Anda di halaman 1dari 14

MODUL PEMBELAJARAN

PERTEMUAN 3

MATA KULIAH
PSIKOLOGI KOGNITIF
(PSB 209)
3 SKS
SEMESTER 3

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
MODUL 3
ATENSI

CP-MK
Mahasiswa mampu menganalisis perilaku manusia berdasarkan proses kognitifnya secara
sistematis sesuai dengan konsep teori psikologi kognitif.

Sub-CPMK
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses fundamental mengenai fungsi-fungsi kognitif
manusia mencakup konsep dasar dan proses neurologis dalam menghasilkan perilaku
manusia.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dan menganalisis berbagai situasi/fenomena
kehidupan sehari-hari berdasarkan fungsi kognitif manusia.

METODE
Discovery learning dan diskusi.

PENGALAMAN BELAJAR
1. Melalui metode belajar yang interaktif, saintifik, dan kontekstual mahasiswa dapat
menjelaskan proses retention and retrieval memory proses atensi sebagai fungsi kognitif
manusia.
2. Mahasiswa dengan bimbingan dosen menyimpulkan seluruh materi dan contoh kasus yang
didiskusikan secara representatif.

KRITERIA CAPAIAN
1. Ketepatan dalam menjelaskan proses Atensi Auditori
2. Ketepatan dalam menjelaskan proses Atensi Visual
3. Ketepatan dalam menjelaskan proses Central Attention
4. Ketepatan menjawab soal quiz minimal 60% dari total skor
5. Keaktifan dan ketepatan dalam menjelaskan jawaban di dalam forum diskusi
MATERI TENTANG ATENSI
Review
● Atensi
a. Kita memilih salah satu hal untuk diperhatikan dengan mengabaikan hal yang lainnya.
b. Fokus pada satu hal dengan mengabaikan hal lainnya.
● 3 Tipe Atensi Berdasarkan Proses
1. Selective attention / Orienting attention
2. Sustained attention / Focus attention
3. Divided attention / Shifting attention
● Tipe Atensi berdasarkan Sistemnya (Multifacet)
a. Visual attention system
b. Auditory attention system
c. Attention in perceptual processing

Serial Bottlenecks
● Bottlenecks merupakan sebuah penggambaran ketika kita memproses informasi mana
yang akan kita perhatikan adalah seperti bentuk botol, di mana pada bagian badannya
besar namun semakin menuju ke leher botol, ukurannya semakin mengecil. Dalam
memproses informasi pun prosesnya dari banyak informasi yang ada di sekeliling kita,
kita semakin mengerucutkan akan memperhatikan informasi yang mana.
● Ada empat isyarat fitur yang “trip the switch” dalam memilih informasi mana yang
akan diperhatikan.
1. Pitch: tinggi-rendahnnya suara.
2. Location: suaranya datang dari arah mana (kanan-kiri, atas-bawah).
3. Timbre: kualitas dari suaranya (serak-lembut)
4. Loudness: apakah suaranya keras atau lemah.
● Ada bottleneck yang berurutan pada aktivitas memproses informasi pada manusia.
● Intinya: informasi tidak mungkin secara terus menerus diproses secara paralel.
● Pertanyaannya, apakah:
a. Bottleneck terjadi sebelum kita mempersepsi adanya stimulus? Atau
b. Setelah kita mempersepsi adanya stimulus sebelum kita memikirkan tentangnya?
Atau
c. Hanya beberapa saat sebelum tindakan motorik terjadi?
● Ketika mempelajari atensi, kita harus membedakan antara:
a. Goal-directed factors (endogenous control): proses yang terjadi pada left
lateralized (hemisfer).
b. Stimulus-driven factors (exogenous control): proses yang terjadi di right
lateralized (hemisfer).
Area biru:
Area otak yang terlibat dalam proses atensi dan area
perseptual dan motor yang dikontrol.
→ Area parietal penting untuk mengarahkan sumber-
sumber perceptual.
→ Area prefrontal penting dalam eksekutif kontrol.
Attentional system select information to process at
serial bottlenecks where it is no longer possible to do
things in parallel.

Auditory Attention
● Dichotic Listening Task
→ Partisipan diberi headphone, kemudian ia mendengar 2 pesan pada waktu bersamaan
di telinga kanan dan telinga kiri.
→ Partisipan diminta mengulang kembali kata-kata dari pesan salah satu dari dua pesan
tersebut.
→ Kebanyakan partisipan mampu memperhatikan satu pesan saja dan mengabaikan pesan
yang lainnya.
→ Partisipan tidak mampu membedakan kedua pesannya jika suaranya sama (misal suara
dari kedua pesannya ada suara perempuan) karena partisipan tidak mampu untuk
membedakan pesan hanya dari makna kata/kalimatnya. Jika suara yang mereka dengarkan
berbeda, akan lebih mudah untuk memilih akan mendengarkan yang mana.
Hasil percobaan:
a. Sangat sedikit info yang dapat diproses oleh partisipan dari apa yang TIDAK IA
PERHATIKAN.
b. DI SATU SISI, partisipan dapat melaporkan apakah suara/pesan yang tidak
diperhatikan itu dari laki-laki atau dari perempuan, apakah suara manusia atau noise,
tetapi mereka tidak dapat mengatakan bahasa apa yang dibicarakan, atau kata-katanya
apa, bahkan ketika kata-kata itu diulang-ulang.
INTINYA:
Kita seperti mendengar ‘sautan-sautan’ suara, namun tidak memahami apa isinya karena kita
tidak fokus pada hal tersebut. Suara itu seperti ‘latar’ saat kita sedang mendengarkan informasi
yang lain.
→ Dichotic Listening: Apa yang dapat subjek deteksi?

Dapat Dideteksi Tidak Dapat Dideteksi

Percakapan atau bukan percakapan. Arti/makna dari pesannya.

Suara pria atau wanita. Mengidentifikasi kata-kata yang spesifik.

Terkadang perubahan bahasa (misal dari


Bahasa Jerman ke Bahasa Inggris).

A. The Filter Theory


● Dikemukakan oleh Broadbent (1958).
● Asumsi dasar: informasi sensori masuk ke sistem (di otak) hingga bottleneck
tercapai.
● Orang akan memilih pesan yang akan diproses atas dasar ciri-ciri fisik suara (misal
pitch/nada suara pembicara) atau mereka juga memilih pesan untuk diproses atas dasar
semantic content (struktur kalimat, pilihan kata, dsb).
B. The Attenuation Theory and the Late-Selection Theory
The Attenuation Theory
● Treisman (1964) mengemukakan modifikasi model Broadbent (Attenuation theory).
● INTI: pesan-pesan tertentu akan dilemahkan (attenuated) -secara sadar-, tapi bukan
atas dasar ciri-ciri fisik suara. Pada umumnya hal ini dilakukan karena kita memang
ingin fokus pada pesan tertentu.
● Partisipan dapat meminimalkan tanda-tanda pada unattended ear tapi tidak
mengeliminasinya.
● Ciri semantik dapat diterapkan untuk semua pesan. Tujuannya adalah apakah ciri ini
nantinya yang akan dilemahkan atau justru tidak berpengaruh sama sekali.

Late Selection Theory


● Deutsch & Deutsch (1963) mengemukakan Late Selection Theory.
● Semua informasi diproses secara lengkap tanpa attenuation.
● All stimuli - both attended and unattended - are processed to the same deep level of
analysis until stimulus identification occurs; subsequently, only the most important
stimuli are selected for further processing (https://dictionary.apa.org/).
● HIPOTESIS: keterbatasan kapasitas adalah pada respons sistem bukan pada
perceptual system.
● Mengklaim bahwa orang dapat menangkap/mempersepsi beragam pesan, tetapi hanya
satu pesan yang mampu dikatakan.
● Jadi orang perlu alasan untuk memilih pesan mana yang akan diulang.
● Atensi dapat meningkatkan atau menurunkan respons terhadap sinyal auditory
dalam primary auditory cortex.
Perbedaan Early Selection Theory dan Late Selection Theory

Early Selection Theory Late Selection Theory

SEJAK AWAL SUDAH DISELEKSI.. Semua stimulus diolah, SELEKSI


‘BELAKANGAN’

Hanya stimulus tertentu yang diolah. Saat sudah diolah, dalam perceptual system
KITA MEMILIH MANA YANG LEBIH
PENTING UNTUK DIPERHATIKAN.

Ada hal yang kita lekatkan/identikkan Tapi pesan lain tetap mampu kita
dengan stimulus tersebut sehingga membuat ‘ingat’/’ketahui’.
kita lebih memperhatikannya dibanding
yang lain.
Visual Attention
● Retina memiliki ketajaman yang bervariasi. Ketajaman terbesar adalah pada fovea (area
yang sangat kecil).
● Mata manusia memiliki bagian lapangan pandang yang besar. Jadi kita harus memilih di
mana fokus penglihatan kita (kita mau fokus melihat bagian yang mana).
● Gambar 3.6
→ Hasil dari eksperimen untuk menentukan
bagaimana orang bereaksi terhadap stimulus yang
terjadi pada 7° sebelah kiri dan kanan dari poin
fiksasi.
→ Grafik memperlihatkan waktu reaksi partisipan
terhadap tanda-tanda unexpected, no expectation,
expected.

● PERCOBAAN
→ Partisipan diperintahkan untuk memperhatikan sisi di mana stimulus akan muncul
(diberitahu di bagian mana stimulus akan muncul).
→ Hal ini dicoba beberapa trial, tetapi kadang juga tidak diberitahu di sisi mana
stimulus akan muncul.
→ Hasilnya: yang diberitahu 80% jawaban benar (expected side), 20% benar pada
unexpected side.
→ Penelitian memonitor adanya eye movement dan adanya kondisi di mana mata diam
pada posisi/poin yang fix/tetap.
→ Partisipan akan cepat waktu reaksinya ketika stimulus tampak di lokasi yang
diharapkan dan lebih lambat waktu reaksinya ketika tampak di lokasi yang tidak
diharapkan.
→ Mata kita mampu berpindah dari atensi dari mana mata kita terfiksasi.
● Neisser & Becken (1975): memproses a complex visual scene.
→ Partisipan mengobservasi 2 video, video 1 hand-slapping game, video satunya lagi
adalah 3 orang yang sedang bermain basket (gambar 3.7).
→ Partisipan diinstruksikan untuk memperhatikan salah satu gambar dan melihat odd
event seperti 2 pemain basket dalam hand-slapping game pausing dan kemudian
bersalaman.
→ Partisipan mampu memonitor salah satu film dan mengabaikan yang lain.
→ Ketika diminta mengamati kedua film untuk menemukan odd event, partisipan
kesulitan dan sering kehilangan kejadian tersebut.
● O’Craven, Downing & Kanwisher (1999)
→ Partisipan diminta melihat serangkaian gambar-gambar yang berisi gambar wajah
dan gambar rumah. Mereka diinstruksikan mencari pengulangan gambar wajah dan
mencari pengulangan gambar rumah.
→ Ketika mengamati gambar wajah, maka area fusiform di lobus temporal menjadi
aktif.
→ Ketika mengamati gambar rumah, maka area parahipocampal menjadi lebih aktif.
→ Atensi menentukan area di korteks temporal yang terlibat dalam memproses
stimulus.
People can focus their attention on parts of the visual field & move their focus of
attention to process what they are interested in.

A. The Neural Basis of Visual Attention

❖ When people attend to a particular spatial location, there is greater neural


processing in portions of the visual cortex corresponding to that location.
B. Visual Search
❖ Orang mampu memilih stimulus yang akan diperhatikan atas dasar
lokasi.
❖ Cari huruf K dalam barisan huruf-huruf di sebelah.
❖ Ketika orang terlibat dalam aktivitas suatu pencarian, maka mereka akan
mengalokasikan atensinya secara intens untuk proses tersebut.
❖ It is necessary to search through a visual array for an object only when
a unique visual feature does not distinguish that object.
C. The Binding Problem
❖ Binding problem adalah bagaimana otak mengambil bersama-sama beragam
fitur dalam visual field untuk menghasilkan suatu objek tertentu.

❖ Treisman & Gelade


❖ Adalah lebih mudah
menemukan T dari kelompok
pengecoh, bila (a) huruf target
memiliki fitur yang mudah
dibedakan dari huruf pengecoh
daripada (b) huruf target berada
dalam huruf pengecoh yang
fiturnya susah dibedakan.

❖ Feature - Integration Theory (Treisman)


→ Orang harus memfokuskan atensinya terhadap suatu stimulus sebelum mereka
dapat mensintesiskan fitur-fitur tersebut ke dalam sebuah pola/pattern.
→ Sistem visual dapat pertama mengarahkan atensi ke lokasi red vertical bar dan
menyimpulkan itu objek apa, kemudian mengarahkan atensi ke green horizontal
bar dan menyimpulkan objek apa.
→ Ketika mengidentifikasi “K”, kita mengarahkan atensi bahwa ada 1 garis
vertikal dan 2 garis diagonal → kita dapat mengidentifikasi bahwa itu bentuk
“K”.
Kita mampu mengkombinasikan fitur-fitur ke dalam persepsi yang akurat hanya
ketika atensi kita fokus pada suatu objek.
❖ Sustained Attention
→ Ketika partisipan diminta untuk sengaja mengikuti bola yang dilemparkan oleh
pemain berpakaian putih, mereka cenderung tidak menyadari gorila hitam yang
berjalan melintasi ruangan.
For feature information to be synthesized into a pattern, the information must be in
the focus of attention.
D. Neglect of the Visual Field
❖ Bukti bahwa atensi visual terhadap lokasi spasial mengakibatkan peningkatan
aktivasi bagian lobus parietal.
❖ Struktur saraf yang mengendalikan atensi bisa di mana saja dalam parietal cortex.
❖ Kerusakan pada parietal cortex mengakibatkan defisit dalam atensi visual. Posner,
Walker, Friedrich & Rafal (1984) menyatakan bahwa pasien dengan luka pada
lobus parietal mengalami kesulitan dalam atensi di satu sisi visual field.

❖ Gambar 3.17
→ Kinerja pasien dengan kerusakan pada
hemisfer kanan, yang diperintahkan untuk
memberikan garis/slash terhadap seluruh
lingkaran.
→ Karena rusak pada hemisfer kanan, maka
ia mengabaikan lingkaran di sisi sebelah kiri
visual field.

❖ Gambar 3.18
→ (a) adalah gambar yang diperlihatkan
pada pasien dengan kerusakan pada lobus
parietal.
→ (b) gambar yang dibuat pasien rusak
hemisfer kanan → ia bisa mereproduksi
komponen-komponen spesifik dari gambar,
tetapi tidak bisa mereproduksi konfigurasi
spasial.
→ (c) gambar dibuat pasien rusak hemisfer
kiri. Ia bisa membuat keseluruhan
konfigurasi, tetapi tidak bisa mereproduksi
gambar detailnya.
E. Object-Based Attention
❖ Lebih mudah untuk memperhatikan objek
daripada lokasi. Kolom kiri ujungnya sama (2 lekukan)
dan kolom kanan ujungnya tidak sama.
❖ Partisipan lebih cepat dalam menilai kolom kiri
daripada kolom kanan. Ketika menilai kolom kanan
ada shifting attention dari objek ke lokasi sehingga
waktunya lebih lambat.
❖ Dalam object-centered attention ada fenomena
inhibition of return.
❖ Visual attention can be directed either toward
objects independent of their locations independent of
what objects are present.

Central Attention
● Bagaimana keadaan kognisi setelah stimulus diperhatikan dan disandikan?
● Bagaimana kita memilih apa yang akan kita pikirkan?
● Umpamanya kita sedang mengendarai mobil menelusuri jalan dan kita melihat fakta
bahwa ada seekor anjing duduk di tengah jalan. Kita akan ingin mencari tahu mengapa
anjing itu duduk di situ, kita ingin mempertimbangkan apakah yang sebaiknya dilakukan
untuk membantu anjing itu, dan kita pasti akan memutuskan bagaimana menyetir yang
terbaik untuk menghindari kecelakaan.
Bisakah kita melakukan semua hal di atas sekaligus? Apabila tidak bisa, bagaimana kita
memilih problema yang paling penting untuk memutuskan bagaimana menyetir dengan
aman dan setelah itu istirahat?
● Dalam banyak keadaan, orang hanya mampu memikirkan satu hal.

People can process multiple perceptual modalities at once or execute actions in multiple
motor system at once, but they cannot process multiple things in a single system,
including central cognition.
A. Automaticity: Expertise Through Practice
❖ Efek secara umum dari praktik/latihan dan pemetaan yang konsisten adalah untuk
mengurangi komponen kognitif sentral dalam memproses informasi.
❖ Ketika seseorang telah mempraktikkan komponen sentral kognitif dari tugas secara
mencukupi, maka mengerjakan tugas hanya mensyaratkan bahkan tanpa pemikiran
lagi. Dikatakan bahwa kita mengerjakannya secara otomatis.
❖ Automaticity adalah suatu hal penting dalam derajat tertentu.
➢ Sebuah tugas dikatakan otomatis jika:
a. Tidak memerlukan atensi.
b. Terjadi di luar kesadaran.
c. Automaticity itu ballistic → sekalinya dimulai, maka akan dilakukan
hingga selesai.
➢ Belajar menyetir mobil → kalau sering latihan maka gerakan-gerakannya
menjadi otomatis → tidak lagi dipikirkan secara keras.

As tasks become practiced, they become more automatic and required less and less
central cognition to execute.
B. The Stroop Effect
❖ Proses otomatis tidak hanya tentang minim atau tidak ada sama sekali proses
eksekusi di pusat kognisi, tapi sesuatu yang sifatnya otomatis juga memang sangat
sulit untuk dicegah.
❖ Contoh:
→ Word recognition for practiced readers.
→ Sangat tidak mungkin jika kita TIDAK MELIHAT kata yang familiar untuk kita
dan tidak membacanya. Pasti OTOMATIS AKAN LIHAT DAN BACA.
Maka timbullah percobaan Stroop Effect.
❖ Reading a word is such an automatic process that it is difficult to inhibit, and it
will interfere with processing other information about the word.

C. Prefrontal Sites of Executive Control


❖ Ada bukti bahwa area prefrontal terutama penting dalam mengarahkan kognisi
sentral, yang dikenal sebagai executive control.
❖ Prefrontal cortex adalah area di frontal cortex bagian anterior sampai ke area
premotor.
❖ Apabila kerusakan pada area parietal menghasilkan defisit dalam perkembangan
atensi perseptual, kerusakan pada prefrontal cortex menghasilkan kesulitan dalam
executive control.
❖ Pasien dengan kerusakan ini secara total didorong oleh stimulus dan gagal
mengobtrol perilaku mereka mengikuti keinginan mereka.
❖ 2 bagian prefrontal yang penting dalam executive control:
→ Dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC) yang merupakan bagian atas dari
prefrontal cortex.
→ Anterior cingulate cortex (ACC).
❖ DLPFC penting dalam menyeting intensi dan kontrol perilaku → motivasi dan
executive function.
❖ ACC penting dalam kognitif control → affect, selective attention, social
interaction.
❖ Prefrontal regions, particularly DLPFC & ACC, play a major role in executive
control.

Kesimpulan
● Atensi sangat kuat berhubungan dengan kesadaran (consciousness).
● Atensi adalah a unitary system.
● Psikologi kognitif mulai mengakui bahwa atensi beroperasi di bawah tingkat
unconsciousness.
● Atensi bersifat multifacet.

Referensi
Anderson, John R. (2015). Cognitive psychology and its implications. New York: Worth
Publisher.
Andre Szameitat – Cognitive Psychology Lecture 03 – Part 2 (Model of Attention 1).
https://www.youtube.com/watch?v=cNrgb6fgu9w
Andre Szameitat – Cognitive Psychology Lecture 03 – Part 4 (Automaticity).
https://www.youtube.com/watch?v=YODOjeAt5kM
Paul Minda - Cognitive Psychology (2135) Unit 4 lecture.
https://www.youtube.com/watch?v=w1yai8haLyY&t=3296s

Pertanyaan untuk Diskusi


1. Dalam dunia yang sibuk yang dipenuhi beragam suara, bagaimana kita memilih apa yang
akan kita dengarkan?
2. Bagaimana kita menemukan informasi yang bermakna diantara gambaran visual yang
kompleks?
3. Apakah peran yang atensi mainkan dalam memasukkan visual pattern secara bersama-
sama sehingga kita mengenali objek yang dimaksud?
4. Bagaimana kita mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang paralel seperti misalnya
mengendarai mobil sambil mengobrol?

Anda mungkin juga menyukai