Nizar Zulfriansyah B
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan dasar dan pendidikan
1
menengah?
Landasan
Landasan
“Memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggot umat manusia serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah”.
a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.
Tujuan Pendidikan Nasional
Ditetapkan dalam GBHN : “mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan nalar, keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
Syarat Pendirian Pendidikan Dasar
PP Nomor 28 tahun 1990 bab VIII pasal 5
1. Pendirian satuan pendidikan dasar oleh Pemerintah atau masyarakat harus memenuhi persyaratan
tersedianya:
– tenaga kependidikan terdiri atas sekurang-kurangnya seorang guru untuk setiap kelas bagi Sekolah
Dasar dan seorang guru untuk masing-masing mata pelajaran bagi Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, serta perbandingan jumlah guru dengan jumlah murid sebanyak-banyaknya 1 : 40;
– sumber dana tetap yang menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan dan tidak akan
merugikan siswa;
– tempat belajar;
2. Pendirian Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat
selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus pula memenuhi persyaratan
penyelenggaranya berbentuk yayasan atau badan yang bersifat sosial
Syarat Pendirian Pendidikan Menengah
1. Pendirian sekolah menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan masyarakat harus memenuhi
persyaratan tersedianya :
– sekurang-kurangnya duapuluh orang untuk sekolah menengah umum, kejuruan dan kedinasan,
sepuluh orang untuk sekolah menengah keagamaan, dan lima orang untuk sekolah menengah luar
biasa;
– tenaga kependidikan yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang guru untuk setiap mata
pelajaran;
– kurikulum;
– tempat belajar;
2. Pendirian satuan pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus pula memenuhi persyaratan bahwa
penyelenggaraannya adalah yayasan atau badan yang bersifat sosial.
Sekilas Tentang Wajib Belajar 9 Tahun di Indonesia
“Compulsory education” yaitu konsep pendidikan wajib belajar yang sanksi hukum bagi yang tidak mau
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar, baik pemerintah, pemerintah daerah, orang
tua, maupun peserta didik. (Fajar, 2011).
Ciri-cirinya:
(3) Tolak ukur keberhasilan wajib belajar adalah tidak ada orang tua yang terkena sanksi,
(4) Ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak bersekolah.
“Universal education” artinya program wajib belajar pendidikan dasar ini baru sebatas himbauan tanpa adanya
sanksi hukum. Namun hal ini berimplikasi juga pada pembebasan biaya pendidikan sebagai bentuk tanggung
jawab negara, supaya keluarga tidak perlu memikirkan lagi hal-hal tentang pendanaan pendidikan.
Ciri-cirinya:
(2) tanggung jawab moral orang tua dan peserta didik agar merasa terpanggil untuk mengikuti pendidikan
karena berbagai kemudahan yang disediakan,
(4) penggunaan ukuran keberhasilan yang bersifat makro, yaitu peningkatan angka partisipasi pendidikan
dasar.
• Kurikulum Pendidikan Dasar
Menurut PP No.28 Tahun 1990 Bab IV mengenai Kurikulum pada Pasal 14;
1) Isi kurikulum pendidikan dasar merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
dasar.
2) Isi kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran:
– pendidikan Pancasila;
– pendidikan agama;
– pendidikan kewarganegaraan;
– bahasa Indonesia;
– membaca dan menulis;
– matematika (termasuk berhitung);
– pengantar sains dan teknologi;
– ilmu bumi;
– sejarah nasional dan sejarah umum;
– kerajinan tangan dan kesenian;
– pendidikan jasmani dan kesehatan;
– menggambar;
– bahasa Inggris.
3. Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan
pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak
menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.
4. Satuan pendidikan dasar dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan
kebutuhan setempat.
Kurikulum Pendidikan menengah
Menurut PP No. 29 Tahun 1990 Bab VII pasal 15
1. Isi kurikulum pendidikan menengah merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan menengah dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2. Isi kurikulum pendidikan menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran tentang :
– pendidikan Pancasila;
– pendidikan agama;
– pendidikan kewarganegaraan.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.
4. Kurikulum pendidikan menengah yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh Menteri atau Menteri lain
berdasarkan pelimpahan wewenang dari Menteri.
5. Sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan
dan ciri khas sekolah menengah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku
secara nasional.
6. Sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan
kebutuhan setempat.
7. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) khusus tentang pendidikan agama diatur
oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan Menteri Agama.
8. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) diatur oleh Menteri.
Kurikulum 1947 Kurikulum 1952
Kurikulum 2013
• Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo, 2005. Pengantar Pendidikan, Penerbit Rineksa
Cipta Jakarta.
• Undang-undang Republik Indonesia No. 20. Tahun 2005. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Fuad. 2005.
• Dasar-dasar Kependidikan Munib, Achmad dkk. 2012. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.
• Arianto, Fajar. 2011. Wajib Belajar, Sebuah Dilema Si Miskin. Kompasiana
• Undang-Undang Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Balitbang
Depdiknas
• Undang-Undang Nomor 52. 2009. Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
• Waskito, AA. 2009. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Wahyu Media