Anda di halaman 1dari 20

KOMPARASI PENDIDIKAN PARENTING

INDONESIA DAN MALAYSIA

Disusun oleh:

1. Desi Astika Sari 17102241013


2. Alfira Luisa 17102244002
3. Fatimah Lutfiyani 17102244030
4. Sahela Fikriyah 17102244032

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan ini tidak terlepas dari pendidikan. Hal ini karena pendidikan
dilakukan dari anak usia dini sampai lanjut usia. Pendidikan itu sendiri
merupakan usaha sadar yang terencana dan terstruktur untuk mewujudkan
proses belajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya
baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaran, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan terdapat istilah pendidikan sepanjang hayat yaitu proses
pendidikan yang dilakukan dari sejak lahir sampai manusia meninggal.
Dalam melaksanakan proses pendidikan tidak hanya dilakukan di pendidikan
formal saja, tetapi juga dalam pendidikan informal dan pendidikan non
formal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang dilakukan dalam
keluarga. Dalam hal ini, orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak. Maka
dari itu, orang tua memiliki keterlibatan dalam pendidikan anak. Peran orang
tua ialah mendidik dan membimbing anak, sehingga dapat mensukseskan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memiliki potensi dalam dirinya.
Selain itu, orang tua berperan dalam meningkatkan nilai-nilai moral pada
anak.
Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua ialah pendidikan parenting.
Pendidikan ini merupakan upaya yang dilaksanakan oleh keluarga dengan
memanfaatkan sumber-sumber dalam keluarga dan lingkungan yang
berbentuk proses belajar secara mandiri.
Pendidikan parenting sangat penting dilakukan sejak dini, karena pada
masa ini anak harus diperhatikan secara khusus dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan dan nilai-nilai moral serat spritual untuk membentuk
kepribadian dan potensi pada anak. Di Indonesia masih banyak orang tua
yang melakukan pola pengasuhan pada anak dengan cara lama. Padahal sudah
terjadi perubahan zaman. Seharusnya pola pengasuhan pun berbeda sesuai
dengan zamannya. Dalam hal ini perlu adanya perubahan pola asuh dalam
keluarga disesuaikan dengan perubahan zaman.
Setiap negara tentunya memilki cara-cara tersendiri dalam menentukan
pendidikan parenting. Pola pengasuhan dalam keluarga menetukan masa
depan anak. Sehingga negara menentukan kebijakan-kebijakan agar orang tua
memahami pola pengasuhan yang seharusnya dilakukan. Kebijakan-kebijakan
tersebut berupa program parenting yang dilakukan baik untuk anak-anak
maupun orang dewasa. Dalam pelaksanaan program parenting terdapat
perbedaan-perbedaan yang dilakukan pada setiap negara. Oleh karena itu
perlu dilakukan studi komparatif antar negara dalam melihat sistem
pendidikan parenting pada anak usia dini. Dalam hal ini negara-negara yang
dibandingan adalah Negara Indonesia dengan Malaysia. Kedua negara
tersebut saling berdekatan dan memiliki rumpun yang sama dan juga sama-
sama negara berkembang. Hasil pembanding antara Indonesai dengan
Malaysia tentunya dapat memperbaiki pendidikan parenting yang ada di
Indonesia. Sehingga pendidikan parenting di Indonesia dapat berjalan dengan
baik dan mampu berkembang.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat dikaji
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pendidikan Parenting di negara Indonesia?
2. Bagaimana gambaran pendidikan Parenting di negara Malaysia?
3. Bagaimana perbandingan pendidikan Parenting di negara Indonesia dan
Malaysia?
4. Bagaimana bentuk implikasi pendidikan Parenting untuk Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran pendidikan Parenting di negara Indonesia.
2. Mendeskripsikan gambaran pendidikan Parenting di negara Malaysia.
3. Mengetahui perbandingan pendidikan Parenting di negara Indonesia dan
Malaysia.
4. Mengetahui bentuk implikasi pendidikan Parenting untuk Indonesia.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, manfaat dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulisan laporan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pendidikan non formal untuk perbaikan, pengembangan, inovasi program
pendidikan parenting.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh ilmu tentang perbandingan Pendidikan Parenting di
Negara Indonesia dan Negara Malaysia
2) Dapat meningkatkan bekal mahasiswa untuk kontribusi dalam
masyarakat dengan program pendidikan Parenting.
b. Bagi Masyarakat
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Pendidikan
Parenting.
2) Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program Pendidikan
Parenting.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Komparatif
Pendidikan komparatif dirintis oleh beberapa ahli pada pertengahan abad
ke 13 Masehi yang hadir dengan aneka latar belakang. Pada satu sisi,
kehadiran ilmu ini diawali oleh adanya keprihatinan sebagian masyarakat
dunia tentang berlarut-latutnya pola hubungan antar bangsa yang diwanai rasa
kecurigaan (distrusfulness) dan permusuhan (hostility) satu sama lain serta
rendahnya pengetahuan masing-masing bangsa terhadap kehidupan bangsa
lain. Akibatnya banyak terjadi konflik di banyak kawasan dunia yang berasal
dari kesalahfahaman satu dengan lainnya serta kuatnya sentimen subyektif
pada diri masing-masing. Sedang pada sisi yang lain, penyusunan ilmu ini
dipicu oleh meningkatnya tuntutan para ahli baik yang bersifat praktis
maupun akademis untuk memantapkan studi pendidikan komparatif menjadi
sebuah disiplin ilmu sebagai bentuk akomodasi tethadap maraknya upaya
perbandingan pendidikan antar bangsa.
Pendidikan komparatif Secara etimologis berasal dari Kata komparatif
berasal dari kata kerja bahasa Inggris 'to compare' (membandingkan) atau
kata benda 'comparison' (perbandingan), sehingga 'comparative' diartikan
sebagai sesuatu yang bersifat membandingkan. Oleh karena itu Pendidikan
Komparatif secara etimologis dimaksudkan sebagai ilmu yang mempelajari
tata cara atau prosedur membandingkan dua atau lebih sistem pendidikan,
yang berbeda.
Sedangkan secara terminologi pendidikan komparatif sebagai disiplin ilmu
memiliki banyak pengertian yang berbeda dari banyak para ahli.
a. Menurut Nicholas Hans pendidikan komparatif yaitu sebagai ilmu yang
mempelajari perbandingan sistem-sistem persekolahan.
b. Carter V. Good mengartikan Pendidikan Komparatif sebagai lapangan
studi yang mempunyai tugas untuk mengadakan perbandingan teori dan
praktek pendidikan sebagaimana terdapat pada beberapa negeri dengan
maksud untuk mengadakan perluasan pemandangan dan pengetahuan
tentang pendidikan di luar batas negeri sendiri (Imam Barnadib, 1994).
c. Pengertian pendidikan komparatif menurut Isaac L Kandel Pendidikan
komparatif merupakan studi tentang teori dan praktek pendidikan pada
waktu sekarang yang dipengaruhi oleh bermacam-macam latar belakang
dan merupakan kelanjutan dari sejarah pendidikan

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dijelaskan pendidikan


komparatif adalah ilmu yang mempelajari sistem-sistem pendidikan di
beberapa negara yang menyangkut pada hal sebagai berikut :

1) Sistem pendidikan formal, non formal, dan informal


2) Teori dan praktek pendidikan
3) Latar belakang sosial ekonomi, politik, ideologi, dan budaya yang
mempengaruhi sistem pendidikan.
I.L. Kandel menyebutkan ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam studi
pendidikan kompatatif, yaitu: (1) Repertorial-deskriptif, (2) Hostorik-
fungsional, dan (3) Melioristik (Imam Barnadib, 1994). Berbeda dengan I.L.
Kandel, ahli lain bernama H.J. Noah merumuskan tujuan studi pendidikan
secara berbeda. Meourut HJ. Noah (Postlethwaite,1988) ada empat tuiuan
studi pendidikan kompatatif, sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan sitem, proses, atau hasil pendidikan
2. Untuk membantu dalam pengembangan institusi dan praktik pendidikan.
3. Untuk menyoroti hubungan antara pendidikan dan masyarakat
4. Untuk membuat pernyataan umum tentang pendidikan yang berlaku untuk
lebih dari satu negara.

B. Pendidikan Parenting
Secara etimologis kata parenting dalam Bahasa Indonesia sepadan dengan
pengasuhan. Sedangkan education padanannya dalam Bahasa Indonesia
adalah pendidikan. Dengan demikian, parenting education dapat
diterjemahkan sebagai pendidikan pengasuhan. Secara istilah, telah banyak
ahli mendefinisikan istilah parenting. Brooks mendefinisikan pengasuhan
sebagai sebuah proses tindakan dan interaksi antara orang tua dan anak,
dimana kedua belah pihak saling mengubah satu sama lain saat anak tumbuh
menjadi dewasa. Tindakan itu mencakup merawat, melindungi, dan
membimbing kehidupan baru, serta memenuhi kebutuhan anak atas cinta,
perhatian dan nilai. Sedangkan interaksi itu terjadi secara terus menerus
antara anak, orang tua, dan masyarakat.
Menurut Jerome Kagan seorang psikolog perkembangan, mendefinisikan
pengasuhan sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak,
yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/ pengasuh agar anak
mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota
masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/ pengasuh
ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya
dengan baik.
Brooks mengidentifikasi empat peranan orang tua khususnya dalam
mempengaruhi perkembangan anak, yaitu (1) memberikan lingkungan yang
protektif, (2) memberikan pengalaman yang membawa pada pengembangan
potensi maksimal, (3) menjadi penasehat dalam komunitas yang lebih besar,
dan (4) menjadi kekuatan yang tak tergantikan dalam kehidupan anak.
Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), parenting education
dilandasi oleh pemikiran akan pentingnya fungsi dan peran keluarga dalam
pendidikan anak dan pentingya keterhubungan keluarga dengan lembaga
pendidikan. Alam keluarga menurut Ki Hajar Dewantara merupakan tripusat
pendidikan yang pertama dan terpenting yang memiliki tugas mendidik budi
pekerti dan laku sosial anak. Alam keluarga ini menurutnya harus
berhubungan dengan baik dengan alam perguruan (lembaga pendidikan) yang
bertugas mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberi ilmu pengetahuan,
dan alam pemuda yang bertugas membantu mencerdasan jiwa dan budi
pekerti anak. Sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
BAB III
METODE ANALISIS

A. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis komparatif. Metode
ini menggunakan pendekatan deskriptif yang digunakan untuk mencari
jawaban mendasar mengenai sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab suatu fenomena atau kejadian tertentu. Pada metode ini sifatnya ialah
membandingkan persamaan maupun perbedaan antara dua atau lebih negara
maupun daerah mengenai fakta-fakta secara obyek yang dianalisis berdasarkan
suatu pemikiran tertentu.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada analisis ini menggunakan kajian pustaka.
Kajian pustaka ialah ringkasan dan teori dari sumber literatur berkaitan dengan
tema sesuai analisis yang dilakukan. Tujuan kajian pustaka adalah
mengubungkan penemuan dan pengathuan yang ada dengan melakukan
analisis lebih lanjut. Literatur dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya
adalah buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu berupa tesis dan disertasi, serta
sumber-sumber lainnya (internet, surat kabar, dan lain-lain). kebenaran yang
diperoleh dari hasil analisis dapat jadikan sebagai acuan yang relevan dengan
teori-teori yang telah diketemukan terdahulu. Kajian pustaka dilakukan dengan
menganalisis, membandingkan dan mengkontruksikan teori-teori yang relevan
dengan permasalahan dalam metode analisis perbandingan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Pendidikan Parenting di Indonesia


Indonesia adalah negara kepulauan, karena memiliki lebih dari seribu
pulau yang tersebar diseluruh nusantara. Dan terdiri bari banyak suku.
Sebagian mata pencaharian masyarakat adalah petani karena indonesia
merupakan negara agraris. Mata pencaharian lain diantaranya pegawai negeri,
perindustrian, dan lain sebaginya. Negara indonesia masih tergolong negara
berkembang, jadi kondisi sosial dimasarakat belum sepenuhnya baik.
Parenting adalah pola interaksi antara anak dan orangtua. Perlunya cara
asuh dan pendidikan yang baik akan menciptakan generasi penerus yang
berkualitas. Gambaran cara orang tua dalam mengasuh anak di Indonesia
sangat beragam, Di Indonesia masih ada orangtua yang menggunakan
kekerasan fisik dalam memberi hukuman atas kesalahan anak namun hal
tersebut banyak berdampak dendam dan sakit hati anak terhadap orangtua
sekarangpun dengan adanya kemajuan zaman banyak sosialisasi gencar
dilakukan melalui media sosial berupa larangan kekerasan terhadap anak
apapun bentuknya dan tentunya perlu untuk para orang tua melakukan
persiapan dari sisi pengetahuan dalam mengasuh anak sebelum menikah atau
sebelum memiliki anak bahkan di indonesia masih banyak orangtua yang
meniru cara asuh dari orangtua nya dulu untuk diterapkan kepada anaknya
sekarang. Kemudian terkesan membanding-bandingkan kemampuan dan hasil
prestasi anaknya dengan anak tetangga hal tersebut dapat mengakibatkan
anak menjadi minder/ tidak percaya diri.
Selanjutnya orangtua yang terlalu sibuk untuk meluangkan waktunya
bersama anak kemudian menganggap bahwa disekolah pun sudah cukup
untuk anak mendapat pendidikan dan pendidikan karakter padahal nyatanya
pendidikan karakter paling utama berasal dari lingkungan keluarga hal
tersebut menyebabkan anak cerdas dalam intelektual namun gagal dalam
menanamkan nilai budi pekerti dan orangtua terlalu mengedepankan
perkembangan akademis semata padahal kebutuhan tumbuh kembang anak
bukan hanya dari segi kognitif semata. Pelaksanaan program parenting untuk
para orangtua sangatlah penting dan akan berdampak baik bagi tumbuh
kembang anak. Di SPS Permata Hati daerah Sleman selalu rutin mengadakan
program parenting dengan metode ceramah yang mendatangkan para ahli dan
juga metode tanya jawab dengan alat bantuan LCD agar peserta dapat melihat
dan membaca materi yang diberikan pembicara. Tema yang diambil setiap
pertemuan selalu berbeda-beda salah satunya melatih kemandirian pada anak,
setelah acara selesai berlangsung selalu dilakukan evaluasi. Hal yang paling
utama setelah mengikuti program parenting yaitu menerapkan ilmu tersebut
kedalam cara asuh anak di kehidupan sehari-hari.
Ada 3 macam pola asuh yang digunakan oleh orang tua di Indonesia
kepada anak-anaknya, yakni:
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak dengan adanya
kepemimpinan otoriter yang dilakukan oleh orang tua. Pola asuh ini
ditandai dengan adanya tekanan anak yang harus mengikuti semua
perintah dari orang tua, apabila anak tidak patuh atau melanggar
peraturan dalam keluarga maka akan diberikan hukuman. Dalam hal
ini orang tua berharap, anak tidak akan berani membangkang, selalu
nurut apa yang dikatakan oleh orang tua, dan patuh terhadap peraturan.
Namun pada kenyataannya banyak anak yang cenderung tertekan
dengan adanya pola asuh ini. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan
anak cenderung apatis terhadap lingkungan sekitarnya dan dapat juga
di luar lingkungan keluarga, anak meluapkan emosinya dengan
mempunyai perilaku yang nakal atau dapat juga melakukan tindakan
yang melanggar hukum seperti minum minuman keras dan juga
merokok. Meskipun tidak semua anak yang memiliki pola asuh otoriter
dapat bertindak seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini
orang tua jarang sekali memberikan pujian kepada anak yang
mempunyai prestasi di sekolahnya, orang tua cenderung cuek terhadap
keinginan anak, dan orang tua tidak pernah mendengarkan pendapat
dari anak.
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang menitikberatkan pada
orang tua yang mendengarkan pendapat dari anak dan keluarga dapat
mengambil keputusan bersama setelah adanya diskusi. Dalam hal ini
anak sedikit dibebaskan dalam melakukan kegiatan sesuai dengan
keinginannya namun tetap dikontrol oleh orang tua. Pola asuh
demokratis tidak seperti otoriter, orang tua memberikan pujian
terhadap anak yang mendapatkan prestasi di sekolahnya dan orang tua
cenderung tidak memanjakan anak. Serta orang tua mengajarkan anak
agar mampu mandiri dan dapat bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
3. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua yang memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk melakukan suatu kegiatan
sesuai dengan keinginannya. Orang tua tidak memberikan hukuman
anak meskipun anak berperilaku tidak sesuai norma social yang
berlaku. Orang tua juga membiarkan anak bertindak sesuai dengan
keinginan anak dan tidak menegur segala sesuatu yang anak lakukan.
Dalam hal ini orang tua cenderung cuek terhadap anak dan tidak
memperdulikan perkembangan anak.
Dalam pelaksanaan pendidikan parenting tidak lepas dari peran lembaga
sebagai pendukung penyelenggaraan di setiap kegiatannya. Lembaga-
lembaga yang mendukung adanya pendidikan parenting baik lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, lembaga-lembaga tersebut diantaranya
ialah Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). dari ketiga
lembaga tersebut memiliki peran yang berbeda-beda dalam pendidikan
parenting. Kementrian Kesehatan memiliki peran dalam parenting mengenai
penyampaian informasi tentang pemberian ASI yang optimal, imunisasi,
praktik menjaga kebersihan dan keselamatan bagi bayi sampai anak muda.
Dari peran-peran tersebut terbentuklah berbagai program pendidikan
parenting antara lain ialah kelas Ibu Hamil dan kelas Ibu Balita. Keduanya
kelas untuk ibu-ibu yang sedang hamil dan memiliki balita. Selain itu,
terdapat Posyandu dan Puskesmas untuk pengecekan kesehatan baik bagi ibu
maupun anak.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
merupakan lembaga pemerintah yang bernaung dalam pendidikan
pengasuhan anak. Kewenangan BKKBN ialah melaksanakan program
pengembangan Panduan Umum Holistik, terintegrasi. Salah satu program
BKKBN adalah Bina Keluarga Balita. Lembaga selanjutnya adalah
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Lembaga ini
berwenang untuk mengelola sistem pendidikan mulai dari pendidikan anak
usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Dalam hal
ini, Kemendikbud mengawasai program pendidikan anak usia dini mulai dari
taman kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain, Satuan Paud Sejenis (SPS),
dan TPA (Taman Pengasuhan Anak). Program yang diselenggarakan ialah
program hibah yaitu program yang menyediakan hibah melalui PAUD
dengan mengirimkan proposal untuk membuat program pendidikan parenting
di lingkungan PAUD.
Kementerian Sosial menyelenggarakan program pendidikan parenting
melalui Taman Anak Sejahtera (TAS) dan Program Keluarga Harapan.
Dalam hal ini wewenang yang diberikan pemerintah melalui Kemnterian
Sosial (Kemensos) ialah pendidikan pengasuhan bagi anak yang memiliki
wewenang lebih besar dari BKKBN. Lembaga pendukung selanjutnya ialah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), meskipun tidak memiliki kekuatan
keuangan dan pengawasan dari pemerintah sepenuhnya. Tetapi LSM berperan
penting dalam pendidikan pengasuhan anak di Indonesia. Selain itu lembaga
ini memiliki potensi lebih banyak dalam menjangkau masyarakat secara
umum.
B. Gambaran Pendidikan Parenting di Malaysia
Malaysia merupakan negara yang terletak di asia tenggara. Sama seperti
indonesia, malaysia juga salah satu negar berkekmbang. Malaysia merupakan
negara federal, dan merupakan negara bekas jajahan inggris. Bahasa resmi
yang digunakan adalah bahasa melayu, sedangkan bahsa inggris sebagai
bahasa pengantar. Ras yang terdapat dimalaysia diantaranya ras melayu yang
merupakan ras asli, ras indis, tiongkok, pakistan, dan lainnya. Mata
pencaharian penduduk malaysia sebagian besar pada sektor pertanian,
pertambangan, dan perindustrian.
Pengasuhan anak atau parenting menjadi tugas keluarga guna pewarisan
nilai kepada generasi berikutnya. Pengasuhan anak merupakan suatu
keunikan budaya dalam masyarakat, sehingga pola pengasuhan akan berbeda
dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain. Pendidikan parenting di
Malaysia tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Malaysia sebagai
masyarakat kolektiv Asia, memiliki nilai-nilai seperti kepatuhan pada figure
otoritas, kepatuhan terhadap instruksi orang tua, kerjasama, saling menolong
baik dalam keluarga maupun orang lain yang dapat memperkuat posisi anak
dalam keluarga. Malaysia merupakan negara multi-rasial dan multi-agama
dengan populasi 26, 26 juta yang terbagi dalam tiga etnis utama yakni
Melayu, China, India, dan budaya suku asli. Dalam budaya Melayu, orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan anak-anak kearah
yang benar.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sakineh Mofrad dan Ikechukwu
Uba (2014) bahwa orang Melayu kebanyakan melakukan gaya pengasuhan
parenti otoritatif dimana orang tua melakukan pengawasan ekstra ketat
terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi tetap bersikap responsive,
menghargai dan menghormati pemikiran anak. Selain itu, orang Melayu juga
dianggap sebagai figure otoritas yang memperlihatkan pertumbuhan spiritual
dalam perkembangan anak. Interaksi antara orang tua dan anak berbeda dari
satu periode umur ke periode yang lainnya. Orang tua cenderung lebih lunak
terhadap bayi dan anak kecil karena dianggap belum bisa memahami berbagai
hal. Berbeda dengan yang lebih besar seperti di umur remaja, orang tua
cenderung keras dan ketat dalam mendidik anaknya agar anak dapat
mengendalikan emosi dan impuls mereka. Orang tua Malaysia berasal dari
kelompok kolektivis, sehingga gaya pengasuhan cenderung didasarkan pada
norma dalam budayanya sendiri. Pola pengasuhan Malaysia juga ada yang
menggunakan pola permisif, dimana orang tua membebaskan anak dan tanpa
memberikan pengawasan.
Pelaksanaan parenting di Malaysia tidak terlepas dari peran lembaga baik
lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Lembaga Penduduk dan
Pembangunan Keluarga Negara (LPPKN) dibawah Kementerian Wanita,
Pengembangan Keluarga dan Masyarakat, adalah lembaga pemerintah utama
yang menangani pendidikan keluarga dan pengasuhan anak. LPPKN
meluncurkan modul pertama pengasuhan anak pada tahun 1993 dengan
tujuan mengembangkan keluarga yang bahagia melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pengasuhan orang tua. Kemudian pada tahun
2008, LPPKN meluncurkan Modul KASIH, pengemasan ulang modul
pengasuhan versi sebelumnya dari masa pra-orangtua menjadi pengasuhan
anak-anak dan remaja, menjadi ayah, dan menjadi orang tua di tempat kerja.
Sampai saat ini, belum ada evaluasi formal yang dilakukan oleh LPPKN
tentang efektivitas semua modul dalam mempromosikan pengasuhan yang
lebih baik. Ada juga lembaga Rakan Pembimbing Perkhidmatan Awam
(AKRAB) yang mana bergerak membimbing sumber daya manusia,
memberikan konseling, maupun penasehat teman sejawat. Beberapa lembaga
swasta lain dan NGOs (Non Government Organization) juga aktif dalam
menawarkan program pendidikan keluarga dan pengasuhan anak, misalnya:
Asosiasi Pediatrik Malaysia (MPA), Institut Studi Islam dan Strategis Berhad
(ISSI), Mimbar Kolaboratif Orangtua Malaysia (MAPIM), dan Organisasi
Lulusan Lembaga Pendidikan Malaysia (HALUAN). Pada tingkat yang lebih
informal di Malaysia, ibu-ibu muslim dapat bergabung dengan kelompok
sukarelawan untuk menjadi “pendidik orang tua” bagi ibu baru maupun ibu-
ibu di komunitas mereka. Mereka diberikan perawat pengawas/ pelatih dan
ruang dengan materi dan peralatan pendidikan untuk mendorong menyusui,
nutrisi, berat badan yang sehat serta pendidikan pengasuhan anak yang
efektif.
Program parenting education yang ada di Malaysia diantaranya adalah
kursus keibubapaan dibawah naungan Tabung Pembangunan Sumber
Manusia Berhad (HRDF) yang bertujuan untuk meningkatkan peranan
keluarga agar berdaya serta dapat mengasuh anak dengan baik. Ada pula
kursus SMARTSTART untuk membimbing pengantin baru dan pasangan
dalam mempersiapkan petualangan pernikahan dan keluarga. Kursus
SMARTSTART dibawah naungan LPPKN.

C. Hasil Perbandingan Pendidikan Parenting di Indonesia dan Malaysia


Dalam membandingkan kedua negara perlu dilihat terlebih dahulu
equivalensi (persamaan) antara kedua negara tersebut sebagai alasan dan
syarat perbandingan. Equivalensi dapat berupa kesamaan budaya, kesamaan
kontekstual, kesamaan fungsi, dan kesamaan struktur. Dalam perbandingan
ini equivalensi dari negara Indonesia dan Malaysia yaitu:
- Negara dengan penduduk rumpun melayu
- Tergolong negara berkembang
- Termasuk negara anggota ASEAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari beberapa literature hasil


perbandingan pendidikan Parenting di Indonesia dan Malaysia dapat
digambarkan melalui tabel berikut ini :

No Aspek Pembanding INDONESIA MALAYSIA


1 Gaya pengasuhan - Otoriter (orang tua - Otoritatif
memiliki kekuasaan (pengawasan ekstra
penuh terhadap anak) dan ketat namun
- Demokrasi orang tua tetap
(memberikan responsive dan
kebebasan dan menghormati
memberikan pemikiran anak)
pengawasan) - Otoriter (orang tua
- Permisif (orang tua memiliki kekuasaan
memberikan penuh kepada anak)
kebebasan kepada - Permisif (orang tua
anak) memberikan
kebebasan kepada
anak)
2 Lembaga pendukung Kementerian Kesehatan, Lembaga Penduduk
Badan Kependudukan dan Pembangunan
dan Keluarga Berencana Keluarga Negara
Nasional (BKKBN), (LPPKN), Rakan
Kementerian Sosial, Pembimbing
Kementerian Pendidikan Perkhidmatan Awam
dan Kebudayaan, (AKRAB), Tabung
Lembaga Swadaya Pembangunan Sumber
Masyarakat (LSM) Manusia Berhad
(HRDF)
3 Program Parenting Kelas ibu hamil, Kelas Kursus keibubapaan
Education ibu balita, Keluarga dibawah HRDF,
balita, Taman Anak Kursus
Sejahtera (TAS), SMARTSTART
Program Keluarga
Harapan (PKH/FDS),
posyandu, situs web
interaktif untuk orang
tua, dll.
4 Sosial budaya Indonesia adalah negara Sama seperti indonesia,
kepulauan, dan terdiri malaysia juga salah
bari banyak suku. satu negara
Sebagian mata berkembang. Malaysia
pencaharian masyarakat merupakan negara
adalah petani karena federal dan bahasa
indonesia merupakan resmi yang digunakan
negara agraris. Mata adalah bahasa melayu,
pencaharian lain sedangkan bahasa
diantaranya pegawai inggris sebagai bahasa
negeri, perindustrian, dan pengantar. Mata
lain sebaginya. Negara pencaharian penduduk
indonesia masih malaysia sebagian
tergolong negara besar pada sektor
berkembang, jadi kondisi pertanian,
sosial dimasarakat belum pertambangan, dan
sepenuhnya baik. perindustrian.

D. Implementasi pendidikan parenting untuk indonesia


Berdasarkan hasil perbandingan diatas, Indonesia dapat mengadopsi gaya
pengasuhan otoritatif, dimana orangtua lebih menjaga anak lebih ketat, tetapi
tetap perlu adanya kebebasan bagi anak agar tidak merasa terpenjara atau
terkekang. Selain itu telah dijelaskan bahwa Indonesia menganut tiga pola
pengasuhan yaitu otoriter, demokrasi, dan permisif, menurut kami pola
pengasuhan yang paling bagus adalah pola pengasuhan demokrasi dimana
orangtua memberikan kebebasan pada anak tetapi tetap dalam pengawasan
dan setiap keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan atau persetujuan
anak dan orangtua itu sendiri.
Namun yang dapat dilihat hingga kini masih jarang orangtua yang
menggunakan pola pengasuhan demokrasi dan mengabaikan pengasuhan
pada anak sehingga anak merasa tidak dapat berpendapat, terlalu bebas, atau
tidak teratur karena pengasuhan yang salah. Selain itu perlu juga perbaikan
atua pengembangan program parenting yang mengikuti perkembangan
teknologi dan sesuai kebutuhan masyarakat saat ini.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai komparasi pendidikan
Parenting yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa pendidikan
parenting sangat dibutuhkan diberbagai negara termasuk indonesia malaysia.
Pola asuh orangtua terhadap anak harus tepat dan benar dilakukan agar anak
dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualiatas, masih banyak ditemukan
kasus orangtua yang belum paham bagaimana seharusnya anak dalam usia
tersebut mendapatkan cara asuh yang tepat dan cocok karena tiap
bertambahnya umur maka pola asuh akan berubah ubah dan selalu
menyesuaikan. Gambaran tentang parenting atau pola asuh terhadap anak
diwilayah asia seperit di Indonesia dan Malaysia memiliki banyak kesamaan.
Dalam melaksanakan perbandingan equivalensi dari negara Indonesia dan
Malaysia yaitu keduanya merupakan negara rumpun melayu, termasuk negara
berkembang, dan termasuk anggota negara ASEAN.
Dari hasil perbandingan tersebut, menunjukan indonesia dan malaysia
memiliki program parenting yang didukung oleh pemerintah dan lembaga
swadaya masyarakat dengan bentuk program yang berbeda dan memiliki
kekhasan masing-masing, orangtua di kedua negara juga memiliki gaya
pengasuhan yang berbeda yaitu indonesia memiliki gaya pengasuhan otoriter,
demokrasi, dan permitif, sedangkan malaysia memiliki gaya pengasuhan
otoritatif dan otoriter.
Hasil perbandingan yang dapat diambil guna perbaikan bagi negara
Indonesia yaitu Indonesia dapat mengadopsi gaya pengasuhan otoritatif,
dimana orangtua lebih menjaga anak lebih ketat, tetapi tetap perlu adanya
kebebasan bagi anak agar tidak merasa terpenjara atau terkekang. Selain itu
perlu juga perbaikan atua pengembangan program parenting yang mengikuti
perkembangan teknologi dan sesuai kebutuhan masyarakat saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Saayah. 2008. Menjadi Guru Tadika. Selangor: PTS Professional


Publishing.
Ayuningtyas, Desi. 2013. Orientasi Pola Pengasuhan Anak Usia Dini Pada
Keluarga Militer di Asrama Kodam Kelurahan Jatingaleh Candisari
Semarang. Indonesian Journal of Early Chillhood Education Studies 2(2):
58-63.

Heather Biggar Tomlinson and Syifa Andina. 2015. Parenting Education in


Indonesia: Review and Recommendations to Strengthen Programs and
Systems. International Bank for Reconstruction and Development / The
World Bank 1818 H Street NW, Washington, DC 20433.

James J. Ponzetti, Jr. 2015. Evidence-based Parenting Education: A Global


Prespective. London: Taylor & Francis Ltd. Diakses melalui
http://books.google.co.id

Jane, Brooks. 2011. The prosess of parenting, terj. Rahmat fajar. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Keshavarz, Somayeh dan Rozumah, Baharudin. 2009. Parenting Style in a
Collectivist Culture of Malaysia. European Journal of Social Sciences
10(1): 66-73.
Mofrad, Sakineh dan Uba, Ikechukwu. 2014. Parenting Style Preference in
Malaysia. Official Conference Proceedings: The European Conference on
Psychology & the Behavioral Sciences 119-128.
Rohman, Arif. 2013. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai