Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Rasional

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengembangan


kurikulum menjadi Kurikulum 2013. Salah satu barometer yang dijadikan
alasan pentingnya perubahan kurikulum itu dilakukan adalah survey “Trends
in International Math and Science” oleh Global Institute pada tahun 2007,
dimana berdasarkan survey tersebut hanya 5 persen peserta didik Indonesia
yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan
penalaran. Sedangkan peserta didik Korea sanggup mengerjakannya
mencapai 71 persen. Indikator lain adalah Programme for International
Student Assessment(PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia di
peringkat 10 besar terakhir dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaiannya
adalah kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika, dan sains.
Penguasaan peserta didik Indonesia hanya sampai level 3 sementara negara
lain sampai level 4, 5 dan 6. Kedua survey ini menunjukkan prestasi peserta
didik Indonesia masih perlu ditingkatkan. Pengembangan kurikulum 2013
dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan
Fenomena dalam melanjutkan atau memilih program studi menunjukkan
bahwa peserta didik tamatan SMP/MTs yang memasuki SMA/MA dan SMK,
dan tamatan SMA/MA dan SMK yang memasuki perguruan tinggi belum
semuanya didasarkan atas peminatan peserta didik yang didukung oleh
potensi dan kondisi diri secara memadai sebagai modal pengembangan
potensi secara optimal, seperti kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat,
minat dan kondisi fisik serta sosial budaya dan minat karir mereka. Akibatnya
perkembangan mereka kurang optimal, tidak seperti yang diharapkan. Oleh
sebab itu, pengarahan lebih awal dalam peminatan, khususnya dalam
penyiapan penempatan dan penyaluran untuk kelanjutan studi yang sesuai
dengan potensi dan kondisi yang ada pada diri peserta didik serta
lingkungannya perlu segera dilakukan. Dalam rangka peminatan peserta didik
sejak SD/MI dan SMP/MTs, sampai dengan SMA/MA dan SMK diperlukan
adanya pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional.
Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan, bakat dan minat secara lebih luas dan terbuka
sesuai dengan prinsip perbedaan individu. Ini memungkinkan peserta didik
berkembang over achievement, yakni peserta didik yang memiliki tingkat
penguasaan di atas standar yang telah ditentukan baik dalam pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Untuk itu struktur Kurikulum tahun 2013
menyediakan (1) mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di
satu satuan pendidikan pada setiap satuan dan jenjang pendidikan, dan (2)
mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan
mereka. Kelompok mata pelajaran wajib dan pilihan termuat dalam struktur
kurikulum pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK), sementara itu
mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia SD/MI dan
SMP/MTs (7-15 tahun), maka mata pelajaran pilihan belum diberikan. Mata
pelajaran pilihan baru diberikan pada peserta didik usia pendidikan menengah
(15-18 tahun) yang terdiri atas pilihan akademik (SMA/MA) dan pilihan
kejuruan (SMK/MAK). Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada
fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan
minat peserta didik.
Implementasi Kurikulum tahun 2013 menekankan penilaian berbasis
proses dan hasil, dan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai
pencapaian target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah
mata pelajaran akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang
dilakukan oleh peserta didik. Kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal
yang integral pada penilaian proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan
perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu,
sosial, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pengembangan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan didalamnya terdapat perubahan program yang berkaitan
langsung dengan layanan bimbingan dan konseling adalah peminatan peserta
didik.Pelayanan peminatan peserta didik merupakan bagian dari upaya
advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(arahan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional) sehingga mencapai perkembangan optimal.
Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan
kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah
kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil
pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki
daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan
kondisi tersebut diharapkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan
keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi
tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.
Peminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan
keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas
pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini,
bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk memahami diri,
menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan
keputusannya secara bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling
membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dan kemandirian
dalam kehidupannya serta menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi. Di samping itu juga membantu individu dalam memilih, meraih dan
mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan
sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan
umum melalui pendidikan. www.berkassekolah.ga

Program bimbingan dan konseling terkait peminatan peserta didik


sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Guru BK/Konselor dengan
bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata
pelajaran, wali kelas, kepala tata usaha dan/atau orang tua di setiap satuan
pendidikan. Guru BK/Konselor melalui pelayanan BK membantu peserta
didik memilih dan menetapkan peminatan peserta didik, baik kelompok mata
pelajaran peminatan, pilihan kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman
minat berdasarkan kekuatan dan kemungkinan keberhasilannya. Oleh karena
itu Guru BK/Konselor harus dapat membantu peserta didik untuk
menemukan kekuatannya, yang berupa kemampuan dasar umum
(kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat, dan kecenderungan
peserta didik, serta dukungan moral dari orang tua. Sedangkan pelayanan
pendalaman minat bagi peserta didik sepenuhnya tanggung jawab Guru Mata
Pelajaran terkait dengan bidang studinya atau mata pelajaran yang
diampunya.
Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor seperti yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 16 tahun 2009 sebagai salah satu
pilar utama penyelenggara proses pendidikan di tingkat mikro sekolah
hendaknya mampu melaksanakan tugasnya secara professional, baik dalam
mengimplementasikan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan
menindaklanjuti pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa guru Bimbingan dan Konseling di sekolah pada
dasarnya perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang pelayanan
Bimbingan dan Konseling. Dengan demikian para guru Bimbingan dan
Konseling diharapkan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
memberikan pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan Kompetensinya
sebagai Konselor diantaranya Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial
dan Profesional yang berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI nomor 27 tahun 2008 dan sebagai bagian tak terpisahkan dalam
struktur kurikulum sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006.

B. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Pameungpeuk


Visi bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk adalah
berupaya mengembangkan potensi seluruh peserta didik secara optimal
agar peserta didik menjadi siswa yang memiliki kehidupan yang religius,
unggul dalam prestasi yang dilandasi oleh iman dan taqwa, memiliki rasa
setia kawan yang tinggi, dan berdaya dalam lingkungan masyarakat.

Misi bimbingan dan konseling adalah


1. Memfasilitasi perkembangan siswa agar dapat mengembangkan potensi
dan kepribadiannya seoptimal mungkin dengan menginternalisasi nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa,
2. Meningkatkan profesionalisme guru pembimbing atau konselor melalui
seminar, lokakarya, pelatihan, dan atau peningkatan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi,
3. Meningkatkan kolaborasi dan konsultasi dengan para guru mata pelajaran,
instansi terkait, MGBK, ABKIN, dan lain-lain, dan
4. Memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasaranan yang diperlukan.

C. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang mendasari penyusunan Pedoman
Peminatan Peserta Didik dalam Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen;
3. Undang-undang Republik IndonesiaI Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang
Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom;
6. Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional 2010;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2019 tentang Standar Nasional Pendidikan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor;
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya;
11. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor
14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya.

D. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan layanan bimbingan ialah agar konseli dapat (1) merencanakan
kegiatan penyelesaian study, perkembangan karir serta kehidupannya di masa
yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya
seoptimal mungkin, (3)menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungankerja, (4) mengatasi hambatan dan
kesulitan yang dihadapi dalam study, penyesuaian dengan lingkunngan
pendidikan, masyarakat maupun lingkunngan kerja.
Adapun, tujuan peminatan peserta didik secara umum adalah membantu
peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK menanamkan minat
mata pelajaran, memantapkan minat mata pelajaran, serta memilih dan
menetapkan minat kelompok mata pelajaran peminatan, lintas kelompok
peminatan dan/atau pendalaman minat yang diikuti pada satuan pendidikan
yang sedang ditempuh, pilihan karir dan/atau pilihan studi lanjutan sampai ke
perguruan tinggi.
Secara khusus tujuan peminatan peserta didik adalah:

1. Mengarahkan peserta didik SD/MI untuk


memahami bahwa pendidikan di SD/MI merupakan pendidikan wajib yang
harus dikuti oleh seluruh warga negara Indonesia dan setamatnya dari
SD/MI harus dilanjutkan ke studi di SMP/MTs, dan oleh karenanya
peserta didik perlu belajar dengan sungguh-sungguh dan meminati semua
mata pelajaran.
2. Mengarahkan peserta didik SMP/MTs untuk
memahami dan mempersiapkan diri bahwa:
a. Semua warga negara Indonesia wajib mengikuti pelajaran di sekolah
sampai dengan jenjang SMP/MTs dalam rangka Wajib Belajar 9 Tahun.
b. Peserta didik SMP/MTs perlu memantapkanminat pada semua mata
pelajaran, meminati studi lanjutan yang menjadi pilihan SMA/MAatau
SMK sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat,
minat,dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik,
memahami berbagai jenis pekerjaan/karir dan mulai mengarahkan diri
untuk pekerjaan/karir tertentu.
c. Setamat dari SMP/MTs peserta didik dapat melanjutkan pelajaran ke
SMA/MA atau SMK, untuk selanjutnya bila sudah tamat dapat bekerja
atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi.Peminatan di SMP/MTs
adalah mempersiapkan peserta didik untuk menentukan pilihan
kelompok mata pelajaran dan pilihan lintas minat atau pendalaman
minat di SMA/MA/SMK. Jadi peserta didik perlu mendapatkan
informasi tentang kelompok mata pelajaran peminatan, pilihan
kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat: keuntungan
dan keterbatasannya.

E. Fungsi-Fungsi Bimbingan dan Konseling


1. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secera optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras,
dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
3. Fungsi penyesuaian, membantu konseli agardapat menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
4. Fungsi penyaluran, membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler,
jurusan atau program studi dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,keahlian dan ciri-ciri kepribadian
lainnya. Dalam hal ini konselor perlu kerjasama dengan pendidiklainnya di
dalam maupun diluar lembaga pendidikan.
5. Fungsi adaptasi, yaitufungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta
kebutuhan konseli.
6. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam
proses perkembangannya.
7. Fungsi perbaikan, yaitu membantu konseli sehingga dapat memperbaiki
kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
Konselor melekukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli
supaya memiliki pola fikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat bertindak secara produktif dan normatif.
8. Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh
konseli baik masalah pribadi, sosial belajar maupun karir.
9. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif konseli dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

F. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli, baik yang
bermasalah maupun yang tidak bermasalah, pria maupuan wanita, anak-
anak, remaja maupun dewasa.dalam hal ini teknik bimbingan lebih bersifat
preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan lebih
diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli unik
(berbeda satu dengan yang lainnya) bimbingan membantu memaksimalkan
perkembangan keunikannya tersebut, meskipun menggunakan teknik
kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif, merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan karena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
memberikan dorongan dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bukan hanya tugas
konselor tapi tugas guru-guru dan kepala sekolah sesuai dengan tugas dan
peran masing-masing sebagai teamwork.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang essensial dalam bimbingan
dan konseling. Kemampuan mengambil keputusan bukan kemampuan
bawaan melainkan kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan)
kehidupan. Pemberian bimbingan tidak hanya berlangsung di lingkungan
sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga
pemerintah/swasta dan masyarakat pada umumnya.

G. Azas-azas Bimbingan dan Konseling


1. Azas kerahasiaan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya
sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memiliki dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2. Azas kesukarelaan
yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya
kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
seperti itu.
3. Azas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta didik
dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura
4. Azas kegiatan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru
Pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian,
yaitu azas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yaitu : peserta didik (klien)diharapkan menjadi
individu-individu yagn mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6. Asas kekinian,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan
yang berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa lampaupun”
dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
dapat diperbuat sekarang.
7. Asas kedinamisan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas keterpaduan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
Guru Pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Asas kenormatifan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-
norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas keahlian,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-
kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11. Asas alih tangan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru
lain, atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan ahli-
ahli lain.
12. Asas tut wuri handayani,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana
yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. Demikian juga segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman,
keteladanan dan dorongan seperti itu.

H. Jenis Layanan Konseling

1. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami


lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek
yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan
memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.
3. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan
kegiatan ekstra kurikuler.
4. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang
berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
5. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
6. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.
8. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain
dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
9. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.
I. Kegiatan Pendukung

1. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri


peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik
tes maupun non-tes.
2. Himpunan Data,yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
3. Konferensi Kasus,yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik
dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah
peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah,yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan
dengan orang tua dan atau keluarganya.
5. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih Tangan Kasus,yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan
masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

J. Bentuk Kegiatan
1. Individual, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani peserta didik
secara perorangan.
2. Kelompok, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
3. Klasikal, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta
didik dalam satu kelas.
4. Lapangan, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
5. Pendekatan Khusus, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani
kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang
dapat memberikan kemudahan.

K. Program Pelayanan

a. Jenis Program
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di
sekolah/madrasah.

2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi


seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran
program tahunan.

3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi


seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.

4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi


seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program
bulanan.

5) Program Harian,yaitu program pelayanan konseling yang


dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program
harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan
layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG)
konseling.

b. Penyusunan Program
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta
didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi
instrumentasi.

2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang,


jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran
pelayanan, dan volume/beban tugas konselor (guru BK)

BAB II
KOMPONEN PROGRAM SERTA PENGELOLAAN PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling
Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan bagi siswa SMP Negeri
1 Pameungpeuk memiliki empat komponen, yaitu :

1. Layanan Dasar Bimbingan


Layanan Dasar Bimbingan merupakan inti dari pendekatan
perkembangan yaitu layanan bantuan bagi seluruh siswa (for all student)
melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas yang disajikan secara
sistematis dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya
secara optimal. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki moral yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu
semua siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama), (2)
mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasikan
tanggung jawab seperangkat tingkah laku tepat (pemadai) bagi
penyesuaian dirinya dengan lingkungan, (3) mampu menangani atau
memenuhi kebutuhan dan masalahannya, dan (4) mampu mengembangkan
dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

2. Layanan Responsif (Responsive Service)


Layanan Responsif adalah layanan bantuan bagi siswa yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera
(immediate needs and concerns). Layanan ini bertujuan untuk membantu
para siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini,
atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu
berupa ketidakmampuan siswa untuk menyesuaikan diri atau perilaku
bermasalah (malajusment).
3. Layanan Perencanaan Individual
Layanan Perencaan individal dapat diartikan sebagai layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencaan
masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan
dirinya.
Layanan ini bertujuan membantu siswa membantu dan
menginplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan sosial
pribadinya. Membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan
perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencana itu sesuai pemantauan dan
pemahamannya. Dapat juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan
untuk membimbing seluruh siswa agar (1) memiliki kemampuan untuk
memutuskan tujuan perencanaan atau pengelolaan terhadap pengembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, (2)
dapat belajar membantu dan memahami perkembangan dirinya, dan (3)
dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau
tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif.

4. Dukungan Sistem
Komponen Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen
yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan bimbingan
konseling secara menyeluruh melalui pengembangan profesional,
hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat,
masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian, dan
pengembangan.
Tiga komponen program di atas, merupakan pemberian layanan
Bimbingan dan Konseling kepada para siswa secara langsung, sedangkan
dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan siswa. Program ini memberikan dukungan kepada guru
pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program
layanan tersebut.
Strategi peluncuran bagi masing-masing komponen tersebut sebagai
berikut :
1) Strategi Layanan Dasar
a. Bimbingan Klasikal, secara terjadwal, konselor memberikan
layanan bimbingan kepada para sisawa di kelas. Kegiatan ini berupa
pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi para siswa.
b. Bimbingan Kelompok, Konselor memberikan layanan bimbingan
kepada siswa melalui kelompok-kelompok kcil. Bimbingan ini
ditujukan untuk merespon kebutuhan dan kinat para siswa.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran, Konselor
berkolaborasi dengan guru dalam rangka memperoleh informasi
tentang peserta didik (prestasi dan pribadinya), dan
mengidentifikasikan aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan
oleh guru mata pelajaran.
d. Kerja sama dengan Orang Tua, Hal ini dilakukan untuk saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antara
konselor dengan orang tua dalam upaya mengembangan potensi
siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
2) Strategi Layanan Responsif
a. Konsultasi, Konselor memberikan layanan konsultasi pada guru,
orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun
kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para
siswa.
b. Konseling Individu atau Kelompok, Kegiatan ini dilakukan untuk
membantu para siswa yang mengalami kesulitan, hambatan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangnnya.
c. Konseling Krisis, Kegiatan ini diberikan kepada para siswa dan
keluarga yang menghadapi situasi atau masalah yang kritis
(darurat). Konselor memberikan intervensi agar peserta didik atau
keluarga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan segera.
d. Referal, Hal ini dilakukan apabila konselor merasa kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah Klien.
e. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance / peer Facillitation),
Yaitu bimbingan yang dilakukan oleh siswa yang lainnya. Siswa
yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau
pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing
berfungsi sebagai tentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun
nonakademik. Di samping itu, dia juga berfungsi sebagai mediator
yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi
tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang
perlu mendapat layanan bantuan bimbingan dan konseling.
3) Strategi Layanan Perencaan Indvidual
a. Penilaian Individual atau Kelompok
b. Individual or Small-group advisement
4) Strategi Dukungan Sistem
a. Pengembangan Profesional
b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
c. Manajemen Program

Komponen program tersebut dapat digambarkan berikut ini :


STRATEGI, TEKNIK, DAN MANAJEMEN
Harapan dan
Asesmen Kondisi
Lingkung Lingkungan
KOMPONEN PROGRAM •Bimbingan Klasikal
an •Bimbingan Kelompok
Layanan Dasar •Penempatan dan penyaluran
• Perangkat Tugas bimbingan dan •Penguasaan kemampuan
Perkembangan/(Ko konseling •Kolaborasi dengan Guru
mpetensi/ (Untuk seluruh •Kolaborasi dengan Orangtua
kecakapan hidup, peserta didik dan •Kolaborasi dengan Ahli Lain
nilai dan moral Orientasi Jangka
peserta didik) •Konsultasi/mediasi
Panjang)
• Tataran tujuan •Konseling Individual/
Layanan Kelompok
bimbingan dan Responsif
konseling(Penyadar •Konseling Krisis
(Pemecahan •Rujukan (referal)
an Akomodasi,
Masalah, •Bimbingan Teman Sebaya
Tindakan)
Remediasi) •Kolaborasi dengan Ahli Lain
• Permasalahan
yang perlu Perencanaan
dientaskan Individual •Orientasi, Informasi
(Perencanaan •Asesmen / Himpunan data
Pendidikan, Karir Individual / Kelompok
dsb) •Kolaborasi dengan Ahli Lain
Harapan dan •Pengembangan Profesi
Asesmen Dukungan Sistem
Kondisi •Konsultasi, Kolaborasi
Prkm. Peserta didik (Aspek Manajemen
•Sistem Manajemen
Peserta dan
•Kesepakatan
didik pengembangan)
•…
•Evaluasi, Akuntabilitas
. Kerangka Kerja Utuh Program Kerja
Bimbingan dan Konseling
B. Pengelolaan Layanan BK

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling didukung oleh adanya


organisasi, personil pelaksana, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Untuk menangani kegiatan
bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk dilakukan secara
terorganisasi yang mengacu para Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling yang diperbanyak oleh Proyek Peningkatan Mutu SMP (induk)
Jawa Barat, meliputi :

1. Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling meliputi segenap unsur
dengan organigram sebagai berikut :
Komite sekolah Kepala Sekolah Tenaga Ahli
Instansi lain

Tatalaksana

Wali Kelas / Guru Pembimbing GuruMata Pelajaran


Guru Pembimbing / Pelatih

S I S W A

Garis Komando
Garis Koordinasi
Garis Konsultasi
Keterangan :

a. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis Bimbingan dan


Konseling
b. Koordinator BK/Guru Pembimbing adalah pelaksana utama yang
mengoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah
c. Guru Mata Pelajaran/Pelatih adalah pelaksana pengajar dan pelatihan serta
bertanggung jawab memberikan informasi siswa untuk kepentingan
Bimbingan dan Konseling
d. Wali Kelas/Guru Pembina adalah guru yang diberi tugas khusus di samping
mengajar untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab
membantu kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah
e. Siswa adalah peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan, dan
pelayanan Bimbingan dan Konseling
f. Tatalaksana adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan
administrasi, ketatalaksanaan sekolah, dan pelaksanaan administrasi
Bimbingan dan Konseling
g. Komite Sekolah adalah organisasi di sekolah yang bersangkutan yang
berkewajiban membantu menyelengarakan pendidikan termasuk pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling

2. Personil Pelaksana Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Personil yang terlibat dan atau diberi tugas dalam menangani Kegiatan
Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk adalah sebagai
berikut
Kepala Sekolah / Penanggung jawab BK : Drs. H. Rusmana, M.Pd
Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor :
1. Kelas VII : Desi Nurul Khasanah, S.Pd.
2. Kelas VIII : Ernawati, S.Pd.
3. Kelas IX : Winny Indriyani Kurniawan, S.Pd.

Di samping itu ditambah sebanyak 29 orang wali kelas.


3. Rincian / Uraian Tugas
a. Kepala Sekolah
1. Mengoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah,
sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan merupakan
suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya pelayanan bimbingan yang efektif dan efisien (mangkus
dan sangkil).
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian, dan upaya tindak lanjut pelayanan
bimbingan.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbngan di
sekolah kepada Kanwil / Kandep yang menjadi atasannya.
b. Koordinator Bimbingan dan Konseling
1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada segenap warga
sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.
2. Menyusun Program Bimbingan.
3. Melaksanakan Program Bimbingan.
4. Mengadministrasikan Pelayanan Bimbingan.
5. Menilai program dan pelaksanaan bimbingan
6. Memberikan tindak lanjut terhadap hasil penilaian bimbingan

c. Guru Pembimbing / Konselor


1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan.
2. Merencanakan Program Bimbingan.
3. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan.
4. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan.
5. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan
pendukungnya.
6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.
7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
yang dilaksanakannya.
8. Mempertangungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan kepada Koordinator Bimbingan dan Kepala Sekolah.

d. Guru Mata Pelajaran dan Pelatih


1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa.
2. Membantu guru pembimbing / konselor mengidentifikasi siswa yang
memerlukan layanan bimbingan.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan
kepada guru pembimbing / konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari pembimbing / konselor yaitu siswa
yang menurut guru pembimbing / konselor memerlukan layanan
pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan / proram pengayaan
materi pelajaran).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru dengan
siswa, hubungan siswa dengan siswa yang menunjang pelaksanaan
pelayanan bimbingan.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan kegiatan bimbingan atau kegiatan yang
dimaksudkan.
7. Berpartisifasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa,
seperti Konferensi Kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.

e. Wali Kelas
1. Membantu guru pembimbing / konselor melaksanakan tugas-tugas
khususnya di dalam kelas yang menjadi tanggun jawabnya.
2. Membantu guru mata pelajaran / pelatih melaksanakan perannya dalam
pelayanan bimbingan, khususnya di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti
atau menjalani layanan dan atau kegiatan lainya.

4. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berpedoman
kepada Struktur Organisasi yang digunakan. Penanganan kegiatan Bimbingan
dan Konseling oleh petugas bekerja sama dengan wali kelas. Hasil dari
kegiatannya dilaporkan kepada Koordinator yang selanjutnya dibahas secara
bersama.
Seluruh Kegiatan Bimbingan dan Konseling selanjutnya dilaporkan oleh
Koordinator kepada Kepala Sekolah baik secara insidental aupun secara
berkala. Kebijakan lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui
Koordinator Bimbingan dan Konseling. Bagan mekaniske kerja Bimbingan
dan Konseling sebagai berikut:

Kepala
Guru Mata Pelajaran Wali Kelas Bimbingan dan Konseling
Sekolah

1 2 3 4

Nilai siswa Himpunan nilai Himpunan data Pengadaan


sarana
1. Kognisi 1. Buku data/peta (Wakasek
2. Psikomotor siswa Sarpras)
3. Afeksi 2. Prediksi
Menemukan Menerima informasi keberhasilan kognisi
3. Hasil psikotes
kasus/permasalahan siswa kasus/permasalahan siswa;
4. Hasil konseling
diinventaris individu
1) di dalam kelas
 kehadiran dan ditangani/di selesaikan
mengikuti
Aplikasi instrumentasi
pelajaran Mengetahui
 sikap bimbingan
dan
menolak/tidak menyetujui
interest (misal: 1. Tes (IQ, bakat,
sering kreatifitas, kepribadian)
mengantuk, pasif, 2. Non tes/angket,dll
keluar masuk
kelas,
mengganggu
PBM, dsb)
2) di luar kelas
 hubungan teman
sebaya :
konflik/perkela
hian, dsb)

Catatan : Bersama guru BK /konselor Catatan : Mengetahui


menemui OT siswa
1) Anekdot/kejadian 1) agenda harian kegiatan (L.
2) Siswa yang konseling
memerlukan remidial individu/mengamati afeksi
1) hadir siswa) (satuan layanan
disekolah untuk untuk kunjungan rumah,
keperluan konsultasi konferensi kasus. Alih
2) kunjun tangan kasus)
gan rumah 2) laporan konseling
3) konfer 3) laporan bulanan dan
ensi kasus semesteran (program BK
semesteran, rekapitulasi
presensi kehadiran,
konseling, konsultasi
OT/layanan dan kegiatan
pendukung
4) laporan tahunan (program
bimbingan dan konseling)
5. Pembagian siswa asuh dan beban tugas
Pada dasarnya seluruh peserta didik yang ada di sekolah menjadi siswa
semua guru BK/konselor sekolah termasuk kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah yang berasal dari guru BK.

Pembagian ini diatur dengan pertimbangan pemerataan, kemudahan dan


keefektifan pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang
berpedoman kepada Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang
Guru, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya sertaPeraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 30 tahun 2011 tentang beban kerja guru
dan pengawas satuan pendidikan ,bahwa seorang guru BK/konselor diberikan
beban tugas sekurang-kurangnya 150 orang . Beban tugas guru BK/konselor
pada dasarnya setara dengan beban tugas guru-guru mata pelajaran yang
minimal mengajar 24 jam pembelajaran. Jika setiap kali kegiatan mengajar
diperlukan waktu 2 jam tatap muka maka seorang guru mata pelajaran wajib
melakukan kegiatan mengajar sejumlah 12 kali/minggu. Demikian pula
seorang guru BK/konselor dengan rasio 150 orang / 24 jam pembelajaran,
perhitungannya satu kali pelayanan ekuivalen 2 jam pembelajaran (Panduan
Pengembangan Diri, 2006). Pelayanan konseling di luar jam pembelajaran
maksimum 50%. Sebagai contoh untuk mendapatkan 24 jam pembelajaran
dari 150 orang siswa asuh dapat melakukan konseling individu/perorangan
sejumlah 12 orang/minggu artinya hal tersebut sudah bernilai 24 jam
pembelajaran
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. ASSESMENT

Menghadapi tuntutan kehidupan yang selalu berkembang dengan nilai-


nilai yang bergeser menjadikan peserta didik (siswa) sebagai anak bangsa
memiliki masalah dan persoalannya sendiri. Di sekolah siswa dituntut untuk
dapat berkembang dengan optimal, perkembangan yang diharapkan adalah
perkembangan utuh kompetensi yang dimiliki. Melihat hal tersebut
bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian di sekolah yang turut
mengoptimalkan kompetensi yang ada pada siswa tersebut harus memiliki
program dan strategi baru. Program dan strategi dimaksud harus dapat
membantu siswa untuk dapat berkembang dan mandiri. Untuk itu kebutuhan
haruslah datang dari siswa yang diawali dengan needs assesment.
Needs sama dengan kebutuhan yang berarti ketidaksesuaian antara apa
yang ada dan seharusnya ada (Posavac & Carey,1997). Ketidaksesuaian ada
di antara keadaan aktual dan (a) cita-cita, (b) norma, (c) minimum, (d)
keadaan yang diinginkan atau (e) keadaan yang diharapkan (Roth, 1990).
Assessment adalah alat untuk memperoleh informasi dalam membuat
keputusan tentang individu, kelompok, program atau proses. Tujuan
assessment meliputi kemampuan, prestasi, variabel kepribadian, kompetensi,
sikap, prioritas/pilihan, minat, nilai, demografis dan karakteristik lainnya.
Needs Assessment adalah kebutuhan yang diperoleh dengan menggunakan
alat dan indikator yang terstandar untuk dapat merancang kegiatan atau
tindakan yang akan diambil. Needs assessment yang mendasari semua
pekerjaan konselor sekolah adalah komitmen untuk memenuhi kebutuhan
siswa. Bagi Myrick (1990), bahwa tujuan sederhana dari sebuah evaluasi
adalah
1. mengidentifikasi kebutuhan siswa
2. mengidentifikasi apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut
3. menentukan perbedaan, jika ada intervensi konselor.
Berdasarkan hasil dari needs assessment ini disusun komponen program
bimbingan dan konseling.

B. PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program


tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta
mingguan.

1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan


jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan
SATKUNG yang masing-masing memuat:
a. Sasaran layanan/kegiatan pendukung
b. Substansi layanan/kegiatan pendukung
c. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
d. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang
terlibat
e. Waktu dan tempat
2. Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di
dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik
yang menjadi tanggung jawab konselor (guru BK).
3. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling
berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.
4. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu
minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor (guru BK) di
sekolah.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Bersama pendidik dan personil sekolah lainnya, konselor (guru BK)


berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat
rutin, insidental dan keteladanan.
2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN
dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis
kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.
3. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling

a. Di dalam jam pembelajaran sekolah :


1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan
peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi,
penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan
instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di
dalam kelas.
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2
(dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal
3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta
didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan
konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan
kepustakaan, dan alih tangan kasus.

b. Di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah:


1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk
menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta
kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di
luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran
tatap muka dalam kelas.
3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran
sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan
konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan
sekolah/madrasah.
4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program
(LAPELPROG).
5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di
dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan
persetujuan pimpinan sekolah/madrasah
5. Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan
sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan
kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan
mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/
madrasah.

D. PENILAIAN KEGIATAN

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:


a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis
layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui
perolehan peserta didik yang dilayani.
b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu
tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis
layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk
mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.
c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam
waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu
atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling
diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau
kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.
2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam
SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi
pelaksanaan kegiatan.
3. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam
LAPELPROG Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan
dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

E. PELAKSANA KEGIATAN

1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor (guru BK).


2. Konselor (guru BK) pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah
wajib:
a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan
profesional konseling.
b. Merumuskan dan menjelaskan peran profesionalkonselor kepada
pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/
madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua.
c. Melaksanakan tugas pelayanan profesionalkonseling yang setiap kali
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama
pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.
d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan
kegiatan pelayanan profesionalkonseling.
e. Mengembangkan kemampuan profesionalkonseling secara
berkelanjutan.
3. Beban tugas wajib konselor (guru BK) ekuivalen dengan beban tugas
wajib pendidik lainnya di sekolah sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
4. Pelaksana pelayanan konseling
Pada satu SMP/MTs/SMPLB, dapat diangkat sejumlah konselor dengan
rasio seorang konselor untuk 150orang peserta didik.

F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi,


dan dibina melalui kegiatan pengawasan.
2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:
a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang konseling.
3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan
implementasi kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan
tugas konselor di sekolah/madrasah.
4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk
peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan
konseling di sekolah/madrasah.

G. JADWAL KEGIATAN
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1
Pameungpeuktidak melakukan jam tatap muka di kelas dengan siswa secara
rutin terjadwal, tetapi guru pembimbing dilibatkan dalam piket KBM.
Adapun pelaksanaan layanan konseling individual dan kelompok serta
kegiatan pendukung lainnya disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi sekolah.
Adapun jadwal kehadiran guru bimbingan dan konseling di SMP
Negeri 1 Pameungpeuk, sebagai berikut:

Kehadiran
Nama Guru BK Kelas
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
Desi Nurul Khasanah, S.Pd. VII
Ernawati, S.Pd. VIII
Winny Indriyani K, S.Pd. IX

H. PEMBIAYAAN
Kebutuhan untuk melengkapai fasilitas dan perlengkapan bimbingan dan
konseling SMP Negeri 1 Pameungpeuk sudah dimasukkan dalam RAPBS
tahunan. Dalam pelaksanaannya koordinator BK mengajukan proposal mengenai
perlengkapan yang diperlukan, kepala sekolah menyetujui berdasarkan anggaran
yang tersedia. Meskipun saat ini keperluan sarana bimbingan dan konseling
masih terbatas namun koordinator dan staf bk bekerja seoptimal mungkin
memberikan layanan bimbingan kepada siswa. Pembiayaan yang berkaitan
dengan kegiatan psikotest dibebankan kepada orang tua siswa dengan
persetujuan pihak komite sekolah.

I. SARANA/PRASARANA
a. Sarana
Dalam penyediaan sarana kelengkapan bimbingan dan konseling di SMP
Negeri 1 Pameungpeuk masih perlu dilengkapi, seperti buku-buku sumber
yang berkaitan dengan upaya pengembangan diri siswa, alat test
psikologis, alat perekam konseling, dan lain-lain
b. Prasarana
Fasilitas ruangan yang terdapat dalam ruang BK adalah ; ruang tamu,
ruang konseling individual, ruang konseling kelompok, ruang
penyimpanan data dan ruang kerja staf BK,sedangkan fasilitas yang
dibutuhkan : lemari/loker penyimpan data, kursi tamu, kursi dan meja
untuk konseling individual dan kelompok, meja kerja staf BK, dan papan
informasi.
Sebagai gambaran keperluan fasilitas ruang bimbingan konseling antara
lain sbb

 Perlengkapan kerja : Meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, lemari,
rak buku, lemari file, filing cabinet, papan data,dsb.
 Berbentuk format-format antara lain : isian peta siswa, pedoman
observasi, angket siswa dan orang tua, angket penjurusan, format
laporan absensi, dsb.
 Alat penyimpan data Berbentuk : map administrasi siswa, agenda
kegiatan,catatan konsultasi, catatan konseling, dsb.
 Perlengkapan Teknis. Berbentuk : Buku Pedoman, Buku sumber
(pribadi, sosial, belajar,karier, pendidikan), alat tulis, ICT, dsb
 Ruang bimbingan diusahakan memenuhi standar layanan bimbingan
konseling, yang terdiri dari ruang konsultasi, ruang administrasi, ruang
penyimpanan file, ruang konseling, ruang bimbingan kelompok/diskusi,
dsb.

J. PROBLEMA UMUM SISWA SMP NEGARI I PAMEUNGPEUK


Yang menjadi masalah bagi siswa SMP Negeri 1 Pameungpeuk ini
pada umumnya sama dialami oleh siswa yang lainnya, karena pada masa ini
siswa berada pada masa pubertas, mereka sedang mencari identitas diri dan
ingin diakui keberadaannya sebagai remaja tetapi mereka belum bisa
sepenuhnya meninggalkan masa anak-anaknya, sehingga akhirnya sering
muncul masalah-masalah sebagai berikut :
a. Masalah Pribadi, seperti pemahaman dan penerimaan diri (kekurangan
dan kelebihan), citra diri/konsep diri negatif, pencarian bakat dan minat,
kurang percaya diri dan lain-lain
b. Masalah Sosial/pergaulan, seperti penyesuaian dengan teman
sebaya,guru dan lingkungan,genk/klik, mulai tertarik pada lawan jenis,
pengaruh media/teknologi.
c. Masalah Belajar, seperti motivasi rendah, kesulitan belajar, nilai kurang,
kurang konsentrasi, cara belajar yang kurang efektif, cara mengatur waktu
belajar, belajar kelompok.
d. Masalah Karir, seperti kelanjutan studi, cita-cita dan pemahaman dunia
kerja.
e. Masalah Pengisian Waktu Luang, seperti penyaluran bakat, kegiatan
ektra kurikuler, dan kegiatan di lingkungan masyarakat.
f. Masalah Sosial Ekonomi Orang Tua,seperti kesulitan memenuhi
kebutuhan/fasilitas belajar, ongkos sehari-hari, dan lain-lain.

BAB IV
PENILAIAN, ANALISIS DAN TINDAK LANJUT

A. Penilaian Program Bimbingan dan Konseling

Sebagai upaya pendidikan, khususnya dalam rangka pengembangan


kompetensi siswa, hasil-hasil layanan Bimbingan dan Konseling harus dinilai,
baik melalui penilaian terhadap hasil layanan maupun proses pelaksanaannya.
Penilaian ini selanjutnya dapat dipakai untuk melihat keefektifan layanan di
satu sisi, dan sebagai dasar pertimbangan bagi pengembangannya di sisi lain.

1. Penilaian Hasil Layanan


a. Untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan
penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan
membawa dampak positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan.
b. Penilaian ditujukan kepada perolehan siswa yang menjalani layanan.
Perolehan ini diorientasikan pada :
• Pengentasan masalah siswa :sejauh manakah perolehan siswa
menunjang bagi pengentasan masalahnya ? Perolehan itu
diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif,
khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri
siswa.
• Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap,
motivasi, kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep
diri, kemam-puan berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap
nilai dan moral.
c. Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:
• Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya
dengan masalah yang dibahas.
• Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan.
• Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah
pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah yang dialaminya.
Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas
mengacu kepada kompetensi yang diaplikasikan siswa untuk
pengentasan permasalahan yang dihadapinya dalam rangka kehidupan
sehari-hari yang lebih efektif.
d. Penilaian dapat dilakukan melalui :
• format individual, kelompok, dan/atau klasikal
• media lisan dan/atau tulisan
• penggunaan panduan dan/atau instrumen baku dan/atau
yang disusun sendiri oleh guru pembimbing.
e. Tahap-tahap penilaian meliputi :
• Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal,
yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan
yang dimaksud.
• Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian
lanjutan yang dilakukan setelah satu (atau lebih) jenis layanan
dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling lama satu bulan.
• Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian
lebih menyeluruh setelah dilaksanakannya layanan dengan selang
satu unit waktu tertentu, seperti satu semester.
2. Penilaian Proses Kegiatan
a. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan juga terhadap
proses kegiatan dan pengelolaannya, yaitu terhadap :
• kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling
• kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
• mekanisme dan instrumentasi yang digunakan
dalam kegiatan
• pengelolaan dan administrasi kegiatan
b. Hasil penilaian proses digunakan untuk meningkatkan kualitas
kegiatan Bimbingan dan Konseling secara menyeluruh.

3. Penilaian Satuan Pendukung


Khusus untuk kesatuan kegiatan pendukung, evaluasi dilakukan dengan
cara berikut :
1. Mengungkapkan perolehan guru pembimbing sebagai hasil dari
kegiatan pendukung yang nantinya akan dimanfaatkan untuk kegiatan
layanan bimbingan terhadap peserta didik,
2. Mengungkapkan komitmen pihak-pihak yang terkait dalam penanganan
masalah peserta didik (butir ini terutama untuk kegiatan konferensi
kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus), dan
3. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan
kegiatan pendukung.
Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya
berbentuk angka atau skor maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling
berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi (yaitu partisipasi
aktivitas dan pemahaman peserta didik; perolehan peserta didik dari
layanan, minat peserta didik terhadap layanan lebih lanjut, dan
perkembangan peseta didik dari waktu ke waktu). Deskripsi tersebut
mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan layanan pendukung
memberikan suatu yang berharga bagi kemajuan dan memberikan bahan
atau kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap peserta didik.
Penilaian di tingkat sekolah di bawah tanggung jawab kepala sekolah
yang di bantu oleh pembimbing khusus dan personil sekolah lainya. Di
samping itu, penilaian kegiatan bimbingan dilakukan oleh penjabat yang
berwenang dari instansi yang lebih tinggi di wilayah tersebut dalam hal ini
Kabupaten Bandung.
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini, antara lain peserta
didik, kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua,
tokoh masyarakat, para pejabat Depdiknas, organisasi profesi bimbingan,
dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara
dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes,
analisis hasil kerja peserta didik, dan sebagainya.

B. Analisis Hasil Evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling


Setelah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dievaluasi, ternyata
hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka dianalisis atau dicari
penyebab ketidakberhasilan layanan atau kegiatan Bimbingan dan Konseling,
dengan melihat program apakah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan atau
apakah prosesnya atau pelaksanaannya tidak sesuai dengan waktu, suasana,
tempat dan lingkungan. Hasil analisis ini dituangkan dalam form Analisis
Hasil Evaluasi

C. Tindak Lanjut
Bila hasil evaluasi dari layanan Bimbingan dan Konseling tidak
memberikan peningkatan, maka sesuai dengan analisis akan diadakan
perbaikan program dan perbaikan proses untuk program di masa mendatang,
yaitu program yang tidak perlu dicoret dengan menggantinya dengan yang
dibutuhkan sesuai dengan perkembangan siswa dan mengenai
pelaksanaannya akan sangat memperhatikan waktu, suasana, tempat, dan
lingkungan dan kegiatan ini dituangkan dalam Tindak Lanjut Pelaksanaan
Layanan Bimbingan dan Konseling

D. Pelaporan
Sebagai bukti fisik kegiatan pelaksanaan layanan Bimbingan dan
Konseling, guru Bimbingan dan Konseling dituangkan dalam Laporan
Agenda Harian.

E. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Program Kerja Tahunan BK
2. Program Kegiatan Layanan BK per Semester
3. Program Kerja Bulanan
4. Program Kerja Mingguan
5. Silabus Layanan BK
6. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan
7. Data Kerawanan
8. Angket Sosiometri
9. Format Rekapitulasi Presensi
10. Satuan Kegiatan Pendukung Kunjungan Rumah
11. Satuan Kegiatan Pendukung Konferensi Kasus
12. Satuan Kegiatan Pendukung Alih Tangan Kasus
13. Daftar Siswa Asuh/Layanan Binaan BK

Mengetahui .........................................
Kepala ............................, Guru Bimbingan dan Konselor,
........................................... .....................................................
NIP. - NIP. -

Anda mungkin juga menyukai