Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Teknologi Media Sosial Instagram Untuk

Meningkatkan Well-Being Peserta Didik Dalam Layanan


Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pendidikan
Berkelanjutan
Costly Ifada
Ifadacostly19@gmail.com

ABSTRAK
Instagram menjadi popular saat teknologi maju dengan pesat mulai dari alat
komunikasi yang semakin canggih hingga kemudahan penggunaan media social.
Sehubungan dengan media social, kurikulum merdeka atau program merdeka
belajar yang dikembangkann telah oleh Kemendikbudd adalah berusaha
memfasilitasi peserta didik sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajarnya. Salah
satuuupaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebutt adalah
terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat bersahabat secara online
untuk meningkatkan well-being student yang mana menciptakan kebahagiaan,
kesejahteraan, pola piker positif dan emosii positif peserta didik. Dalam
praktiknya, peran seorang Guru BK/Konselor penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan well-being student. Sedangkan Instagram sangat popular di
kalangan remaja generasi saat ini. Oleh karena itu, memanfaatkan media social
Instagram menjadi pilihan yang tepat sebagai layanan bimbingan dan konseling.
Tujuan dari penulisan artikel inii adalah untuk memberikan gambaran terkait
upaya atau peran bimbingan dan konsleing dalam memberikan layanan terkait
well-being peserta didik yang bermaksud untuk mengoptimalkan pelaksanaan
kurikulum merdeka; merdeka belajar dan pemanfaatan media social Instagram
untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling. Metode yang digunakan
adalah kajian literatur terhadap beberapa jurnal dan artikel yang membahas
tentang topik terkait sebagai bahan landasan penulis membangun sebuah
paradigma. Hasil dari kajian literatur ini adalah peran Guru BK/Konselor dalam
meningkatkan well-being peserta didik dapat dilakukan dengan membangun
persepsi peserta didik terhadap Guru BK/Konselor yang helpful/friendly dan
understanding. Hal ini akan berdampak pada kesejahteraan perasaan peserta didik
yang bermuara pada keberhasilan program kurikulum merdeka; merdeka belajar
yang diterapkan kepada peserta didik.
Kata kunci: media social Instagram, well-being, bimbingan dan konseling,
kurikulum merdeka.

ABSTRACT

Instagram became popular when technology advanced rapidly, starting from increasingly
sophisticated communication tools to the ease of use of social media. In relation to social
media, the independent curriculum or independent learning program developed by the
Ministry of Education and Culture seeks to facilitate students according to their potential
and learning needs. One of the efforts that can be made to achieve this goal is the creation
of guidance and counseling services that can be friendly online to improve student well-
being which creates happiness, well-being, positive thinking patterns and positive emotions
in students. In practice, the role of a guidance counselor/counselor is important to improve
and develop student well-being. Meanwhile, Instagram is very popular among the current
generation of teenagers. Therefore, utilizing social media Instagram is the right choice as
a guidance and counseling service. The purpose of writing this article is to provide an
overview of the efforts or role of guidance and counseling in providing services related to
the well-being of students who intend to optimize the implementation of the independent
curriculum; independent learning and use of social media Instagram to support guidance
and counseling services. The method used is a literature review of several journals and
articles that discuss related topics as the basis for the author to build a paradigm. The
results of this literature review are that the role of guidance counselors/counselors in
improving students' well-being can be done by building students' perceptions of guidance
counselors/counselors who are helpful/friendly and understanding. This will have an
impact on the welfare of students' feelings which will lead to the success of the independent
curriculum program; independent learning applied to students.

Keywords: social media Instagram, well-being, guidance and counseling, independent


curriculum.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu saranaa untuk mencetak generasi dan


mempersiapkann sumber daya manusiaa yang berkualitas untuk masaa depan.
Selaras dengan ini, berdasarkan Sidang Umum PBB padaa Septemberr 2015,
yaituu agenda 2030 tentang Tujuann Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atauu
Sustainable Goals (SDGs), pendidikan termasuk dalam bagian tujuan yang ingin
dipelihara dan dikembangkan. Pendidikan yang berkualitas adalah memastikan
akses universal untuk pendidikan berkualitas yang setaraa dan inklusif serta
meningkatkan kesempatan pendidikan seumur hidup untuk semua orang. Dalam
menyikapi hal itu, kementerian pendidikan sebagai pusat pengembangan
pendidikan di Indonesia membuat kebijakan pemerintah. Pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
antara lain, (1) Undang-Undangg Nomor 20 Tahunn 20033 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (2) Kurikulum Merdeka, (3) Program Indonesia Pintar.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pendidikan baru di Indonesia


yang diperkenalkan pada tahun 2022 untuk menyongsong perkembangan zaman.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang fleksibel dan dapat disesuaikan
dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing peserta didik atau
disebut dengan merdeka belajar. Kurikulum ini berfokus pada pengembangann
keterampilan dan kompetensii peserta didik, tidak hanya menghafal fakta. Hal
ini mendorong peserta didik untuk kreatif, berpikir kritis, berkualitas, ekspresif,
aplikatif, variatif dannprogresif (Rahayu et al., 2022).

Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan zaman akan berjalan ideal


ketika guru serta pesertaa didik dapat bekerja sama untuk menjawab tantangan-
tantangan baru yang muncul dalam penerapan kurikulum merdeka. Perubahan
kurikulumm yang berkesinambungann dan kondisi lingkungann serta sosial
yangg baru seperti, iklim pembelajaran, guruu baru, hubungan baru dengann
teman sebaya, dan lain sebagainya merupakan salah satu penyebab yang dapat
menimbulkan permasalahan dalam proses belajar peserta didik misalnya stres
akademik. Hal ini dikarenakan peserta didik diharapkan mampu untuk
menyesuaikan dirinyaa terhadap perubahan kurikulumm dan lingkungan sosial
yang baru (Barseli et al., 2018).

Dalam penerapan kurikulum merdeka di satuan pendidikan sekolah,


selain memberikan dampak positif seperti keseimbangan antara kemajuan mutu
pendidikan dengan perkembangan zaman, akan tetapi juga memberikann
dampak negatiff seperti mutu pendidikan yang dapat menurunn dan perubahan
perkembangann kurikulum yang begitu cepat dapat menimbulkan masalah-
masalah baru seperti menurunyaa prestasii peserta didik. Hal ini dikarenakann
peserta didik belum sepenuhnya mampu menyesuaikann dengan sistem
pembelajaran pada perkembangann kurikulum merdeka (Rahmadhani et al.,
2022). Selain itu, beberapa waktu terakhir terjadi issue dan fakta tentang self
harm dan suicide pada peserta didik yang diakibatkan oleh tekanan dalam
belajar.

Selain itu, dalam mewujudkan kurikulum merdeka akan berkaitan


dengan pemahamann dan keterampilan seorang guru dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajarann yang berdiferensiasi. Selain pemahamann seorang
guruu sebagai ujung tombak dalam menciptakan kesejahteraan peserta didik
maka diharapkan memiliki pengetahuan pedagogik yang sesuai dengan
perkembangann peserta didik baik secara fisik, pengetahuan, pengalaman baik
secara individuu ataupun sosial. Kondisi peserta didik memiliki kontribusi baik
dari faktor eksternal maupun faktor internal dalam pembelajaran yang
dihadirkan untuk peserta didik dapat mendatangkan kesejahteraan bukan
kesulitan dan membebani secaraa psikologi karena kesejahteraan dalam belajar
peserta didik merupakan aspek dalam proses keberhasilan pembelajaran di
sekolah (Rasyid, 2020).

Meski hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Guru BK/Konselor,


zaman ini teknologi sudah maju dengan pesat sehingga tantangan-tantangan dan
upaya tersebut dapat dipermudah dengan pemanfaatan teknologi yang dapat
digunakan dalam menunjang ke-optimalan layanan bimbingan dan konseling.
Media sosial saat ini menjadi populer di kalangan remaja dan dianggap sebagai
bagian penting dari kehidupan sehari-harinya untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Instagram adalah salah satu platform media
sosial yang memungkinkan mereka untuk berbagi foto, video, dan berinteraksi
dengan teman dan keluarga (Agianto, dkk. 2020). Pada zaman yang semakin
berkembang penggunaan media sosial dalam pendidikan menjadi hal yang
menarik untuk dieksplorasi (Harsanto, 2017). Oleh karena itu, menjadi penting
untuk memanfaatkan media sosial instagram untuk mengembangkan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah ((Hafizah et al., 2023).

Peserta didik telah akrab dengan fitur-fitur pada platform instagram


sehingga memudahkan tujuan bimbingan dan konseling sampai pada
pemahaman peserta didik. Selaras dengan itu, penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa penggunaan media sosial dalam konteks pendidikan dapat mempengaruhi
ketrampilan sosial dan emosional peserta didik. Namun demikian, penggunaan
media sosial yang berlebihan juga dapat mengakibatkan dampak negatif seperti
isolasi sosial, insecurity, rendahnya kebahagiaan terhadap diri sendiri, dan
kehilangan kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain.

Well-being dapat diartikann sebagai kesejahteraann berdasarkan istilah


umum untuk kondisi individu atauu kelompok, baik dalam bidang sosial,
ekonomi, psikologi, spiritual ataupun secara medis yang sejahtera.
Kesejateraann (well-being) merupakan sebuah konsep yang merujukk pada
keadaan individuu yang memiliki mental yang sehat. Well-being juga merujuk
kepadaa konsep kebahagiaan, dimana kebahagiaan merupakan tujuan darii
aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Menurutt Allardt mendefinisikan well-
being sebagai keadaan yang memungkinkan individu memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan material maupun non-materiall
(Screen Listina, 2021).

Meskipun begitu, layanan bimbingan dan konseling dengan


memanfaatkan media sosial instagram bukan bermaksud untuk menambah
durasi peserta didik berselancar di dalam dunia online. Akan tetapi, layanan
bimbingan dan konseling ini dikembangkan dengan tujuan merubah dampak
negatif yang berpotensi timbul dengan mengarahkan peserta didik pada kegiatan
yang lebih positif dengan mengikuti layanan bimbingan dan konseling melalui
platform instagram. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis hendak
membagikan kajian literatur tentang « Pemanfaatan Teknologi Media Sosial
Instagram Untuk Meningkatkan Well-Being Peserta Didik Dalam Layanan
Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pendidikan Berkelanjutan ».

2. KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN


Bagi remaja, media sosial merupakan ruang publik dengan menghabiskan
waktu yang lama, bahkan berjam-jam hanya dengan menggunakan media sosial,
baik untuk mengunggah gambar atau video, melihat foto atau video,
berkomentar, atau bahkan mencari berita terkini yang muncul (Doni & Faqih,
2017). Fenomena penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi yang marak
saat ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya khususnya dalam bidang pendidikan
sehingga tercipta layanan pendidikan yang ramah terhadap peserta didik
khususnya peserta didik SMA (Herlinda, 2021a). Jika hal ini dimanfaatkan
dengan baik oleh dunia pendidikan, maka peserta didik tentu akan dengan mudah
mendapatkan informasi yang dikemas secara menarik.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan pendidikan yang
diberikan di sekolah yang bertugas memfasilitasi peserta didik dalam mencapai
perkembangan optimal dan mempunyai 4 fungsi khusus yaitu pemahaman,
penyaluran, adaptasi dan penyesuaian dimana pelaksanaannya berupa layanan
kepada peserta didik dalam mengembangkan empat hal penting. aspek
kehidupan yaitu pribadi, sosial, studi, dan karir (Kamaluddin, 2011). Dalam
melaksanakan layanannya, konselor sebagai guru bimbingan dan konseling
memerlukan media informasi yang menjembatani materi bagi peserta didik.
Media ini disebut media bimbingan dan konseling (Rahman et al., 2019). Media
bimbingan dan konseling adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau bahan layanan bimbingan dan konseling dengan cara
merangsang pikiran, perasaan, keprihatinan, dan keinginan peserta didik untuk
memahami dirinya dan mengambil cara pemecahan masalah yang dihadapinya
(Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 pasal 4 ayat (4)). Media bimbingan dan
konseling yang menarik memungkinkan peserta didik memiliki minat,
antusiasme, dan kemauan yang tinggi untuk memberikan perhatian khusus pada
setiap materi layanan yang diberikan. Hal ini merupakan terobosan yang baik
bagi konselor untuk mengembangkan keterampilannya dalam mengolah media
bimbingan dan konseling secara kreatif, mudah diterima, dan menarik bagi
peserta didik, (Suwidagdho., Kurniawan., & Ningsih, 2021) dalam ((Simon et
al., 2022)).
Selain untuk menarik perhatian peserta didik pada materi layanan
bimbingan dan konseling juga sebagai pengalihan atau pencegahan dari dampak
negative yang disebabkan oleh penggunaan media social. Oleh karena itu, sangat
penting juga untuk meningkatkan well-being bagi peserta didik supaya layanan
bimbingan dan konseling yang disampaikan dalam media social dapat ditangkap
secara positif oleh peserta didik.
Konsep well-being dibrackdown dari teori sosiologi yang membahas
kesejahteraan (having, loving dan being) darii Allard. Konsep kesejahteraan
sudah diukur menggunakann berbagai instrument antara lain indeks kepuasan
hidup (Neugarten, 1961), kuesioner kesehatan umum (Goldberg, 1978), general
well-being (Dupuy, 1984) dan kebahagiaann (Argyle et al., 1987) dalam (Rasyid,
2020). Kemudian sekolah yang ideal merupakann sekolah yang mampu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi
dirinya secara holistik sehingga membuat peserta didik merasa sejahtera (well-
being), karena kesejahteraann peserta didik dapat mempengaruhi hampir seluruh
elemen bagi optimalisasi fungsi peserta didik di sekolah. Hal ini selaras dengan
tujuan dan harapan dari kurikulum merdeka; merdeka belajar.
Pervin dalam Rasyid, 2020 menyatakann bahwa individu yang memiliki
rasa optimis yang tinggi cenderung mampu menyesuaikan diri dengan baik pada
situasi tertentuu seperti ketika berada di sekolah. Konsep tersebut memiliki
harapan bahwa kesejahteraan peserta didik sangat penting. Dalam menilai
kelayakan sekolah terkait belajar mengajar perlu memperhatikan perasaan
peserta didik dapat diberikan dukungan seperti rasa aman, dan nyaman. Selain
itu, keadaan rumah peserta didik dan lingkungan sekitar juga berpengaruh
terhadap sekolah sehingga terbentuklahh peserta didik dengan well-being yang
baik.
Well-being yang dimiliki peserta didik akan terwujud pada perasaan
optimis, percaya diri, merasa aman, sehingga mendukung peserta didik untuk
menemukan potensi diri dan mengaktualisasikan kemampuannya pada hal-hal
positif sesuai dengan harapan kurikulum merdeka. Dalam hal ini, well-being
berperan pada peserta didik untuk membangun perasaan merasa baik dan
berfungsi dengan semestinya.
Dalam hal ini guru mempunyai peran penting dalam mendidik dan
mengajar serta membimbing peserta didik. Guru di sekolah khususnya Guru
BK/Konselor memiliki peran yang sama terhadap peserta didik yaitu
membimbing. Akan tetapi pada pengaplikasiannya, Guru BK/Koselor berfungsi
sebagai pemahaman, pemeliharaan, pengembangan, pengentasan, serta
perbaikan terhadap masalah-masalahh yang dihadapi peserta didik terutama
pada kasus yang berkaitan dengan perasaan ataupun psikologis. Peran Guru
BK/Konselor di sekolah adalah memberikan layanann bimbingan dan konseling
kepada pesertaa didik. Peran tersebut adalah serangkaiann tingkahh laku yang
saling bekaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungann
dengan kemajuan tingkah laku dan perkembangann peserta didik sebagai
tujuannya. Dengan demikian, Guru BK/Konselor harus mengembangkann
dirinya dengan ilmuu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkann dalam memberikan layanan.
Guru BK/Konselor dalam memberikan layanan perlu melihat keterlibatan
peserta didik dalam keseluruhan kegiatan layanan baik secara jasmani maupun
terlibat secara psikologis. Di samping itu, sangat luasnya peran dan hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh Guru BK/Konselor dalam kegiatan pemberian layanan,
dapat ditarik benang merah bahwa apa yang sedang diperankan oleh seorang
Guru BK/Konselor bermuara kepada kebutuhan peserta didik, baik secara
intelektual, fisik, dan yang terpenting adalah aspek psikologis yang berupa
kebahagiaan peserta didik. Dalam hal ini, kaitannya peran Guru BK/Konselor
kepada peserta didik adalah dalam menyikapi perubahan-perubahan kurikulum
yang berlaku di satuan Pendidikan beserta tujuan yang diharapkan muncul dan
berdampak pada kehidupan nyata, maka peserta didik sangat penting untuk
memiliki well-beingg yang baik. Well-beingg adalah kondisi emosi dan mental
yang relatif konsisten, well-being memiliki beberapa ciri berikut ini: (1) perasaan
dan sikap positif; (2) hubungan positif dengan orang lain di lingkungan sekolah;
(3) daya lenting; (4) pengembangan potensi diri secara optimal; dan (5) tingkat
kepuasan yang tinggii terhadap pengalaman belajar (Rasyid, 2020). Dalam
meningkatkan dan mengembangkan well-being pada peserta didik khususnya
Guru BK/Konselor melalui kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan
memanfaatkan media social Instagram
Well-being pada peserta didik dapat dibangun dan ditingkatkan melalui
factor eksternal terutama dari pihak Guru di sekolah dan dari pihak keluarga.
Pada saat peserta didik memiliki well-being yang baik juga akan berdampak pada
kenyamanan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar di sekolah.
Maka dari itu, terwujudnya tujuan kurikulum merdeka berkaitan dengan tingkat
well-being yang dimiliki peserta didik. Selain itu, peserta didik pada saat ini
sekaligus merupakan generasi masa depan yang menjadi harapan bangsa penting
untuk menempuh Pendidikan yang baik dan optimal demi memelihara generasi
di masa mendatang. Selain itu, dampak dari well-being peserta didik yang baik
pada mutu Pendidikan di Indonesia dimana hal itu merupakan tujuan dunia
dalam mewujudkan Pendidikan yang berkualitas dalam Suistanable
Development Goals (SDGs).
3. SIMPULAN
Berdasarkan review dari jurnal dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan pendidikan yang
diberikan di sekolah yang bertugas memfasilitasi peserta didik dalam mencapai
perkembangan optimal dan mempunyai 4 fungsi khusus yaitu pemahaman,
penyaluran, adaptasi dan penyesuaian dimana pelaksanaannya berupa layanan
kepada peserta didik dalam mengembangkan empat hal penting. aspek
kehidupan yaitu pribadi, sosial, studi, dan karir (Kamaluddin, 2011). Dalam
melaksanakan layanannya, konselor sebagai guru bimbingan dan konseling
memerlukan media informasi yang menjembatani materi bagi peserta didik.
Kemudian hal ini dapat disikapi dengan upaya pengembangan layanan
bimbingan dan konseling dengan pemanfaatan media social khususnya
Instagram.
Media bimbingan dan konseling yang menarik memungkinkan peserta
didik memiliki minat, antusiasme, dan kemauan yang tinggi untuk memberikan
perhatian khusus pada setiap materi layanan yang diberikan. Hal ini merupakan
terobosan yang baik bagi konselor untuk mengembangkan keterampilannya
dalam mengolah media bimbingan dan konseling secara kreatif, mudah diterima,
dan menarik bagi peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling juga sebagai
pengalihan atau pencegahan dari dampak negative yang disebabkan oleh
penggunaan media social. Oleh karena itu, sangat penting juga untuk
meningkatkan well-being bagi peserta didik supaya layanan bimbingan dan
konseling yang disampaikan dalam media social dapat ditangkap secara positif
oleh peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik dapat menembukan potensi diri serta
mengaktualiasasikan dirinya dengan perasaan optimis sehingga memunculkan
perasaan merasa baik dan berfungsi dengan baik. Selain itu, karena peserta didik
berada dalam lingkungan sekolah, Guru BK/Konselor khususnya memiliki peran
dan kewajiban dalam meningkatkan kodisi well-being peserta didik menjadi
lebih baik. Hal itu dapat dilakukan oleh Guru BK/Konselor dengan
mengembangkan diri terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan dalam memberikan layanan. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan membangun persepsi Guru BK/Konselor dihadapan peserta didik
sebagai interpersonal yang helpful/friendly dan understanding yang dapat
menimbulkan perasaan Bahagia dan sejahtera bagi peserta didik.
Dengan demikian, saat secara psikis dan fisik peserta didik siap untuk
menghadapi segala perubahan dan perkembangan yang sangat pesat dan cepat,
tujuan Pendidikan akan dengan mudah dicapai, apalagi dengan tujuan kurikulum
merdeka yang memberikan ruang kepada peserta didik untuk menjadi peserta
didik yang merdeka, yang dapat memilih kebutuhan belajarnya secara mandiri
sehingga dapat menggali potensi dalam dirinya serta mengaktualisasikan diri.
Oleh karena itu, antara well-being, peran layanan Guru BK/Konselor, dengan
ketercapaian atau keoptimalan program kurikulum merdeka; merdeka belajar
saling berkesinambungan satu sama lain. Sehingga hal ini dapat ditindaklanjuti
sebagai bentuk implikasi dari kajian literatur yang telah dilakukan.

4. REFERENSI

Barseli, M., Ahmad, R., & Ifdil, I. (2018). Hubungan stres akademik peserta didik
dengan hasil belajar. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(1),
40. https://doi.org/10.29210/120182136
Hafizah, A., Putri, A. C., Salsabila, S., Dewi, A., Amara, V., & Harahap, M. A.
(2023). Pemanfaatan Media Sosial Instagram dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik dan Implikasnya dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling di SMP DARUL AMAN. Da’watuna: Journal of
Communication and Islamic Broadcasting, 4(2), 495–502.
https://doi.org/10.47467/dawatuna.v4i2.4214
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak.
Jurnal Basicedu, 6(4), 6313–6319.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
Rahmadhani, P., Widya, D., Setiawati, M., Mahaputra Muhammad Yamin, U., &
Sudirman No, J. (2022). Dampak Transisi Kurikulum 2013 Ke Kurikulum
Merdeka Belajar Terhadap Minat Belajar Peserta didik (Vol. 1, Issue 4).
Rasyid, A. (2020). Konsep dan Urgensi Penerapan School Well-Being Pada Dunia
Pendidikan. Jurnal Basicedu, 5(1), 376–382.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.705
Screen Listina. (2021). KETERKAITAN ANTARA PENYUSUNAN RPP,
PERAN GURU DAN SEKOLAH DALAM PENCAPAIAN STUDENT
WELL-BEING. Journal of Educational and Language Research, 1(5), 467–
474. http://bajangjournal.com/index.php/JOEL
Simon, I. M., Atmoko, A., Indreswari, H., Pamintarso, K. C., & Memmase, J. Z.
(2022). The Use of Popular Social Media On Guidance And Counseling
Services In Middle School Counselors. Bisma The Journal of Counseling,
6(3), 407–412. https://doi.org/10.23887/bisma.v6i3.53372

Anda mungkin juga menyukai