Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemerataan perluasan akses pendidikan diarahkan dalam upaya memerluaskan
daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi
semua perserta didik dari golongan masyarakat yang berbeda baik secara social,
ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta
kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk menigkatkan kapasitas penduduk
Indonesia untuk dapat elajar sepanjang hayat dalam rangka meningkatkan daya saing
bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat indeks pembangunan manusia
(IPM) hingga mencapai posisi sama dengan atau lebih baik dari peringkat IPM
sebelum krisis.
Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing dimasa depan diharapkan dapat
memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interksinya hingga
dapat hidup bersama dalam keragaman social dan budaya. Selain itu, upaya
peningkatan mutu dan relevansi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta
daya saing bangsa. Mutu pendidikan juga dilihat dari meningkatnya penghayatan dan
pengamalan nilai nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan takwa serta
berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika,
dan kualitas jasmani.
Penigkatan mutu dan relevansi diukur dari pencapaian kecakapan akademik
dan non-akademik yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat proaktif
terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik ditingkat local, nasional
maupun global. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan yang semakin meningkat
yang mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai

komponen yang terkait dengan mutu pendidikan yang mencakup standar isi, standar
proses dan standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan dan
standar nilai pendidikan.
Pemerintah mendorong dan membimbing satuan satuan dan program (studi)
pendidikan untuk mencapai standar yang diamanatkan oleh SNP. Peningkatan mutu
pendidikan semakin diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran baik pada
pendidikan formal maupun nonformal dalam rangka mewujudkan proses yang
evisien, menyenangkan dan mencerdaskkan sesuai tingkat usia, kematangan, serta
tingkat perkembangan peserta didik. Upaya peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan secara berkelanjutan akan dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan satuan pendidikan secara terpadu yang pengelolaannya dikoordinasi secara
terpusat. Dalam pelaksanaanya koordinasi tersebut didelegasikan kepada gubernur
atau aparat vertical yang berkependudukan di provinsi.
2. Rumusan Masalah
Apakah kekurangan dan solusi untuk perluasan akses pendidikan ?
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kekurangan dan solusi untuk perluasan akses pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Kekurangan Dalam Perluasan Akses Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilita pendidikan yang tersedia. Saat ini kondisi
pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di kota-kota besar sarana
dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju. Sedangkan di desa-desa hanya
mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Bukan hanya masyarakat di desa saja
yang masih tertinggal pendidikannya. Daerah-daerah di Indonesia timur bukan hanya
sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga
sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain.
Walaupun ada warga negara Indonesia yang tinggal di kota-kota besar tapi karena
mereka termasuk ke dalam warga negara yang kurang mampu sehingga mereka tidak
bisa merasakan pendidikan.
Banyak anak-anak yang masih di bawah umur sudah bekerja untuk membantu
orang tua mereka dalam mempertahankan hidupnya. Padahal, bagi anak-anak di
bawah umur sangatlah membutuhkan pendidikan minimal sekali adalah sekolah
dasar, sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD,
maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui
berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya
berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak
terbelakang dan menjadi penghambat pembangunan. Tentunya, untuk mengatasi
masalah pemerataan pendidikan pemerintah telah mengupayakan berbagai cara agar
pendidikan di Indonesia merata sejak tahun 1984. Seperti mulai dari pemerataan

pendidikan sekolah dasar, selanjutnya diikuti dengan wajib belajar 9 tahun sejak 2
Mei tahun 1994. Wajib belajar 9 tahun direncanakan tuntas pada tahun 2008, serta
menyebar lulusan guru-guru ke daerah-daerah yang masih minim tenaga pengajarnya
dan banyak lagi program-program yang pemerintah lakukan. Sudah banyak dari
program-program pemerintah tersebut yang berhasil, namun upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah tidak semuanya berhasil. Masih banyak upaya pemerintah yang
kurang berhasil bahkan bisa juga disebut gagal dalam pelaksanaannya.
2. Solusi Perluasan Akses Pendidikan
Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya
memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang
sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik
secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan
intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
penduduk Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan
daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat indeks pembangunan
manusia (IPM) hingga mencapai posisi sama dengan atau lebih baik dari peringkat
IPM sebelum krisis. Untuk itu, sampai dengan tahun 2009 dilakukan upayaupaya
sistematis dalam pemerataan dan perluasan pendidikan, dengan mempertahankan
APM-SD pada tingkat 95%, memperluas SMP/MTs hingga mencapai APK 98,0%
serta menurunkan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas hingga 5%.
Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan
merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial-budaya (yaitu
penduduk miskin, memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan daerah
terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual
peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan
membantu dan mempermudah mereka yang belum bersekolah, putus sekolah, serta
lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/ SMPLB yang masih
besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan.
4

Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan


aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang
menghadapi hambatan tersebut. PenuntasanWajar Dikdas 9 Tahun akan menambah
jumlah lulusan SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong
perluasan pendidikan menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan
menengah, Pemerintah juga melakukan perluasan pendidikan menengah terutama
bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA
yang bersifat reguler melalui SMA Terbuka dan Paket C, sehingga pada gilirannya
mendorong peningkatan APM-SMA. Oleh karena SMA cenderung semakin meluas
jauh di atas SMK, maka Pemerintah lebih mempercepat pertumbuhan SMK diiringi
dengan upaya mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.
Pada dasarnya ada banyak metode pemecahan masalah dalam dunia
pendidikan yang ada di Indonesia yang bisa digunakan oleh pemerintah dan juga
pihak-pihak yang berwenang alam dunia pendidikan untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Adapun metode pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Cara Konvesional
Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi
dan sore).
b. Cara Inovatif
Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau
Inpacts System (Instructional Management by Parent, Community and,
Teacher). Sistem tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa

provinsi.
SD kecil pada daerah terpencil.
Sistem Guru Kunjung.
SMP Terbuka (ISOSA In School Out off School Approach).
Kejar Paket A, B, dan C.

Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pemerataan oendidikan merupakan suatu masalah yang sangan rumit dan tak
kunjung selesai. Banyak hal yang mempengaruhi masalah pemerataan pendidikan di
Indonesia seperti pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan, jumlah
masyarakat miskin cukup besar dan banyaknya daerah yang terpencil dan sulit
dijangkau oleh kendaraan. Berbagai upayapun telah dilakukan oleh pemerintah dalam
mengatasi masalah pemerataan pendidikan seperti program wajib belajar 9 tahun,
Kejar Paket A, B, dan C dan penggunaan APBD. Namun upaya tersebut masih belum
merata.
2. Saran
Sebaiknya

pemerintah

lebih

meningkatkan

upaya-upaya

pemerataan

pendidikan di Indonesia dan pengawasan terhadap penyaluran bantuan yang diberikan


kepada masyarakat miskin seperti biaya siswa yang lebih di tingkatkan agar bantuan
tersebut tepat pada sasarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dirga. 2013. Kualitas Pendidikan di Indonesia. http://dirgamath29.wordpress.com.


diakses 27 Juli 2016
Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia. http://edu-articles.com.
diakses pada 27 Juli 2016
Sri Lestari. 2012. PEmerataan Pendidikan. http://srilestari59.blogspot.com. diakses
pada 27 Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai