kerapatan mangrove,
jenis mangrove, pasang surut, dan Objek biota. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian ekowisata
berdasarkan parameter ekologis dalam kategori sesuai dan tidak sesuai. Panjang area yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan tracking adalah 169.23 meter dengan daya dukung 339 orang/hari.
Kata Kunci : Banyuwangi, daya dukung, ekowisata mangrove, kesesuaian kawasan, Teluk Pangpang
Abstract
The mangrove area in Pangpang Bay is a result of mangrove rehabilitation since 2000 and had been
growth into 572.6 Ha in wide. This mangrove ecosystem has a potency to develope as an ecotourism area.
The aime of the research is to calculate the compatibility index and carrying capacity of the ecosystem in
Pangpang Bay. This research was conducted from December 2017 to February 2018 with 8 stations of
observation. The suitability of the mangrove ecotourism is taken by considering five parameters such as the
mangrove thickness, mangrove density, species of mangrove, tides, and objects of biota. Results of this
research reveal that the suitability of this area for ecotourism based on ecological parameters is suitable
and not suitable. The total of the mangrove area in this bay that can be use for tracking activity is around
169.23 meters long for 339 people per day.
Keywords: Banyuwangi, carrying capacity, mangrove ecotourism, area suitability, Pangpang Bay
kembali dilahan seluas 30 ha. Berdasarkan dengan daratan ditemukan jenis Excoecaria
data dari dinas kehutanan dan perkebunan agallocha, Lumnitzera racemosa, Xylocarpus
kegiatan rehabilitasi mangrove yang pernah granatum dan Ceriops tagal. Tipe substrat
dilakukan di Kecamatan Muncar yaitu di Desa berpasir dan berlumpur di kawasan Teluk
Kedungringin (50 ha), Desa Wringinputih Pangpang diduga sesuai dengan tipe substrat
(290 ha), dan Desa Kedunggebang (50 ha) untuk spesies Rhizophora sp sehingga
serta di kecamatan Tegaldlimo (50 ha). Bibit penyebaran buahnya dapat mudah tumbuh dan
mangrove yang banyak ditanam adalah dari berkembang dengan baik [26], zona
jenis Rhizophora sp [33]. Mangrove yang ada Rhizophora sp biasanya terletak di belakang
di bagian Selatan Teluk yaitu di Kecamatan Avicennia sp dan Sonneratia sp, pada substrat
Tegaldlimo merupakan mangrove yang berlumpur lunak [24].
tumbuh alami, lokasinya jauh dari pemukiman Perbedaan kerapatan mangrove di lokasi
penduduk sehingga ancaman dari gangguan penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor,
aktivitas masyarakat relatif rendah. diantaranya mangrove hasil rehabilitasi
Ekosistem mangrove di Teluk pangpang dengan mangrove yang tumbuh secara alami
membentuk zonasi, pada zona depan atau kerapatannya lebih tinggi pada mangrove
berbatasan langsung dengan laut ditemukan hasil rehabilitasi, semakin besar diameter
jenis Rhizophora mucronata dan Rhizophora pohon kerapatannya semakin kecil, dan
apiculata yang berasosiasi dengan Sonneratia semakin banyak jenis mangrove kerapatannya
alba. Pada stasiun 4 jenis Bruguiera semakin rendah. Berdasarkan parameter
gymnorrhiza ditemukan berasosiasi dengan kesesuai ekowisa jenis dan kerapatan
Rhizophora mucronata. Pada stasiun 8 jenis mangrove di kawasan Teluk Pangpang dalam
Xylocarpus moluccensis berasosiasi dengan kategori sesuai untuk kegiatan ekowisata
Rhizophora sp, dan Zona akhir atau dekat mangrove.
Rhizophora mucronata 4 5 10 21 6 0 15 10
Sonneratia alba 2 2 2 1 3 2 3 0
Xylocarpus granatum 0 0 0 0 0 0 1 4
Xylocarpus moluccensis 0 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 43 50 53 29 52 55 48 83
Total per stasiun (100 m) 14 17 18 10 13 14 12 17
1.0
burung air, burung migrasi, reptil, mamalia,
0.0
primata dan ikan [24]. Biota yang menjadi
potensi wisata mangrove di lokasi penelitian
0:00
2:00
4:00
6:00
8:00
20:00
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
22:00
Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan jenis mangrove, pasang surut, dan obyek
Kesesuaian kawasan ekowisata mangrove biota. Parameter ketebalan mangrove
mempertimbangkan lima parameter yaitu memiliki pengaruh yang sangat tinggi
ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, terhadap hasil indeks kesesuaian, berdasarkan
hasil interpretasi peta Landsat 2018 dan GPS perkebunan tahun 2003 potensi kawasan
serta pengukuran ketebalan mangrove di mangrove di Desa Wringinputih adalah 375
lapangan, tingkat ketebalan mangrove sangat ha, adanya inisiasi rehabilitasi mangrove
beragam, hal tersebut mempengaruhi luasan terdata pada tahun 2011 luasan mangrove
mangrove. Luasan mangrove yang berbeda mencapai ± 226 ha. Sehingga masih ada ± 149
antara bagian selatan teluk dengan bagian ha lahan yang perlu dilakukan penanaman
barat teluk disebabkan oleh berbagai faktor mangrove [6].
diantaranya pada bagian selatan selain Indeks kesesuaian ekowisata mangrove
mangrove tumbuh secara alami, jauh dari berdasarkan parameter kerapatan mangrove,
pemukiman penduduk dan letaknya berada jenis mangrove, pasang surut, dan objek biota
dipaling dalam teluk sedangkan pada bagian dalam kategori sesuai, tetapi secara spasial
barat banyak gangguan dari aktivitas kategori kesesuaian ekowisata mangrove
masyarakat dan arus pasang surut juga dalam kategori sesuai dan tidak sesuai
mempengaruhi vegetasi mangrove yang ada di (Gambar4).
kawasan tersebut. Data dinas kehutanan dan
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Kluster 4
Kluster 5
Kategori tidak sesuai disebabkan oleh dalam kategori tidak sesuai diperlukan upaya
ketebalan mangrove yang relatif tipis pada penanaman dan rehabilitasi mangrove.
beberapa titik kawasan, sedangkan kunci Ketebalan mangrove sangat
utama dari penentuan indeks kesesuaian diperhitungkan terutama pada jenis kegiatan
ekowisata yaitu berdasarkan ketebalan tracking mangrove yang mempengaruhi
mangrove. Ekosistem mangrove Teluk pembuatan jalur tracking dan daya dukung
Pangpang sangat berpotensi untuk kawasan untuk menampung pengunjung.
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, Fungsi dari ketebalan mangrove yaitu sebagai
hal tersebut di dukung oleh beragamnya jenis pemecah gelombang (breakwater) [27], selain
mangrove dan biota serta burung yang fungsi fisik ketebalan mangrove juga sangat
berasosiasi. Untuk menaikkan status mempengaruhi produksi seresah. Bahan
kesesuaian berdasarkan ketebalan mangrove organik dari seresah mangrove merupakan
201 ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
Rodiana, et al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.2 (2019) 194-205
mata rantai utama dalam jaring-jaring kimia substrat dan perairan, sehingga
makanan di ekosistem mangrove [28]. Bahan pemilihan jenis mangrove sangat menentukan
organik sebagai nutrien bagi pertumbuhan keberhasilan penanaman [31]. Keberhasilan
plankton yang dapat meningkatkan upaya rehabilitasi selain teknis terkait bibit
keanekaragaman, jumlah individu, dan jumlah mangrove yang akan ditanam yaitu adanya
jenis ikan [29]. sosialisasi dan koordinasi antar stakeholder
Upaya rehabilitasi/penanaman mangrove dengan melibatkan masyarakat lokal untuk
dilakukan untuk meningkatkan ketebalan memudahkan pelaksanaan kegiatan
mangrove dan menjaga kelestarian penanaman dan pemeliharaan, serta
sumberdaya mangrove, hal tersebut harus monitoring [32].
didukung dengan monitoring dan beberapa hal Daya dukung kawasan adalah jumlah
terkait metode keberhasilan upaya rehabilitasi maksimal pengunjung yang secara fisik
mangrove. Beberapa tahapan penanaman mampu ditampung di kawasan yang
mangrove dimulai dari persiapan hingga disediakan pada waktu tertentu tanpa
pelaksanaan. Persiapan meliputi pembersihan menimbulkan gangguan baik itu pada alam
lahan, pengadaan bibit, penguasaan teknik dan manusia [15]. Salah satu langkah untuk
penanaman, dan perlu diperhatikan formasi mencegah kerusakan kawasan wisata atau
jenis penyusunan mangrove pada lokasi yang kawasan konservasi yang disebabkan oleh
akan dilakukan penanaman. Setelah program tingginya wisatawan yang berkunjung yaitu
penanaman, kegiatan yang sangat penting dengan mengetahui daya dukung kawasan
adalah pemeliharaan, meliputi penyiangan wisata. Dengan mengetahui daya dukung
gulma pengganggu dan penyulaman dilakukan kawasan dapat digunakan untuk
setiap bulan, terutama pada masa meminimalkan dampak yang ditimbulkan
pertumbuhan jika ada yang mati [30]. Selain akibat jumlah pengunjung yang melebihi
pemilihan bibit mangrove yang akan ditanam kapasitasnya, dengan harapan objek dan daya
kondisi ekologi sangat mempengaruhi tarik wisata dapat terjaga kelestariannya [12].
pertumbuhan mangrove yaitu kondisi fisika
Daya dukung untuk kegiatan tracking terkoneksi dan ketebalan mangrove yang
mangrove berdasarkan ketebalan mangrove bertambah tebal sesuai dengan parameter
yang sesuai menampung pengunjung kategori kesesuaian.
sebanyak 339 orang/hari (Tabel 7). Kondisi Saat ini terdapat 5 titik jalur tracking
nyata saat ini di lokasi penelitian yaitu jalur yaitu 3 titik di Kecamatan Muncar dan 2 titik
tracking mangrove masih berupa titik spot di Kecamatan Tegaldlimo yang dibuat oleh
pada masing-masing Desa dan belum masing-masing pengelola. Terdapat perbedaan
terhubung dalam satu kawasan, sehingga karakteristik objek wisata selain vegetasi
nantinya jumlah daya dukung wisatawan mangrove yang ditawar pada kelima titik
dapat bertambah jumlahnya jika jalur tracking tersebut dan pengunjung mendominasi untuk
dan ekonomi kehutanan., vol. 10, no. 4, Fisheries Circular No. 947. Rome.
hal. 247-263, Des 2013. 2006.
[13] L. Hakim, D. Siswanto, and N.
Nakagoshi, “Mangrove concervation in [20] A. Sofian, N. Harahab, dan Marsoedi.
East Java: the ecotourism development Kondisi dan Manfaat langsung
perspectives,” The journal of tropical Ekosistem Hutan mangrove Desa
life science., vol. 7, no. 3, hal. 277-285, Penunggul Kecamatan Nguling
Sep 2017. Kabupaten Pasuruan. Vol. 2, no. 2, hal.
56-63. PSP UB. Malang. 2012.
[14] M. Honey. Ecotourism and sustainable
development. Who owns paradise? [21] Sudarmadji, dan Indarto, “Identifikasi
Island Press, Washington D.C. 1999. lahan dan potensi hutan mangrove di
bagian timur Propinsi Jawa Timur,”
[15] F. Yulianda. Ekowisata bahari sebagai Bonorowo Wetlands., vol. 1, no. 1, hal.
alternatif pemanfaatan sumberdaya 31-36, Jun 2011.
pesisir berbasis konservasi. Makalah
Seminar Sains 21 Februari 2007. [22] Y. R. Buwono, “Identifikasi dan
Departemen Manajemen Sumberdaya kerapatan ekosistem mangrove di
Perairan, FPIK IPB. Bogor. 2007. kawasan Teluk Pangpang Kabupaten
Banyuwangi,” Samakia: Jurnal Ilmu
[16] P. N. Sadikin, H. S. Arifin, B. Perikanan., vol. 8, no. 1, hal. 32-37,
Pramudya, and S. Mulatsih, “Carrying Apr 2017.
capacity preserve biodiversity on
ecotourism in Mount Rinjani National [23] Bahar A. Kajian kesesuaian dan daya
Park, Indonesia,” Biodiversity., vol. 18, dukung ekosistem mangrove untuk
no. 3, hal 978-989, Jul 2017. pengembangan ekowisata di Gugus
Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar,
[17] A. Romadhon, F. Yulianda, D. Bengen, Sulawesi Selatan. [Tesis]. Bogor (ID):
and L. Adrianto, “Sustainable tourism Institut Pertanian Bogor. 2004.
based on carrying capacity and
ecological footprint at Sapeken [24] D. G. Bengen. Pedoman teknis
Archipelago, Indonesia,” International pengenalan dan pengelolan ekosistem
journa of ecosystem., vol. 4, no. 4, hal. mangrove. Bogor: Pusat kajian
190-196, 2014. sumberdaya pesisir dan lautan IPB.
2000.
[18] C. Kusmana, Istomo, C. Wibowo, S. W.
Budi, I. Z. Siregar, T. Tiryana, dan S. [25] R. T. Nugraha. Seri buku informasi
Sukardjo. Manual Silvikultur Mangrove potensi burung air Taman Nasional
di Indonesia. KOREA Alas Purwo. Banyuwangi: Balai Taman
INTERNASIONAL COOPERATION Nasional Alas Purwo. 2011.
AGENCY (KOICA): The rehabilitation
Mangrove Forest and Coastal Area [26] Y. R. Buwono, I. P. G. Ardhana, dan
Damage By Tsunami in Aceh Project. M. Sudarma, “Potensi fauna akuatik
2008. ekosistem hutan mangrove di kawasan
Teluk Pangpang Kabupaten
[19] Y.R. Noor, M. Khazali, dan N. N. Banyuwangi,” Ecotrophic: Jurnal Ilmu
Suryadiputra. Panduan Pengenalan Lingkungan., vol. 9, no. 2, hal. 23-33,
Mangrove di Indonesia. Bogor (ID): A 2015.
Appraisal Technique for Fisheries FAO