Anda di halaman 1dari 18

I’JᾹZ AL-QUR’ᾹN: SEBUAH OVER VIEW

Moh. Muhyiddin

A. Pendahuluan

Al-Qur’an salah satu definisinya memuat kata mu’jiz1. Mu’jiz berarti al-
Qur’an mempunyai kemampuan untuk menundukkan dan menunjukkan dirinya
melebihi yang lainnya. Selain itu, kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah
ini dapat menundukkan seluruh tulisan-tulisan yang pernah ada, sekaligus juga
menobatkan al-Quran menjadi Kitab paling mulia dan tidak terbantahkan.
Merupakan hal yang penting bagi kita untuk mengidentifikasi aspek
kemukjizatan al-Qur'an, apalagi di era saat ini banyak menjustifikasi sebuah aspek
untuk menjadi bagian dari aspek kemukjizatan al-Qur’an. Sebab, kesalahan dan
ketidak akuratan dalam mengidentifikasi aspek kemukjizatan al-Qur’an, akan
berdampak kontra produktif bagi al-Qur’an itu sendiri.
Oleh hal tersebut, bagaimanakah memahami i’jāz al-Quran dengan
keadaan al-Qur’an yang berada di tangan kita selama ini. Tulisan ini menelusuri
pemaknaan i’jāz al-Qur’an, kemudian mengajak untuk membahas aspek-aspek
i’jāz. Selanjutnya mengajak untuk meng-counter pemahaman i’jaz al-Quran
berdasarkan teori al-Ṣirfah, karena teori tersebut hakikatnya merobohkan i’jāz al-
Qur’an.

B. Pengertian I’jāz al-Qur’an

Secara bahasa ‫ إعج(((از‬merupakan derivasi (bentuk masdar) dari ‫أعجز‬


bermakna ‫ الف((وت‬yang berarti meninggalkan atau ‫ الس((بق‬yang mempunyai makna
mendahului. Ketika dikatakan: ‫ اعج((((زني فالن اي فت((((اني‬maknanya seseorang
meninggalkan atau mendahului saya.2
Sedangkan ‫( أعجز‬a’jaza), memiliki arti yang sama dengan ‫ ض((عف‬atau
bermakna lemah.3

1
Manna’ al-Qaṭṭan, Mabāhith fi ‘Ulūm Al-Qur’ān, (Kairo: Maktabah Wahbah, t.t.), 39.
2
Ibn Manzur, Lisān al-Arab (Kairo: Dār al-Ma’arif, tt), 2818.
3
Ismā’īl ibn Ḥamad al-Jawhary, Al-Ṣiḥāḥ Taj al-Lughat wa ṣihāh al-‘Arabiyyah, (Beirut:
Dār al-ilm li al-Malayīn, 1987), 3,883.

1
Dalam Taj al-‘Arūs juga dijelaskan bahwa ‫أعجز الشيئ‬semakna dengan ‫سبق‬
mendahuluinya atau ‫ فات‬meninggalkannya. Dijelaskan pula pengertian mu’jizat
memiliki makna sebagai sesuatu yang melemahkan atau mengalahkan lawan
ketika terjadi tantangan. Sebagaimana dituliskan;
‫ ما أعجز به الخصم عند التح ّدي‬: ‫ ومعجزة النب ِّي صلى هللا عليه وسلم‬4.
Manna’ Khalil al-Qattan mengatakan bahwa I’jāz adalah memperlihatkan
kebenaran Nabi di dalam menyampaikan dakwah risalah-Nya dengan
memperlihatkan ketidakmampuan orang Arab dalam menentang mu’jizat
Rasulullah yang abadi – al-Qur’an – dan melemahkan generasi sesudahnya5
al-Zarqāni mendefenisikan i’jāz sebagai sesuatu yang melemahkan atau
menundukkan manusia yang beragam untuk menghasilkan sesuatu yang semisal
dengannya, atau disebut juga sesuatu yang berada di luar dari kebiasaan, di luar
dari sebab-sebab yang dapat diketahui secara detail, dimana Allah
menciptakannya ketika seseorang menentang bukti kenabian ketika dakwah
disampaikan kepadanya.6
Sedangkan yang dimaksud dengan i’jāz al-Qur’ān ialah mukjizat (bukti
kebenaran) yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-Qur’an, bukannya bukti
kebenaran yang datang dari faktor luar al-Qur’an. Lebih lanjut menurut Quraish
Shihab konteks kemukjizatan al-Qur’an, minimal satu surat walaupun pendek atau
tiga ayat atau satu ayat yang panjang seperti ayat al-Kursi (al-Baqarah: 255)7.
Menurut Ahmad Dedat mukjizat mempunyai beberapa pengertian,
pertama, suatu kejadian yang tidak mungkin dijelaskan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang seharusnya, dan peristiwa atau kejadian tersebut dapat berupa
kekuatan yang luar biasa. Kedua, mu’jizat yaitu seseorang, atau suatu hal, atau
suatu kejadian yang dapat menimbulkan ketakutan dan dapat menakut-nakuti,
tetapi disertai dengan rasa kagum. Ketiga, suatu perbuatan di luar kemampuan
manusia yang mustahil dilakukan oleh manusia pada umumnya. 8

4
Sayyid Muhammad Murtada al-Husaini az-Zabidi, Taj al-‘Ᾱrus Min Jawahir al-Qamus (Kuwait:
Matba’ah Hukumah al-Kuwait, 1975), 211.
5
Muhammad Abd al-‘Aẓim Al-Zarqani, Manāhil al-Irfan fi ‘Ulūm al-Alqur’ān (Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Arabi, 1995), 63.
6
Manna’ al-Qaṭṭan, Mabāhith fi ‘Ulūm Al-Qur’ān, 250.
7
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan, 2014), 45.
8
Ahmad Dedat, al-Quran Mu’jzatu al-Mu’jizat,(Maktabah Didat: t.t, ), 8-9.

2
C. Peranan dan Tahapan I’jāz al-Qur’an

1. Untuk membuktikan kerasulan nabi Muhammad


2. Untuk membuktikan al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari Allah,
bukan buatan nabi Muhammad.
3. Untuk menunjukkan kelemahan balaghah dan sastra manusia.
4. Untuk menunjukkan kelemahan daya dan upaya manusia.
Mukjizat-mukjizat yang dibawa oleh para Rasul sangat berbeda dengan
yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah
kalam-Nya atau ucapan-Nya sehingga keutamaan, kekekalan atau keabadiannya
selalu dimiliki oleh al-Qur’an, dan jaminan terhadap al-Qur’an langsung
mendapat penjagaan dari Allah.9
Tahapan-tahapan mukjizat antara lain: Pertama kali Allah menantang
untuk membuat semacam “keseluruhan al-Qur’an” sesuai pemahaman dalam
surah aṭ-Ṭur: 33-34.

10
‫أ َْم َي ُقولُو َن َت َق َّولَهُ ۚ بَل اَّل يُ ْؤِمنُو َن‬
Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya".
Sebenarnya mereka tidak beriman.11

ِ ‫ت اإْلِ نس واجْلِ ُّن علَىٰ أَن ي أْتُوا مِبِثْ ِل هٰ َذا الْ ُق ر‬


‫آن اَل يَ أْتُو َن‬ ِ ‫قُ ل لَّئِ ِن اجتَمع‬
ْ َ َ َ َُ ََ ْ
12
ٍ ‫ض ُه ْم لَِب ْع‬
‫ض ظَ ِه ًريا‬ ِ ِ ِ‫مِب‬
ُ ‫ثْله َولَ ْو َكا َن َب ْع‬
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain". 13

9
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 49.
10
al-Qur’an, al-Ṭūr: 33-34.
11
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), 760.
12
Al-Qur`an, al-Isrā’:88.
13
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 397.

3
Tantangan tersebut tidak terpenuhi, antara lain berdalih tidak mengetahui
sejarah umat terdahulu yang menjadi bagian al-Qur’an. Kemudian Allah
meringankan tantangan tersebut yaitu dengan mendatangkan sepuluh surat seperti
yang dalam QS. Hūd :13

ٍ ِِ
ْ ‫أ َْم َي ُقولُو َن ا ْفَتَراهُ ۖ قُ ْل فَأْتُوا بِ َع ْش ِر ُس َوٍر ِّمثْل ه ُم ْفَتَريَات َو ْادعُ وا َم ِن‬
‫اس تَطَ ْعتُم‬
14 ِ ِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫صادق‬ َ ‫ِّمن ُدون اللَّه إِن ُكنتُ ْم‬
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran
itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-
surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar".15

ٍ ‫ ُم ْفتَ َريَا‬bukan saja ayat-ayat


Quraish Shihab dalam ayat tersebut menafsiri ‫ت‬
hanya dinisbatkan kepada Allah secara bohong, tetapi walaupun kandungannya
salah harus redaksinya tersusun indah dan teliti seperti halnya al-Qur’an.
Ayat ini turun disebabkan ketika mereka ditantang membuat seperti al-
Qur’an pada tahap pertama, salah satu mereka berkata “Bagaimana mungkin kami
membuat seperti al-Qur’an, padahal kami tidak mengetahui sejarah umat
terdahulu yang dipaparkan oleh al-Qur’an.
Setelah tantangan kedua juga tidak mampu untuk dilakukan, sedangkan
mereka bersikeras tidak mengahui kebenaran al-Qur’an, tantangan ketiga
diberikan. Tantangan tersebut lebih ringan yang terkam dalam firman Allah :

ِ ‫أَم ي ُقولُو َن ا ْفَت راه ۖ قُل فَأْتُوا بِس ورٍة ِّمثْلِ ِه و ْادع وا م ِن اس تَطَعتُم ِّمن د‬
‫ون اللَّ ِه‬ ُ ْ ْ َ ُ َ َُ ْ َُ َْ
16 ِ ِ
‫ني‬
َ ‫صادق‬ َ ‫إِن ُكنتُ ْم‬
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya".
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah
datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang
dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang
yang benar".17
Ketiga tahapan tersebut disampaikan nabi Muhammad pada saat di
Makkah. Kemudian pada saat di madinah turun ayat sebagai berikut:
14
Al-Qur`an, Hūd:13.
15
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 298.
16
Al-Qur`an, Yūnus:38.
17
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 286.

4
‫ب مِّمَّا َنَّزلْنَ ا َعلَىٰ َعْب ِدنَا فَ أْتُوا بِ ُس َورٍة ِّمن ِّمثْلِ ِه َو ْادعُ وا‬
ٍ ْ‫وإِن ُكنتُم يِف ري‬
َ ْ َ
‫ني‬ِ ِ ‫ون اللَّ ِه إِن ُكنتم‬
ِ ‫ُشه َداء ُكم ِّمن د‬
َ ‫صادق‬
18
َ ُْ ُ َ َ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.19
Ayat pada al-Baqarah ini mirip dengan redaksi ayat yang dikutip
sebelumnya. Namun ada titik perbedaan adalah pada lafal ‫ فَأْتُوا بِسُو َر ٍة ِّم ْثلِ ِه‬dan ‫فَأْتُوا‬
‫بِسُو َر ٍة ِّمن ِّم ْثلِ ِه‬. Kata min diartikan “lebih kurang” menjadikan tantangan ini lebih
rendah daripada tantangan sebelumnya. Tantangan-tantangan tersebut tidak dapat
tercapai dan tidak akan tercapai sesuai ayat selanjutnya ‫ َولَن تَ ْف َعلُ((وا‬. 20
. Dasar
pemikiran tersebut menegaskan al-Qur’an merupakan suatu mukjizat.

D. Aspek Kemukjizatan

Beberapa peneliti berbeda-beda pandangan terhadap aspek kemu’jizatan


al-Qur’an. Kemukjizatan al-Qur’an mayoritas diketahui dalam aspek susunan al-
Qur’an, sehingga kitab-kitab yang merangkum i’jāz al-Qur’an tidak jauh dari
pembahasan naẓm dan balaghah. Salah satunya al-Khitabi w. 388, karangannya
bayāni i’jāz al-Qur’an menjelaskan pemikiran i’jāznya lewat naẓm, dan aspek
balaghah. Selain itu Abdul Jabbar, Baqilani dan al-Jurjani juga mengedepankan
balaghah. Musṭafa Shadiq al-Rāfi’i juga menerangkan aspek naẓm al-Qur’an.
Namun aspeknya tidak hanya di balāghah saja. Sementara menurut Quraish
Shihab aspek utama kemukjizatan al-Qur’an ada 3 yakni keindahan dan ketelitian
bahasa, isyarat ilmiyah dan pemberitaan ghaib 21. Aishah bintu Shati’ menerangkan
kemukjizatan al-Qur’an dari aspek pemberitaan ghaib, perumpamaan dan
balāghi.22 Sedangkan Mutawali al-Sha’rawi menerangkan aspek kebahasaan,
pemberitaan ghaib, Isyarat ilmiah dan perumpamaan-perumpamaan.23
18
Al-Qur`an, al-Baqarah:23.
19
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 5.
20
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 49.
21
ibid., 122.
22
‘Ᾱishah Abdul al-Raḥman bintu al-Shāṭi’, al-I’jāz al-Bayāni li al-Qur’an wa Masāil ibn al-
Arzaq Dirāsah Qur’aniyyah Lughawiyyah Wa Bayāniyyah, (Kairo: Dār al-Maarif, t.t.), 82.
23
Muhammad Mutawali al-Sha’rāwi, Mu’jizāt al-Quran, (akhbar al-yaum: t.t.), 33.

5
Namun seiring berjalannya waktu, aspek kemukjizatan berkembang
seiring ditemukan pengetahuan serta penemuan baru. Salah satunya aspek
ketepatan hitungan di dalam al-Qur’an. Hal itu dibuktikan oleh penelitian Naufal
ini dimuat dalam sebuah karya yang diberi judul al-I’jāz al-‘Adady li al-Qur’ān
al-Karīm. Naufal dalam kitabnya menjelaskan bentuk keseimbangan bilangan
redaksional al-Qur’an.
Penelitian i’jāz tersebut juga meliputi repetisi (al-Tikrār), yakni
pengulangan redaksi di dalam al-Qur’an. Misalnya dalam contoh berikut: Kata al-
dunya dalam al-Qur’an menurut penghitungan Naufal terulang sebanyak 115 kali.
Pengulangan kata al-dunya ini seimbang dengan pengulangan kata al-akhirah
dalam al-Qur’an, 115 kali juga. Naufal menambahkan bahwa meskipun dua kata
ini terulang dengan jumlah yang sama, tetapi pengulangan ini tidak menyatakan
kedua kata ini berada dalam satu ayat seperti yang terdapat dalam QS: al-Qashash:
77.24 Contoh lain temuan, penghitungan pengulangan kata shaiṭān dan kata al-
malāikah, yang sama terulang 68 kali. Dalam penghitungan pengulangan kata
setan ini Naufal tidak menghitung derivasi katanya, akan tetapi pengulangan 68
kali berlaku untuk kata tunggal mufrad untuk al-shaiṭān dan plural untuk al-
malāikah. Lebih jauh lagi, Naufal menemukan pengulangan yang sama untuk
masing-masing kata di atas. Kata setan dalam bentuk plural, dan dalam jabatan
nashab, dan kata yang berbentuk iḍāfah terulang sebanyak 20 kali. Sebanding
dengan pengulangan kata malāikah dalam bentuk tunggal, iḍāfah,dan dalam
bentuk manṣūb terulang sebanyak 20 kali juga.25
Hal yang sama juga dipaparkan oleh M. Quraish Shihab bahwa kata yaum
( ‫ )يوم‬hari dalam bentuk tunggal terulang sebanyak tiga ratus enam puluh lima kali,
sama dengan jumlah hari dalam satu tahun. Sedangkan kata hari dalam bentuk
dual (‫ ) يومين‬dan dalam bentuk banyak/ plural (‫ )اياّم‬ditemukan sebanyak tiga puluh
kali, hal ini juga sesuai dengan jumlah bilangan hari dalam satu bulan.26
Dalam hal ini Rasyad Khalifa, seorang ahli kimia yang menemukan teori
19 dalam al-Qur’an. Menurut Khalifa kata hari al-yaum dan seluruh derivasinya

24
Abdurrazzaq Naufal, al-I’jāz al-‘Adady li al-Qur’ān al-Karīm (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby,
1987), 7.
25
ibid., 8.
26
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan,dan Aturan yang Patut Anda Ketahui
dalam Memahami Ayat-ayat al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2013), 338.

6
terulang dalam al-Qur’an sebanyak 475 kali. 475 berarti sama dengan 19 x 25.
Lebih lanjut, angka 25 bukanlah angka sembarangan yang tidak memunyai
makna, tetapi memiliki makna yang penting (significant meaning). Perubahan
siang dan malam terjadi dikarenakan adanya hubungan astronomi antara bumi
dengan matahari, bumi membutuhkan 365 hari untuk mengelilingi matahari, di
saat yang sama matahari juga mengelilingi dirinya selama 25 hari.27
Contoh kemu’jizatan al-Qur’an dalam beberapa aspek, sebagai berikut:
1. I’jāz Balāghi
Kesimpulan kemu’jizatan dalam kitab-kitab al-Jurjani (w.481.) terletak
pada naẓm wa ta’līf. al-Jurjani menjelaskan kriteria i’jāz bukan terletak pada
kalam yang memiliki maqāti’ dan fawāsil karena hal itu tidak lebih dari
ketergantungan terhadap aturan-aturan not syair. Begitu juga tidak terletak dalam
fawāsil seperti halnya qāfiyah dalam syair. Menurutnya jika bangsa arab ditantang
membuat kalimat-kalimat yang akhirnya mirip dengan akhir ayat-ayat, tidak
merasa kesulitan karena bangsa Arab mahir membuat qāfiyah28.
I’jāz juga bukan terletak pada tidak bertemunya huruf-huruf yang akan
sulit diucapkan oleh lisan bangsa Arab, karena hal itu tidak menjadi kesulitan bagi
orang Arab. Kemudian i’jāz bukan terletak dalam aspek isti’ārah, karena
menurutnya isti’ārah jika menjadi sumber i’jāz, berarti i’jāz hanya ada dalam
ayat-ayat tertentu dan pada bagian tertentu. Sementara tantangannya membuat
yang serupa dengan surah apapun, baik pendek atau panjang. Hal itu tentu bisa
dilakukan orang Arab29.
Dari segi al-naẓm, kata-kata dalam al-Qur’an memiliki keistimewaan, di
antara keistimewaan tersebut adalah sebagian kata-kata dalam al-Qur’an itu
senantiasa tampil berdampingan, seperti: al-shalat dengan al-zakat, al-ju’ dengan
al-khauf, al-jannah dengan al-nar, al-raghbah dengan al-rahbah, al-muhajirin
dengan al-anshar, al-jinn dengan al-ins.
Al-Baqilani (w.403 H) juga berpendapat bahwa ke balaghah-an al-Qur’an
terletak dalam nazdm-nya yang indah. Kekuatan ke-balaghah-annya tidak mampu
ditandingi oleh makhluk. Sisi ke-balaghah-an al-Qur’an termasuk bagian dari
27
Rasyad Khalifa, Qur'an: Visual presentation of the Miracle (USA: Tuscon, 1982), 6. Lihat juga,
Caner Taslaman, The Qur'an unchallengeable miracle (USA: Nettleberry, 2006), 274.
28
Abd al-Qāhir bin Abd al-Raḥman bin Muhammad al-Jurjani, Dalāil al-I’jāz. (t.tp. tnp,t.t.), 387.
29
ibid., 391-392.

7
kemu’jizatan. Dalam pandangannya mengenai uslub (stilistika al-Qur’an), al-
Baqilani berangkat dari pemikiran tentang al-naẓm. Meski demikian, al-Baqilani
tidak menjelaskan kepada kita apa yang dimaksudnya dengan pemikiran al-naẓm
secara lengkap.
Selain dalam naẓm, keistimewaan al-Qur’an juga dalam uslūb. Al-Qur’an
telah memilih kata dengan perhatian khusus. Ia memilih dengan cermat untuk
menunjukkan makna-makna yang tepat. Terkadang dua kata sama-sama dalam
makna, akan tetapi salah satunya lebih berhak menunjukkan makna itu dari yang
lainnya. Sebagaimana strukturasi qur’ani memiliki kepiawaian dalam
menempatkan kata pada tempatnya dalam tema yang dikehendakinya.
Sebagaimana juga ia memiliki keistimewan keindahan dalam seleksi dan
memelihara perbedaan di antara kata-kata. Oleh karena itu kata-kata yang
berdekatan makna (sinonim) tidaklah menunjukkan makna yang sama, tetapi
sesungguhnya untuk menunjukkan makna-makna yang berbeda-beda.
Uslub (style) Qur’ani yang agung dan indah dalam penuturan,
sebagaimana firman allah:

30
‫طلعها كأنه رءوس الشياطني‬

“Mayangnya seperti kepala setan-setan”31


Demikian itu bukan karena manusia melihat setan dalam satu bentuk, akan tetapi
Allah menjadikan keburukan semua gambaran setan dalam tabiat (karakter)
seluruh umat manusia. Dan sebutan perumpamaan dalam hal demikian itu telah
berlaku dalam bahasa mereka semuanya, dengan merujuk kepada (makna) liar
(binal), menakutkan, menegangkan, sehingga Allah menjadikannya berada dalam
karakter orang-orang terdahulu, terkemudian dan pada semua umat manusia.
Interpretasi ini lebih mirip (mendekati) pendapat orang dari kalangan para ahli
tafsir yang menyatakan bahwa setan itu sejenis tumbuhan yang tumbuh di Yaman.

Quraish Shihab menjelaskan susunan bahasa dalam al-Qur’an indah salah


satunya ialah terlihat dari langgam dan bunyi. Jika al-Qur’an diperdengarkan
maka akan terasa di telinga pendengar. walaupun sebagaimana dijelaskan al-

30
Al-Qur`an, al-Ṣāffat:56.
31
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 638.

8
Qur’an bukan syair atau puisi, namun terdengar mempunyai keunikan irama dan
ritme. Hal ini disebabkan huruf dan kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi
dan kumpulan lafal melahirkan keserasian irama dalam kalimat-kalimat ayat.
Seperti halnya dalam Surah al-Nāzi’āt

ِ ‫الس ابَِق‬ ِ ‫الس احِب‬ ِ ِ ِ


‫ات َس ْب ًقا‬ َّ َ‫ات َس ْب ًحا ف‬َ َّ ‫َوالنَّا ِز َع ات َغ ْرقً ا َوالنَّاش طَات نَ ْش طًا َو‬
32 ِ ‫فَالْم َد ِّبر‬
‫ات أ َْمًرا‬ َ ُ
Setelah pendengaran merasa terbiasa dengan nada dan langgam ini, al-
Qur’an mengubah nada dan langgamnya

ٌ‫اش َعة‬ ِ ‫الر ِادفَ ةُ ُقلُ وب يومئِ ٍذ و ِاج َف ةٌ أَبص ارها خ‬ َّ ‫الر ِاج َف ةُ َتْتَبعُ َه ا‬
َّ ‫ف‬
َ َُ َ ْ َ َ َْ ٌ ُ ‫َي ْوَم َت ْر ُج‬
ِ
َ ‫ودو َن يِف احْلَ افَرِة أَإِ َذا ُكنَّا ِعظَ ًام ا خَّنِ َرًة قَ الُوا تِْل‬
ٌ‫ك إِ ًذا َك َّرة‬ ُ ‫َي ُقولُ و َن أَإِنَّا لَ َم ْرُد‬
33ِ ِ ِ ‫اسرةٌ فَِإمَّنَا ِهي زجرةٌ و‬ ِ
َّ ِ‫اح َدةٌ فَِإ َذا ُهم ب‬
‫الساهَرة‬ َ َْ َ َ َ ‫َخ‬
Tidak hanya langgam dan bunyi, tetapi juga susunan kalimat tersebut singkat,
tetapi sarat makna dan pesan yang banyak. Al-Qur’an memiliki keistemawaan
bahwa kata dan kalimat-kalimatnya walaupun singkat tetapi banyak menampung
sekian banyak makna.
2. Pemberitaan Ghaib
Aspek kemukjizatan pemberitaan ghaib salah satunya dari kisah Ashhāb
al-Kahfi. Masyarakat Arab yang masih ragu terhadap kebenaran al-Qur’an
bertanya kepada rasaulullah dengan 3 pertanyaan. Asumsinya, jika nabi
Muhammad bisa menjawab dengan baik, maka dia seorang nabi. Tiga pertanyaan
tersebut ialah
Pertama, kisah sekelompok pemuda yang berlindung dan tertidur sekian
lama. Berapa jumlah mereka, siapa dan bersama apa? Kedua kisah Musa, ketika
diperintahkan Allah untuk belajar. Ketiga kisah penjelajah ke timur dan ke barat.
Keempat, berbohong, jika mengetahui kapan hari kiamat terjadi.
Semua jawaban tersebut terjawab melalui surah al-Kahfi.34
3. Isyarat ilmiah

32
Al-Qur`an, al-Nāzi’āt:1-5.
33
Al-Qur`an, al-Nāzi’āt:6-14.
34
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 208.

9
Ayat-ayat al-Qur’an salah satunya menerangkan proses terbentuknya
manusia :
Fase pertama Nuṭfah : yaitu permulaan setelah percampuran sperma. Pada
fase ini di hari pertama setelah 30 jam, mulailah sel janin terbagi dua bagian. Pada
tahap ini jika ditakdirkan bagi manusia mendapat anak kembar yang serupa maka
pembelahan sel akan sempurna. Pada hari ke-6 sel janin mula melekat di dinding
rahim. Firman Allah :

ِ ‫اج نَّبتَلِ ِيه فَجع ْلنَاه مَسِ يعا ب‬ ٍ ِ ِ ِ


‫ص ًريا‬ ْ ٍ ‫نسا َن من نُّطْ َفة أ َْم َش‬
َ ‫إنَّا َخلَ ْقنَا اإْل‬
35
َ ً ُ ََ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. 36
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan , serta
menjadikan lelaki dan perempuan.

37
‫أََفَرأ َْيتُم َّما مُتْنُو َن أَأَنتُ ْم خَت ْلُ ُقونَهُ أ َْم حَنْ ُن اخْلَالُِقو َن‬
Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya. 38
Fase kedua Alaqah : pembentukan alaqah ialah pada ujung minggu
pertama / hari ketujuh. Pada hari yang ketujuh sel telur yang sudah tertanam di
dinding rahim (qarar makin). Setelah itu Kami mengubah nuṭfah menjadi alaqah.
Allah berfirman lagi dalam surah al-Hajj ayat 5.

‫اب مُثَّ ِمن‬َ


ِ ‫ب ِّمن الْبع‬
ٍ ‫ث فَِإنَّا َخلَ ْقنَ ا ُكم ِّمن ُت ر‬ ْ َ َ ٍ ْ‫َّاس إِن ُكنتُ ْم يِف َري‬
ُ ‫يَا أَيُّ َه ا الن‬
‫ض غَ ٍة خُّمَلَّ َق ٍة َو َغرْيِ خُمَلَّ َق ٍة لِّنَُبنِّي َ لَ ُك ْم ۚ َونُِق ُّر يِف‬
ْ ‫نُّطْ َف ٍة مُثَّ ِم ْن َعلَ َق ٍة مُثَّ ِمن ُّم‬
ِ
ُ ‫َج ٍل ُّم َس ًّمى مُثَّ خُنْ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل مُثَّ لتَْبلُغُ وا أ‬
ۖ ‫َش َّد ُك ْم‬ ِ ِ
َ ‫اأْل َْر َح ام َم ا نَ َش اءُ إىَل ٰ أ‬
‫َوِمن ُكم َّمن يَُت َوىَّف ٰ َوِمن ُكم َّمن يُ َرُّد إِىَل ٰ أ َْرَذ ِل الْعُ ُم ِر لِ َكْياَل َي ْعلَ َم ِمن َب ْع ِد‬

35
al-Qur’an, al-Insān: 2.
36
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 856.
37
al-Qur’an, al-Wāqiah: 58-59.
38
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 782.

10
ِ ِ
‫ت‬
ْ َ‫ت َوَرب‬ َ ‫ض َهام َد ًة فَ ِإ َذا أ‬
ْ ‫َنزلْنَ ا َعلَْي َه ا الْ َم اءَ ْاهَت َّز‬ َ ‫ع ْل ٍم َش ْيئًا ۚ َوَت َرى اأْل َْر‬
39
ٍ ِ‫ت ِمن ُك ِّل َزْو ٍج هَب‬
‫يج‬ ْ َ‫َوأَنبَت‬
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah.40
Pada fase ini, alaqah adalah fase minggu pertama hingga minggu ketiga di
dalam rahim.

Fase ketiga mudghah, Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu ke


empat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran yaitu
surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mu’minun ayat 14.

Fase keempat Iẓam dan lahm : Pada fase ini yaitu pada minggu kelima, keenam
dan ketujuh ialah periode pembentukan tulang yang mendahului pembentukan
otot-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus
rangka tersebut.

Firman Allah :

‫ض غَةَ ِعظَ ًام ا‬


ْ ‫ض غَةً فَ َخلَ ْقنَ ا الْ ُم‬
ْ ‫مُثَّ َخلَ ْقنَ ا النُّطْ َف ةَ َعلَ َق ةً فَ َخلَ ْقنَ ا الْ َعلَ َق ةَ ُم‬
ِِ
‫ني‬ ْ ‫آخ َر ۚ َفتَبَ َارَك اللَّهُ أ‬
َ ‫َح َس ُن اخْلَالق‬ َ ‫فَ َك َس ْونَا الْعِظَ َام حَلْ ًم ا مُثَّ أ‬
َ ‫َنش أْنَاهُ َخ ْل ًق ا‬
41

39
al-Qur’an, al-Hajj: 5.
40
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 462.
41
al-Qur’an: al-Mu’minūn, 14.

11
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. 42
Dalam tempo ini terjadi perubahan bentuk segumpal daging menjadi
tulang. Ini adalah masa terpenting dalam pembentukan janin karena melibatkan
pembentukan tulang belakang yang menjadi pondasi pembentukan bentuk janin.
Kemukjizatan ilmiah yang terdapat dalam penjelasan ini “ lalu tulang-
belulang itu kami bungkus dengan daging”. Dari penjelasan ayat di atas jelas
menunjukkan kronologi pembentukan.
Fase ini bermula dari tulang kemudian pembentukan otot dan urat dan otot
dan urat itulah yang membungkus tulang. Kemudian pada minggu ketujuh
terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus, seluruh
saraf, otak dan tulang belakang mulai terbentuk. Setelah itu sistem pernafasan dan
saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mulai kelihatan.
Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, dan anggota badan terbentuk
dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mulai tumbuh. Begitu juga
mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kedelapan semuanya
telah sempurna dan lengkap.
Fase kelima, nash’ah khalqan akhar : Pada fase ini menjelang minggu ke
delapan, beberapa perubahan lagi berlaku. Perubahan pada tahap ini bukan lagi
embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.

‫اح َد ٍة مُثَّ َج َع َل ِمْن َه ا َزْو َج َه ا َوأَن َزَل لَ ُكم ِّم َن اأْل َْن َع ِام‬
ِ‫سو‬
َ ٍ ‫َخلَ َق ُكم ِّمن نَّ ْف‬
ٍ ‫ون أ َُّمه اتِ ُكم خ ْل ًق ا ِّمن بع ِد خ ْل ٍق يِف ظُلُم‬
‫ات‬ ِ ُ‫مَثَانِي ةَ أ َْزو ٍاج ۚ خَي ْلُ ُق ُكم يِف بط‬
َ َ َْ َ ْ َ ُ ْ َ َ
ِ
ُ ‫ثَاَل ٍث ۚ َٰذل ُك ُم اللَّهُ َربُّ ُك ْم لَهُ الْ ُم ْل‬
ْ ُ‫ك ۖ اَل إِلَٰهَ إِاَّل ُه َو ۖ فَأَىَّن ٰ ت‬
‫صَرفُو َن‬
43

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan


daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor
yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam
perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang

42
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 476.
43
al-Qur’an, al-Zumar:5-6.

12
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana
kamu dapat dipalingkan? 44
Dalam ayat ini terdapat kemukjizatan ilmiah al-Quran. Al-Quran
memberitahu bahawa janin mempunyai tiga lapisan yang disebut dalam al-Quran
dengan kegelapan. Kerana ia merupakan selaput padat yang tidak dapat ditembusi
air, cahaya. Selaput ini dikenali sebagai ruang amnion, chorionic membrance dan
yolk sac.
Fase keenam nafkhur-Rūh : yaitu pada saat peniupan roh. Ketika di alam
rahim pada saat peniupan ruh dalam perkembangannya, mereka bukanlah proses
perkembangan fisik semata-mata tetapi telah mempunyai hubungan dengan Allah
s.w.t melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam
al-Quran surah al-A'raf : 172:

ْ ‫آد َم ِمن ظُ ُه وِرِه ْم ذُِّريََّت ُه ْم َوأ‬


‫َش َه َد ُه ْم َعلَ ٰى أَن ُف ِس ِه ْم‬ ِ َ ُّ‫وإِ ْذ أَخ َذ رب‬
َ ‫ك من بَيِن‬ َ َ َ
‫ت بِ َربِّ ُك ْم ۖ قَ الُوا َبلَىٰ ۛ َش ِه ْدنَا ۛ أَن َت ُقولُوا َي ْوَم الْ ِقيَ َام ِة إِنَّا ُكنَّا َع ْن َهٰ َذا‬
ُ ‫أَلَ ْس‬
‫ني‬ِِ
َ ‫َغافل‬
45

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",46
Ayat-ayat tersebut berisi fase-fase penciptaan manusia.

E. Kemukjizatan dalam paham al-Ṣirfah

Al-Ṣarfah diambil dari akar kata ṣarafa (‫ )صرف‬yang berarti memalingkan.


Kemudian salah seorang mu’tazilah mengatakan adanya i’jāz al-Qur’ān karena
faktor al-Ṣirfah. Pendapat al-Ṣirfah tersebut lahir dari pendahulu-pendahulu
mu’tazilah yaitu Abu Isḥaq Ibrahim al-Naẓām, Ibrahim bin Siyār, Hisham al-Qūṭi,

44
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 658.
45
al-Qur’an, Al-A’rāf: 172.
46
Kemenag Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 232.

13
‘Ibād bin Sulayman.47 dan diikuti oleh al-Murtaḍa. Selain itu ada pula Bishr bin
Ghiyāth al-Marasi dan Abu Musa isa bin Ṣubayh al-Murdāri. Namun pendapat
tersebut tidak serta merta dikuti oleh al-Jāḥidz.
Ibrahim al-Naẓām beberapa kali menyinggung al-Ṣirfah, dengan berbeda-
beda perkataan. Pertama, di dalam al-Qur’an, tidak ada pemberitaan ghaib, begitu
juga naẓm dan ta’līf, karena naẓm bisa dikalahkan. Hanya saja Allah yang
menghalang-halangi al-Qur’an. Kedua: pemberitaan ghaib dalam al-Qur’an
bukan merupakan tanda dan perkara yang menakjubkan. Adapun ta’līf dan naẓm
dapat dikalahkan, jika Allah tidak menghalangi dengan sebuah penghalang dan
mukjizat. Ketiga: Al-Qur’an dari segi pemberitaan kisah lampau dan yang akan
datang, segi memalingkan manusia dari upaya menandingi, dan menghalangi
semangat membuat serupa al-Qur’an. Jika dibiarkan, maka orang-orang dapat
membuat serupa surat al-Qur’an dari segi balaghah, faṣāḥah dan naẓm.48
Keempat, Allah memalingkan orang Arab dari melawan al-Qur’an dan mencabut
keilmuannya. Sadangkan bintu Shati’ hanya menjelaskan perkataan “Allah
memalingkannya dengan melemahkan keinginan untuk membuat serupa al-
Qur’an”49. Seorang pengikut syiah, al-Murtaḍa juga mengatakan Allah mencabut
kemampuan orang Arab pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki agar
mereka tidak bisa membuat susunan yang mirip al-Qur’an50.
Al-Murdāri beraanggapan, manusia bisa meniru al-Qur’an dari segi
faṣāḥah, naẓm maupun balaghahnya. Menurut mereka kemu’jizatan al-Qur’an
lahir dari faktor external, bukan dari al-Qur’an itu sendiri.
Orang yang menyatakan mukjizat sebab al-Ṣirfah mengkiaskan, jika allah
mengutus nabi dan memberi mukjizat tangan bisa memotong atau memanjangkan
kaki. Kemudian kaumnya bertanya apa bukti mukjizat, maka dapat terjawab
buktinya tanganku bisa memotong atau kakiku bisa memanjang. Kaum tersebut
tentu tidak mungkin melakukan apa yang dilakukan nabi. Sedangkan ayat al-

47
‘Ᾱishah Abdul al-Raḥman bintu al-Shāṭi’, al-I’jāz al-bayāni li al-Qur’an wa masāil ibn al-arzaq
dirāsah qur’aniyyah lughawiyyah wa bayāniyyah, (Kairo: Dār al-Maarif, t.t.), 82.
48
Ḥusayn Naṣār, I’jāz al-Qur’an 3 al-Sarfah wa al-anbā’ bi al-Ghayb, (Kairo: maktabah misr, t.t.),
8-9.
49
‘Ᾱishah Abdul al-Raḥman, al-I’jāz al-bayāni, 82.
50
Musṭafa Ṣadiq al-Rāfi’i, I’jāz Al-Qur’an wa al-Balāghah al-Nabawiyyah, (Kairo, maktabah
Misr, t.t.) 175.

14
Qur’an bertujuan untuk membenarkannya. Begitu juga mukjizatnya nabi, yaitu
melemahkan semangat untuk menandingi al-Qur’an.51
Lebih lanjut Aishah berasumsi, mereka tidak memandang hakikat
mukjizat, tetapi melihat bukti-bukti kenabian.
F. Counter terhadap paham al-Ṣirfah
Apa yang diucapkan oleh al-Murdāri hakikatnya merobohkan paham al-
Ṣirfah, karena bila manusia bisa menandingi al-Qur’an berarti Allah sudah tidak
lagi memalingkan dan sudah tidak menjadi mukjizat lagi. Namun perkataan
tersebut banyak dikecam karena penilaiannya subyektif. Penilaian yang asal-
asalan. Dengan demikian banyak ulama yang menolak dan tidak menyetujui jika
karangannya melebihi al-Qur’an.
Bila mereka mengatakan i’jāz bi al-Ṣirfah, maka perkataan orang yang
lemah akalnyapun dapat dikatakan mukjizat, bila didukung oleh pelemahan
kemampuan untuk menyamainya. Karena yang dilihat bukan dari keindahan
susunanannya itu sendiri, melainkan semangat mereka untuk menantang
menandingi al-Qur’an, dilemahkan oleh Allah. Hal itu tentu berbeda dengan
sejarah, realitanya mereka menggebu-nggebu untuk melawan al-Qur’an. Mereka
juga membuat ayat-ayat untuk menandingi al-Qur’an. Bahkan mereka juga
menggunakan segala cara untuk menandinginya. Upaya tersebut dilakukan agar
orang-orang terpengaruh dan tidak mempercayai al-Qur’an datang dari Allah.52
Jika memang demikian, Allah tidak perlu menurunkan ayat yang susunan-
susunannya teratur dan indah. Karena hasilnya sama, mereka dihalangi dan tidak
bisa menandingi membuat semacam al-Qur’an.
Allah mencabut pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki agar
mereka tidak bisa membuat susunan yang mirip al-Qur’an. Bila dikatakan seperti
itu, maka ada dua kemungkinan. Pertama, Allah mencabut mulai sejak lama dan
kemungkinan kedua, Allah mencabut mulai al-Qur’an diturunkan. Bila Allah
mencabut sejak lama, maka tidak akan ada saling berlomba syair di pasar Ukadz
dan kemampuannya diperkirakan sama atau melebihi susunan al-Qur’an sehingga
perlu pencabutan pengetahuan. Jika demikian, tetap saja dikatakan tidak ada
kemukjizatan karena ada orang yang punya kemampuan menyamai al-Qur’an.
51
ibid., 83.
52
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 160.

15
Sedangkan bila dicabut setelah al-Qur’an turun, maka pada saat itu orang-orang
arab tidak berpengetahuan menyusun bahasa-bahasa yang indah. Bila benar
seperti itu, maka kemampuan berbahasa orang Arab dapat dikatakan tidak ada
keindahan.
Beberapa alasan-alasan tersebut menjadikan mayoritas ulama menolak
mukjizat al-Qur’an dari segi al-ṣirfah.

G. Kesimpulan
I’jāz Al-Qur’an merupakan bukti kebenaran yang dimiliki atau yang
terdapat di dalam al-Qur’an dengan tujuan memperlihatkan kebenaran Nabi.
Mukjizat tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu bahasa dan susunan
bahasa al-Qur’an yang indah, isyarat ilmiah dan menyampaikan pemberitaan
ghaib.
Namun sebagian orang menyatakan, bukanlah al-Qur’an itu sendiri yang
menjadi mukjizat, melainkan upaya Allah memalingkan manusia dengan
melemahkan keinginan untuk membuat serupa al-Qur’an dan mencabut
kemampuan yang ia miliki. Namun, pendapat tersebut tidak disetujui karena dapat
merobohkan al-Qur’an itu sendiri, yang mana al-Qur’an tidak lagi kitab special
melainkan seperti kitab-kitab biasa.

16
Daftar Pustaka

Dedat, Ahmad. al-Quran Mu’jzatu al-Mu’jizat. Maktabah Didat: t.t.

Jawhary (al), Ismā’īl ibn Ḥamad. Al-Ṣiḥāḥ Taj al-lughat wa ṣihāh al-‘Arabiyyah.
Beirut: Dār al-ilm li al-Malayīn, 1987.

Jurjani (al), abd al-Qāhir bin abd al-Raḥman bin Muhammad. Dalāil al-I’jāz. t.tp.
tnp,t.t.

Kemenag Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : PT Sinergi Pustaka


Indonesia, 2012.

Khalifa, Rasyad. Qur’an: Visual Presentation of the Miracle. USA: Arizona,


1982.

Manẓur, Ibn. Lisān al-Arab. Kairo: Dār al-Ma’arif, t.t.

Naṣār, Ḥusayn. I’jāz al-Qur’an 3 al-Sarfah wa al-anbā’ bi al-Ghayb. Kairo:


maktabah misr, t.t.

Naufal, Abdu al-Razzaq. Al-I’jāz al-‘Adady li al-Qur’ān al-Karīm. Beirut: Dar al-
Kitab al-Araby, 1987.

Rāfi’I (al), Musṭafa Ṣadiq. I’jāz Al-Qur’an wa al-Balāghah al-Nabawiyyah.


Kairo, maktabah Misr, t.t.

Sha’rāwi (al), Muhammad Mutawali. Mu’jizāt al-Quran, (akhbar al-yaum: t.t.)

17
Shāṭi’(al), ‘Ᾱishah Abdul al-Raḥman bintu. al-I’jāz al-Bayāni li al-Qur’an wa
Masāil ibn al-Arzaq Dirāsah Qur’aniyyah Lughawiyyah wa Bayāniyyah.
Kairo: Dār al-Maarif, t.t.

Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat


Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2014.

----------, Tafsir al-Mishbah, Pesan Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. Jilid 15.
Cet. 5. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

----------, Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui
dalam Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2013.

Taslaman, Caner. The Qur'an unchallengeable miracle. USA: Nettleberry, 2006.

Qaṭṭan (al), Manna’. Mabāhith fi ‘Ulūm Al-Qur’ān. Kairo: Maktabah Wahbah,


t.t.

Zabidi (al), Sayyid Muhammad Murtada al-Husaini. Taj al-‘Ᾱrus min Jawahir al-
Qamus. Kuwait: Matba’ah Hukumah al-Kuwait, 1975.

Zarqani (al), Muhammad Abd al-‘Aẓim. Manāhil al-Irfan fi ‘Ulūm al-Alqur’ān.


Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, 1995.

18

Anda mungkin juga menyukai