Anda di halaman 1dari 26

BAB V

AQIDAH ISLAM

Peta Konsep:

Kata Kunci:
Aqidah
Syahadat
Tauhid
Kitab Suci
Malaikat
Akhirat
Malaikat

A. Pengertian
Aqidah menurut arti bahasa berarti ikatan, atau sesuatu yang mengikat.
Seseorang diikat oleh sesuatu yang paling mendasar dari dirinya yang
memberikan dampak kepada seluruh aspek hidupnya. Sesuatu yang mengikat
secara mendasar itu berupa keyakinan. Bagian yang paling mendasar dalam
agama adalah keimanan.
Aqidah merupakan bagian mendasar dari ajaran agama. Ia menjadi
fondamen dari seluruh hukum agama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah
tauhid,​ yakni mengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama,
yaitu ​laa ilaah illa allahu (tidak ada Tuhan selain Allah). Sebagai fondamen,
tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang
muslim, baik iideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya.
Kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, bentuk masdar dari kata wahhada,
yuwahhidu yang secara etimologis, berarti keesaan. Yakni percaya bahwa Allah
itu satu.
Mempelajari tauhid, menurut para ulama, hukumnya wajib bagi setiap
muslim. Rasulullah saw. sendiri diperintahkan oleh Allah SWT mengajaknya
umat manusia kepada ajaran tauhiad. Firman Allah:

٤ ‫وﻟَﻢۡ َﯾ ُﻜﻦ ﻟﱠ ُﻪۥ ُﻛُﻔ ًﻮا أَ َﺣ ُۢﺪ‬٣


َ ۡ‫ﻟَﻢۡ َﯾﻠِﺪۡ َوﻟَﻢۡ ﯾُﻮﻟَﺪ‬٢ ‫ٱﻟﺼ َﻤ ُﺪ‬
‫ﱠ‬ ُ‫ ٱﷲﱠ‬١ ‫ُﻗﻞۡ ُﻫ َﻮ ٱﷲﱠُ أَ َﺣ ٌﺪ‬
“Katakanlah (hai Muhammad!) bahwa Allah Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Ia tidak beranak ia tiada
beranak, dan tidak diperanakan, serta tak satu pun setara dengan-Nya”. (Q.S.
Al-Ikhlas : 1-4).
Oleh karena itu, semasa hidupnya Rasulullah saw berjuang keras
mengajak kaum kafir dan musyrik kepada ajaran tauhid. Pendidikan ketauhidan
yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada para pengikutnya disertai dengan
contoh konkrit, bagaimana seharusnya sikap hidup manusia bertauhid, tercermin
dalam tutur kata, sikap hidup dan perilaku beliau sehari-hari
Ajaran tauhid tidak saja wajib dipelajari, melainkan juga harus doyakini
dan dihayati dengan benar. Berpegang teguh pada ajaran tauhid akan melahirkan
keyakinan, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan
Allah SWT, dan dalam urusan-Nya serta akan kembali kepada-Nya. Ajaran tauhid
ini sangat positif bagi hidup dan kehidupan, sebab tauhid mengandung sifat-sifat:
1. Melepaskan jiwa manusia dari kekacauan dan kegoncanagn hidup yang dapat
membawanya ke dalam kesesatan.
2. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
3. Membimbing umat manuisia ke jalan yang benar dan mendorongnya
mengerjakan ibadah penuh ikhlas.
4. Membawa manusia kepada keseimbangan dan kesempurnaan hidup lahir
batin.

Ajaran tauhid ini oleh Allah tidak hanya diturunkan tidak hanya kepada
nabi Muhammad, melainkan juga kepada nabi/rasul terdahulu. Mulai dari Nabi
Adam as. sampai nabi Isa as.
Syahadat adalah keyakinan dan persaksian akan keesaan Allah. Kata ilah
dalam syahadat berarti tuhan, yaitu sesuatu yang mendominasi diri sehingga
seseorang tergantung kepadanya. ​Ilah sebagai sesuatu yang dominan pada diri
seseorang bisa berbentuk apa saja, baik orang maupun barang, jika memiliki sifat
dominan dan menjadikan orang tergantung kepadanya, maka ia berubah menjadi
ilah atau tuhan. Dalam syahadat, seorang muslim hanya bertuhankan Allah, tidak
ada yang dominan pada dirinya selain Allah.
Tauhid dapat dibagi menjadi tiga yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid
Uluhiyah dan Tauhid Asma dan Sifat.

a.Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah di dalam
perbuatan-perbuatan-Nya. Yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya:
1. Pencipta seluruh makhluk, hal ini sesuai dengan firmanNya:

ٌ ‫ٰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َو ِﻛ‬
(٦٢) ‫ﯿﻞ‬ ‫اﷲﱠُ َﺧﺎﻟِ ُﻖ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء‬
‫ۖ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ‬
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Allah memelihara segala sesuatu.” (QS.
Az Zumar: 62)

2. Pemberi rizki kepada seluruh manusia dan makhluk lainnya, hal ini sesuai
dengan firmanNya:

َ ْ ‫۞و َﻣﺎ ِﻣﻦ دَاﱠﺑ ٍﺔ ِﻓﻲ‬


) ‫ﯿﻦ‬ ٍ ‫َﻋ َﻬﺎۚ ُﻛ ﱞﻞ ِﻓﻲ ِﻛَﺘ‬
ٍ ‫ﺎب ﱡﻣِﺒ‬
‫اﻷ ْرض إ ﱠﻻ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬
َ ‫اﷲِ ِر ْز ُﻗ َﻬﺎ َوَﯾ ْﻌﻠَ ُﻢ ُﻣ ْﺴَﺘ َﻘ ﱠﺮ َﻫﺎ َو ُﻣ ْﺴَﺘ ْﻮد‬ ِ ِ َ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang
memberi rezekinya...” (QS. Hud: 6)

3. Penguasa dan pengatur segala urusan alam, yang meninggikan lagi


menghinakan, menghidupkan lagi mematikan, memperjalankan malam dan
siang dan yang maha kuasa atas segala sesuatu, hal ini sesuai dengan
firman-Nya yang artinya:

‫ﻨﺰ ُع اﻟْ ُﻤﻠْ َﻚ ِﻣ ﱠﻤﻦ َﺗ َﺸﺎ ُء َوُﺗ ِﻌ ﱡﺰ َﻣﻦ َﺗ َﺸﺎ ُء َوُﺗ ِﺬ ﱡل َﻣﻦ‬ َْ ْ ْ ْ َ
ِ ‫ﻗ ِﻞ اﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ َﻣﺎﻟِﻚ اﻟ ُﻤﻠ ِﻚ ُﺗ ْﺆِﺗﻲ اﻟ ُﻤﻠﻚ َﻣﻦ َﺗ َﺸﺎ ُء َوَﺗ‬
‫ُ ﱠ‬
ِ ‫ﺎر ِﻓﻲ اﻟﻠﱠﯿ‬
ۖ
‫ْﻞ‬ َ ‫ﺎر َوُﺗﻮﻟِ ُﺞ اﻟﱠﻨ َﻬ‬ َ‫ﱠ‬
ِ ‫( ُﺗﻮﻟِ ُﺞ اﻟﻠﯿْﻞ ِﻓﻲ اﻟﱠﻨ َﻬ‬٢٦) ‫ﯾﺮ‬ ٌ ‫ٰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻗ ِﺪ‬ ‫ْﺮ إِﱠﻧ َﻚ َﻋﻠَﻰ‬ُ ‫ۖء ِﺑَﯿ ِﺪ َك اﻟْ َﺨﯿ‬
ۖ ُ ‫َﺗ َﺸﺎ‬
(٢٧) ‫ﺎب‬ ٍ ‫ْﺮ ِﺣ َﺴ‬ ‫ﱢﺖ ِﻣ َﻦ اﻟْ َﺤ ﱢ‬
ۖ
ِ ‫ﻲ َوَﺗ ْﺮ ُز ُق َﻣﻦ َﺗ َﺸﺎ ُء ِﺑ َﻐﯿ‬ َ ‫ﱢﺖ َوُﺗ ْﺨ ِﺮ ُج اﻟْ َﻤﯿ‬
ِ ‫َوُﺗ ْﺨ ِﺮ ُج اﻟْ َﺤ ﱠﻲ ِﻣ َﻦ اﻟْ َﻤﯿ‬

“Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,engkau berikan kerajaan


kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari orang yang
engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki dan engkau
hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan engkaulah segala kebijakan.
Sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukan malam
kedalam siang dan engkau masukan siang kedalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati dan engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali
Imran: 26 -27)
Dengan demikian Tauhid Rububiyah mencakup keimanan kepada tiga hal
yaitu, ​Pertama​, Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah secara umum seperti
mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan dan lain-lain. ​Kedua​:
Beriman kepada Qodho dan Qodar Allah. ​Ketiga,​ Beriman kepada keesaan
Zat-Nya.

b. Tauhid Asma dan Sifat


Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah subhanahu
wa ta'ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits
dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-hukumnya. Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman:
) ‫ﻮن‬ ْ ‫ون ِﻓﻲ أَ ْﺳ َﻤﺎِﺋ ِۚﻪ َﺳﯿ‬
َ ُ‫ُﺠ َﺰ ْو َن َﻣﺎ َﻛﺎُﻧﻮا َﯾ ْﻌ َﻤﻠ‬ َ ‫ﯾﻦ ﯾُﻠْ ِﺤ ُﺪ‬
َ ‫ۖ َو َذ ُروا اﻟﱠ ِﺬ‬ َ ْ ِ‫َوِﱠﷲ‬
‫اﻷ ْﺳ َﻤﺎ ُء اﻟْ ُﺤ ْﺴَﻨﻰ‬
‫ٰ َﻓﺎ ْد ُﻋﻮ ُه ِﺑ َﻬﺎ‬
(١٨٠
“Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. Al A'raaf: 180)
‫ﺼ َﻼِﺗ َﻚ َو َﻻ‬
َ ‫ٰۚ َو َﻻ َﺗ ْﺠ َﻬ ْﺮ ِﺑ‬ َ ْ ‫ﺎ ﱠﻣﺎ َﺗ ْﺪ ُﻋﻮا َﻓﻠَ ُﻪ‬‫ٰن أَﯾ‬
‫اﻷ ْﺳ َﻤﺎ ُء اﻟْ ُﺤ ْﺴَﻨﻰ‬ ۖ ‫اﷲَ أَ ِو ا ْد ُﻋﻮا ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻢ‬ ‫ُﻗ ِﻞ ا ْد ُﻋﻮا ﱠ‬
(١١٠) ‫ﯿﻼ‬ ً ‫ٰﻟِ َﻚ َﺳِﺒ‬
‫ْﻦ َذ‬
َ ‫ُﺗ َﺨﺎ ِﻓ ْﺖ ِﺑ َﻬﺎ َوا ْﺑَﺘ ِﻎ َﺑﯿ‬
“Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan Nama yang mana
saja kamu seru, dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).”
(QS. Al Israa: 110)
(٦٠) ‫ﯾﺰ اﻟْ َﺤ ِﻜﯿ ُﻢ‬
ُ ‫ٰۚ َو ُﻫ َﻮ اﻟْ َﻌ ِﺰ‬ َ ْ ‫ۖء َوِﱠﷲِ اﻟْ َﻤَﺜ ُﻞ‬
‫اﻷ ْﻋﻠَﻰ‬ ‫ﻮن ِﺑ ْﺎﻵ ِﺧ َﺮ ِة َﻣَﺜ ُﻞ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴ ْﻮ‬ َ ‫ﻟِﻠﱠ ِﺬ‬
ْ ‫ﯾﻦ َﻻ ﯾ‬
َ ‫ُﺆ ِﻣُﻨ‬
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat
yang buruk: dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi.” (QS. An Nahl: 60)

Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian


mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu
adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit
dan di bumi: dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid Asma dan Sifat sebagai
berikut:
1. Menetapkan semua nama dan sifat tidak menafikan dan menolaknya.
2. Tidak melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah di luar yang
telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
3. Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah dengan nama dan sifat
makhluk-Nya.
4. Tidak mencari tahu tentang hakikat bentuk sifat-sifat Allah.
5. Beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntutan asma dan sifat-Nya.

Kedua macam tauhid di atas termasuk dalam satu pembahasan yaitu


tentang keyakinan atau pengenalan tentang Allah. Oleh karena itu kedua macam
tauhid tersebut biasa disatukan pembahasannya dengan nama tauhid ma'rifah dan
itsbat (pengenalan dan penetapan).
Pada dasarnya fitrah manusia beriman dan bertauhid ma'rifah dan itsbat.
Oleh karena itu orang-orang musyrik dan kafir yang dihadapi oleh para Rasul
tidak mengingkari hal ini. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya:

(٨٧) ‫ﻮن‬ َ ‫ﻮن ِﱠﷲِۚ ُﻗ ْﻞ أَ َﻓ َﻼ َﺗﱠﺘُﻘ‬


َ ُ‫( َﺳَﯿُﻘﻮﻟ‬٨٦) ‫ﯿﻢ‬ ْ ‫اﻟﺴﺒْﻊ َو َر ﱡب اﻟْ َﻌ ْﺮ‬
ِ ‫ش اﻟ َﻌ ِﻈ‬ِ ِ ‫ات ﱠ‬ ِ ‫ﺎو‬ ‫ُﻗ ْﻞ َﻣﻦ ﱠر ﱡب ﱠ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
َ ُ‫( َﺳَﯿُﻘﻮﻟ‬٨٨) ‫ﻮن‬
ِۚ‫ﻮن ِﱠﷲ‬ َ ‫ﺎر َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ إِن ُﻛﻨُﺘ ْﻢ َﺗ ْﻌﻠَ ُﻤ‬ َ ‫ﯿﺮ َو َﻻ ﯾ‬
ُ ‫ُﺠ‬ ‫ُﻗ ْﻞ َﻣﻦ ﺑَﯿ ِﺪ ِه َﻣﻠَ ُﻜ ُ ﱢ‬
ِ ‫ﻮت ُﻛﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َو ُﻫ َﻮ ﯾ‬
ُ ‫ُﺠ‬ ِ
(٨٩) ‫ون‬َ ‫ٰ ُﺗ ْﺴ َﺤ ُﺮ‬ ‫ُﻗ ْﻞ َﻓَﺄﱠﻧﻰ‬

“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya
'Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab, "kepunyaan Allah.” Katakanlah,
"Maka apakah kamu tidak bertaqwa?' Katakanlah: "Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi
tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka
akan menjawab, 'Kepunyaan Allah.' Katakanlah, “(Kalau demikian), maka dari
jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al Mu'minun: 86-89)​.

ۖ
‫ض‬ َ ْ ِ ‫ﺎو‬ ‫َﻗﺎﻟَ ْﺖ ُر ُﺳﻠُ ُﻬ ْﻢ أَ ِﻓﻲ ﱠ‬
ِ ‫اﷲِ َﺷ ﱞﻚ َﻓ‬
ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
‫ﺎﻃ ِﺮ ﱠ‬

“Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah,


pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10)

c. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyahadalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-
perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka tagorub dan ibadah seperti berdoa,
bernadzar, menyembelih kurban, bertawakal, bertaubat, dan lain-lain.

(١٦٣) ‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ُﻢ‬


‫ٰن ﱠ‬ ‫ل َه إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺮ ْﺣ َﻢ‬ َٰ ِ‫ۖﺪ ﱠﻻ إ‬
ٌ ‫اﺣ‬ ‫ٰﻫ ُﻜ ْﻢ إِ َل‬
ِ ‫ٰ ٌه َو‬ ُ ‫َوإِ َل‬

"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al
Baqarah: 163).

ْ ‫ﱠﺎي َﻓ‬
َ ‫اﺣ ٌﺪ َﻓِﺈﯾ‬ َٰ ِ‫ۖ إِﱠﻧ َﻤﺎ ُﻫ َﻮ إ‬ ْ ‫ٰﻫﯿ‬ َ ُ ُ‫َ َ ﱠ‬
ِ ‫ﺎر َﻫﺒ‬
(٥١) ‫ُﻮن‬ ِ ‫ل ٌه َو‬ ‫ْﻦ‬ ِ َ ‫۞و َﻗﺎل اﷲ َﻻ َﺗﱠﺘ ِﺨﺬوا إِل‬
ِ ‫ْﻦ اﺛَﻨﯿ‬
"Allah berfirman: Janganlah kamu menyembah dua tuhan. Sesungguhnya Dialah
Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” (QS. An
Nahl: 51)

َ ‫ﺎن ﻟَ ُﻪ ِﺑ ِﻪ َﻓِﺈﱠﻧ َﻤﺎ ِﺣ َﺴﺎُﺑ ُﻪ ِﻋﻨ َﺪ َرﱢﺑ ِﻪۚ إِﱠﻧ ُﻪ َﻻ ﯾ ُْﻔﻠِ ُﺢ اﻟْ َﻜﺎ ِﻓ ُﺮ‬
(١١٧) ‫ون‬ ْ ‫آﺧ َﺮ َﻻ ﺑ‬
َ ‫ُﺮ َﻫ‬ َ ‫ٰﻫﺎ‬ ‫َو َﻣﻦ َﯾ ْﺪ ُع َﻣ َﻊ ﱠ‬
ً ‫اﷲِ إِ َل‬
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak
ada sesuatu dalilpun baginya tentang itu maka sesungguhnya perhitungannya di
sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir tiada beruntung.” (QS. Al
Mu'minun: 117).
Tauhid inilah yang dituntut harus ditunaikan oleh setiap hamba sesuai
dengan kehendak Allah sebagai konsekuensi dari pengakuan mereka tentang
Rububiyah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah. Kemurnian Tauhid Uluhiyah
akan didapatkan dengan mewujudkan dua hal mendasar yaitu seluruh ibadah
hanya diperuntukkan kepada Allah bukan kepada yang lainnya dan dalam
pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan perintah dan larangan Allah.
Ketiga macam tauhid di atas memiliki hubungan yang tidak bisa
dipisahkan, dimana keimanan seseorang kepada Allah tidak akan utuh sehingga
terkumpul pada dirinya ketiga macam tauhid tersebut. Tauhid Rububiyah
seseorang tak berguna sehingga dia bertauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah,
serta Tauhid Uluhiyah seseorang tak lurus sehingga dia bertauhid asma dan sifat.
Singkatnya, mengenal Allah tak berguna sampai seorang hamba beribadah hanya
kepada-Nya. Dan beribadah kepada Allah tidak akan terwujud tanpa mengenal
Allah.
Lawan dari tauhid adalah syirik, yaitu mentuhankan yang lain selain Allah
atau mengakui tuhan yang lain di samping mentuhankan Allah. Adapun orang
yang menuhankan selain Allah itu disebut musyrik
Implikasi dari syahadat bagi seorang muslim adalah taat dan tunduk hanya
kepada Allah, tidak kepada selain Dia. Ini berarti seorang muslim tidak taat dan
tunduk kepada selain Allah atau aturan-aturan yang bertentangan dengan hukum
Allah. Sebaliknya ia harus tunduk dan taat kepada Allah dan kepada aturan-aturan
yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan Allah.
Sebagai bagian yang paling mendasar dari ajaran Islam, syahadat
berimplikasi terhadap seluruh aspek kehidupan serta membentuk perilaku hidup
muslim, baik ieiologi, politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. |
Ilmu yang mempelajari ihwal akidah atau teologi Islam atau tauhid disebut
Ilmu Kalam. Ruang lingkup pembahasan ilmu tauhid adalah :
1. hal-hal yang berkaitan dengan Allah swt, di antaranya masalah takdir.
2. hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah sebagai penghubung antara
manusia dengan Allah, ialah Malaikat, Nabi/ Rasul dan Kitab- Kitab Suci.
3. hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang termasuk masalah
surga dan neraka.
Definisi ilmu tuhid sangat beragam, dan tidak ada kesepakatan di antara
para ahli dalam hal ini. Akan tetapi secara sederhana, ilmu tauhid adalah
pengetahuan yang membahas ihwal ke-esa-an Tuhan dan sifat-sifatnya.
Ilmu tauhid berkaitan dengan kehidupan yang akan datang pembahasan
yang ditonjolkan, di antaranya sebagai berikut :
1. Dinamakan ilmu tauhid oleh karena pokok bahasannya dititikberatkan kepada
keesaan Allah swt.
2. Dinamakan pula ilmu ushuluddin karena pokok bahasan utamanya dasar-dasar
agama yang merupakan masalah esensi dalam Islam.
3. Dinamakan ilmu kalam karena bahasan utamanya tentang keberadaan Tuhan
dan segala sesuatu yang berkaitan denganNya dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi filosofis dan logika.
Ruang lingkup pembahasan dalam ilmu tauhid adalah:
1. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah SWT (mabda) diantaranya masalah
takdir.
2. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah utusan Allah sebagai penghubung
antara manusia dengan Allah, ialah Malaikat, Nabi/ Rasul, dan Kitab-kitab
Suci.
3. Hal-hal yangberkaitandengan kehidupan yangakan datang, termasuk masalah
syurga dan neraka.
Sebagai suatu Ilmu, tauhid dibagi menjadi:
1. tauhid ​rububiyah​, yaitu kepercayaan orang-orang muslim bahwa alam semesta
dan seisinya ini diciptakan oleh Allah swt serta senantiasa diawasi dan
dipelihara olehNya.
2. tauhid ​uluhiyah atau ​ubudiyah yaitu tekad orang-orang muslim dalam
meniatkan ibadah, pujian dan amal perbuatannya semata-mata guna mengabdi
kepada Allah swt, sebagaimana terucap dalam doa Iftitah ketika shalat
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah
pemelihara semesta alam"
3. tauhid sifat, yaitu pemahaman dan penghayatan orang-orang muslim terhadap
sifat-sifat Allah swt.
4. tauhid qauli dan amali, yaitu tauhid tidak hanya diyakini dalam hati, melainkan
juga harus diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.

Sumber kajian ilmu kalam adalah Alguran dan alhadis. Dalam kajian ilmu
kalam terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan para pemikir Islam yang
melahirkan beberapa madzhab ilmu kalam. Madzhab-madzhab ilmu kalam yang
terkenal antara lain: ​Khawarij, Murji'ah, Mu'tazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah.
Qodariyah, Jabariyah, Allusunnah Waljamaah, Syi'ah, Salafiyah dan Wahabiah.​
Perbedaan yang ada di antara madzhab tersebut terletak pada penempatan wahyu
dan akal.

B. Kemahaesaan Allah
Allah adalah esa: satu dalam dzat, sifat dan karya-nya. Keesaan Allah
merupakan gambaran kemahakuasaan-Nya yang tidak tertandingi oleh apa dan
siapapun, sebab selain Dia adalah ciptaan-Nya belaka.
Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah, yaitu keyakinan bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah. Keyakinan akan keesaan Allah merupakan ciri
utama dari agama Islam yang berbeda dengan agama- agama lainnya di dunia.
Keesaan Allah dalam ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada
agama Yahudi dan Nasrani. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah
yang meniadakan segala unsur yang lain. Satu bukanlah terdiri dari unsur-unsur
atau bagian dari bilangan, tetapi satu yang utuh.
Keesaan Allah dalam keyakinan muslim bukan hanya berupa pengetahuan
dan pengakuan tetapi mendorong dalam membentuk perilaku dan sikap tauhid
yang diawali dengan persaksian melalui syahadat. Syahadatain berbunyi:

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah.

Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah


mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah.
Artinya hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim. Tuhan
diartikan sebagai segala sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat orang
tergantung kepadanya. Apabila ada seseorang memiliki sesuatu baik orang
maupun barang atau kedudukan, apabila dominan dan membuat orang itu
tergantung kepadanya, maka orang itu tidaklah bertauhid. Karena itu, persaksian
yang dinyatakan dalam syahadat itu tidak terbatas pada ucapan dua kalimat
syahadat (syahadatain), melainkan dibuktikan dalam berpikir, bertindak, dan
bersikap. Berpikir tauhid adalah berpikir utuh dan integral, ia akan memandang
alam maupun manusia sebagai sesuatu sistem yang integral. Dengan demikian ia
akan mampu memberikan penilaian dan bertindak secara adil.
Sementara dalam hubungannya dengan sikap, tauhid memiliki implikasi
dalam bentuk sikap hidup yang tidak tergantung pada siapapun selain pada Allah,
karena itu ia akan hidup berani, merdeka dan mandiri.

C. Hubungan antara syahadat dan rukun iman


Aqidah Islam yang berlandaskan dua kalimat syahadat dan rukun iman
merupakan rangkaian sistemik yang masing-masing tidak bisa dipsisah-pisahkan.
Seseorang mengetahui dan meyakini eksistensi Allah melalui informasi yang
dibawa oleh orang yang diutus oleh Allah sendiri, yaitu Muhammad Rasulullah.
Karena itu, seseorang tidak mungkin beriman kepada Allah tanpa beriman kepada
Rasulullah karena Allah tidak berhubungan langsung kepada manusia
sebagaimana firman-Nya:

ۘ‫ﯾﻦ ِﻣﻦ َﻗ ْﺒﻠِ ِﻬﻢ ﱢﻣ ْﺜ َﻞ َﻗ ْﻮﻟِ ِﻬ ْﻢ‬


َ ‫ﺎل اﻟﱠ ِﺬ‬
َ ‫ٰﺬﻟِ َﻚ َﻗ‬ ٌ ‫ﻮن ﻟَ ْﻮ َﻻ ُﯾ َﻜﻠﱢ ُﻤَﻨﺎ اﷲﱠُ أَ ْو َﺗ ْﺄِﺗﯿَﻨﺎ آَﯾ‬
َ ‫ۗﺔ َﻛ‬ َ ‫ﯾﻦ َﻻ َﯾ ْﻌﻠَ ُﻤ‬ َ ‫ﺎل اﻟﱠ ِﺬ‬
َ ‫َو َﻗ‬
(١١٨) ‫ﻮن‬ ِ ‫َﺗ َﺸﺎَﺑ َﻬ ْﺖ ُﻗﻠُﻮُﺑ ُﻬ ْۗﻢ َﻗ ْﺪ َﺑﱠﯿﱠﻨﺎ ْاﻵَﯾ‬
َ ‫ﺎت ﻟِ َﻘ ْﻮ ٍم ﯾُﻮ ِﻗُﻨ‬
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: Mengapa Allah tidak
(langsung) berbicara kepada kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya
kepada kami?. Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah
mengatakan seperti ucapan mereka itu, hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
(QS.Al-Baqarah:118.

Dengan demikian dua kalimat syahadat dalam ajaran Islam tidak bisa
dipisah-pisahkan karena keduanya saling berkaitan. Demikian pula rukun iman
yang enam, masing-masing adalah rangkaian sistemik yang masing-masing
berurutan dan berkaitan. Informasi segala sesuatu tentang ​Allah diberikan kepada
manusia melalui perantaraan ​malaikat dalam bentuk frman-Nya yang tertulis
secara lengkap dalam ​kitab dan diberikan kepada ​Rasul untuk dipertanggung
jawabkan oleh manusia pada hari ​kiamat sebagai ketentuan (takdir) Allah yang
telah digariskan atas manusia.
Syahadat dan rukun iman bukanlah sebatas pengetahuan melainkan
keyakinan (iman) yang mendorong pembentukan sikap dan perilaku manusia.
Sikap yang paling utama dari keimanan itu adalah menerima aturan dan ketentuan
Allah secara utuh dan konsekuen. Apabila sikap tersebut telah terwujud dalam
bentuk pelaksanaan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka manusia
akan mencapai tujuan yang hakiki. Tujuan hakiki tersebut adalah kebahagiaan
yang sesungguhnya selama hidup di dunia dan berlanjut sampai di akhirat kelak.
(lihat gambar 5)

D. Peranan malaikat, dan makhluk ghaib lainnya serta pengaruhnya


terhadap manusia
Di samping manusia dan makhluk lainnya yang bersifat fisik, Allah
menciptakan makhluk yang bersifat gaib, yaitu jin, malaikat, dan setan. Jin adalah
makhluk yang bersifat gaib: tidak tampak secara kasat mata dan menghuni
dunianya sendiri yang bersifat ghaib pula. Jin memiliki tugas yang sama dengan
manusia, yaitu beribadah kepada Allah, karena itu kebaikan dan keburukan pun
terjadi di dunia jin. Jadi di dalam dunia, jin terdapat jin yang baik dan yang jahat.
Di samping jin, terdapat pula setan yang lebih ditampilkan dalam bentuk
kekuatan halus yang membisikkan keburukan kepada manusia dan jin. Adapun
makhluk lainnya adalah malaikat yang lebih menggambarkan kekuatan baik. Baik
setan maupun jin tidak diperoleh gambaran secara pasti di kalangan para hali
tafsir, jadi bisa dalam bentuk makhluk yang bersifat halus dan ghaib atau mungkin
saja berupa kekuatan yang membisikkan yang buruk dan baik. Yang pasti bahwa
kedua makhluk tersebut berpengaruh kepada manusia dalam bentuk bisikan untuk
berbuat baik dan buruk ke dalam hati manusia yang dilakukan oleh jin dan
manusia sebagaimana dinyatakan Alquran:
ْ ْ َٰ ِ‫( إ‬٢) ‫ﺎس‬ ُ َ ُْ
) ‫ﺎس‬ ِ ‫( ِﻣﻦ َﺷ ﱢﺮ اﻟ َﻮ ْﺳ َﻮ‬٣) ‫ﺎس‬
ِ ‫اس اﻟ َﺨﱠﻨ‬ ِ ‫ل ِه اﻟﱠﻨ‬ ِ ‫( َﻣﻠِ ِﻚ اﻟﱠﻨ‬١) ‫ﺎس‬ ِ ‫ﻗﻞ أ ُﻋﻮذ ِﺑ َﺮ ﱢب اﻟﱠﻨ‬
ْ َ ‫( اﻟﱠ ِﺬي ﯾ‬٤
ِ ‫( ِﻣ َﻦ اﻟ ِﺠﱠﻨ ِﺔ َواﻟﱠﻨ‬٥) ‫ﺎس‬
(٦) ‫ﺎس‬ ِ ‫ور اﻟﱠﻨ‬ ِ ‫ﺻ ُﺪ‬
ُ ‫س ِﻓﻲ‬ُ ‫ُﻮ ْﺳ ِﻮ‬

Katakanlah olehmu (Muhammad): Aku berlindung kepada Tuhan manusia. Raja


manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa
tersembunyi. Yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari jin dan
manusia. (QS. An.Nas, 114:1-6)
Pernyataan ayat di atas dapat dipahami bahwa ada suatu kekuatan ghaib
yang membisikkan keburukan ke dalam hati manusia yang dilakukan oleh setan
dengan perantaraan jin dan manusia. Dengan demikian setan bisa membentuk
makhluk tertentu, yaitu dalam bentuk jin atau manusia.
Beriman kepada yang ghaib diartikan sebagai keyakinan akan
kemahakuasaan Allah yang menciptakannya yang mendorong manusia untuk
selalu menyadari akan adanya godaan dan tipu daya agar manusia terjerat dalam
dosa. Kesadaran ini diharapkan akan mendorong manusia untuk selalu meminta
perlindungan Allah dan waspada akan segala kemungkinan bisikan buruk yang
datang setiap saat. Ingat kepada Allah dan terus menerus konsisten untuk
beribadah, berdo'a dan bekerja sesuai dengan perintah-Nya merupakan implikasi
nyata dari iman kepada yang gaib.

E. Tugas dan peranan Nabi dan Rasul


Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi
petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah swt dan membina mereka agar
melaksanakan ajaran-Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al Qur'an.

‫ﺎن ﻟََﻨﺎ أَن‬


َ ‫ۖه َو َﻣﺎ َﻛ‬ ‫ٰ ِﻛ ﱠﻦ ﱠ‬
‫اﷲَ َﯾ ُﻤ ﱡﻦ َﻋﻠَﻰ‬
ِ ‫ٰ َﻣﻦ َﯾ َﺸﺎ ُء ِﻣ ْﻦ ِﻋَﺒﺎ ِد‬ ‫َﻗﺎﻟَ ْﺖ ﻟَ ُﻬ ْﻢ ُر ُﺳﻠُ ُﻬ ْﻢ إِن ﱠﻧ ْﺤ ُﻦ إِﱠﻻ َﺑ َﺸ ٌﺮ ﱢﻣ ْﺜﻠُ ُﻜ ْﻢ َو َل‬
َ ‫اﷲِ َﻓﻠَْﯿَﺘ َﻮ ﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣُﻨ‬
‫اﷲِ َو َﻋﻠَﻰ ﱠ‬ ۚ‫ﺎن إِﱠﻻ ِﺑِﺈ ْذ ِن ﱠ‬ ْ ْ
(١١) ‫ﻮن‬ ٍ ‫ﱠﻧﺄِﺗَﯿ ُﻜﻢ ِﺑ ُﺴﻠ َﻄ‬
“...ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut
kepadaNya, dan mereka tiada merasa takut kepada seorangpun selain Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan (QS. Ibrahim,11).
Perbedaan para Nabi dan Rasul dengan umat manusia biasa diterangkan
dalam Al Qur'an ​“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka,” Kami tidak lain
hanyalah manusia seperti kamu akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya. Dia tidak patut bagi kami
mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah” (QS.
Ibrahim:11)
Manusia dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tidak mungkin
mengetahui segala informasi tentang Tuhan, kecuali diberitahu oleh Tuhan
sendiri. Pencarian Tuhan oleh manusia menyebabkan kesalahan yang sangat fatal,
karena manusia menjadi penentu Tuhannya. Dalam logika yang sehat, Tuhan
sebagai pencipta haruslah Maha Kuasa dari segala sesuatu yang diciptakannya.
Oleh karena itu, manusia memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri
agar informasi yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri: bukan benar
menurut manusia. Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak
memiliki kemampuansehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan.
Karena itu manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang
dipercaya oleh Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah
peranan dan fungsi Rasul sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk
menerangkan segala sesuatu tentang Tuhan. Karena itu beriman kepada Tuhan
mengharuskan orang untuk beriman kepada Rasul, karena dengan perantaraan
Rasul-lah orang dapat mengetahui segala sesuatu tentang Tuhan.
Nabi dan Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka tidak berbicara
atas dasar pikirannya, melainkan atas dasar wahyu. Penunjuk seseorang sebagai
Nabi dan Rasul bukanlah ditunjuk oleh manusia tetapi oleh Tuhan sendiri,
sebagaimana Allah menunjuk Muhammad sebagai Rasulullah dengan firman-Nya:

ٌ ‫ۗ َو َوﯾ‬
‫ْﻞ‬ ْ ‫ﺎﺳَﺘ ِﻘﯿ ُﻤﻮا إِﻟَ ْﯿ ِﻪ َو‬
‫اﺳَﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮو ُه‬ ْ ‫اﺣ ٌﺪ َﻓ‬
ِ ‫ل ٌه َو‬ ُ ‫ﻰ إِﻟَ ﱠﻲ أَﱠﻧ َﻤﺎ إِ َل‬
َٰ ِ‫ٰﻫ ُﻜ ْﻢ إ‬ َ ‫ُﻗ ْﻞ إِﱠﻧ َﻤﺎ أََﻧﺎ َﺑ َﺸ ٌﺮ ﱢﻣ ْﺜﻠُ ُﻜ ْﻢ ﯾ‬
ٰ‫ُﻮﺣ‬
(٦) ‫ﯿﻦ‬ َ ‫ﻟﱢﻠْ ُﻤ ْﺸ ِﺮ ِﻛ‬

Katakanlah: Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu


diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa..
(QS.Fussilat, 41:6).
Sebagai pembawa berita, Rasul hanya menyampaikan pesan Allah, bukan
hasil pemikirannya sendiri sebagai manusia, sebagaimana firman-Nya:

(٤) ‫ﻰ‬
ٰ‫ُﻮﺣ‬ ٰ ‫ﻨﻄ ُﻖ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻬ َﻮ‬
َ ‫( إِ ْن ُﻫ َﻮ إِﱠﻻ َو ْﺣ ٌﻲ ﯾ‬٣) ‫ى‬ ِ ‫( َو َﻣﺎ َﯾ‬٢) ‫ى‬ ُ ‫ﺎﺣﺒ‬
ٰ ‫ُﻜ ْﻢ َو َﻣﺎ َﻏ َﻮ‬ ِ ‫ﺻ‬َ ‫ﺿ ﱠﻞ‬
َ ‫َﻣﺎ‬

Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya ini
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan. (QS.Al-Najm,53:2-4)
Dengan demikian, Nabi dan Rasul memiliki peranan untuk
memberitahukan kepada manusia siapa Tuhan itu dan bagaimana rencana Tuhan,
termasuk keinginan-keinginan Tuhan atas manusia yang semua datang dari Tuhan
sendiri.
Para Nabi dan Rasul memiliki 4 (empat) sifat wajib dan empat sifat
mustahil serta satu sifat jaiz, sebagai berikut :
1. Shiddiq (benar), mustahil ia ​kizib (dusta).Artinya Nabi dan Rasul bersifat
benar baik dalam tutur kata maupun perbuatannya, yaitu sesuai dengan ajaran
Allah swt. Ditegaskan oleh Allah swt dalam firmannya ​“Kami anugerahkan
kepada mereka sebagian rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur
yang baik dan tinggi” (OS. Maryam, 50)
2. Amanah (dapat dipercaya), mustahil ​khianat (curang). Artinya para Nabi dan
Rasul itu bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah swt, serta memelihara
keutuhannya dan menyampaikanya kepada umat manusia sesuai dengan
kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas
ajaran Allah swt.
3. Tabligh (menyampaikan wahyu kepada manusia), mustahil kitman
(menyembunyikan wahyu). Artinya para Nabi atau Rasul itu pasti
menyampaikan seluruh ajaran Allah swt sekalipun mengakibatkan jiwanya
terancam.
4. Fathonah (pandai/cerdas), mustahil jahlun (bodoh), Artinya, para Nabi atau
Rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya atas
dasar kecerdasanya. Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi
oleh orang lain.

F. Fungsi Kitab suci yang dibawa Rasul bagi umatnya


Allah menurunkan petunjuk kepada manusia melalui wahyu yang dibawa
oleh para Rasul-Nya. Alquran mencatat empat kitab suci yang dibawa rasul-rasul
Allah untuk manusia, yaitu Zabur, Taurat, Inzil dan Alguran yang masing-masing
dibawa oleh Nabi Daud, Musa, Isa dan muhammad SAW.
Kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut merupakan informasi dari
Allah Swt untuk disampaikan kepada manusia. Keempat kitab suci tersebut
bersumber dari Allah Swt, karena itu dari segi keyakinan (aqidah) ketuhanannya
sama, yaitu tauhid atau mengesakan Tuhan. Sedangkan hukum-hukum (syariat)
yang dibawanya memiliki perbedaan, karena hukum-hukum itu terkait dengan
kondisi dan situasi masyarakatnya, terlebih lagi nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad diutus untuk suatu bangsa atau suku bangsa tertentu, karena itu
syariat masing-masing Nabi berbeda.
Kitab-kitab suci yang dibawa para nabi berfungsi memberikan penjelasan
tentang kebenaran Allah Yang Maha Esa sebagai Tuhan Semesta Alam serta
memberikan petunjuk jalan yang benar kepada umatnya. Dengan berpegang
kepada kitab suci, umat para Nabi memperoleh jalan yang terang dalam
menempuh hidupnya dan sebaliknya umat yang tidak patuh kepada petunjuk kitab
suci memperoleh siksaan. Hal ini tampak dalam sejarah para Nabi terdahulu yang
menjadi cermin bagi umatnya yang ada sekarang ini.
Percaya kepada kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan ke dunia
merupakan bagian dari keimanan yang harus dimiliki setiap muslim. Kepercayaan
ini sebagai bukti kepatuhan kepada Allah yang mengharuskan setiap muslim
untuk beriman kepada kitab-kitab Allah. Keimanan terhadap kebenaran
kitab-kitab itu terbatas kepada kitab- kitab atau wahyu yang turun kepada Nabinya
ketika mereka masih ada, yaitu kitab yang asli yang sekarang sudah tidak
ditemukan lagi. Adapun kitab-kitab lama yang sekarang masih ada telah
mengalami perubahan ' sebagaimana disebut dalam Alquran maupun hadis.
Terhadap ktab-kitab ini tidak ada perintah agama untuk mengimaninya, tetapi
perlakuan terhadap mereka harus dijaga dengan baik, tanpa membenarkan isi kitab
mereka.

G. Pengertian qadha dan qadar


Allah sebagai Maha Pencipta telah meletakkan ukuran yang pasti kepada
seluruh ciptaan-Nya. ukuran-ukuran tersebut menjadi hukum tersendiri bagi alam.
Aturan yang ditetapkan Allah atas alam tersebut seringkali disebut sunnatullah
dan dalam ilmu pengetahuan disebut hukum alam. Sunnatullah yang telah diatur
sehingga alam menjadi harmonis dan seimbang itu bukanlah sesuatu yang terjadi
secara kebetulan, tetapi direncanakan secara sengaja oleh Allah Swt.
Rencana Allah atas alam dan semua makhluknya disebut gadha Sedangkan
realisasi segala perencanaan itu disebut qadar. Perencanaan yang telah ditetapkan
Allah atas segala sesuatu merupakan hak Allah dan. manusia tidak bisa
mengintervensinya. Demikain pula Allah berhak untuk menentukan dan
melaksanakan apa yang direncanakannya untuk dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan-Nya. Allah menetapkan qadha dan qadar dan siapapun tidak akan
bisa mengubahnya kecuali Allah sendiri. Allah yang berhak mengubah
ketentuannya karena Dia Maha Kuasa atas segalanya, misalnya: api adalah zat
yang telah ditentukan Allah untuk memiliki sifat panas dan dapat membakar
sesuatu. Akan tetapi suatu saat api yang panas itu diubah-Nya untuk dingin
sehingga Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran yang dilakukan musuhnya.
Demikian pula hukum-hukum yang lain, misalnya apabila benda
dilepaskan dari suatu ketinggian, maka benda itu akanjatuh ke bumi. Jatuh ke
bumi adalah takdir Allah yang disebut oleh ilmu pengetahuan dengan istilah
gravitasi. Kemudian manusia memikirkan dan mengusahakan dengan
kemampuannya untuk menghindarkan gravitas bumi dengan membuat peralatan
tertentu seperti pesawatudara, gravitasi itu pun dapat dihindari dan manusia dapat
melayang di udara. Kemampuan manusia untuk melayang di udara dengan
pesawat terbang itu juga adalah takdir Allah.
Dari kedua contoh di atas tampak bahwa Allah menetapkan dan mengubah
takdir segala sesuatu. Perubahan itu merupakan kekuasaan Allah dan sebagian
dapat diubah oleh manusia melalui usaha-usahanya. Takdir yang berupa ketetapan
atau hukum Allah atas segala sesuatu tidak terlepas dari sifat Allah Yang Maha
Adil, karena itu segala usaha manusia akan diperhitungkan Allah sebagai
gambaran keadilan-Nya itu.
Demikian pula dengan nasib seseorang, Allah telah menetapkan gadha dan
gadarnya yang tiada seorang pun mengetahuinya. Selanjutnya manusia didorong
untuk berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan takdir yang terbaik untuknya.
Allah Maha Adil untuk memberikan penghargaan pada usaha yang dilakukan
manusia, karena itu bisa jadi takdirnya menjadi baik pula baginya. Dengan
demikian gadar dan ikhtiar merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, tetapi
takdir Allah yang terjadi pada seseorang setelah berikhtiar merupakan keputusan
Allah y ang terbaik bagi orang itu. Karena Allah hanya
memberikan yang terbaik sesuai dengan sifatnya Yang Maha pengasih dan
Penyayang. Walaupun yang terbaik menurut Allah tidak selalu sama dengan
keinginan dan harapan manusia.

H. Kiamat, hukum alam, dan akhirat


Kiamat merupakan akhir perjalanan kehidupan alam raya dan pintu masuk
alam akhirat. Peristiwa kiamat adalah hari kehancuran dunia yang di gambarkan
dalam Alguran Surat Al Zalzalah (kegoncangan) sebagai saat penghancuran total
yang tidak ada satu makhluk pun yang tertinggal, semua hancur, selain dalam
surat Al Zalzalah, Allah juga memberikan penjelasan tentang kiamat dalam surat
Al Wagi'ah ayat 5-6, surat At Takwir ayat 1,2,3,6, dan 11.
Datangnya hari kiamat tidak dijelaskan secara rinci baik dalam Alguran maupun
hadis, tetapi.ciri-ciriakan datangnya kiamat diisyaratkan dalam berbagai hadis,
antara lain manakala manusia tidak lagi berpegang kepada nilai-nilai ilahiyah
yang menjaga kemanusiaannya, tetapi telah menjadikan nafsu sebagai tuhannya.
Apabila diperhatikan isyarat- isyarat tentang datangnya kiamat, maka dapat
dipastikan bahwa kiamat berhubungan dengan keserakahan manusia dan
ditinggalkannya nilai- nilai agama. Karena itu, jika dikaitkan dengan hukum alam
(sunnatullah), maka kiamat pasti akan datang karena sebagai akibat semakin
jauhnya manusia dari nilai-nilai kebaikan yang menjadi tugas hidupnya sebagai
khalifatullah fil ardhi​ dan meletakkan dirinya sebagai penguasa yang tanpa batas.
Dalam Al Quran hari kiamat memiliki tiga puluh empat (34) sebutan,
diantaranya:
1. Yaumul Qiyamah​ (hari kiamat)
2. Yaumul Hasroh (hari penjelasan sebab sudah tidak ada lagi kesempatan bagi
umat manusia untuk beriman dan beramal saleh guna menembus
dosa-dosanya).
3. Yaumul Hisab (hari perhitungan segala amal perbuatan baik dan buruk
manusia)
4. Yaumul Zilzalah (hari kegemparan, sebab bumi ketika itu mengalami
kegoncangan yang sangat dahsyat)
5. Yaumul Waqi'ah (hari kejatuhan sebab segala makhluk Allah swt benar-
benar terhenti)
6. Yaumul Roojifah​ (hari gempa besar)
7. Yaumul Haaqqoh (hari kebenaran sebab semua janji Allah dalam Al Ouran
tentang adanya kehidupan di alam akhirat mulai terbukti).
8. Yaumul Thoommah (hari kesulitan sebab setiap manusia tidak dapat
menyelamatkan diri mereka sendiri.
9. Yaumul Talaaq (hari pertemuan, sebab orang-orang yang beriman dan
beramal saleh akan dipertemukan dengan Tuhannya).
10. Yaumul Ghosyiyah (hari pingsan karena kehidupan segala makhluk Allah swt
benar-benar terhenti).
11. Dan sebagainya sampai 34 nama.
Uji Kompetensi
A. Soal
1. Jelaskan makna Aqidah dalam perspektif Islam!
2. Jelaskan makna ayat pertama dalam QS. Al Ikhlas!
3. Sebutkan ciri-ciri kiamat berdasarkan hadis Rasulullah
4. Jelaskan hubungan antara syahadat dan rukun iman!
5. Di Era pemerintahan Persiden Susilo Bambang Yudoyono banyak terjadi
musibah dan bencana, diantaranya tanggal 26 Desember 2004 telah terjadi
Tsunami di Provinsi NAD, Gempa di Sumut, Bom Bali II, Penyebaran Flu
Burung,dan sebagainya. Menurut pendapat Anda, adakah korelasinya antara
fenomena tersebut dengan godho dan godar Allah!
6. Sebutkan ilmu-ilmu tauhid dan jelaskan pengertian masing-masing dari ilmu
tauhid tersebut!
7. Sebutkan lima nama lain hari kiamat dan jelaskan!
8. Jelaskan hikmah yang terkandung dalam Q.S Ar Rum : 41)
9. Tuliskan ayat ayat yang menjelaskan tentang kerusakan di bumi akibat
perilaku tidak terpuji yang dilakukan manusia!
10. Jelaskan perilaku akhlak terhadap lingkungan hidup! Bagaimana realisasinya
dalam kehidupan sehari-hari!

B. Bahan Diskusi
1. Keimanan seorang muslim perlu dididik sejak dini, sebab banyak kejadian
yang berpindah agama akibat diiming-iming oleh harta (uang). Akibat
rapuhnya iman, telah menjadikan keyakinan mereka terjual sehingga rela
mengorbankan keyakinannya untuk berpindah agidah. Bagaimana sikap anda
ketika keadaan ekonomi keluarga anda benar-benar susah, kemudian ada
seorang kaya raya menjamin kehidupan anda tetapi dengan syarat anda harus
pindah aqidah!
2. Setiap manusia telah ditentukan nasib, rizki, pasangan hidup, kematiannya, dan
kebahagiannya sebelum manusia itu dilahirkan. Jika anda mempunyai cita-cita
kemudian anda tidak berhasil meraih cita-cita anda, tapi anda tetap berusaha
keras sampai beberapa kali. Pada kenyataannya, anda tetap tidak bisa meraih
apa yang anda cita-citakan tersebut. Bagaimana anda menyikapi masalah yang
anda hadapi seperti itu!

Jawaban
A. Jawaban Uraian
1. .
2. .

3. .

4. .

5. .

6. .
BAB VI
SYARIAH, IBADAH, DAN MUAMALAH
Peta Konsep:

Kata Kunci:
Syariah
Muamalah
Ibadah
Abdun
Khalifah

A. Syariat Islam
Syariat menurut bahasa berarti jalan, secara terminologis berarti sistem
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Syariat Islam adalah
hukum-hukum Allah yang tersirat dan tersurat dalam Alguran dan Sunnah. Syariat
Islam yang sudah dikodifikasi secara sistematik dan mudah dipahami disebut
fikih.​ Syariat Islam bersifat global dan berlaku universal, sedangkan fikih bersifat
khusus dan temporal, karena itu syariat Islam akan tetap abadi sedangkan fikih
dapat berubah dari masa ke masa berdasarkan kebutuhan umat Islam terhadap
detil- detil aturan syariat Islam sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya
manusia. Kehidupan sosial budaya manusia yang berubah dari waktu ke waktu
menuntut adanya perkembangan dalam fikih Islam. Misalnya, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut adanya reinterpretasi terhadap
produk-produk hukum fikih yang telah ditetapkan oleh para ulama masa lalu.
Karena itu fikih Islam bersifat dinamis dan fleksibel serta senantiasa aktual dan
terbuka. Oleh karena relatifitas fikih, maka terbuka pula terhadap kemungkinan
adanya perbedaan-perbedaan (ikhtilaf) di kalangan umat Islam dalam masalah
fikih.
Syariat Islam berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, baik
dalam kaitan individu maupun sosial. Tujuan syariat adalah mewujudkan
kehidupan individu dan sosial menuju kebahagiaan abadi dunia akhirat.
Beberapa prinsip dasar syariat Islam adalah sebagai berikut.
1. Syariat Islam itu berdasarkan kepada kemampuan manusia, tidak ada aturan
Islam yang di luar kemampuan manusia

2. Syariat Islam itu mudah sehingga orang yang melakukannya tidak


mengalami kesulitan

3. Syariat Islam mengatur secara rinci dan jelas pada hal-hal yang bersifat tetap,
tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu seperti masalah ​ubudiyah
(ritual-peribadatan). Sedangkan untuk hal-hal terpengaruh oleh ruang dan
waktu syariat Islam mengaturnya dalam bentuk global dan garis besar,
sehingga memungkinkan umat untuk melakukan ijtihad setiap waktu, seperti
masalah politik, ekonomi, budaya dan sebagainya.

Syariat itu diturunkan guna memelihara agama (​hifdzu al din)​ , jiwa (​hifdzu
al-nafs​), akal (​hifdzu al aql​), harta (​hifdzu al mal​), dan keturunan (​hifdzu al nasl)​ .
Syariat Islam bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan jiwa, dengan
jalan mengenal Allah dan beribadat kepada-Nya, mengokohkan hubungan antar
manusia serta menegakkannya di atas landasan kasih sayang, persamaan dan
keadilan, hingga tercapailah kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Syariat Islam merupakan suatu ketetapan Allah swt, oleh karenanya
memilki sifat-sifat sebagai berikut.
1. Umum​. Dengankata lain syariat Islam berlaku bagi segenap umat Islam di
seluruh penjuru dunia. Tanpa memandang tempat, ras dan warna
kulit.Berbeda dengan hukum buatan manusia yang pemberlakuanya terbatas
pada suatu tempat karena pembuatanya berdasarkan faktor kondisional dan
memihak kepada kepentingan penciptanya.

2. Universal dan Komprehensip​. Maksudnya syariat Islam mencakup segala


aspek kehidupan umat manusia, ditegaskan oleh Allah swt ​“Tidak satu pun
yang kami lupakan dalam Al quran”​ (QS. Al An'am,38).

3. Orisinil dan Abadi​. Maksudnya syariat Islam ini benar-benar diturunkan


oleh Allah swt, dan tidak akan tercemar oleh usaha-usaha pemalsuan sampai
akhir zaman. Friman Allah swt ​“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al Qur'an dan Kami benar-benar memeliharanya”​ (QS. Al Hijr;9).

4. Mudah dan tidak memberatkan​, Kalau kita mau merenungkan syariat


Islam dengan seksama dan jujur, akan kita dapati bahwa syariat Islam sama
sekali tidak memberatkan dan tidak pula menyulitkan ​“Allah tidak
membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupan orang yang
bersangkutan” ​(QS. Al Baqarah;286).

5. Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat​, Islam tidak


memerintahkan umatnya untuk mencari kebahagiaan dunia semata,
sebaliknya juga tidak memerintahkan pemeluknya mencari kebahagiaan
akhirat belaka. Akan tetapi Islam mengajarkan kepada pemeluknya
kewajiban mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Firman Allah swt :

َ ‫ۖ َوأَ ْﺣ ِﺴﻦ َﻛ َﻤﺎ أَ ْﺣ َﺴ َﻦ اﷲﱠُ إﻟَﯿ‬


ۖ
‫ْﻚ َو َﻻ‬ ‫ﺼﯿَﺒ َﻚ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱡﺪ ْﻧَﯿﺎ‬
ِ ‫ﻨﺲ َﻧ‬ َ ‫ۖة َو َﻻ َﺗ‬ َ ‫ار ْاﻵ ِﺧ َﺮ‬
َ ‫ﺎك اﷲﱠُ اﻟ ﱠﺪ‬ َ ‫َوا ْﺑَﺘﻎ ِﻓﯿ َﻤﺎ آَﺗ‬
ِ
(٧٧) ‫ﯾﻦ‬ َ ‫ُﺤ ﱡﺐ اﻟْ ُﻤ ْﻔ ِﺴ ِﺪ‬
ِ ‫اﷲَ َﻻ ﯾ‬‫ۖ إ ﱠن ﱠ‬ ‫ض‬ ‫ر‬
ْ َ ْ ‫َﺗﺒْﻎ ِاﻟْ َﻔ َﺴﺎ َد ِﻓﻲ‬
‫اﻷ‬
ِ ِ ِ
Dan carilah apa yang dianugrehakan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi...."
(QS. Al Qashash,77)

ً ‫ﺎر ُﻧ ُﺸ‬
(٤٧) ‫ﻮرا‬ َ ‫ﺎﺳﺎ َواﻟﱠﻨ ْﻮ َم ُﺳَﺒﺎًﺗﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ اﻟﱠﻨ َﻬ‬ َ ‫َو ُﻫ َﻮ اﻟﱠ ِﺬي َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟﻠﱠﯿ‬
ً ‫ْﻞ ﻟَِﺒ‬
“Dialah yang menjadikan untukmu malam sebagai pakaian dan tidur untuk
istirahat dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”​ (OS. Al Furqaan,47)
Pada bagian sebelumnya (Bab II) telah sedikit diuraikan ihwal
hukum-hukum yang terdapat dalam syariat Islam, yang terdiri dari Wajib, Sunnat,
Haram, Makruh dan Mubah. Pengertian masing-masing sudah sedikit diuraikan,
pada bagian ini akan diuraikan lebih jauh, khususnya hukum wajib dan Sunnat .
Wajib (​fardhu)​ merupakan suatu keharusan yakni segala perintah Allah swt yang
harus kita kerjakan, hukum wajib dapat dibagi menjadi 9 sebagai berikut :
1. Wajib Syar'i,​ adalah suatu ketentuan yang apabila dikerjakan mendatangkan
pahala, sebaliknya jika tidak dikerjakan terhitung dosa.

2. Wajib Akli,​ adalah suatu ketetapan hokum yang harus diyakini kebenaranya
karena masuk akal atau rasional.

3. Wajib ​‘Aini​, adalah suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh setiap
muslim, antara lain shalat lima waktu, puasa ramadhan, shalat jum'at dan lain
sebagaianya

4. Wajib Kifayah​, adalah suatu ketetapan yang apabila sudah dikerjakan oleh
sebagian orang muslim, maka muslim lainya terlepas dari kewajiban tersebut,
akan tetapi jika tidak ada yang mengerjakannya, maka berdosalah semuanya.

5. Wajib Muaiyyan​, adalah suatu keharusan yang telah ditetapkan macam


tindakanya, contohnya berdiri bagi yang berkuasa waktu shalat.

6. Wajib Mukhayyar​, adalah suatu kewajiban yang boleh dipilih-salah satu dari
bermacam pilihan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan, misalnya denda
dalam sumpah, boleh memilih antara memberi makan 10 orang miskin atau
memberi pakaian 10 orang miskin.

7. Wajib Mutlaq,​ suatu kewajiban yang tidak ditentukan waktu pelaksanaanya,


seperti membayar denda sumpah.
8. Wajib Aqli Nazari​, adalah kewajiban mempercayai suatu kebenaran dengan
memahami dalil-dalilnya atau dengan penelitian yang mendalam, seperti
mempercayai eksistensi Allah swt.

9. Wajib Aqli Dharuri​, adalah kewajiban mempercayai kebenarannya dengan


sendirinya, tanpa dibutuhkan dalil-dalil tertentu seperti orang makan jadi
kenyang.

Sedangkan hukum Sunnah dapat dibagi menjadi 4 sebagai berikut,


1. Sunnah Muakkad,​ adalah sunnah yang sangat dianjurkan, misalnya Shalat
Idul Fitri

2. Sunnah Ghairu Muakkad​, adalah sunnah biasa, Misalnya memberi salam


kepada orang lain.

3. Sunnah Haiah​, adalah perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya


dikerjakan, seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir.
4. Sunnah Ab'ad​, adalah perkara-perkara dalam shalat yang harus dikerjakan
dan kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi, seperti membaca
tasyahud awal dan sebagainya.

B. Ibadah
Ibadah berhubungan dengan tugas manusia sebagai Abdullah di muka
bumi. Konsep ​‘Abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba
Allah. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah dengan
penuh keihlasan. Hal ini terungkap dalam Q.S, Adz Dzariat ayat 56 yang artinya
sebagai berikut:
‫َو َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘ ُﺖ اﻟْ ِﺠ ﱠﻦ َو ْاﻹ َ ﱠ‬
ِ ‫ﻧﺲ إِﻻ ﻟَِﯿ ْﻌُﺒ ُﺪ‬
(٥٦) ‫ون‬ ِ
"Dan tidak Aku ciptakan jin manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada
Ku"
Pemenuhan fungsi ini memerlukan penghayatan agar seorang hamba
sampai pada tingkat religiusitas dimana tercapainya kedekatan diri dengan Allah
swt. Bila tingkat ini berhasil diraih, maka seorang hamba akan bersikap ​tawadhu',​
tidak arogan dan akan senantiasa pasrah pada semua titah perintah Allah swt
(tawaqqal).
Secara luas, konsep ​'abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia
dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba
selama ia hidup dapat dinilai sebagai ibadah manakala aktivitasnya ditujukan
hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah swt. Belajar adalah ibadah
manakala dilakukan dengan niat mencari ridha Allah swt. Bekerja juga adalah
ibadah manakala dilakukan untuk mencari ridha Allah. Semua aktivitas seorang
hamba dalam seluruh dimensi kehidupan adalah ibadah manakala itu benar-benar
dilakukan untuk mencari ridha Allah semata.
Kemudian, agar manusia mampu melaksanakan tugas dan fungsi
penciptaanya, manusia dibekali Allah swt dengan berbagai potensi atau
kemampuan. Potensi atau kemampuan itu disebut oleh Hasan Langgulung sebagai
sifat-sifat Tuhan yang tersimpul dalam Al guran dengan nama-nama yang indah
(​Asma ul Husna)​ . Dalam falsafah Islam, sifat-sifat Tuhan hanya dapat diberikan
kepada manusia dalam bentuk dan cara yang terbatas, sebab kalau tidak demikian
manusia akan mengakui dirinya sebagai Tuhan. Dalam kontek ini, manusia harus
memahami bahwa sifat- sifat itu diberikan Tuhan adalah sebagai amanah, yaitu
tanggung jawab besar yang pada suatu saat akan diminta pertangggung
jawabannya di hadapan Allah swt. Untuk itu manusia harus mendayagunakan
potensi yang dianugerahkan kepadanya secara bertanggung jawab dalam rangka
merealisasikan tujuan dan fungsi penciptaanya di alam ini, baik sebagai ​abd'
maupun sebagai ​khalifah fil ardl.​
Ibadah berarti perhambaan, yaitu memperhambakan diri kepada Allah
sesuai dengan tuntunan-Nya. Ibadah ada yang dilakukan secara langsung antara
seseorang dengan Allah disebut pula dengan istilah ​ibadah mahdhah atau ibadah
ritual. Ada pula ibadah yang dilakukan melalui hubungan antar manusia yang
sering disebut ibadah ​ghair mahdhah​ atau ​muamalah​.
Ibadah mahdhah berkaitan dengan bentuk-bentuk ritual yang khas, seperti
shalat, puasa, haji dan sebagainya. Peraturan mengenai pelaksanaan ibadah ini
telah ditetapkan secara pasti melalui Alquran dan dioperasionalkan oleh contoh
Rasulullah yang tercantum dalam As-sunnah. Disepakati di kalangan para ahli
(ulama) bahwa untuk melaksanakan ibadah, seorang muslim harus
melaksanakannya sesuai dengan perintah Allah dan contoh yang diberikan oleh
Rasulullah. Pengamalan ibadah yang tidak sesuai dengan perintah dan contoh
tersebut dinyatakan tidak sah atau batal dan haram untuk dilakukan. Berdasarkan
pandangan tersebut ditetapkan kaidah yang berkaitan dengan ibadah khusus,
yaitu: ​semua haram kecuali yang diperintahkan Allah atau dicontohkan
Rasulullah​. Di luar kaidah itu apabila dilakukan, maka ibadah itu dinyatakan tidak
sah atau ​bid'ah.​
Ketentuan ibadah ritual itu disebabkan ibadah semata-mata sebagai bukti
ketundukan dan ketaatan seseorang terhadap Tuhannya. Kata ibadah sendiri
berarti perhambaan yang memiliki implikasi tunduk dan taat tanpa reserve.
Karena itu ibadah-ibadah ritual, seperti salat, puasa, haji tersebut tidak berubah
bentuk pelaksanaannya sepanjang masa sebagai bukti ketundukkan seorang
muslim sepanjang zaman. Apakah gerakan-gerakan ritual itu dipahami atau tidak
dipahami tetap menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim.
Ibadah adalah bukti ketundukan seseorang kepada Allah dengan cara
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah khusus ditetapkan oleh Allah atau
Rasul-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

1. Ketentuan dan makna Shalat


Salat adalah bentuk ibadah yang terdiri dari bacaan-bacaan dan gerakan
yang dimulai dari takbiratul ihram diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat
tertentu. Salat merupakan ibadah pokok yang sangat menentukan nilai
ibadah-ibadah lainnya. Apabila salat dilakukan, maka ibadah yang lainnya akan
memiliki makna ibadah. Oleh karena itu, salat memiliki ketentuan yang sangat
ketat dibandingkan ibadah lainnya. Kewajiban setiap muslim untuk mendirikan
salat tidak pernah berhenti sepanjang akalnya sehat, karena itu terdapat
ketentuan-ketentuan salat bagi orang yang sakit, diperjalanan, bahkan di tengah
berlangsungnya peperangan. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah salat merupakan
ibadah yang paling penting.
Setiap muslim wajib melaksanakan salat lima kali dalam sehari semalam.
Apabila dalam keadaan sakit, salat dilakukan sesuai dengan kemampuan, yaitu
sambil duduk atau berbaring. Adapun apabila berada diperjalanansalatbisa
dilakukan dengancarajamak, yaitu mengumpulkan (​jamak)​ dua salat pada satu
waktu, yaitu salat zuhur dengan asar dan maghrib dengan isya. Rakaat yang
empat, yaitu zuhur, asar dan isya bisa diringkas (Qasar) masing-masing menjadi
dua rakaat. Jadi dalam perjalanan bisa dijamak sekaligus digasar. Adapun salat
subuh yang dua rakaat tidak bisa dijamak maupun digasar. Ia harus tetap
dilakukan dua rakaat pada waktunya, sedangkan maghrib boleh dijamak tetapi
tidak boleh digasar, ia tetap tiga rakaat.
Sebagai ibadah pokok, salat tidak hanya wajib dilakukan sesuai dengan
ketentuannya, tetapi juga memiliki makna yang sangat besar dalam membentuk
perilaku seseorang. Orang yang telah mendirikan salat akan mewujudkan dirinya
untuk menjauhi dosa dan kemunkaran sebagaimana dinyatakan Alquran:
‫ٰ َﻋﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤ َﺸﺎ ِء َواﻟْ ُﻤﻨ َﻜۗﺮ َوﻟَ ِﺬ ْﻛ ُﺮ ﱠ‬ ‫ۖة إِ ﱠن ﱠ‬ ‫ﺎب َوأَ ِﻗ ِﻢ ﱠ‬ ْ َ ‫وﺣ َﻲ إﻟَﯿ‬ ُ ُ
ِ‫اﷲ‬ ِ ِ ‫اﻟﺼ َﻼ َة َﺗ ْﻨ َﻬﻰ‬ َ ‫اﻟﺼ َﻼ‬ ِ ‫ْﻚ ِﻣ َﻦ اﻟ ِﻜَﺘ‬ ِ ِ ‫ا ْﺗﻞ َﻣﺎ أ‬
(٤٥) ‫ﻮن‬ َ ‫ﺼَﻨ ُﻌ‬ ‫أَ ْﻛَﺒ ُﺮ‬
ْ ‫ۗ َواﷲﱠُ َﯾ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ َﺗ‬
Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar dan
sesungguhnya mengingat Allah itu paling besar ...​ (QS.Al-Ankabut, 29:45)
Dalam ayat di atas tampak bahwa salat bukan hanya dilakukan pada
waktunya, tetapi maknanya harus terbawa dalam kehidupan di luar salat, yakni
menjauhkan diri dari dosa dan kemungkaran. Tempat dan waktu orang berbuat
dosa dan kemunkaran tentunya di luar salat, karena itu salat seyogyanya meresap
dalam kehidupan sehari-hari dan memberi warna tersendiri dalam bentuk
komitmen untuk menjauhkan dosa dan mungkar.
Dosa dan kemunkaran tempatnya di tengah masyarakat, karena itu salat
harus berdampak pada kehidupan di tengah masyarakat. Salat yang baik adalah
yang berdampak baik dalam masyarakat, yaitu orang yang salat akan menjauhkan
dirinya dari dosa dan kemungkaran.
Salat yang merupakan komunikasi dengan Tuhan dilakukan minimal lima
kali setiap hari melalui salat fardu sehingga kehidupan orang yang salat akan
terkontrol dan terjaga dari waktu ke waktu. Salat yang berdampak sosial itulah
yang sesungguhnya merupakan salat yang khusyu'. Sebaliknya orang yang tidak
khusyu" idalah orang yang salatnya lalai (​sahun​), atau orang yang salatnya tidak
berdampak kepada perilaku sosialnya.
Alquran mengungkapkan bahwa nerakalah bagi orang-orang yang lalai
(​sahun)​ , yaitu orang-orang yang riya dan enggan membayar zakat. Riya adalah
motivasi individu yang berbuat kebaikan dengan mengharapkan pujian dari orang
lain atau masyarakat.
Hubungan salat dengan perilaku sosial dapat dilihat pula pada urutan
kalimat suruhan salat dalam Alquran yang selalu dikaitkan dengan zakat, yaitu
kalimat ​aqimus salat wa atu zakat (kerjakan salat dan bayarkan zakat). Ayat
tersebut mengandung arti bahwa salat harus diikuti dengan zakat; dimensi ritual
harus berdampak sosial.
Ibadah salat yang paling baik dilakukan dengan cara berjamaah atau
bersama-sama. Salat berjamaah mengandung implikasi sosial, yaitu lahirnya rasa
persaudaraan dan kesatuan di antara umat Islam, menanamkan kesamaan derajat,
memupuk kepemimpinan, dan mengembangkan sikap demokratis.

2. Ketentuan dan makna Puasa


Puasa (​shaum)​ menurut asal katanya berarti menahan, sedangkan menurut
istiah syara' berarti menahan dari makan dan minum serta yang membatalkan
puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Berdasarkan pengertian di atas, puasa dalam ajaran Islam adalah menahan
diri untuk tidak makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa
yang dimulai sejak terbit fajar dan berakhir pada saat terbenam matahari. Apabila
ada puasa yang pengertiannya tidak sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka
puasa tersebut bukanlah puasa yang datang dari syariat Islam.
Puasa termasuk salah satu dari ibadah mahdhah, karena itu tata cara dan
pelaksanaannya telah diatur secara lengkap oleh syariat Islam berdasarkan firman
Allah dan contoh Rasul-Nya. Karena itu tidak bisa menambah dan mengurangi
pelaksanaan puasa kecuali ada perintah dan contoh yang jelas. Berdasarkan
pengertian di atas dapat pula diambil kesimpulan bahwa puasa dalam ajaran Islam
adalah menahan dari segala minuman dan makanan serta semua hal yang
membatalkan puasa, termasuk di dalamnya merokok dan tidak disebut puasa yang
hanya makan makanan atau minuman tertentu saja.
Waktu berpuasa dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, karena
itu tidak boleh (haram) berpuasa siang malam, berpuasa terus menerus, atau
berpuasa malam hari dan berbuka siang hari.
Berpuasa pada bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang
telah baligh (dewasa), dan sehat. Anak-anak sebaiknya disuruh berpuasa sebagai
pendidikan dan latihan sehingga kalau dewasanya nanti sudah terbiasa berpuasa.
Puasa wajib berarti jika dilaksanakan mendapat ganjaran dan apabila
ditinggalkan mendapat siksa Allah Swt. Di samping puasa Ramadhan ada pula
puasa yang wajib, yaitu puasa nadzar. Puasa nazar adalah puasa yang dijanjikan,
yaitu seseorang yang berjanji apabila memperoleh sesuatu akan melaksanakan
puasa. Misalnya seseorang bernazar apabila ia lulus kuliah ia akan berpuasa, maka
apabila ia lulus wajib melaksanakan puasanya. Wajibnya puasa Ramadhan
didasarkan kepada firman Allah:

َ ‫ﯾﻦ ِﻣﻦ َﻗ ْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ َﺗﱠﺘُﻘ‬


(١٨٣) ‫ﻮن‬ َ ‫اﻟﺼَﯿﺎ ُم َﻛ َﻤﺎ ُﻛِﺘ َﺐ َﻋﻠَﻰ اﻟﱠ ِﺬ‬ َ ‫َﯾﺎأَﱡﯾ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬ‬
‫ﯾﻦ آ َﻣُﻨﻮا ُﻛِﺘ َﺐ َﻋﻠَﯿ ُْﻜ ُﻢ ﱢ‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu puasa, sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”​. (QS.
Al baqarah, 2:183)
Untuk memulai ibadah puasa dilakukan dengan menentukan awal dan
akhir bulan Ramadhan yang ditentukan dengan dua cara: ​Pertama,​ dengan cara
rukyatul hilal (melihat bulan sabit pertanda awal bulan Ramadhan), yaitu melihat
dengan mata kepala atau dengan bantuan alat- alat. Hal ini didasarkan atas sabda
Nabi:
Dari Ibnu umar, Rasulullah bersabda: Apabila kamu melihat bulan
Ramadhan, hendaklah berpuasa, dan apabila kamu melihat bulan Syawal,
hendaklah kamu berbuka. Maka jika tidak tampak olehmu, hendaklah kamu
perhitungkan jumlah hari dalam satu bulan. (HR. Bukhari, Muslim, Nasai dan
Ibnu Majah)
Kedua​, dengan cara ​hisab (perhitungan), yaitu menghitung posisi hilal
dengan bantuan ilmu falak (astronomi).
Dua macam cara menetapkan awal dan akhir puasa tersebut di atas
memungkinkan terjadinya perbedaan di kalangan umat Islam. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan awal dan akhir puasa melalui Badan Hisab dan Rukyat
Departemen Agama.
Apabila sudah ditentukan waktu puasa, maka hendaknya niat pada malam
harinya. Niat adalah bermaksud (secara sengaja) untuk melakukan sesuatu.
Berniat puasa adalah bermaksud - melaksanakan puasa pada malam harinya dan
berpuasa esok harinya. Berniat puasa dilakukan di dalam hati, tetapi boleh pula
diucapkan.
Orang yang hendak puasa dianjurkan untuk makan Sahur, yaitu makan
pada waktu setelah lewat tengah malam sebelum fajar. Makan sahur merupakan
perbuatan sunat sebagaimana disabdakan Nabi:
Bersahurlah kalian, karena pada sahur terdapat berkah (Hadist mutafaq alaih)
Melaksanakan makan sahur hendaknya menjelang datangnya fajar, tidak
terlalu malam, sebab mengakhirkan makan sahur merupakan bagian dari sunnah
Rasul.
Demikian pula, ketika datang waktu terbenam matahari atau waktu salat
maghrib, maka segeralah berbuka puasa. Menyegerakan buka adalah perbuatan
yang dicintai Allah sabda Nabi :
Dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: Allah berfirman hambaKu yang paling
aku cintai adalah mereka yang menyegerakan buka.( HR. Tirmidzi)
Dalam melaksanakan ibadah puasa bagi orang-orang tertentu dapat
keringanan untuk tidak berpuasa dengan ketentuan tertentu pula, sebagaimana
diungkapkan Allah dalam Alquran:

‫ُﻄ ُﯿﻘﻮَﻧ ُﻪ‬


ِ ‫ﯾﻦ ﯾ‬َ ‫ﱠﺎم أُ َﺧ َۚﺮ َو َﻋﻠَﻰ اﻟﱠ ِﺬ‬ َ َ َ ‫ﯾﻀﺎ أَ ْو َﻋﻠَﻰ‬
ٍ ‫ٰ َﺳﻔ ٍﺮ ﻓ ِﻌ ﱠﺪ ٌة ﱢﻣ ْﻦ أﯾ‬
ُ ‫ﺎن ِﻣ‬
ً ‫ﻨﻜﻢ ﱠﻣ ِﺮ‬ َ ‫أَﯾﱠﺎ ًﻣﺎ ﱠﻣ ْﻌ ُﺪودَاتٍۚ َﻓ َﻤﻦ َﻛ‬
) ‫ﻮن‬ َ ‫ْﺮ ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ إِن ُﻛﻨُﺘ ْﻢ َﺗ ْﻌﻠَ ُﻤ‬
ٌ ‫ﺼﻮ ُﻣﻮا َﺧﯿ‬ ُ ‫ْﺮ ﻟﱠ ُۚﻪ َوأَن َﺗ‬ ً ‫ﯿﻦ َﻓ َﻤﻦ َﺗ َﻄ ﱠﻮ َع َﺧﯿ‬
ٌ ‫ْﺮا َﻓ ُﻬ َﻮ َﺧﯿ‬ ٌ
ٍ ‫ِﻓ ْﺪَﯾﺔ َﻃ َﻌﺎ ُم ِﻣ ْﺴ ِﻜ‬
ۖ
(١٨٤
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasu)
membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan. Maka Itulah yang lebih baik
baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al
Baqarah:184)

Berdasarkan ayat di atas, orang-orang yang boleh membatalkan puasanya


sebagai berikut:
a. Orang yang sakit
Orang yang sakit boleh berbuka puasa, tetapi wajib menggantinya di luar
bulan puasa apabila ia telah sembuh.
b. Orang yang sedang berada di perjalanan (​musafir​)
Orang yang sedang berada di perjalanan atau bepergian boleh tidak
berpuasa, tetapi ia wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan sebanyak
hari yang ditinggalkannya.
c. Wanita yang sedang haid (menstruasi) dan nifas
Wanita yang sedang haid dan nifas tidak boleh (haram) berpuasa, tetapi ia
wajib untuk mengganti (menqqadha) puasanya sebanyak hari yang
ditinggalkannya pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.

Anda mungkin juga menyukai