Anda di halaman 1dari 11

[Type here]

MAKALAH

IJAZ AL – QUR’AN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : ‘Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Ust. Zenal Kholid, Lc. MA

Disusun oleh :

Ricky Agung Gunawan

Fatih

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM

JAKARTA

1
[Type text]

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul ahruf sab’ah dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ustadz Khaleed Zaenal pada mata kuliah
Ulumul Qur’an. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ustadz Khaleed Zaenal selaku guru mata
kuliah Ulumul Qur’an. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca
temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca
apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Jakarta, 4 Oktober 2021

Penulis

2
[Type text]

Contents
MAKALAH.....................................................................................................................................1

IJAZ AL – QUR’AN.......................................................................................................................1

Fatih.................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

3
[Type text]

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam kehidupan ini, kita sering menilai sesatu itu mustahil karena akal manusia yang terbatas dan terpaku
dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab akibat yang telah kita ketahui. Sehingga kita sering menolak suatu
yang tidak sejalan dengan logika atau hukum yang berlaku. Manusiadengan akal yang dimilikinya tidak mampu
merenungkan ciptaan Allah di muka bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri
mentadabburi kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam semesta. Sehingga Allah mengutus setiap rasul pada
kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap
kemampuan diluar kebiasaan yang berkembang ditengah-tengah kaumnya. Kemampuan luar biasa atau yang lebih
sering dikenal sebagai mukjizat yang dimiliki oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan luar
biasa yang ada di kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak sanggup melawan dan muncullah perasaan
lemah dalam diri mereka yang pada akhirnya membawa mereka pada keimanan dengan risalah yang dibawa oleh
rasul. Pembicaraan tentang kemukjizatan al-Quran merupakan suatu mukjizat tersendiri, dimana para peneliti tidak
bisa mencapai kesempurnaan dari setiap sisi-sisi kemukjizatannya. Dan berbagai pertanyaan lainnya seputar
kemukjizatan Alquran akan penulis coba paparkan jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga ke depan
makalah ini dapat memberi pencerahan bagi kita semua.

Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud dengan kemukjizatan al-Quran.

b. Apa saja ruang lingkup kemukjizatan al-Quran.

c. Apa manfaat dan tujuan kemukjizatan al-Quran.

Tujuan Masalah

4
[Type text]

Adapun tujuan dalam pembahasan di makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui mukjizat Al – Qur’an


2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan kemukjizatan Al – Qur’an

5
[Type text]

BAB 2
PEMBAHASAN
1.     PENGERTIAN IJAZ QURAN DAN MUKJIZAT

a.       Pengertian i’jaz menurut bahasa:


                Kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza-yu’jizu-i’jazan yang mempunyai arti
“ketidakberdayaan atau keluputan” (naqid al-hazm). Kata i’jaz juga berarti “terwujudnya
ketidakmampuan”, seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu".

b.      Pengertian i’jaz secara istilah:


-          Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam
ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-
Quran.
-          Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara
melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya
dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.

c.       Pengertian mukjizat:

ً ‫هي أمر خارق للعادة مقرون بالتحدي سالم عن المعارضة يظهر على يد مدعي النبوة موافقا‬
‫لدعواه‬
Mukjizat adalah  Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai tantangan (untuk
menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku nabi
menguatkan /menyesuaikan dakwahnya.

Kata mukjizat dari segi bahasa berarti melemahkan, menundukkan, atau ketidak
mampuan mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah berarti suatu perkara yang tidak
dapat dilakukan manusia baik secara individu maupun kolektif. Dikehendaki dengan i’jaz dalam
pembahaan ini ialah:

“Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rosul, dengan


memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap mu’jizatnya yang kekal
yaitu al-Qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka”.

6
[Type text]

Sedangkan menurut Manna al-Qattan, I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan


kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum adalah ketidak mampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul,
maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan. Yang dimaksud dengan
i’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam melawan
mukjizat yang kekal yakni al-Quran dan orang-orang sesudah mereka.

Maka mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang
dibarengi dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan. al-Quran menantang orang-orang
Arab, mereka tidak kuasa melawan meskipun mereka merupakan orang-orang yang fasih,
hal ini tiada lain karena al-Quran adalah mukjizat.

Al-Quran memiliki keistimewaan bila dibandingkan dengan mukjizat-mukjizat


para nabi sebelumnya. Mukjizat para nabi sebelumnya merupakan mukjizat yang hanya
dapat diindera dan dibuktikan oleh kaum dan orang-orang yang sezaman dengan nabi
tersebut, dan tidak dapat diketahui olehorang-rang setelahnya kecuali melalui berita,
sedangkan mukjizat al-Quran adalah mukjizat yang dapat diindera dan dibuktikan oleh
seluruh manusia disetiap masa sampai hari kiamat.

2. Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur’an

Al-Qur’an digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk menentang orang-orang pada masanya
dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah
(bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka,
sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi
memintanya untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan :

1. Mendatangkan semisal Al-Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat


Al-Isra’ (17) ayat 88

ِ‫ون بِ ِم ثْ لِ ه‬ ِ ‫ْق ر‬ ِ ِ ‫ت ا إْلِ نْ س و ال‬


ِ ‫اج تَ م َع‬ ِ
َ ُ‫آن اَل يَأْت‬ ْ ُ ‫َن يَأْتُ وا بِ م ثْ ِل َٰه َذ ا ال‬
ْ ‫ْج ُّن َع لَ ٰى أ‬ َ ُ َ ْ ‫قُ ْل لَ ئ ِن‬
ٍ ‫ض ُه ْم لِ َب ْع‬
‫ض ظَ ِه ًير ا‬ ُ ‫ان َب ْع‬
َ ‫َو لَ ْو َك‬

7
[Type text]

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".

2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada


dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan surat Hud (11) ayat 13.

‫اد عُ وا‬ ٍ ‫ قُل فَ أْتُوا بِ ع ْش ِر س و ٍر ِم ثْ لِ ِه م ْف َت ر ي‬3ۖ ُ‫ون ا ْف َت ر اه‬


ْ ‫ات َو‬ ََ ُ َُ َ ْ َ َ ُ‫َم َي ُق ول‬ ْ‫أ‬
‫ين‬ ِ ِ ‫ون اللَّ ِه إِ ْن ُك ْن تُ م‬ِ ‫م ِن اس تَ طَ ْع تُ م ِم ن ُد‬
َ ‫ص اد ق‬ َ ْ ْ ْ ْ َ
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu",
Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".

3. Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam
Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat: 23

ْ ‫ور ٍة ِم ْن ِم ثْ لِ ِه َو‬
‫اد عُ وا‬ َ ‫س‬
ِ ِ ِ ٍ ‫و إِ ْن ُك ْن ت م فِ ي ر ي‬
ُ ‫ب م َّم ا َن َّز لْنَ ا َع لَ ٰى َع ْب د نَا فَ أْتُ وا ب‬ َْ ُْ َ
‫ين‬ ِ ‫ُش َه َد اء ُك م ِم ن ُد‬
ِ ِ ‫ون اللَّ ِه إِ ْن ُك ْن تُ م‬
َ ‫ص اد ق‬
َ ْ ْ ْ َ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang Arab temyata gagal menandingi Al-Qur’an.
Inilah beberapa catatan yang memperhatikan kegagalan itu :

1. Musailamah bin Habib al-Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha
mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur’an. la mengaku bahwa dirinya
pun mempunyai Al-Qur’an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh malaikat yang

8
[Type text]

bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksud untuk menandingi Al-


Quran adalah :

‫ له خرطوم طويل وذنب وثيل ومل ذاك من خلق ربنا يقيل‬.‫الفيل ما الفيل وما أدراك ما الفيل‬

“Gajah, apakah gajah, tahukah engkau apa gajah? Dia mempunyai belalai yang panjang, dan
ekor yang mantap. Itu bukanlah bagian dari ciptaan Tuhan kita yang kecil.

2. Diceritakan bahwa Abu al-A’la al-Mu’arri, al-Mutanabbi, dan Ibn al-Maqaffa juga
berusaha menandingi Al-Qur’an. Namun sebelum memulainya, mereka merasa malu
sendiri kemudian memecahkan pena serta merobek-robek kertasnya. Diceritakan pula
bahwa ketika hendak menandingi Al-Qur’an Ibn al-Muqaffa tiba-tiba mendengar seorang
anak kecil membacakan ayat:

Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan
airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit
Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim".

Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah dikumpulkan dan merasa malu
tampil di depan khalayak ramai setelah peristiwa itu, ia mengucapkan kata-katanya yang
masyhur.

“ Demi Allah, siapapun tidak akan


mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Quran.”

9
[Type text]

3   MACAM-MACAM KEMUKJIZATAN AL-QURAN

a. Mukjizat Material Inderawi Mukjizat ini terdapat pada nabi-nabi terdahulu, artinya bahwa
keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indera oleh umat-umat
tempat nabi-nabi menyampaikan risalah.
Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi
ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam
kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular;
penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain, kesemuanya
bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir
dengan wafatnya mereka.

b. Mukjizat  Immaterial Logis Yaitu mukjizat yang diturunkan kepada nabi terakhir yaitu
Muhammad shallalu’alai wasallamberupa mukjizatal-Quran yang sifatnya bukan inderawi
atau material tetapi dapat dipahami akal dan tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa
tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya
dimana dan kapan-pun. Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok :

1) Para Nabi sebelum Nabi Muhammad shalallahu’alai wasallam, ditugaskan untuk


masyarakat dan masa tertentu. Karena itu,mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan
masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi
Muhammadshalallahu’alai wasallam  yang diutus untuk seluruh umat manusia sampai
akhir zaman.
2) Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya
sebelum Nabi Muhammadshalallahu’alai wasallam membutuhkan bukti kebenaran yang
sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan
langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia  mulai menanjak ke
tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.

10
[Type text]

11

Anda mungkin juga menyukai