Anda di halaman 1dari 8

Persepsi & Tanggapan dalam Psikologi Pembelajaran PAI

oleh Linda Wahyuliandari


NIM. 22090122048

Pendahuluan
Kata persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
tanggapan langsung dari sesuatu yang mana prosesnya dilakukan melalui pancaindra
(KBBI, 2021). Persepsi dan tanggapan merupakan salah satu kajian dari objek
psikologi yang saat ini masih menjadi isu terkini di dunia pendidikan. Dalam konteks
pembelajaran, perilaku-perilaku psikologis siswa harus mampu dipahami oleh guru.
Dengan demikian, persepsi dan tanggapan dalam psikologi pembelajaran menjadi
pokok pembahasan wajib bagi setiap guru ataupun calon guru.
Tidak dapat dipungkiri bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran
mempunyai peranan penting bagi guru. Karena penting, penelitian-penelitian terkini
terkait persepsi dihubungkan dengan kualitas pengajaran guru (Juanda, 2020),
motivasi belajar (Almahiroh, 2020), prestasi belajar (Sriwahyuni, 2020) dan variabel
pembelajaran lainnya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, diidentifikasikan
bahwa pembahasan untuk persepsi tidak lepas dari tanggapan. Oleh karena itu, baik
persepsi maupun tanggapan memiliki peranan penting dalam pembelajaran dan
keduanya merupakan objek dari ilmu tentang tingkah laku manusia yang dapat
diamati, dicatat, dan diukur (psikologi).
Sebagai objek psikologi dalam konteks pendidikan, persepsi dan tanggapan
diklasifikasikan sebagai gejala pengenalan (kognitif). Hal ini dikarenakan persepsi
dan tanggapan dianggap sebagai aktivitas dasar dan awal siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) perlu
memahami proses terjadinya persepsi dan tanggapan dalam pembelajaran PAI.
Pemahaman tersebut perlu dikembangkan oleh guru agar tercipta kualitas lingkungan
belajar yang sesuai dengan konsep-konsep psikologi Islam.

1
Pembahasan
Persepsi dan Tanggapan dalam Psikologi Pembelajaran PAI
a. Pengertian Persepsi dalam Psikologi Belajar
Persepsi umumnya dianggap sebagai konsep yang sangat penting dalam
psikologi pembelajaran. Melalui persepsilah guru dan siswa memandang proses
belajar. Apakah pembelajaran dianggap aktif, pasif, menyenangkan atau
membosankan, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi harus
dibedakan dengan sensasi (sensation). Yang terakhir ini merupakan fungsi fisiologis,
dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris.
Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan,
keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.
Jadi dapat dikatakan bahwa sensasi adalah proses manusia dalam dalam
menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan
menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “neural” yang bermakna.
Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah
benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap
oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak,
yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.
Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari
manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi
yang diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah,
tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu,
misalnya. Dapat disimpilkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integrated (terpadu), maka
seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam
persepsi tersebut (Walgito, 2001). Dengan persepsi individu menyadari dapat
mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang
ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

2
b. Kategori dan Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dalam Psikologi Belajar
Menurut Matthews dkk. (2014), persepsi dikategorikan ke dalam dua macam,
yaitu:
1) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari luar diri individu.
2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal
dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
Sejalan dengan itu, ada dua pula faktor yang mempengaruhi persepsi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Walgito (2014), faktor-faktor tersebut adalah:
1) Faktor Internal, yaitu faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan
kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat
susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan
individu pada waktu tertentu.
2) Faktor Eksternal, yaitu faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas
orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan
turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.
Agar siswa dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor-
faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu sebagaimana
yang diklasifikasikan oleh Walgito (2014) berikut ini:
1) Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
2) Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus
(fisiologis).
3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi
(psikologis).
Menurut Widayatun (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
menurut ahli meliputi sebagai berikut:
1) Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental,
kebutuhan dan wawasan)
2) Faktor usia
3) Faktor kematangan
4) Faktor lingkungan sekitar
5) Faktor pembawaan
6) Faktor fisik dan kesehatan
7) Faktor proses mental

3
c. Mekanisme Persepsi menjadi Tanggapan dalam Psikologi Belajar
Tidak jauh berbeda dengan Model Pemrosesan Persepsi & Tanggapan
dijelaskan bahwa tahapan dalam proses persepsi terdiri dari proses menerima,
menyeleksi, mengorganisasi, pengambilan keputusan dan pengecekan serta
memberikan reaksi berupa “tanggapan” kepada rangsang panca indra.
1) Proses menerima
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini
sering disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Proses ini
merupakan pengalaman elementer yang sifatnya segera, yang tidak memerlukan
penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan
dengan panca indra.
Dalam proses ini rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen
dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam
bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang
terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf.
Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari
obyek-obyek yang ada diluar.

2) Proses Menyeleksi Rangsang


Setelah tahapan menerima, ada proses yang didalamnya mengandung proses
seleksi ataupun sebuah mekanisme. Setelah menerima rangsang, data diseleksi.
Seleksi adalah memberikan perhatian sebagai proses mental, ketika rangsang atau
rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang lainnya
melemah.

3) Proses Pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu
bentuk. Pengorganisasian sebagai lanjjutan proses seleksi atau screening berarti
beberapa informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme
pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-
golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah

4
untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara
terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke
dalam bentuk yang sederhana.

4) Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan


Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: pertama
kategori primitif, dimana obyek atau peristiwa yang diamati, diseleksi dan ditandai
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search), pengamatan secara
cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari tambahan informasi untuk
mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek
mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini pengamatan tidak lagi terbuka
untuk sembarang memasukan melainkan hanya menerima informasi yang
memperkuat atau mengkonfirmasiakan keputusannya, masukan-masukan yang tidak
relevan dihindari.

5) Proses Terjadinya Tanggapan dari Persepsi


Proses terjadinya persepsi karena adanya obyek atau stimulus yang
merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi dibawa ke otak.
Dari otak terjadi adanya “pesan“ (meaning) atau jawaban (response) adanya stimulus,
berupa pesan atau respon yang dibalikkan (daya reaksi) ke indra kembali berupa
“tanggapan“ atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengelolaaan otak.

d. Definisi Tanggapan dalam Psikologi Belajar


Berdasarkan pembahasan mekanisme persepsi menjadi tanggapan, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa manusia memiliki daya reaksi. Dalam konteks,
psikologi pembelajaran, siswa menggunakan indra untuk mengamati segala sesuatu
yang ada dalam lingkungan belajar, sekolah dan kelas misalnya. Daya reaksi dari
pengamatan itu menghasilkan tanggapan. Makin baik daya reaksi siswa terhadap
lingkungan belajar akan makin banyak mereka memiliki tanggapan (Parnawi, 2019
hal. 28).

5
Banyak ahli psikologi belajar yang berpendapat bahwa tanggapan merupakan
salah satu fungsi jiwa yang pokok. Parnawi (2019) mengartikan tanggapan sebagai
gambaran ingatan dari pengamatan. Dijelaskannya, ketika objek yang diamati siswa
tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan dan mereka memiliki kesan-
kesan atau bayangan yang tertinggal; maka, bayangan yang tertinggal (baik berupa
short atau long term memories) setelah mereka melakukan pengamatan itulah yang
disebut tanggapan.

e. Proses Tanggapan dalam Psikologi Belajar


Secara umum, tanggapan dibagi menjadi dua kategori, yakni tanggapan laten
dan tanggapan aktual. Tanggapan laten merupakan tanggapan yang prosesnya terjadi
di bawah sadar atau tidak disadari dan suatu saat bisa disadarkan kembali. Sebaliknya,
tanggapan aktual adalah tanggapan yang prosesnya terjadi saat sadar.
Parnawi (2019) membuat empat kategori untuk proses terjadinya tanggapan
sebagai berikut:
1) Penghayatan (terutama pengamatan) itu meninggalkan bekas atau kesan gambaran
di dalam jiwa kita
2) Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh penghayatan itu disebut
proses pengiring
3) Gambaran penghayatan itu masih dapat kita bayangkan di dalam jiwa kita
4) Sebagai akibat dari penghayatan itu, tinggallah di dalam jiwa kita suatu kesan
yang mengingatkan kita pada pengamatan tadi. Gambaran berkesan itulah yang
diistilahkan tanggapan dalam psikologi.
Yang mengemukakan teori tentang tanggapan adalah Herbart, seorang
psikolog Jerman. Merujuk pada teori Herbart ini, belajar adalah memasukkan
tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya (Jahja, 2011).
Implikasi teori ini dalam pembelajaran adalah bahwa saat siswa menerima tanggapan
dari guru maka itu termasuk kategori belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya
sekedar membaca dan menulis secara fakum akan tetapi membuat proses tanggapan
terjadi sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Dengan
membuat/memfasilitasi proses tanggapan terjadi, berarti guru PAI secara tidak
langsung memasukkan tanggapan atau pesan-pesan ke dalam otak siswa sehingga
memori (ingatan/gambaran) dalam otak siswa yang masih kosong bisa terisi dengan
pelajaran baru yang dapat dijadikan sebagai pengetahuan mereka. Dalam konteks

6
pembelajaran, penerapan teori tanggapan ini dapat dindikasikan berdasarkan adanya
pemilihan materi ajar yang sederhana dan menarik, namun harus penting untuk siswa,
dan diberikan sesering mungkin; serta diawal pembelajaran harus dilakukan apersepsi
dan diakhir pembelajaran harus ada refleksi (Wolingga, 2018).

Kesimpulan
Persepsi dan tanggapan merupakan salah satu kajian dari objek psikologi.
Guru PAI diharapkan mampu memahami proses persepsi dan tanggapan dalam
aktivitas pikiran. Pemahaman tersebut dipertajam dengan menghubungkan teori
persepsi dan tanggapan ke dalam psikologi belajar. Agar pemahaman tersebut menjadi
penunjang ilmu pedagogi guru PAI, maka implementasinya dibutuhkan. Dari tinjauan
terkait persepsi dan tanggapan dapat disimpulkan bahwasanya teori psikologi
tanggapan memiliki peran penting dalam pembelajaran jika guru PAI memahami
prosesnya sebelum menerapkannya dalam pembelajaran PAI.

Daftar Rujukan
Almahiroh, R. (2020). Hubungan Persepsi Siswa tentang Pembelajaran PAI dengan
Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas X di SMA Sains Wahid Hasyim
Yogyakarta. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, 18(2),
416-432.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

KBBI (2021). Persepsi. Diakses dari https://kbbi.web.id/persepsi

King, L. A. (2011). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.

Parnawi, A. (2019). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Deepublish.

Purnomo, H. (2019). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta LP3M UMY, 66.

Soemanto, W. (2020). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

7
Sriwahyuni, D. I. (2020). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi Pedagogik
Guru dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTs
Ma'arif Balong Ponorogo (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).

Thahir, A. (2014). Psikologi Belajar: Buku Pengantar dalam Memahami Psikologi


Belajar. Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung.

Walgito. B. (2001). Handout Psikologi Belajar, Fakultas Psikologi Universitas Gajah


Mada, Yogyakarta.

Widayatun, T. R. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai