Anda di halaman 1dari 17

Mukjizat Al-Qur’an

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Studi Al-Qur’an

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. HM. Ridlwan N.MA

Oleh:

Mochammad Qoyum Mahfud (02040122011)

PROGAM STUDI ISLAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022/2023
MU’JIZAT AL-QUR’AN

Moch Qoyum Mahfud


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Email: qoyummahfudz@gmail.com

A. Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan kallamullah yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW dengan melalui perantara Malaikat Jibril, diawali dengan surat
al-Fa>tihah dan diakhiri dengan surat an-Na>s, serta ditulis didalam beberapa mushaf
yang disampaikan kepada kita secara mutawatir atau berangsur-angsur dan
membacanya merupakan sebuah ibadah.

Diantara mukjizat Nabi Muhammad SAW ialah, beliau dapat memasak


bahan makanan dengan sedikit tetapi bisa untuk dimakan oleh banyak orang, dari
jari tangan beliau dapat mencucurkan air, akan tetapi diantara mukjizat itu, ada yang
lebih mulia dan agung yaitu al-Qur’an.

Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW mempunyai tujuan


yang lebih luas jika dibandingkan dengan kitab-kitab suci dari nabi terdahulu,
dikarenakan al-Qur’an ditujukan kepada semua umat dan sifatnya abadi atau
sepanjang masa, tidak terbatas pada kalangan dan waktu tertentu. Didalam l-Qur’an
begitu banyak ilmu pengetahuan yang bersifat luar biasa dan dahsyat. Pengetahuan
yang pada masanya terdapat suatu pertanyaan, akan tetapi sekarang sudah bisa
dibuktikan melalui beberapa penelitian ilmiah. Selain itu masih terdapat pula
beberapa hal yang tidak bisa ditangani oleh manusia, dikarenakan memang al-
Qur’an ialah kitab suci ciptaan langsung dari Allah SWT Yang Maha Dahsyat.
B. Pembahasan

Definisi Mukjizat

Kata mukjizat merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yaitu ‫أعجز‬
(a’jaza) yang mempunyai makna “melemahkan atau menjadi tidak berdaya”.
Pelakunya disebut mu’jiiz yang berarti melemahkan dan ketika pelaku melemahkan
musuhnya ia mampu mempunyai kekuatan yang begitu dahsyat untuk
membungkam lawannya, ia disebut sebagai ‫( معجرة‬mu’jizat). Tambahan pada huruf
ta’ marbutah (‫ )ة‬pada akhir kata tersebut, mempunyai arti mubalaghah (superlatif).1
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa mukjizat
merupakan suatu peristiwa ajaib yang sukar untuk dijangkau oleh kemampuan akal
yang dimiliki oleh manusia.2

Beberapa pakar Islam memberikan pengertian mengenai mukjizat antara


lain sebagai suatu peristiwa yang luar biasa yang hanya dialami oleh seorang nabi,
bersamaan juga sebagai bukti kenabian yang ditujukan kepada orang yang masih
belum percaya atau ragu untuk melakukan hal serupa, akan tetapi mereka tidak bisa
untuk melayani tantangan tersebut.

Jika definisi mengenai mukjizat tersebut bisa dipahami, maka akan terdapat
unsur-unsur penting yang menjadi pembeda antara mukjizat dengan yang lain,
antara lain:

1. Kejadian atau peristiwa yang luar biasa.


Suatu hal yang dimaksud luar biasa ialah sesuatu yang berada diluar
jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum-
hukumnya. Seperti halnya sihir, hipnotis, dan lain sebagainya. Hal

1
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib (Mizan Pustaka, 2007), 25.
2
“Arti kata mukjizat - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,” diakses 25 September
2022, https://kbbi.web.id/.
tersebut tidak bisa dinamakan sebagai mukjizat, karena pada dasarnya
ia dapat dipelajari dan tidak termasuk dalam definisi luar biasa tadi.3
2. Tidak sama dengan kebiasaan dan bertentangan terhadap hukum alam.
Ada beberapa peristiwa alam yang sudah terlihat sehari-hari,
meskipun terbilang menakjubkan, akan tetapi tidak bisa dikatakan
sebagai mukjizat karena ia sudah terjadi secara biasa.4
3. Terjadi oleh seseorang yang mengaku nabi.
Ada kemungkinan memang akan terjadi hal-hal yang berada diluar
kebiasaan pada siapapun. Akan tetapi jika orang tersebut tidak mengaku
sebagai nabi, maka ia tidak dinamakan mukjizat. Karena memang umat
Islam mempunyai kenyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW,
merupakan nabi yang terakhir, maka tidak akan mungkin ada mukjizat
lagi setelah sepeninggal beliau.
4. Mengandung tantangan terhadap orang yang meragukan keaslian nabi.
Pengakuan ini harus disertai dengan pengakuannya sabagai nabi,
bukan belum atau sesudahnya. Di sisi lain, tantangan tersebut harus pula
merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang nabi.
5. Tantangan tersebut tidak mampu atau tidak sanggup untuk dilayani.
Jika yang ditantang sanggup dan berhasil untuk membuktikan hal
serupa, maka pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu diingat
bahwa muatan mengenai tantangan harus benar-benar dipahami oleh
yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek
kemukjizatan pada setiap nabi sesuai dengan bidang keahlian para
umatnya.5

Yang menakjubkan mengenai kemukjizatan al-Qur’an ialah, al-Qur’an ini


meskipun sudah turun sekitar 15 abad yang lalu, sampai sekarang belum ada yang

3
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, 26.
4
Muhammad Ali as}-S}a>buny, at-Tibya>n fi Ulu>m al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 131.
5
Admin, “Pengertian Mukjizat | IAI An Nur Lampung,” diakses 25 September 2022, https://an-
nur.ac.id/pengertian-mukjizat/.
mampu untuk menandinginya. Padahal tantangan-tantangan tersebut sudah
dilancarkan sejak dahulu dan dilakukan dengan beberapa kali percobaan.6

Pertama, ada sebuah tantangan untuk mendatangkan hal serupa seperti al-
Qur’an, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S At-T}u>r ayat 33-34, yaitu:

َۗ ِ ِ ِ ِِ ِ ٍ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ فَلْيَأْتُ ْوا ِبَديْث مثْله ا ْن َكانُ ْوا ٰصدق‬.‫اَْم يَ ُق ْولُْو َن تَ َق َّولَهُ بَ ْل ََّّل يُ ْؤمنُ ْو َن‬
.‫ي‬

Bahkan, apakah mereka (juga) berkata, “Dia (Nabi Muhammad) mereka-


rekanya?” Tidak Merekalah yang tidak beriman. Cobalah mereka membuat
yang semisal dengannya (Al-Qur’an) jika mereka orang-orang benar.7

Kedua, karena tantangan yang pertama terlalu berat, maka penantang pun
mendapat keringanan dengan hanya mendatangkan sepuluh surah seperti al-Qur’an,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Hu>d: 13-14, yaitu:

ِ‫اّلل‬ ِ ‫ت و ْادعوا م ِن استَطَعتُم ِمن د‬


ٍ ِِ ِ
َّ ‫ون‬ ُ ْ ْ ْ ْ َ ُ َ ‫أ َْم يَ ُقولُو َن افَََْتاهُ قُ ْل فَأْتُوا بِ َع ْش ِر ُس َوٍر مثْله ُم ْف ََتَََي‬
‫اّللِ َوأَ ْن َّل إِلَهَ إَِّل ُهو‬
َّ ‫اعلَ ُموا أَََّّنَا أُنْ ِزَل بِعِلْ ِم‬ ِ ِ ِ ‫إِ ْن ُكنْ تم‬
ْ َ‫ فَإِ ْن ََلْ يَ ْستَجيبُوا لَ ُك ْم ف‬,‫ي‬
َ ‫صادق‬
َ ُْ
.‫فَ َه ْل أَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬
Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-
Qur’an itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah
semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di
antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka (katakanlah),
“Ketahuilah, bahwa (Al-Qur’an) itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan

6
Muhammad Abdul Azim Ar-Razaqani, Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an (Beirut: Dar Al-
Kitab Al-Ilmiyyah, 2004), 460.
7
Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANYA (Jakarta: CV.
KARYA INSAN INDONESIA (KARYA), 2002), 760.
bahwa tidak ada tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk
Islam)?”.8

Ketiga, dikarenakan tantangan kedua masih terlalu berat untuk dilakukan,


maka tantangan pun dikurangi lagi hingga hanya membuat satu surah yang sama
seperti al-Qur’an, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S al-Baqarah: 23-
24, yaitu:

‫اّللِ إِ ْن ُكْن تُ ْم‬ ِ ‫ب ِِمَّا نََّزلْنَا علَى عب ِد ََن فَأْتُوا بِسورةٍ ِمن ِمثْلِ ِه و ْادعوا ُشه َداء ُكم ِمن د‬
َّ ‫ون‬ ٍ ْ‫وإِ ْن ُكْن تُم ِِف ري‬
ُ ْ ْ َ َ ُ َ ْ َُ َْ َ َ ْ َ
ِ ِ ‫فَإِ ْن ََل تَ ْفعلُوا ولَن تَ ْفعلُوا فَاتَّ ُقوا النَّار الَِّت وقُودها النَّاس وا ْْلِجارةُ أُعِد‬, ‫ص ِادقِي‬
َ ‫َّت للْ َكاف ِر‬
.‫ين‬ ْ ََ َُ َُ َ َ َ َْ َ ْ َ َ

Dan jika kamu meragukan (al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. Jika kamu tidak mampu untuk membuatnya, dan (pasti) tidak akan
mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.9

Macam-macam Mukjizat

Secara umum, mukjizat dapat dikategoikan kedalam dua jenis, yaitu:

1. Mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.

Mukjizat ini bersifat immaterial namun dapat dipahami oleh akal. Karena
sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa
tertentu. Mukjizat al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang
menggunakan akalnya di manapun dan kapanpun.10

Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. bersabda:

8
Ibid, hal 298.
9
Ibid, hal 5.
10
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, 38.
“Tiada seorangpun nabi dari nabi-nabi Allah terdahulu kecuali mereka
diberi mukjizat yang sesuai, agar manusia percaya kepadanya. Akan tetapi
mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang disampaikan
Allah kepadaku. Aku berharap agar diriku menjadi nabi yang terbanyak
pengikutnya.” 11

Begitulah mukjizat Al-Qur’an yang bersifat abadi. Penafsiaran Al-Qur’an


dan pengkajiannya tidak akan selesai meskipun seandainya pohon-pohon di
bumi menjadi pena, atau bahkan laut menjadi tintanya. Niscaya tidak ada
habis-habisnya kalimat Allah.12

2. Mukjizat yang bersifat material, indrawi dan tidak kekal.

Mukjizat para nabi terdahulu kesemuannya merupakan kategori ini.


Mukjizat mereka bersifat material, indrawi dalam arti kebiasaan tersebut
dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat
tempat nabi menyampaiakan risalah kenabiannya.

Perahu Nabi Nuh a.s. yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga dapat
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat, tidak
terbakarnya Nabi Ibrahim dalam kobaran api yang sangat besar, tongkat
Nabi Musa a.s. yang berubah menjadi ular, penyembuhan oleh Nabi Isa a.s.
atas seizin Allah SWT. dan lain-lain. Semuanya bersifat material indrawi,
sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan berakhir
dengan wafatnya nabi-nabi tersebut.

Perbedaan diantara dua kategori mukjizat ini dikarenakan dua hal pokok.
Pertama, para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. ditugaskan untuk
masyarakat dan waktu tertentu. Karena itu mukjizat mereka hanya berlaku
untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini
berbeda dengan Nabi Muhammad SAW. yang diutus untuk seluruh umat

11
Jalaluddin Abdu ar-Rahman bin Abi Bakar as-Shuyu>t}i, al-Itqan fi ‘Ulu>m al-Qur’an (Beirut: Dar
al-Kitab Al-‘Ilmiyyah, 2007), 483.
12
Muchotob Hamzah, Studi Al-quran Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 213.
manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus
selalu siap dipaparkan kepada setiap orang yang ragu di manapun dan
kapanpun mereka berada. Jika demikan, tentu mukjizat tersebut tidak
mungkin bersifat material, karena kematerialannya membatasi ruang dan
waktu.

Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya. Auguste


Comte (1798-1857) berpendapat bahwa pikiran manusia dalam
perkembangannya mengalmi beberapa fase.13

Sejarah Singkat Ilmu I’jazul Qur’an

Dr. Shubhi ash-Sholeh mengatakan dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil


Qur’an, bahwasanya orang yang pertama kali membincangkan masalah I’jazul
Qur’an ialah Imam al-Jahidh (wafat 255 H), yang ditulis didalam kitabnya
Nuzhumul Qur’an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, seperi Al-
Hayawan. Selanjutnya Muhammad bin Zaid al-Wasithy (wafat 306 H) dalam kitab
I’jazul Qur’an, yang dimana ia banyak mengutip kitab dari al-Jahid. Lalu disusul
oleh Imam ar-Rumany (wafat 384 H) dalam kitab I’jazul Qur’an, yang isinya
membahas mengenai beberapa segi kemukjizatan al-Qur’an. Lalu dilanjutkan oleh
al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillany (wafat 403 H) dalam kitab I’jazul Qur’an, yang
isinya membahas segi-segi balaghah yang ada di al-Qu’ran di samping segi-segi
kemukjizatanya. Kemudian disusul lagi oleh Abd. Qohir al-Jurjany (wafat 471 H)
dalam kita Dala’ilul I’jaz dan Asrarul Balaghah.14

Kemukjizatan Al-Qur’an

Dalam lintas sejarah Islam, perkembangan ilmu kalam mempunyai pengaruh


dalam memahami Aspek al-Qur’an. Perbedaan yang sangat fundamental adalah
pemahaman terhadap khalqu al-Qur’an (al-Qur’an sebagai makhluk). Pendapat

13
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, 39.
14
Mardiyan Hayati, “Keistemewaan Al-Qur’an,” JURNAL PEDAGOGY 10, no. 3 (1 Agustus
2017): 46–47.
dan pandangan ini kemudian juga berpengaruh terhadap pemahaman mereka
kepada kemukjizatan al-Qur’an. Diantara pendapat-pendapat tersebut adalah:

1. Abu> Ish}a>q al-Ibra>hi>m an-Naz}a>m15 dan pengikutnya dari sekte Syi’ah seperti
al-Murtad}a> berpendapat, kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara s}irfah
(pemalingan). Arti s}irfah menurut pandangan an-Naz}am ialah Allah
memalingkan orang Arab untuk menantang al-Qur’an, padahal sebenarnya
mereka mampu menghadapinya. Maka pemalingan inilah yang luar biasa
(menjadi mukjizat).16 Sedangkan s}irfah menurut pandangan al-Murtad}a>
ialah Allah telah mencabut dari orang-orang itu ilmu yang diperlukan untuk
menghadapi al-Qur’an agar tidak mampu membuat seperti al-Qur’an.17
Pendapat ini banyak ditentang oleh para ulama. Para ulama yang meng-
caunter pendapat ini mengatakan bahwa jikalau s}irfah yang menjadi
mukjizat, maka tidak aka nada bedanya antara al-Qur’an dan karangan-
karangan yang lain. Yang menyebabkan para penantang al-Quran tidak
kuasa menandingi bukanlah karena s}irfah itu, akan tetapi Allahlah yang
menghendaki mereka tidak kuasa manadingi al-Quran.18 Pendapat Abu>
Ish}a>q al-Ibra>hi>m juga kontradisi dengan firman Allah Q.S. al-Isra>’: 88

‫آن َّل ََيْتُو َن ِبِِثْلِ ِه َولَ ْو َكا َن‬


ِ ‫ت اإلنْس وا ْْلِ ُّن علَى أَ ْن َيْتُوا ِبِِثْ ِل ه َذا الْ ُقر‬
ْ َ َ َ َُ
ِ ‫قُل لَئِ ِن اجتَمع‬
ََ ْ ْ
ٍ ‫ض ُه ْم لِبَ ْع‬
.‫ض ظَ ِه ًريا‬ ُ ‫بَ ْع‬
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat

15
Abu Ish}a>q Ibrahi>m bin Sayyar an-Naz}am adalah guru al-Jahiz dan salah satu tokoh Mu’tazilah.
Kepadanyalah disematkan nama kelompok Naz}amiyyah. Wafat pada masa Khalifah al-Mu’tas}im
sekitar tahun 220 H.
16
Musht}afa> S}adiq al-Rafi’i>, I’jazul Qur’an wa al-Balaghah al-Nabawiyah (Beirut: Dar al-Kitab al-
Araby, 1990), 144.
17
Manna al-Khat}t}an, Maba>h}is fi Ulu>mil Qur’an Ainur Rafiq El-Mazani, Pengantar Studi al-Qur’an
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), 327.
18
Jalaluddin Abdu ar-Rahman bin Abi Bakar as-Shuyu>t}i, al-Itqan fi ‘Ulu>m al-Qur’an, 485.
membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain".19

2. Al-Qur’an itu mu’jizat dengan nilai balagahnya yang sangat tinggi dan tidak
ada bandingannya. Pada masa itu bangsa Arab telah mencapai kemajuan
dibidang kesusastraan, karena itulah, pada waktu itu orang yang pandai
menurut kriteria bangsa Arab adalah mereka yang mampu dan pintar
mengeluarkan buah pikirannya menjadi gubahan syair yang indah dan
menawan.20
Diceritakan bahwa Walid al-Mughi>rah datang kepada Nabi SAW. dengan
membaca al-Qur’an dihadapan Nabi. Berita ini sampai kepada Abu Jahal
dan ia pun mendatanginya seraya berkata, “Wahai Paman Walid,
sesungguhnya kaumku hendak mengumpulkan harta untuk diberikan
kepadamu, akan tetapi engkau pergi ke Muhammad untuk mendapat
anugerahnya”. Walid menjawab, “Orang-orang Quraish telah tahu bahwa
aku adalah orang yang paling banyak hartanya”.
Menanggapi jawaban Mugirah, Abu Jahal berkata, “Katakanlah salah satu
ucapan yang akan engkau katakan untuk kaummu bahwa kamu mengingkari
Muhammad”, Mughirah menjawab, “Apa yang kau katakan? Demi Allah,
tidak seorangpun diantara kamu yang lebih pandai dari aku tentang syair,
tidak dalam bentuk prosa, kasidah, tidak pula syair-syair jin. Demi Allah
sesungguhnya al-Qur’an itu tinggi dan tidak ada yang menandinginya”.21
3. Segi kemu’jizatan al-Qur’an itu karena mengandung badi’ yang sangat unik
dan berbeda dengan apa yang selama itu dikenal dalamperkataan orang
Arab.22
4. Membawa informasi gaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan
wahyu.23

19
Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANYA, hal 397.
20
Moh. Chadziq Charisma, Tiga aspek kemukjizatan al qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), 15.
21
Muhammad Ali As}-S}abuny, At-Tibya>n fi Ulu>m al-Qur’an, 138-139.
22
Ibid
23
Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, 214.
Informasi tentang alam gaib adakalanya informasi pada masa lampau.
Misalnya tenggelamnya Fir’aun dan bala tentaranya, begitu juga cerita
Ash}a}bul Kahfi. Selain itu informasi gaib juga tentang peristiwa masa datang
yang diungkapkannya. Ini terbagi menjadi dua, Pertama, kini telah terjadi
setelah sebelumnya al-Qur’an menguraikannya akan terjadi, misalnya
kemenangan bangsa Romawi atas Persia pada masa sekitar Sembilan tahun
sebelum kejadiannya. Kedua, peristiwa yang akan datang dan belum terjadi,
seperti akan hadirnya seekor binatang yang mampu bercakap menjelang hari
kiamat.24
5. Selaras dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang telah terbukti
kebenaranya.
Teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa bumi adalah sebagian dari
gas yang panas yang memisahkan diri dan mendingin (membeku) kemudian
menjadi tempat yang dapat dihuni manusia. Mengenai kebenaran teori ini
mereka berargumentasi dengan adanya volcano-volcano, benda-benda
berapi yang berada didalam perut bumi dan sewaktu-waktu bumi
memuntahkan lahar atau benda-benda volcano yang berapi.

Teori modern ini senada dengan isyarat Allah dalam Q.S. al-Anbiya>’: 30

‫اُهَا َو َج َعلْنَا ِم َن الْ َم ِاء‬


ُ َ‫ض َكانَتَا َرتْ ًقا فَ َفتَ ْقن‬
َ ‫األر‬
ِ َّ ‫َن‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َّ ‫ين َك َف ُروا أ‬ ِ َّ
َ ‫أ ََوََلْ يََر الذ‬
‫ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍي أَفَال يُ ْؤِمنُو َن‬

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit


dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”25

24
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, 198-199.
25
Departemen Agama Republik Indonesia, AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANYA, hal 451.
Menurut observasi Edwin P. Hubble (1889-1953) melalui teropong bintang
raksasa pada tahun 1929 menunjukan adanya pemuaian alam semesta. Ini
menunjukan bahwasannya alam semsesta berekspansi, bukannya statis
seperti dugaan Einstein (1879-1955). Ekspansi tersebut menurut fisikawan
Rusia George Gamow (1904-1968), melahirkan sekitar seratus miliar
galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki 100 miliar bintang. Akan
tetapi bila ditarik kebelakang, kesemuaannya merupakan satu gumpalan
neutron. Gumpalan itulah yang meledak dan yang dikenal dengan istilah
Big Bang.26
Prof. T}abarrah juga menyatakan, ini adalah mukjizat al-Qur’an yang
dikuatkan oleh ilmu pengetahuan modern yang menyatakan bahwa alam
adalah satu kesatuan benda yang berasal dari gas kemudian memisahkan diri
menjadi kabut-kabut. Dan matahari juga terjadi akibat dari pecahan bagian
itu.27
6. Pengarunya terhadap hati baik bagi pengikutnya ataupun orang yang
memusuhinya.28 Dan masih banyak lagi pendapat ulama yang menjelaskan
aspek kemukjizatan al-Qur’an.

Tujuan Mukjizat

Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhamad SAW. mengandung beberapa


tujuan, diantaranya:29
1. Membuktikan bahwa Nabi Muhamad SAW yang membawa mukjizat kitab
al-Qur’an benar-benar seorang Nabi atau Rasul Allah SWT. Beliau diutus
untuk menyampaiakan ajaran-ajaran-Nya kepada seganap umat manusia
dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada
mereka yang ingkar.

26
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, 176.
27
Muhammad Ali as}-S}a>buny, at-Tibya>n fi Ulu>m al-Qur’an, 186-187.
28
Ibid., 216.
29
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 270.
2. Membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu Allah SWT, bukan
buatan Malaikat Jibril ataupun karangan Nabi Muhammad SAW. Sebab,
seandainya al-Qur’an ciptaan Nabi Muhammad SAW. yang merupakan
seorang ummi (tindak pandai membaca dan tulis), tentu pujangga-pujangga
Arab yang mahir dan professional akan bisa membuat seperti al-Quran
bahkan bisa menandinginya. Pada kenyataannya mereka tidak bisa
membuat tandingan seperti al-Qur’an, sehingga nyatalah bahwa al-Qur’an
bukanlah buatan manusia.
3. Menunjukan kelemahan mutu sastra dan balaghah ciptaan manusia, karena
terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang
mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti al-Qur’an, yang
telah didatangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-
Qur’an.
4. Menunjukan ketidakmampuan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang
tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar
dan tidak mau beriman mempercayai kewahyuan al-Qur’an dan sombong
tidak mau mengakui kebenaran kitab suci ini. Mereka menuduh bahwa kitab
ini karangan Nabi Muhammad. Kenyataannya mereka tidak mampu
mendatangkan meskipun satu ayat.
C. Penutup

Kesimpulan

1. Kata mukjizat berasal dari bahasa Arab ‫( أعجز‬a’jaza) yang berarti


melemahkan atau tidak mampu. Sedangkan menurut istilah mukjizat ialah
suatu hal atau peristiwa yang luar biasa yang terjadi pada seseorang yang
mengaku nabi, sebagai bukti kenabiaannya yang didatangkan bagi orang yang
ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa akan tetapi mereka tidak
sanggup melayani tantangan itu.
2. Terdapat perbedaan diantara ulama tentang siapa yang pertama kali
memperkenalkan atau membahas ilmu I’jazul Qur’an. Sebagian ulama
mengatakn Abu Ubaidah (w 208 H.) dalam kitab Maja>zul Qur’an. Kemudian
disusul oleh Al-Farra (w 207 H.) yang mengarang kitab Ma’a>nil Qur’an.
Kemudian disusul Ibnu Qutaibah dalam kitabnya Ta’wi>l Mushkil al-Qur’an.
Dan masih banyak lagi versi-versi berbeda diantara ulama.
3. Tujuan mukjizat:
a. Membuktikan bahwa Nabi Muhamad SAW. yang membawa mukjizat
kitab al-Qur’an benar-benar seorang Nabi atau Rasul Allah SWT.
b. Membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu Allah SWT, bukan
buatan Malaikat Jibril ataupun karangan Nabi Muhammad SAW
c. Menunjukan kelemahan mutu sastra dan balaghah ciptaan manusia.
d. Menunjukan ketidakmampuan daya upaya dan rekayasa umat manusia.
4. Macam-macam mukjizat:
a. Mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.
b. Mukjizat yang bersifat material, indrawi dan tidak kekal.
5. Aspek kemukjizatan al-Qur’an:
a. Abu> Ish}a>q al-Ibra>hi>m an-Naz}a>m dan pengikutnya dari sekte Shi’ah seperti
al-Murtad}a> berpendapat, kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara
s}irfah (pemalingan).
b. Al-Qur’am itu mu’jizat dengan nilai balagahnya yang sangat tinggi dan
tidak ada bandingannya.
c. Segi kemu’jizatan al-Qur’an itu karena mengandung badi’ yang sangat
unik.
d. Membawa informasi gaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan
wahyu.
e. Selaras dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang telah terbukti
kebenaranya.
f. Pengarunya terhadap hati baik bagi pengikutnya ataupun orang yang
memusuhinya.
Daftar Pustaka

Abdu ar-Rahman bin Abi Bakar as-Shuyu>t}i, Jalaluddin. al-Itqan fi ‘Ulu>m al-
Qur’an. Beirut: Dar al-Kitab Al-‘Ilmiyyah, 2007.
Abdul Azim Ar-Razaqani, Muhammad. Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an.
Beirut: : Dar Al-Kitab Al-Ilmiyyah, 2004.
Admin. “Pengertian Mukjizat | IAI An Nur Lampung.” Diakses 25 September 2022.
https://an-nur.ac.id/pengertian-mukjizat/.
Ali as}-S}a>buny, Muhammad. at-Tibya>n fi Ulu>m al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia,
1998.
“Arti kata mukjizat - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.” Diakses 25
September 2022. https://kbbi.web.id/.
Charisma, Moh. Chadziq. Tiga aspek kemukjizatan al qur’an. Surabaya: Bina Ilmu,
1991.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Hamzah, Muchotob. Studi Al-quran Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media,
2003.
Hayati, Mardiyan. “Keistemewaan Al-Qur’an.” JURNAL PEDAGOGY 10, no. 3 (1
Agustus 2017): 45–49.
Khat}t}an, Manna al-. Maba>h}is fi Ulu>mil Qur’an Ainur Rafiq El-Mazani, Pengantar
Studi al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007.
Republik Indonesia, Departemen Agama. AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANYA.
Jakarta: CV. KARYA INSAN INDONESIA (KARYA), 2002.
S}adiq al-Rafi’i>, Musht}afa>. I’jazul Qur’an wa al-Balaghah al-Nabawiyah. Beirut:
Dar al-Kitab al-Araby, 1990.

Anda mungkin juga menyukai