Anda di halaman 1dari 25

“ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN “HAQIQAT

UMI” KARYA ABU NAWAS”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Sastra

Dosen Pengampu:

Dr. Asep Abbas Abdullah M.Pd

Disusun Oleh:

Moch Qoyum Mahfudz (A71218060)

PROGAM PRODI STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


2021

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra dapat menghidangkan berbagai macam pikiran, yang dianggap

menjadi sebuah hal yang imajinatif (khayalan), realitas (kenyataan), dan tentunya juga

bisa menyajikan bagaimana pengalaman atau peristiwa dari seorang penulis dengan

disertai perasaan juga pikiran yang mampu membuat orang menjadi terhipnotis akan

bahasanya yang mengandung keindahan. Karya sastra tidak akan pernah lepas dari

kehidupan masyarakat, karena sastra merupakan sebuah bentuk wadah refleksi bagi

kehidupan yang terjadi dimasyarakat.1 Sebagai karya sastra harus dapat menyuluhkan

beberapa problematika yang dialami oleh manusia dengan dikemas menggunakan kreasi

atau hasil cipta yang indah.

Karya sastra yang bagus merupakan karya sastra yang harus bisa mendapatkan

kesan dari pembacanya. Jadi para pembaca dapat meluapkan segala ekspresi dari

kehidupanya ketika membaca karya sastra tersebut. Karya sastra lahir dengan adanya

sebuah budaya, yang berarti sastra melibatkan adanya sebuah sejarah dan sosial budaya

1
Aji Septiaji, “PERAN SASTRA, INTELEKTUALITAS, DAN POPULARITAS DALAM ESAI 33 TOKOH SASTRA INDONESIA
PALING BERPENGARUH”. Tuturan. Vol 6, No. 1, Januari 2017,hal. 740.
dari berbagai bangsa yang didalamnya ada beberapa sastrawan yang menjadi penulis dari

bangsanya tersebut.2

Dalam sebuah karya sastra, selalu mengajukan pesan tersirat kepada para

pembacannya, baik pesan tersebut mengandung moral yang melibatkan beberapa sifat

luhur dari manusia serta memperebutkan hak bagi mereka yang harus di perjuangkan.

Kenyataan yang sudah diakui oleh manusia didunia ini bahwa sifat luhur manusia itu

bersifat umum atau berlaku untuk semua orang, meskipun terdapat pengajaran moral dari

kesusilaan yang hanya diyakini oleh komunitas tertentu. Karya sastra juga merupakan

bagian dari struktur, maksud struktur disini ialah karya sastra tersebut tersusun dari

beberapa unsur-unsur yang mempunyai sistem, dimana unsur ini didalamnya

mengandung arti timbal balik satu dengan yang lainya. Salah satu contoh karya ialah

cerpen atau cerita pendek. Cerpen merupakan suatu kisah atau cerita yang lekas ketika

hanya dibaca sekali.3

Cerpen adalah sebuah karya sastra yang berupa prosa dan bersifat fiksi atau bisa

dikatakan rekaan sebuah cerita. Cerpen merupakan bentuk tulisan yang berupa prosa

naratif atau karangan bebas yang mempunyai narasi dan gaya bertutur yang menceritakan

tentang hal-hal yang berbau khayalan dan dihidangkan dengan singkat dan jelas. Ukuran

panjang tulisan yang berada dalam cerpen biasanya terdiri dari cerpen pendek dan cerpen

panjang. Jika cerpen pendek rata-rata sampai 500 kata, dan cerpen panjang berkisar

antara 13.000-16.000 kata. Walaupun didalam cerpen mengalami perkembangan yang

signifikan, tetap saja ditemukan sebuah bagian sesuatu yang fiksi, yakni pada bagian

2
Nining Rahmawati, Skripsi: “ANALISIS KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA SATU BANGKU DUA LAKI-
LAKI KARYA TRIYONO”. (Malang:Universitas Muhammadiyah Malang,2019), Hal 1.
3
Ester Luluk Kristiningrum, Skripsi: “ANALISIS KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA SATU BANGKU
DUA LAKI-LAKI KARYA TRIYONO”. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2011). Hal. 2.
tokokh, alur, tema, karakter, nada, suasana dan amanat serta juga pada gaya penulisanya.

Cerpen juga merupakan gabungan kata atau akronim dari cerita dan pendek. Didalam

cerpen terkandung beberapa unsur yang sangat terasa dengan disuguhkan watak-watak

yang jelas dari seorang penokoh, dan maksud “pendek” dari cerpen disini ialah

bermaksud dari jumlah kata yang begitu sedikit sehingga bisa selesai dibaca hanya

dengan sekali duduk.4

Tujuan karya sastra bersifat fiksi yang ditulis oleh pengarangnya bertujuan untuk

memberikan penawaran berupa moral yang terjadi dikehidupan masing-masing

seseorang. Sebenarnya cerpen atau karya fiksi ini mengandung penerapan moral yang

terdapat pada tokoh yang sedang berperan dalam cerita tersebut. Moral didalam karya

sastra bisa disebut sebagai pesan, amanat dan lain-lain.5

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis mengangkat dua pokok permasalahan yang

menjadi tema dalam penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah tokoh dan sudut pandang pada cerpen “Ibu Sejarti” karya

Abu Nawas?

2. Bagaimanakah hubungan antara unsur intrinsik pada cerpen “Ibu Sejati”

karya Abu Nawas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

4
Yusuf Hamdani, Skripsi: “ANALISIS WACANA KRITIS PADA CERPEN “ORANG YANG SELALU CUCI TANGAN” KARYA
SENO GUMIRA AJIDARMA”. (Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2017). Hal. 1.
5
Ibid. hal. 1-2.
1. Mendeskripsikan dari tokoh, dan sudut pandang yang terdapat pada

cerpen”Ibu Sejati” karya Abu Nawas.

2. Mendeskripsikan bagaimana hubungan antara unsur intrinsik yang

terdapat pada cerpen “Ibu Sejati” karya Abu Nawas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini meliputi manfaat praktis dan

teoretis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis:

a) Penelitian ini bisa menambah terhadap koleksi pada bidang kajian

sastra tentang analisis struktur intrinsik didalam cerpen.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah refrensi bagi

peneliti lain yang ingin meneliti yang khususnya, pada analisis

struktur dalam unsur intrinsik pada cerpen.

c) Peneliti juga berkeinginan agar penelitian sastra terutama pada

struktur intrinsik dalam cerpen dapat dikembangkan oleh para

peneliti yang lain..

2. Manfaat Teoretis:

a) Memperkaya khazanah penelitian tentang karya sastra yang

khususnya, berada dalam Fakultas Adab dan Humaniora.

E. Dirosah Sabiqoh (Penelitian Terdahulu)

Dalam penelitian ini dicantumkan hasil dari penelitian terdahulu sebagai bahan

pertimbangan, yakni:
Skripsi dari Anthonius Widi Priyo Nugroho (2009), dengan judul “ANALISIS

INTRINSIK CERPEN “AKAR SEBUAH HATI” KARYA ELSYE FERDINANDUS

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP”. Adapun

metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis cerpen ini adalah metode analisis

struktural, yaitu analisis yang bertujuan untuk mencari hasil serta menjelaskan secara

ringkas, teliti, dan sedalam mungkin. Dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

cerpen “akar sebuah hati” karya Elsye Ferdinandus sangat tepat untuk pembelajaran

sastra di SMP, karena cerpen ini menceritakan suatu permasalahan yang sangat dekat

dengan kehidupan nyata para remaja. Perbedaan dalam penelitian ini adalah dalam

analisis cerpen didalamnya, karena peneliti menggunakan pendekatan struktural, jadi

lebih jelas dalam memaparkanya.

Selanjutnya hasil penelitian skripsi dari Aang Khoirul Anam (2013), dengan judul

“UNSUR-UNSUR INTRINKSI CERPEN ”“MU`JIZĀT WA KARĀMĀT” DALAM

ANTOLOGI CERPEN ARINĪ ALLĀH KARYA TAUFĪQ AL-ḤAKĪM”. Penelitian ini

menggunakan metode pustaka, sumber data yang diambil yakni dari cerpen Mu’jizat wa

Karamat dan peneliti juga menggunakan analisis intrinsik dalam cerpen. Perbedaan

dalam penelitian ini adalah dari sumber data yang diambil, yakni dari antologi cerpen

Arini Allah.

Yang terakhir hasil jurnal penelitian dari Dian Maryanti, Rena Sujiana, dan

Wikanengsih (2018), dengan judul ”MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN

“KATASTROPA” KARYA HAN GAGAS SEBAGAI UPAYA MENYEDIAKAN

BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN”. Penelitian ini menggunakan kualitatif

dengan teknik pengolahan data analisis deskriptif kualitatif yang kemudian dipaparkan
dengan kata-kata serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Perbedaan dalam

penelitian ini ialah hasil dari analisis intrinsik dalam cerpen “katastropa” dijadikan bahan

pengajaran teks cerpen dalam bidang pendidikan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Biografi

Abu Nuwas Al-Hasan bin Hani Al-Hakami lahir pada tahun 750-810 Masehi,

panggilan atau sebutan yang lebih familiar terhadapnya biasa dipanggil dengan Abu

Nuwas. Abu Nuwas adalah seorang pujangga Arab yang lahir dikota Ahvaz tepatnya di

negeri Persia. Didalam dirinya mengalir darah dari keturunan Arab dan Persia. Abu

Nuwas menjadi seorang penyair terkenal pada masa sastra Arab klasik, ia juga dikenal

sebagai sastrawan serta penyair yang mempunyai sifat humoris dan diperkirakan hidup

pada saat masa pemerintahan masa Khalifah Abbasiyah tahun 145-199 H atau 762-814

M, tepatnya pada kepemimpinan Sultan Harun Al-Rasyid Al-Abasy dan meninggal pada

tahun 814 M di Baghdad. Abu Nuwas meninggal ketika sudah berumur 54 tahun.

Abu Nuwas memiliki Ayah bernama Hani, beliau adalah seorang tentara pada

masa Dinasty Umayah yaitu Marwan II bin Muhammad yang merupakan dinasty terakhir

pada masa Umayah. Ibunya bernama Golban, ia merupakan keturunan dari bangsa Persia

yang bekerja sebagai tukang tenun. Sepeninggalan dari ayahnya Abu Nuwas, pada usia 6

tahun telah di sewakan atau dipekerjakan pada seorang penjaga toko dari Yaman yang
bernama Sa’ad Al-Yashira. Ketika Abu Nuwas remaja, ia sudah mulai bekerja di salah

satu toko yang berada di kota Basrah, Irak. Setelah selesai di wilayah Basrah kemudian

Abu Nuwas pindah ke tempat wilayah yang lain yaitu di daerah Kufah. Ketika di Kufah

lah ketampanan Abu Nuwas mulai tampak dan kecerdasanya pun mampu memikat

berbagai perhatian dari masyarakat sekitar dan tidak terkecuali juga menarik perhatian

pada salah satu penyair setempat yang mempunyai rambut pirang, yakni bernama

Walibah Ibnu Al-Hubbab Al-Kuhfi. Berkat ketampanan dan kecerdasan yang dimiliki

oleh Abu Nuwas, seketika itu Walibah memerdekakannya, karena Walibah mempunyai

ketertarikan yang begitu menawan terhadap Abu Nuwas. Setelah itu Walibah mulai

memberikan bekal ilmu mengenai tentang ketuhanan, bahasa Arab, dan syair atau puisi.

Ketika perjalanan menimba ilmu pada Walibah Ibnu Al-Habbab tuntas, Abu Nuwas

kembali mengembara lalu belajar pada beberapa orang, diantaranya adalah Khalaf Al-

Ahmar, Muthi’ bin Iyas, Hammad bi ‘Ajrad. Ketenaran yang didapatkan Abu Nuwas

begitu signifikan, karena ia telah menciptakan berbagai macam syair atau puisi yang

didalam nya mengandung gaya bahasa yang jenaka, yaitu sebuah gaya bahasa sangat

bertentangan terhadap tradisi yang dimiliki oleh daerah gurun pasir saat itu, ditambah

dengan perilakuknya yang sering mabuk-mabukan dan isi pada syair-syair nya yang

terkadang suka mengkritik Al-Qur’an karena telah mengharamkan minuman keras atau

khamr.

Begitulah cerita singkat Abu Nuwas, Ketika sebelum mendapatkan hidayah serta

belum melakukan tobat. Abu Nuwas mendapatkan sebutan sebagai penyair yang

kontroversial, bahkan didalam beberapa buku sejarah mengatakan bahwa Abu Nuwas

ialah seorang penyair cabul dan hina. Ketika ia sedang dalam keadaan tidak sadar karena
meneguk dan meminum khamr yang mengakibatkannya mabuk, Abu Nuwas sering

ngelantur ketika membawakan atau membacakan syair yang diciptakanya dan sering juga

ia menggubah syair-syair yang berbangga tentang minuman keras atau khamr. Abu

Nuwas merupakan penyair yang sering juga masuk keluar dari penjara dikarenakan syair-

syairnya yang kontroversial tersebut. Pada suatu ketika ia pernah di datangi oleh

seseorang yang memberikan nasihat agar merubah kehidupan serta perilakunya yang

berbau negatif, dan diyakini bahwa malam tersebut adalah malam lailatul qodal. Nasihat

orang yang tak dikenalnya itu begitu merasuk pada hati Abu Nuwas, dan seketika itu pula

Abu Nuwas mulai menyadari setiap kesalahan yang dilakukannya selama ini, akhirnya

Abu Nuwas mulai bertobat kepada Allah Swt dan setelah itu ia menjadi seorang pribadi

yang begitu rendah hati, ahli ibadah, rajin ke masjid dan jarang berbicara.6

B. Landasan Teori

1. Pengertian Cerita Pendek

Cerpen merupakan salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan

namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan,

isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan Priyanti (2010: 126). Cerita

pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek. Ukuran cerita

pendek disini bersifat relatif, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali

duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Menilai ukuran pendek ini lebih

6
Hanif Fathoni, “Gaya Bahasa Dalam Syair “Al-i’tiraf” Karya Abu Nuwas: Sebuah Analisis Stilistik”. Jurnal At-Ta’dib,
Vol. 7, No. 2, Desember 2012. Hal. 209-211.
didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsurunsurnya. Cerpen harus memiliki

efek tunggal dan kompleks.7

Cerpen atau cerita pendek merupakan sebuah karya sastra yang di ungkapkan

pada setiap perenungan yang dialami oleh seorang pengarang yang terjadi pada

kehidupan seorang pengarang tersebut. Cerpen adalah sebuah cerita yang pada

umumnya ditulis dengan ukuran yang ringkas dan pendek, berkisar dari 2.000 kata

sampai 10.000 kata. Jadi kesimpulannya cerpen merupakan sebuah karya sastra yang

bertujuan untuk meluapkan atau menjelaskan cerita dari kisah kehidupan manusia

serta lika-liku kehidupannya dengan perantara tulisan yang ditulis dengan pendek.

Cerpen juga merupakan suatu karya sastra yang mengungkap kisah atau kehidupan

dari manusia serta permasalahan kehidupanya yang setelah itu ditulis dengan tulisan

yang pada umumnya di tulis dengan pendek.

Cerpen secara umum diartikan sebagai tulisan pendek yang didalamnya

mengandung beberapa unsur, meliputi elemen, plot, sudut pandang, pelaku atau

tokoh, dialog dan konflik. Ada pendapat lain mengungkapkan bahwa cerpen juga

merupakan bentuk tulisan yang mengandung beberapa persoalan dalam sebuah cerita

atau rancangan suatu peristiwa yang dibuat kisah yang begitu menarik.8

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan seorang pelaku yang berada dalam sebuah fiksi, tokoh juga

ditampilkan dalam suatu karya naratif atau biasa disebut sebagai drama yang para

pembaca diartikan memiliki karakter, moral dan kecenderungan yang dikhususkan

7
Winda Khimafani, Skripsi. “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Boule de Suif Karya Guy de Maupassant : Analisis
Strukturalisme Robert Stanton”. (Semarang : UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2019). Hlm. 20.
8
Milawasri. “ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA WANITA DALAM CERPEN MENDIANG KARYA S.N. RATMANA”.
Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017). Hal. 88-89.
serta di luapkan dengan ekpresi melalui ucapan dan perilaku yang sedang dilakukan.

Didalam cerita fiksi terdapat berbagai tokoh-tokoh yang dibagi menjadi beberapa

macam sebutan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Pada umumnya

ada tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting yakni tokoh utama dan peran

tambahan atau biasa disebut peran sampingan. Tokoh utama merupakan tokoh yang

masuk pada golongan penting dan terkadang mempunyai peran yang mendominasi

pada cerita tersebut, jika tokoh sampingan atau tokoh tambahan ialah tokoh yang

jarang dimunculkan dan ketika muncul hanya beberapa saat saja.

Pada umumnya, didalam cerpen terdapat fungsi dari perilaku tokoh tersebut, ada

tokoh bersifat protagonis dan tokoh yang bersifat antagonis. Pengertian dari

protagonis ialah tokoh yang biasanya kita kagum padanya, yang tokoh tersebut

meninggalkan beberapa pesan yang begitu penting dan mengandung nilai-nilai positif

yang perlu kita pahami. Sedangkan antagonis merupakan sikap dari tokoh yang biasa

menyebabkan suatu konflik.

Permasalahan tokoh didalam sebuah karya sastra tidak hanya berhubungan

dengan suatu masalah terhadap pemilihan jenis serta perwatakan pada para tokoh

cerita saja, melainkan bagaimana menggambarkan kehadiran dan penghadirannya

secara pas, sehingga bisa menciptakan serta mendukung tujuan karya yang saling

berkaitan. Hubungan jati diri yang dimiliki oleh tokoh dibagi menjadi dua, yakni

tentang teknik ekspositori atau gambaran langsung dan yang kedua adalah Teknik

dramatik, yaitu gambaran tidak langsung.9

a. Teknik Ekspositori

9
Ester Luluk Kristiningrum, Skripsi. “ANALISIS STRUKTUR INTRINKSIK CERPEN “MARIA” KARYA SENO GUMIRA
AJIDARMA”. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011). Hal. 14-18.
Teknik ekspositori ialah teknik analisis tentang gambaran dari tokoh yang berada

dalam cerita dengan melakukan beberapa cara, seperti deskripsi, uraian atau

penjelasan langsung. Tokoh yang dihadirkan disini, didatangkan oleh seorang

pengarang yang tidak berkelok-kelok, melainkan hanya dengan

mendiskripsikanya saja.

b. Teknik Dramatik

Yaitu teknik atau cara yang mirip dengan tampilan yang ada dalam drama,

dilakukan dengan tidak langsung. Maksudnya, pengarang tidak mengungkap

maksud tersebut dengan berbelit-belit baik dalam sikap serta sifat dari tingkah

laku seorang tokoh, melainkan pengarang menghiraukan kepada tokoh untuk

menceritakan langsung bagaimana keadaan peran yang dikerjakannya.

3. Latar

Latar merupakan suatu gambaran atau rekaan yang membicarakan mengenai

ruang serta waktu kapan terjadi suatu peristiwa tersebut. Ada yang menguraikan lagi

bahwa latar ialah sebuah latar belakang terciptanya peristiwa yang terjadi didalam

karya cerita yang berupa fiksi meliputi beberapa tempat, waktu, dan peristiwa. Latar

atau setting bisa menjadi sebuah objek keterangan, petunjuk target, yang berkaitan

dengan waktu yang terjadi juga tempat yang digunaka dalam karya tersebut. Jadi

kesimpulan mengenai latar iala suatu petunjuk tentang tempat, waktu, peristiwa

didalam suatu karya sastra fiksi.10

Abrams menyebutkan bahwa latar merupakan landasan tumpu, menyaran pada

pengertian suatu tempat, adanya hubungan pada suatu waktu, dan perihal lingkungan

10
Sulung Aji Pangestu, Skripsi. “UNSUR- UNSUR INTRINSIK PENDIDIKAN TAUHID DALAM CERPEN ROBOHNYA
SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS”. (Purwokerto: IAIN PURWOKERTO, 2020). Hal. 44.
social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam sebuah

cerita karya fiksi dibagi menjadi tiga bagian11:

1) Latar tempat

Menurut Nurgiyantoro, bahwa latar tempat menjadi saran terhadap lokasi

terjadinya peristiwa didalam karya fiksi.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya beberapa

peristiwa tersebut.

3) Latar sosial

Latar sosial menjadi sebuah saran yang tepat untuk mengetahui

bagaimana kondisi seorang tokoh atau peran yang berada dalam sekitar

masyarakat yang diceritakan dalam sebuah cerita fiksi.

4. Alur atau Plot

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa – peristiwa dalamsebuah

cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa – peristiwa yang terhubung secara

kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi

dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat di abaikan karena akan

berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal – hal

yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap

karakter, kilasan – kilasan pandangannya, keputusan – keputusannya, dan segala yang

menjadi variable pegubah dalam dirinya.

11
Liu Yiquan, Skripsi. “ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL HABIBIE DAN AINUN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN
KARAKTER BANGSA”. (Bandung: UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG, 2017). Hal. 12-13.
Alur merupakan tulang punggung cerita. Sebuah cerita tidak akan pernah

seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa – peristiwa yang

mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya

dengan elemen – elemen lain, alur memiliki hukum – hukum sendiri; alurhendaknya

memiliki bagian awal, tengah dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat

menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan

– ketegangan.12

Menurut Welleck serta Warren mengartikan alur sebagai struktur naratif dari

sebuah drama, dongeng, dan novel. Terbentuknya unsur naratif didalam karya sastra

dikarenakan adanya beberapa unsur yang lebih ringkas atau pendek, yakni adalah

episode-episode atau biasa disebut sebagai insiden. Alur adalah sebuah rangkaian

cerita yang dibuat melalui beberapa tahapan atau cakupan peristiwa yang sedang

menjalin sebuah cerita terhadap para peran dalam cerita atau pelaku dalam cerita.

Didalam alur terdapat beberapa tahapan mengenai peristiwa dalam suatu cerita,

tahapan tersebut antara lain13:

1) Tahap Pengenalan.

2) Tahap Pemunculan Konflik.

3) Tahap Klimaks.

4) Tahap Penyelesain.

Pendapat Stanton alur atau plot merupakan rangkaian cerita yang ceritanya

berjalan sesuai urutan kejadianya, tetapi setiap dari urutan kejadian atau peristiwa

12
Winda Khimafani, Skripsi. “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Boule de Suif Karya Guy de Maupassant : Analisis
Strukturalisme Robert Stanton”. (Semarang : UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2019). Hlm. 14-15.
13
I Wayan Nuryana, “UNSUR INTRINSIK DAN PERMASALAHAN SOSIAL DALAM CERPEN ULIAN LACUR KARYA
NENGAH RUSMADI”. JURNAL PENDIDIKAN AGAMA, BAHASA DAN SASTRA Vol. 9 No. 2 September 2019. Hlm. 161-
163.
tersebut hanya bisa dihubungkan ketika ada sebab permasalahan serta akibat dari

permasalahan itu sendiri.14

Beberapa macam alur:

a) Alur maju merupakan rangkaian dari beberapa peristiwa yang

diungkapkan bermula dari awal sampai akhir.

b) Alur mundur atau flash back merupakan alur yang peristiwanya menjadi

dari bagian penutup yang diungkapkan terlebih dahulu setelah itu

membicarakan peristiwa yang pokok melalui perantara cerita masa lalu

salah satu tokoh.

c) Alur campuran merupakan alur yang hanya menceritakan isi-isi pokok

yang terdapat dalam suatu peristiwa.

5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah gaya yang dilakukan untuk memilih suatu bahasa dengan

kebutuhan yang sesuai dengan tujuan agar memperoleh timbal balik yang tertentu.

Menurut Slametmuljana dan Simorangkir Simanjuntak, gaya bahasa adalah susunan

perkataan yang terjadi dikarenakan adanya perasaan yang terdapat didalam hati

seseorang pengarang, baik disengaja ataupun tidak disengaja, hal itulah yang akan

menyebabkan sebuah gejolak pada perasaan dari seorang pembaca.15

Semi berpendapat bahwasanya gaya bahasa merupakan suatu tingkah atau

perilaku dari seorang pengarang didalam menggunakan bahasa yang mengikut

sertakan perihal materi bahasa, pemanfaatan gaya tutur dan pemakaian ulasan.

14
Josilia Lotto Limbong. “KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 KOTA PALOPO”. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan
Sastra Volume 2 Nomor 1. Hal 17.
15
Rini Susanti Wulandari. “GAYA BAHASA DALAM CERPEN “WARGA KOTA KACANG GORENG”. Lingua V/2 Juli 2009.
Hal. 96-97.
Menurut pendapat Sumardjo, gaya bahasa digunakan untuk menambah daya tarik dan

daya ungkap pada keduanya. Dan setelah itu Tarigan juga mengungkapkan bahwa

berhasilnya seorang pengarang itu tergantung pada ungkapanya dalam menggunakan

sebuah majas serta jumlah banyaknya yang dapat terpengaruhi oleh adanya beberapa

faktor, antara lain yaitu usia, pendidikan, pengalaman dan keterampilan yang secara

tidak langsung dalam menuturkan cerita tersebut. Pengarang dalam sebuah karya

yang menempatkan gaya bahasa didalam nya, sering kali mempergunakan beberapa

macam majas, antara lain seperti metafora, ironi, personafikasi, alegori dan lain

sebagainya.16

6. Tema

Pengertian tema merupakan gagasan pokok yang berada dalam karya sastra,

secara sederhananya yakni tema bisa dipahami sebagai ide pokok yang dapat

mengikat cerita, serta mengikat berbagai unsur intrinsik yang dapat membuat cerita

tampil sebagai sebuah satu kesatuan yang harmonis. Tema didalam suatu karya selalu

berhubungan erat dengan yang namanya kehidupan, seperti halnya percintaan, kasih,

ketakutan, kematian, kereligiusan, dan masih banyak lagi. Posisi tema dalam sebuah

cerita atau karya sastra berperan penting dalam menentukan semua unsur sastra

didalam sistem operasionalnya yang akan mengacu dan mendukung tema.17

Tema dalam beberapa pandangan atau perspektif mempunyai sifat mengikat

terhadap suatu kehadiran atau ketidak hadiran suatu peristiwa, situasi, dan juga

konflik, termasuk juga dalam berbagai unsur-unsur intrinsic yang lain, karena hal

16
Sulung Aji Pangestu, Skripsi. “UNSUR-UNSUR INTRINSIK PENDIDIKAN TAUHID DALAM CERPEN ROBOHNYA
SURAU KAMI KAYA A.A. NAVIS”. (PURWOKERTO: INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI, 2020). Hlm. 45.
17
Muhammad Syamsul Hadi P, Skirpsi. “KAJIAN TEMA CERPEN-CERPEN DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK ARLOJI
KARYA KURNIA EFENDI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
DI SMA”. (Jember: UNIVERSITAS JEMBER, 2018). Hal. 9-10.
tersebut harus bisa mendukung suatu kejelasan dari tema yang ingin di ungkapkan.

Tema menjadi suatu dasar dari sebuah pengembangan dalam seluruh cerita, maka dari

itu sifat dalam menjiwai seluruh dari bagian cerita itu perlu dilakukan. Didalam tema

terdapat beberapa gagasan atau generalisasi yang bersifat umum dan juga luas serta

abstrak. Menurut Sayuti, tema dibagi menjadi lima jenis antara lain;

1) Tema Jasmaniah

Tema ini berkaitan terhadap keadaan jiwa seorang manusia.

2) Tema Sosial

Tema berikut ini berhubungan mengenai masalah politik, pendidikan, dan

propaganda.

3) Tema Ketuhanan

Tema yang berhubungan mengenai suatu kondisi serta situasi manusia

sebagai makhluk sosial.

4) Tema Organik

Tema yang berhubungan terhadap moral manusia.

5) Tema Egoik

Tema yang berhubungan terhadap suatu reaksi pribadi yang pada

umumnya menentang terhadap pengaruh social.

7. Amanat atau Pesan Moral

Amanat atau pesan moral merupakan ajaran yang menunjukkan tentang kebaikan

atau keburukan yang diperuntukan kepada khalayak umum, berupa kelakuan, ucapan,

sikap, dan budi pekerti. Didalam sastra arab amanat disebut sebagai ‫الة‬QQ‫ الرس‬dan
dimengerti sebagai suatu pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

Adanya amanat atau pesan moral didalam sebuah cerita fiksi bisa dilihat sebagai

saran kepada perilaku moral yang khusus dan bersifat praktis, namun bukan petunjuk

tentang tingkah laku. Moral bisa dikatakan lebih praktis karena ajaran mengenai

moral atau pesan itu disampaikan oleh sikap serta perilaku konkret sebagaimana yang

telah di perlihatkan oleh beberapa tokoh didalam cerita.18

8. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah salah satu unsur dari bagian instrinsik yang berada didalam

cerita pendek atau cerpen, sudut pandang juga merupakan ide atau cara yang

dilakukan oleh pengarang untuk menyajikan cerita kepada para pembaca. Pada

dasarnya sudut pandang bertujuan untuk membuat strategi serta Teknik untuk

mengemukakan ide pokok dan gagasannya didalam cerita. Hakikat dari suatu sudut

pandang yaitu agar pengarang bisa menempatkan posisi dalam mengungkapkan

keseluruhan isi dalam cerita.

Sudut pandang dapat dibagi atau dibedakan atas dasar pembeda yang umum

dikerjakan oleh seorang pengarang, yakni mengenai bentuk dari persona pada tokoh

cerita. Dalam kesimpulannya sudut pandang terbagi lagi menjadi dua, yaitu sudut

pandang persona pertama dan sudut pandang ketiga.19

S Tasrif mengungkapkan bahwa ada beberapa macam sudut pandang dan

menurutnya dibagi menjadi empat bagian, antara lain20:

18
Asyifa Nurazizah, Skripsi. “PESAN MORAL CERPEN AS-SAIH WA AS-SAIGH KARYA BAIDABA DALAM HIKAYAT
KALILAH WA DIMNAH”. (Jatinangor: UNIVERSITAS PADJADJARAN, 2017). Hal. 28-29.
19
Adi Andojo Putro, Skripsi. “ANALISIS UNSUR SUDUT PANDANG DALAM KUMPULAN CERPEN WAKTU PESTA
BERSAMA CINTA KARYA INTAN KIRANA, DKK. SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS IX”. (Bandung: UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG, 2020). Hal.
20
Ni’mah Fitria dan Muhammad Alfan Salim, “KAJIAN STRUKTURAL CERPEN “AL HURRIYAH AL GHOLIYYAH” PADA
ANTOLOGI “KHOMSUUNA QISHAH TAHKIIHA LITHIFLIKA”. Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1. Hlm. 471-472.
1) (Author Omniscient) orang ketiga. Yakni pengarang menggunakan kata

“dia” pada pelaku utama serta dia tidak selalu hidup didalam pribadi

seorang tokoh.

2) (Author Participant). Yakni seorang pengarang ikut seta dalam

menceritakan suatu cerita dengan kata “aku”, tetapi pengarang dapat

menjadi pelaku utama atau pelaku bawahan.

3) (Author Observe). Yakni pengarang menggunakan tokoh dengan kata

“dia”, tetapi peran pengarang disini hanya untuk meninjau, seakan-akan

tidak mengerti mengenai jalan pikiran dari pelaku.

4) (Multiple). Yakni perpaduan gaya “dia” dan “aku”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang mempunyai tujuan untuk memahami makna dari sebuah

konteks dalam keadaan apapun atau apa adanya. Raharjo menyebutkan bahwa penelitian

kualitatif ialah suatu aktivitas ilmiah yang bertujuan mengumpulkan data secara

sistematik, diurutkan dengan data yang sesuai, serta mendeskripsikan dan

diinterpretasikan data yang sudah didapatkan melaui wawancara, observasi dan

dokumentasi.21

Pemikiran dasar yang dilandasi dengan pemikiran untuk dapat mengetahui

fonema serta kondisi yang berada didalamnya dengan alamiah. Dengan permasalahan

yang sesuai dengan permasalahan yang ada didalam cerpen haqiqat umi, karya Abu

Nawas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui apa yang

diinginkan dalam mengutarakan isi cerpen haqiqat umi yang ditulis oleh Abu Nawas22

B. Data dan Sumber Data

Data ialah asal muasal atau bisa dikatakan sumber informasi mengenai sebuah

gejala yang patut ditulis dan diarsipkan. Sumber data yang berada dalam penelitian ini

merupakan sebuah objek yang diperoleh dan berbentuk suatu data. Pada metode

21
Abdul Manab, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. (Depok: KALIMEDIA, 2015), hlm. 4.
22
pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan berkaitan erat dengan peneliti. Data yang

penelitian ini berupa buku cerpen karya Abu Nawas dengan judul cerpen haqiqat umi.

C. Langkah-langkah Penelitian

1. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan begitu akurat dan

cermat. Tujuan dari sebuah observasi yakni agar mendapatkan sebuah informasi yang

sama dengan permasalahan dari suatu penelitian. Observasi yang dilakukan

dalampenelitian ini yaitu mengamati isi dari cerpen yang berjudul haqiqat umi dalam

hubungan sosial.

2. Pengumpulan Data

Metode penumpulan data ini menggunakan studi pustaka, dengan menggunakan

metode ini dapat mengumpulkan data dengan beberapa buku sehingga peneliti dapat

melakukan dan melanjutkan penelitianya dengan tepat.

3. Pengelompokan Data

Setelah melakukan pengelompokan data, langkah selanjutnya data kembali

dikelompokan lagi menjadi dua bagian yang akan menghasilkan unsur intrinsik serta

alur yang berada dalam cerpen tersebut.

4. Analisis

Analis data merupakan sebuah proses untuk mendapatkan data dan setelah itu

disusun secara sistematis, data yang didapatkan yakni dari berbagai macam, baik dari

lapangan, catatan lapangan dan bahan-bahan lainya. Sehingga adanya hal ini dapat

dengan mudah dipahami oleh orang lain. Metode dalam mengambil data yang
dibutuhkan merupakan metode analisis intrinsik yang terdapat dalam cerpen Abu

Nawas dengan judul haqiqat umi.

5. Simpulan

Setelah peneliti selesai melakukan beberapa tahapan diatas, setelah itu langkah

terakhir yang dilakukan ialah analisis data kualitatif, yakni membuat kesimpulan data

yang didapatkan. Langkah terakhir yang dilakukan setelah itu adalah analisa dan

pendeskripsian terhadap beberapa kat penutur, dan peneliti menarik kesimpulan serta

mengelompokkan data dalam bentuk analisis intrinsik dengan menggunakan teori

yang sudah ada. Oleh sebab itu, adanya analisis secara mendalam kedepanya dapat

menarik kesimpulan dengan benar dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Aji Septiaji. 2017. “PERAN SASTRA, INTELEKTUALITAS, DAN POPULARITAS DALAM ESAI 33 TOKOH

SASTRA INDONESIA PALING BERPENGARUH”. Tuturan. Vol 6, No. 1 (hlm. 738-744)

Nining Rahmawati. 2019. “ANALISIS KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA SATU

BANGKU DUA LAKI-LAKI KARYA TRIYONO” Skripsi. (Universitas Muhammadiyah: Malang).

Ester Luluk Kristiningrum. 2011. “ANALISIS KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA SATU

BANGKU DUA LAKI-LAKI KARYA TRIYONO” Skripsi. (Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta).

Yusuf Hamdani. 2017. “ANALISIS WACANA KRITIS PADA CERPEN “ORANG YANG SELALU CUCI

TANGAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA” Skripsi. (Universitas Pasundan Bandung: Bandung).

Hanif Fathoni. 2012. “Gaya Bahasa Dalam Syair “Al-i’tiraf” Karya Abu Nuwas: Sebuah Analisis

Stilistik”. Jurnal At-Ta’dib. Vol. 7, No. 2, (Hal. 209-211).

Winda Khimafani. 2019. “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Boule de Suif Karya Guy de Maupassant :

Analisis Strukturalisme Robert Stanton” Skripsi. (UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG: Semarang)

Milawasri. 2017. “ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA WANITA DALAM CERPEN MENDIANG KARYA

S.N. RATMANA”. Jurnal Bindo Sastra 1 (2). (Hal. 87-94).

Ester Luluk Kristiningrum. 2011. “ANALISIS STRUKTUR INTRINKSIK CERPEN “MARIA” KARYA SENO

GUMIRA AJIDARMA” Skripsi. (Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta).

Sulung Aji Pangestu. 2020. “UNSUR- UNSUR INTRINSIK PENDIDIKAN TAUHID DALAM CERPEN

ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS” Skripsi. ( IAIN PURWOKERTO: PURWOKERTO).
Josilia Lotto Limbong. “KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 KOTA PALOPO”. Jurnal Onoma:

Pendidikan, Bahasa dan Sastra Volume 2 Nomor 1. (Hal 12-26).

Rini Susanti Wulandari. 2009. “GAYA BAHASA DALAM CERPEN “WARGA KOTA KACANG GORENG”.

Jurnal Lingua V/2. (Hal. 96-97).

Muhammad Syamsul Hadi P. 2018. “KAJIAN TEMA CERPEN-CERPEN DALAM KUMPULAN CERPEN

ANAK ARLOJI KARYA KURNIA EFENDI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA” Skripsi. (UNIVERSITAS JEMBER: Jember).

Asyifa Nurazizah. 2017. “PESAN MORAL CERPEN AS-SAIH WA AS-SAIGH KARYA BAIDABA DALAM

HIKAYAT KALILAH WA DIMNAH” Skripsi. (UNIVERSITAS PADJADJARAN: Jatinangor).

Adi Andojo Putro. 2020. “ANALISIS UNSUR SUDUT PANDANG DALAM KUMPULAN CERPEN WAKTU

PESTA BERSAMA CINTA KARYA INTAN KIRANA, DKK. SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX” Skripsi. (UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG: Bandung).

Sulung Aji Pangestu. 2020. “UNSUR-UNSUR INTRINSIK PENDIDIKAN TAUHID DALAM CERPEN

ROBOHNYA SURAU KAMI KAYA A.A. NAVIS” Skripsi. (PURWOKERTO: INSTITUT AGAMA ISLAM

NEGERI).

Ni’mah Fitria dan Muhammad Alfan Salim. 2020. “KAJIAN STRUKTURAL CERPEN “AL HURRIYAH AL

GHOLIYYAH” PADA ANTOLOGI “KHOMSUUNA QISHAH TAHKIIHA LITHIFLIKA”. Prosiding

Semnasbama IV UM Jilid 1. (Hal. 464-472).

I Wayan Nuryana. 2019. “UNSUR INTRINSIK DAN PERMASALAHAN SOSIAL DALAM CERPEN ULIAN

LACUR KARYA NENGAH RUSMADI”. JURNAL PENDIDIKAN AGAMA, BAHASA DAN SASTRA Vol. 9 No. 2.

(Hal. 159-167).
Liu Yiquan. 2017. “ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL HABIBIE DAN AINUN SEBAGAI UPAYA

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA” Skripsi. (Bandung: UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG). Hal.

12-13.

Anda mungkin juga menyukai